Rabu, 17 Juli 2013

Materi Ceramah Ramadhan


Secara umum materi ceramah Ramadhan berisi pesan cinta, kerja, dan harmoni. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat mengembangkan rasa cinta sesama, bekerja untuk kemajuan diri dan masyarakatnya, dan melakukan harmonisasi antara sesama masyarakat agar terjadi kondisi yang kondusif untuk melakukan pembangunan.

#1 Keutamaan Saling Mencintai karena Allah

Tujuan:

Masyarakat tergerak untuk saling mencintai dengan memaknai keutamaan saling mencintai

Uraian Singkat:

Bila seseorang mencintai saudaranya karena Allah, maka dia akan:
1.       Mendapatkan manisnya Iman.
ثلاث من كن فيه وجد بهن حلاوة الإيمان: أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما، وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله، وأن يكره أن يعود في الكفر بعد أن أنقذه الله منه، كما يكره أن يقذف في النار (متفق عليه)
Tiga hal yang apabila ada pada diri seseorang akan mendapatkan manisnya iman: (pertama) Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada selain keduanya; (kedua) mencintai seseorang karena Allah; (ketiga) membenci kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan oleh Allah seperti dia membenci untuk dilemparkan ke api neraka. (HR. Mutafaq ‘Alaihi)
2.       Mendapatkan naungan Allah di saat tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.
إن الله تعال يقول يوم القيامة: أين المتحابون بجلالي؟ اليوم أظلهم في ظلى يوم لا ظل إلا ظلي (رواه مسلم)
Sesungguhnya Allah ta’ala berfirman pada hari Qiyamat: “Di manakah orang yang saling mencintai karena Kebesaran-Ku? Di hari ini Aku menaungi mereka, hari yang tidak ada naungan selain naungan-Ku.” (HR. Muslim)
3.       Mendapatkan mahabbatullah kecintaan dari Allah swt
Kisah Malaikat yang diutus oleh Allah untuk mengawasi:
Dari Abu Hurairahra dari Nabi saw, bahwa seorang laki-laki mengunjungi saudaranya di desa lain, lalu Allah menugaskan malaikat untuk mengawasi perjalanannya.
Ketika Malaikat sampai kepadanya, ia bertanya, “mau ke mana kamu?” seseorang itu menjawab, “aku mau ke saudaraku di suatu desa.” Malaikat bertanya lagi, “apakah kamu punya sesuatu (hidangan, hadiah, atau sejenisnya) yang bisa saudaramu nikmati?” Ia menjawab, “Tidak, selain karena aku cinta kepadanya karena Allah ta’ala.” Malaikat mengenalkan dirinya, “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah (yang memberi kabar) kepadamu bahwa Allah telah mencintaimu seperti kamu mencintai saudaramu itu karena Allah.” (HR. Muslim)

#2 Bukti-bukti Cinta

Tujuan:

Masyarakat dapat membuktikan cinta kepada sesama.

Uraian Singkat:

Seseorang akan  saling  mencintai antar sesama apabila :
1.       Memberi salam kepada sesama baik yang dikenal maupun tidak.
أولا أدلكم على شيء إذا فعلتموه تحاببتم؟ افشوا السلام بينكم (رواه مسلم)
Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang apabila kalian mengerjakannya  maka saling mencintai? Yaitu sebarkanlah salam di antara kalian (HR. Muslim)
2.       Saling memberi hadiah
تهادوا تحابوا
Saling berbagi hadiahlah, niscaya kalian akan saling mencintai
3.       Mengunjungi saudaranya
Kisah Malaikat yang diutus Allah untuk mengawasi:
Dari Abu Hurairahra dari Nabi saw, bahwa seorang laki-laki mengunjungi saudaranya di desa lain, lalu Allah menugaskan malaikat untuk mengawasi perjalanannya.
Ketika Malaikat sampai kepadanya, ia bertanya, “mau ke mana kamu?” seseorang itu menjawab, “aku mau ke saudaraku di suatu desa.” Malaikat bertanya lagi, “apakah kamu punya sesuatu (hidangan, hadiah, atau sejenisnya) yang bisa saudaramu nikmati?” Ia menjawab, “Tidak, selain karena aku cinta kepadanya karena Allah ta’ala.” Malaikat mengenalkan dirinya, “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah (yang memberi kabar) kepadamu bahwa Allah telah mencintaimu seperti kamu mencintai saudaramu itu karena Allah.” (HR. Muslim)
4.       Mendoakan kebaikan untuk saudaranya

#3 Cinta dan Keadilan

Tujuan:

Masyarakat mengaplikasikan  cinta untuk menegakkan keadilan dalam berbagai aspek kehidupan.

Uraian Singkat:

Cinta mendasari banyak sikap positif lainnya di antaranya keadilan, sebagaimana yang Allah sampaikan di dalam al-Quran.
يَاأَيُّهَاالَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِين   َلِلَّهِشُهَدَاء َبِالْقِسْطِ وَلايَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوااللَّه َإِنّ َاللَّهَ خَبِير ٌبِمَاتَعْمَلُونَ (٨)
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan ". (QS. Al-Maidah: 8)
Pada ayat ini ada beberapa point penting yang bisa kita ambil yaitu :
1.       Kebencian memungkinkan terjadinya ketidakadilan.
2.       Hal ini juga mengisyaratkan bahwa cinta akan menjadi tindakan keadilan.

#4 Cinta Pemimpin dan Rakyatnya

Tujuan:

Masyarakat menyadari arti penting pemimpin yang mencitainya dan berupaya untuk memilikinya.

Uraian Singkat:

Secara umum Pemimpin itu ada dua katagori : Pemimppin yang baik dan pemimpin yang buruk , Hal itu ditegaskan oleh  Rasulullah saw dalam sebuah hadist :
 “Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka mencintai kalian dan kalian mencintai mereka, mereka mendo’akan kalian dan kalian mendoakan mereka. Dan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah mereka yang membenci kalian dan kalian membenci mereka, mereka mengutuk kalian dan kalian mengutuk mereka.” (HR. Muslim).
Hal ini berarti :
1.       Pemimpin yang terbaik adalah pemimpin yang mencintai rakyat dan rakyatnya mencintainya.
Pemimpin seperti ini pernah ditunjukkan oleh Khulafaur-Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Ustman, dan Ali) yang kemudian terlihat lagi pada kepemimpinan Umar bin Abdul Azis. Untuk pemimpin yang satu ini Malik bin Dinar berkisah tentang peran keberadaannya. Ketika Umar bin Abdul Aziz diangkat sebagai Khalifah, para penggembala kambing di puncak gunung berkata, “Siapakah khalifah shalih yang sedang memerintah manusia saat ini?.”
Malik bin Dinar berkata, “Mengapa kalian bertanya demikian?.”
Para penggembala itu menjelaskan, “Bila pemerintahan dipegang oleh seorang khalifah yang shalih, maka serigala dan singa tidak mengganggu kambing-kambing kami.”
Selain itu Musa bin Ayyan mengisahkan, ‘Pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, demi Allah, kami menggembalakan kambing bersama serigala di suatu tempat. Hingga suatu malam serigala menyerang kambing kami. Dengan adanya peristiwa ini kami mengira bahwa lelaki shalih yang menjadi khalifah telah wafat. Ternyata keesokan harinya memang benar, kami mendengar kabar bahwa Khalifah Umar bin Abdul Aziz telah wafat.” (hilyatul auliya’, Abu Nu’aim Al Ashbahani).
Dan Imam Ahmad dalam kitab almusnad menyebutkan bahwa pada era Umar bin Abdul Aziz, sebutir biji gandum besarnya seukuran bawang putih.
Umar bin Abdul ‘Aziz memiliki pola kepemimpinan seperti itu karena ia belajar dari pemimpin yang hebat seperti yang disebutkan oleh Hasan Zakaria Falyafil dalam bukunya “(‘tharaif wa mawaqif min at tarikh al Islami )”
Ia menulis, setelah didaulat menjadi khalifah bani Umayyah, Umar bin Abdul Aziz mengirim sepucuk surat kepada Salim bin Abdullah bin Umar di Madinah, yang inti suratnya adalah,
“Kirimkanlah untukku buku-buku yang mengulas perihal Umar bin Khattab, keputusan-keputusan yang pernah diambilnya selama menjadi khalifah dan berisi lembaran-lembaran sirahnya. Karena sesungguhnya aku ingin mengikuti jejaknya dan menapaki jalan yang pernah dilaluinya.”

2.       Pemimpin yang terburuk adalah pemimpin dzolim dalam memimpin yang di dalam hatinya tidak ada cinta kepada rakyatnya sehingga dia berlaku sewenang wenang dan dia di hati rakyatnya pun tidak tidak cinta kepadanya.
Model  kepemimpinan seperti inilah dipertontonkan oleh Fir’aun, Namrudz, dan sederet pemimpin lainnya yang setipe dengannya.

#5 Seni Mema’afkan

Tujuan:

Masyarakat dapat memaafkan kesalahan orang lain dalam batas yang wajar.

Uraian Singkat:

Kemampuan memaafkan orang lain atas kesalahan kepada kita adalah tindakan yang terpuji dan memerdekakan kita. Sebaliknya ketidakmampuan untuk memaafkan orang lain merupakan tindakan tercela dan membodohi kita, karena akhirnya akan menghukum diri kita sendiri. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang memaafkan lebih bahagia dan sehat daripada mereka yang menyimpan kebencian.
Kemampuan memaafkan orang lain merupakan tanda orang yang bertakwa, seperti yang dipaparkan oleh Allah swt:
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَن ِالنَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (١٣٤)
“ Yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan ”. (QS. Ali Imran: 134)
Selain sifat terpuji  yang membawa nilai positif untuk kepentingan sosial, memaafkan kesalahan orang lain juga  akan memperlancar pergaulan antar sesama, dan ternyata secara medis memaafkan orang lain  juga akan memberikan banyak manfaat kesehatan, antara lain:
1.       Meningkatkan respon imunitas.
2.       Menurunkan tekanan darah.
3.       Meningkatkan tidur yang berkualitas.
4.       Mengurangi kecemasan dan depresi.
5.       Meningkatkan harga diri.
6.       Memberikan ketenangan pikiran.

#6 Cintanya Sang Nabi Tercinta

Tujuan:

Masyarakat mencontoh Nabi Muhammad Saw dalam mengekspresikan rasa cinta pada sesama.

Uraian Singkat:

Nabi Muhammad Saw adalah manusia yang memiliki cinta yang meluap, sehingga luapan cintanya itu membanjiri orang-orang yang bergaul dengannya (baik yang teman maupun lawan). Inilah sinopsis cintanya itu.
1.       Sejarah menceritakan bagaimana sikap Rasulullah Saw ketika dilempari batu di kota Tha'if, beliau hanya berdo'a untuk kebaikan penduduk kota tersebut di masa datang dan menolak tawaran malaikat Jibril yang akan menghancurkan kota tersebut sebagai hukuman terhadap penduduknya yang telah melempari beliau. 
2.       Sejarah juga mencatat dengan tinta emas bagaimana sikap Rasulullah Saw ketika saban hari dihina oleh seorang pengemis buta, tetapi setiap hari itu pula Rasulullah Saw selalu menyuapinya hingga beliau wafat. Atau bagaimana Rasulullah Saw menjadi orang yang datang paling pertama untuk menjenguk seorang Yahudi yang tengah sakit, padahal si Yahudi tersebut adalah orang yang paling membenci dan memusuhi beliau. 
3.        "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan."Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

#7 Berterima Kasih

Tujuan:

Masyarakat dapat berterima kasih terhadap pemberian orang lain.

Uraian Singkat:

Di antara karakter muslim yang harus melekat pada diri seseorang atau masyarakat muslim adalah kepandaiannya berterima kasih. Karena, berterima kasih kepada orang lain sama saja dengan berterima kasih kepada Allah, seperti yang disampaikan oleh Rasulullah saw :
مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ
 “ Barang siapa tidak berterima kasih kepada manusia, dia tidak berterima kasih kepada Allah “.
    (HR. Ahmad, di shahihkan oleh Al-Albani)

Hadist lainnya yang senada dengan hadits di atas, yang juga berderajat shahih adalah :
لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ
“ Tidak bersyukur kepada Allah, siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia “. (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad. Dishahihkan oleh Al-Albani)
Bentuk terima kasih yang paling mudah adalah melalui ucapan “terima kasih”, “syukran”, dan atau “jazakallahu khairan” artinya ( Semoga Allah membalasmu dengan yang terbaik )  ini bentuk terima kasih yang paling mudah. Ucapan “jazakallahu khairan” merupakan ucapan terpuji seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw:
مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ فَقَالَ لِفَاعِلِهِ جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا فَقَدْ أَبْلَغَ فِى الثَّنَاءِ
“Barangsiapa diperlakukan baik oleh orang lain kemudian ia berkata kepadanya "jazaakallahkhairan" (semoga Allah membalasmu dengan yang terbaik), maka ia telah memujinya dengan setinggi-tingginya”. (HR. Tirmidzi, Al Albani berkata: "shahih")
Ada beberapa faedah atau keuntungan yang akan diperoleh setelah seseorang berterima kasih adalah:
1.       Membuka penerimaan kita terhadap apa yang kita tarik.
2.       Terima kasih akan mempererat silaturahim yang menurut hadits akan melapangkan rezeki kita.
3.       Berterima kasih akan membuat hati lebih enjoy dan lebih ceria yang akan memberikan motivasi tambahan dalam kehidupan kita sehari-hari.

#8 Yusuf paling dicintai Ya’qub

Tujuan:

Masyarakat mengenal syarat dicintai dan mencintai secara adil kepada sesama.

Uraian Singkat:

Mencintai memang harusnya tidak bersyarat, artinya setiap orang berhak mendapatkan cinta dari seseorang. Tetapi sebagai manusia biasa mungkin saja terjadi perilaku pembedaan dalam mencintai. Hal ini, bisa kita lihat pada sekelumit kisah dari Nabi Yusuf beserta ayah dan saudara-saudaranya.
Yusuf adalah anak yang dimanjakan oleh ayahnya, lebih disayang dan dicintai dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain, terutama setelah ditinggalkan wafat ibu kandungnya Rahil semasa ia masih berusia dua belas tahun.
Perlakuan yang diskriminatif dari Nabi Ya'qub terhadap anak-anaknya telah menimbulkan rasa iri-hati dan dengki di antara saudara-saudara Yusuf yang lain, yang merasakan bahwa mereka dianak-tirikan oleh ayahnya yang tidak adil sesama anak, memanjakan Yusuf lebih daripada yang lain.
Rasa jengkel mereka terhadap kepada ayahnya dan iri-hati terhadap Yusuf membangkitkan rasa setia kawan antara saudara-saudara Yusuf, persatuan dan rasa persaudaraan yang akrab di antara mereka.
1.       Perilaku dan sikap yang membuat orang cinta kepada diri kita adalah seperti yang ada dan terjadi pada Nabi Yusuf.
2.       Ketika cinta mengalami pembedaan, maka akan dialami oleh saudara-saudara Nabi Yusuf.
3.       Nantinya, Nabi Yusuf memaafkan kesalahan saudara-saudaranya kepadanya karena kecintaan Nabi Yusuf—buah dari pengalaman dicintai oleh ayahnya—kepada saudara-saudaranya itu

#9 Mendoakan Saudara Bukti Cinta

Tujuan:

Masyarakat mendoakan kebaikan saudaranya sebagai bukti cinta kepada saudaranya itu.

Uraian Singkat:

Cinta dibuktikan dengan perhatian kepada yang dicintainya. Sebagai sebuah perhatian, seseorang ingin orang yang dicintainya itu bahagia tidak ingin melihat, mendengar yang dicintainya bersedih. Segala cara biasanya akan dilakukan untuk membantu mengubah sedihnya itu menjadi bahagia, salah satunya dengan berdoa, mengharap kepada Allah agar saudaranya itu selalu ada dalam kebahagiaan. Lalu, bagaimana caranya?
1.       Menyiapkan doa-doa yang baik buat yang dicintainya, seperti Allahummanshur man nashraddin, Allahumma sallimna wal muslimin, Allahummasyfi mardhahu syifaan ‘ajilan, dan doa-doa lainnya.
2.       Memanjatkan doa di saat orang yang didoakannya tidak berada di hadapannya, supaya lebih  cepat terkabul, seperti sabda Nabi Muhammad Saw.
عَنْ أُمِّ الدَّرْدَاءِ قَالَتْ: إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ: ” دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ، عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ بِخَيْرٍ، قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ “
“ Dari Ummu Darda’ dan Abu Darda’ Radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwasallam bersabda, “Doa seorang muslim untuk saudaranya (muslim lainnya) yang tidak berada di hadapannya akan dikabulkan oleh Allah. Di atas kepala orang muslim yang berdoa tersebut terdapat seorang malaikat yang ditugasi menjaganya. Setiap kali orang muslim itu mendoakan kebaikan bagi saudaranya, niscaya malaikat yang menjaganya berkata, “Amin (semoga Allah mengabulkan) dan bagimu hal yang serupa.” (HR. Muslim no. 2733, Abu Daud no. 1534, Ibnu Majah no.  2895 dan Ahmad no. 21708)

#10 Berkata Baik

Tujuan:

Masyarakat berkata baik dan menghindari perkataan yang sia sia sebagai bukti cinta kepada sesama.

Uraian Singkat:

Cinta itu bukan hanya kata kata gombal tetapi harus dibuktikan. Diantara bukti cinta adalah berkata baik kepada yang dicintainya. Seperti yang disampaikan oleh Allah swt dalam firman-Nya:
وَاخْفِضْ جَنَاحَك َلِلْمُؤْمِنِينَ (٨٨)
“Berendah hatilah kamu terhadap orang-orang yang beriman”. (QS. Al-Hijr: 88)
Maksudnya adalah: bersikap lunaklah terhadap mereka & perbaiki akhlakmu terhadap mereka dengan mencintai, memuliakan, & mengasihi mereka. (Taisir Al-Karimir Rahman, hal. 435)
Kerendahhatian seseorang bisa terlihat dari perkataannya. Kalau seseorang  berkata baik, maka bisa dijadikan barometer (miqyas) bahwa orang itu punya kerendahan hati dan memiliki cinta di dalam dadanya.
Pentingnya berkata baik, ditegaskan oleh beberapa firman Allah dan hadist nabi saw, antara lain:
1.       “Sekiranya engkau bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (Ali ‘Imran: 159)
2.       ‘Adi bin Hatim  berkata, “Rasulullah saw bersabda:
اِتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ، فَمَنْ لَـمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ
“Jagalah kalian dari api neraka, walaupun degan bersedekah sepotong kurma. Namun siapa yang tidak mendapatkan sesuatu yang bisa disedekahkannya maka hendaknya (berucap) kata-kata yang baik.” (HR. Al-Bukhari no. 6023 & Muslim no. 2346)
3.       Dalam hadits yang lain, Nabi saw bersabda:
وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ
“Kata-kata yang baik adalah sedekah.” (HR. Al-Bukhari no. 2707 & Muslim no. 2332)

Rasulullah saw juga pernah berpesan kepada sahabatnya Abu DzarAl-Ghifari radhiyallahu anhu:
لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْـمَعْرُوْفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلِيْقٍ
“Jangan sekali-kali engkau meremehkan perkara kebaikan walaupun hanya berwajah cerah dan berseri seri ketika engkau bertemu dengan saudaramu.” (HR. Muslim no. 6633)
4.       “Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, berkata baik atau diam.”

#11Bekerja dengan Hati yang Ikhlas

Tujuan:

Masyarakat memahami makna ikhlas dan dapat bekerja dengan niat yang ikhlas

Uraian Singkat:

وَمَاأُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ (٥)
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus” (QS: Al Bayyinah: 5)
1.       Pelajaran penting dari puasa Ramadhan adalah ibadah yang dilakukan penuh keikhlasan, karena puasa adalah ibadah yang tak nampak. Berbeda dengan ibadah lainnya yang biasa disaksikan oleh orang lain. Hanya Allah dan pelaku puasa tersebut saja yang tahu.
2.       Makna ikhlas secara bahasa adalah murni. Amal yang ikhlas artinya amal yang murni hanya untuk Allah, tanpa ada campuran kepentingan yang akan mengurangi keikhlasannya, Atau bahkan bisa dikatagorikan tidak ikhlas.
3.       Kaidah keikhlasan dalam ibadah dan bekerja ada dua, yaitu : shihhatunniyyah (niatnya benar karena Allah) & shihhatul amal (amalnya benar sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya). Contoh: sholat shubuh dengan niat yang ikhlas, tapi disengaja rakaatnya ditambah menjadi empat rakaat, maka sholat tersebut ditolak karena tidak sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
4.       Niat yang baik tidak bisa mengubah perbuatan maksiat menjadi baik. Contoh:  seseorang mencuri dengan niat baik untuk memperoleh biaya menyekolahkan anak-anaknya. Maka perbuatan tersebut tetap berdosa. Seseorang menggunakan riba untuk biaya membangun masjid, ini juga berdosa. Hal itu ditegaskan oleh sebuah kaidah:  Al ghayatu la tubarriru al wasilata (tujuan yang baik itu tidak menghalalkan segala cara).
5.       Niat yang buruk bisa membuat amal yang baik menjadi buruk. Dalam hadits diceritakan tentang peristiwa di akhirat :
a.       Seseorang yang diberi harta banyak, lalu ditanyakan dikemanakan hartanya. Jawabnya : Diinfakkan dijalan Allah. Lalu Allah menjawab: “Kamu berbohong, kamu lakukan itu karena dengan niat kamu ingin disebut sebagai dermawan”
b.      Seseorang yang diberi keahlian mengajar Al Qur’an, lalu ditanyakan untuk apa keahliannya tersebut, dijawabnya bahwa dia telah mengajarkannya karena Allah. Lalu Allah menolaknya : “Kamu bohong, kamu lakukan itu dengan niat agar dikatakan sebagai seorang qori’ atau seorang ‘alim.”
c.       Seseorang yang diberi kekuatan fisik dan keberanian berperang, lalu ditanyakan Allah untuk apa nikmat tersebut. Jawabnya bahwa dia telah gunakan nikmat tersebut untuk berperang dijalan allah. Allah menolaknya dengan mengatakan; “Kamu bohong, kamu lakukan semua itu agar dibilang pemberani”. Lalu Allah memerintahkan malaikat untuk menyeret mereka yang tidak ikhlas tersebut ke dalam neraka. Na’udzubillah min dzaalik.
Oleh karena itulah, Ikhlas itu bukan hanya sekedar ucapan penghias bibir belaka, melainkan kerja-kerja /amal yang lahir dari kemurnian iman kepada Allah SWT.

#12 Bekerja untuk Perbaikan Umat

Tujuan:

Masyarakat memahami tahapan yang kokoh dalam melakukan pekerjaan untuk perbaikan kondisi umat.

Uraian Singkat:


وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُم ْتَعْمَلُونَ (١٠٥)
“Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada ( Allah ) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberikan-Nya kepada kamu apa yang kamu kerjakan".( QS AtTaubah; 105)
1.       Prioritas pertama dalam bekerja adalah bekerja untuk memperbaiki diri sendiri, sehingga ia menjadi seseorang yang selamat aqidahnya, benar ibadahnya, kokoh akhlaknya, luas wawasannya, kuat fisiknya, mampu mencari penghidupan, melakukan mujahadah terhadap dirinya, penuh perhatian akan waktunya, rapi urusannya dan bermanfaat bagi orang lain.
2.       Prioritas kedua dalam bekerja adalah bekerja untuk membentuk keluarga muslim, yaitu dengan mengkondisikan keluarga agar menghargai pola pikir Islami, memelihara etika Islami, mampu memilih istri yang baik dan memposisikan istri sesuai hak dan kewajibannya, mampu mendidik anak-anak dan pembantunya, serta membimbing mereka dengan dasar-dasar islam.
3.      Prioritas ketiga dalam bekerja adalah bekerja untuk membimbing masyarakat. Yaitu dengan menyebarkan seruan kebaikan di tengah-tengah umat, memperbaiki perilaku kerendahan dan kemungkaran ditengah masyarakat, mendukung berbagai perilaku mulia yang ada di tengah mereka, melakukan amar ma’ruf, bersegera melakukan kebaikan dan menggaet opini umum untuk mendukung pola pikir Islami. Dan puncaknya adalah terus-menerus mewarnai masyarakat dengan kehidupan yang Islami.

#13 Kerja VS Waktu

Tujuan:

Masyarakat memahami bahwa pekerjaan yang harus dilakukan jauh lebih banyak dari waktu yang tersedia maka diperlukan kemampuan yang baik dalam menata waktu dan kerja.

Uraian Singkat:

وَالْعَصْرِ (١)إِنّ َالإنْسَان َلَفِي خُسْرٍ (٢)إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣)
“Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman, beramal shaleh serta nasehat menasehati dalam kebenaran dan dalam kesabaran”. ( QS Al “Ashr : 1-3 )
1.       Orang yang beriman memandang kerja-kerja dan kewajiban sebagai:
a.       Peluang terbesar untuk mendekatkan diri kepada Allah.
b.      Peluang untuk meningkatkan kualitas diri.
c.       Tangga untuk memperoleh cinta Allah yang dengan cinta itu akan terjaga dirinya.
d.      Menjauhkan diri dari tarikan dunia dan memfokuskan diri pada sikap yang berdimensi ukhrawi.
2.       Allah SWT memberikan dan mendistribusikan kerja kewajiban bagi manusia sesuai dengan kemampuan setiap orang, maka ini senantiasa harus membuat kita optimis bahwa kerja dan beban yang kita terima pastilah mampu kita kerjakan dengan sebaik-baiknya asalkan kita mau mengeluarkan segenap kemampuan dirinya. Allah swt berfirman:
لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا (٢٨٦)
“ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuan orang tersebut”. ( Q.S Al baqarah : 286 ).
3.       Tiga jenis kewajiban :
a.       Kewajiban kepada Allah : kerja berfungsi sebagai penguat hubungan antara kita dengan Allah, sehingga setiap saat pertolongan Allah dapat diraih untuk mendapatkan kesuksesan hidup dunia akhirat.
b.      Kewajiban kepada diri sendiri : kerja merupakan kebutuhan orang untuk mendapatkan kualitas pribadi yang unggul, sehingga ia menjadi shaleh bagi dirinya baik secara spiritual, intelektual, emosional dan fisik.
c.       Kewajiban kepada sesama : berfungsi untuk menata kehidupan yang harmoni dalam ikatan masyarakat berbasis kebaikan bersama.
4.       Berpacu dan bersegera  dalam melakukan kerja sebelum kesempatan menghilang.
Hal itu ditegaskan oleh hadits Nabi yang sangat masyhur : “Jagalah lima perkara sebelum datang lima perkara lainnya : masa mudamu sebelum datang masa tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, waktu kayamu sebelum datang waktu muskinmu, waktu senggangmu sebelum datang waktu sibukmu, dan waktu hidupmu sebelum datang kematianmu “. (HR Baihaqi dan Hakim).
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ (٧)
“ Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”. (QS Al Insyirah : 7)

#14 Ethos Kerja Profesional

Tujuan:

Masyarakat memahami berbagai cara pandang tentang kerja sehingga bisa bekerja lebih profesional dalam bidang dan skill apapun yang ditekuninya.

Uraian Singkat:


وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُم ْتَعْمَلُونَ (١٠٥)

“ Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS AtTaubah: 105)
Bekerja secara profesional  bisa dilakukan siapa saja dan dimana saja. Pekerja profesional adalah mereka yang melaksanakan pekerjaannya dengan sepenuh hati disertai dengan ikhlas dan itqan untuk menghasilkan yang terbaik bagi siapapun orang yang ada disekitarnya. Profesionalisme tidak ditentukan oleh jenjang pendidikan formal, atau tinggi rendahnya jabatan. Lalu bagaimana caranya agar seseorang bisa menjadi pekerja profesional? Berikut ini adalah prinsip-prinsip kerja profesional yaitu:
1.       Kerja adalah Rahmat: Aku bekerja Tulus Penuh Kebersyukuran
Rahmat adalah pemberian Allah yang baik, Kerja adalah rahmat berarti pengakuan bahwa Allah-lah yang memberi pekerjaan, karena itu harus disyukuri dan direspon dengan rasa terimakasih kepada Allah. Karena itu kita bekerja sebagai bentuk manifestasi rasa syukur kepada Allah yang telah memberi rahmat setiap saat.
2.       Kerja adalah Amanah:  Aku Bekerja Benar Penuh Tanggung Jawab dan  Integritas
Amanah adalah titipan Allah yang dipercayakan kepada pekerja, kepada manusia. Sebagai penerima amanah, maka setiap pekerja berkewajiban menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya. Pemberian titipan Allah, berarti pekerja diberi kepercayaan oleh Allah, karena itu sebagai orang yang dipercayai Allah, pekerja harus melaksanakan amanah dengan bertanggungjawab, dengan integritas. karena itu kita bekerja dengan penuh tanggung jawab sebagai respon terhadap titipan Allah yang Maha Rahman (Maha Pengasih).
3.       Kerja adalah Panggilan Suci: Aku Bekerja Tuntas Penuh Integritas
Panggilan Suci berarti panggilan dari Yang Kuasa dan sesuatu yang tidak bercela. Orang yang terpanggil seyogyanya mensyukuri panggilan tersebut sebagai utusan Allah. Karena itu bekerja adalah menyampaikan dan menyebarluaskan pesan dari Allah Yang Maha Kuasa. Maka pekerja dapat juga dimaknai sebagai Messengger of God. Tugas suci sebagai pekerja adalah menyebarluaskan kebenaran melalui pekerjaan.
4.       Kerja adalah Aktualisasi:  Aku Bekerja Keras Penuh Semangat
Aktualisasi adalah untuk mewujudkan keberadaan yang sesungguhnya, secara tegasnya adalah untuk mewujudkan dan mengubah potensi menjadi kompetensi yang bermuara pada hasil, output dan outcomes. Karena itu bekerja adalah mengeksplorasi segala talenta, bakat dan untuk menjadi produk yang bermanfaat. Untuk itu perlu usaha dan upaya yang sungguh-sungguh supaya potensi, bakat dan talenta tidak terkubur daam diri setiap pekerja, sebaliknya potensi dan bakat itu menjadi buah yang ranum yang akan dinikmati oleh semua orang.  
5.       Kerja adalah Ibadah:  Aku Bekerja Serius Penuh Kecintaan dan Pengabdian
Melakukan ibadah tidak hanya di rumah rumah ibadah atau di tempat-tempat khusus ibadah. Ibadah yang sangat kontekstual justru dilakukan dalam pekerjaan. Dengan bekerja kita melakukan ibadah, sudah tentu kerja yang ibadah adalah kerja yang dilakukan dengan tujuan memuliakan Allah dan membantu sesama manusia. Karena itu setiap pekerja semestinya mewujudkan pekerjaan dan tugasnya sebagai ibadah kepada Allah SWT. Bekerja dengan totalitas pengabdian kepada Allah itulah ibadah yang sesungguhnya. Bekerja sebagai ibadah dengan memuliakan Allah SWT sebagai hubungan vertikal, bekerja sebagai ibadah dengan hubungan horizontal, adalah berbuat kebaikan dan kebajikan kepada manusia.  
6.       Kerja adalah Seni: Aku Bekerja Cerdas Penuh Kreatifitas
Semua orang menyenangi keindahan, menyukai harmoni. Keindahan dan harmoni adalah seni, maka kerja sesungguhnya juga adalah seni. Bekerja adalah mengkesplorasi semua kreatifitas untuk menciptakan keindahan dan harmoni. Meyakini, memahami dan melaksanakan kerja sebagai seni akan membuat setiap pekerja melakukan kerja dengan sepenuh cinta. Ia mampu menghasilkan produk-produk yang indah dan menawan. Karena itu bekerja adalah mengeksplorasi semua kreativitas manusia menjadi sesuatu yang mempunyai  cinta dan keindahan.  
7.       Kerja adalah Kehormatan: Aku Bekerja Tekun Penuh Keunggulan
Menerima hasil atau upah dari pekerjaan adalah kehormatan, karena bekerja adalah penghargaan kepada kemampuan dan keunggulan seseorang. Seseorang menerima pekerjaan adalah seseorang yang menerima kehormatan. Orang yang menerima kehormatan harus menjaga kehormatan itu dengan segala upaya yang bisa dilakukan. Jadi kalau anda ditugaskan untuk melakukan sesuatu, itu artinya ada diberikan kehormatan untuk menyelesaikannya. Karena itu bekerja haruslah dilakukan dengan segala ketekunan untuk encapai keunggulan.
8.       Kerja adalah Pelayanan: Aku Bekerja Paripurna Penuh Kerendahan Hati
Melayani adalah memberikan yang terbaik kepada pelanggan dan masyarakat, jadi seorang yang bekerja melayani orang lain, melayani customer adalah memberikan kualitas terbaik. Pekerja yang demikian adalah orang-rang yang mulia. Seorang Menteri tugasnya adalah melayani, yang dilayani adalah masyarakat dan pihak lain yang memberikan pelayanan kepada masyarakat. Menteri melayani Gubernur, melayani Walikota, melayani Bupati, supaya Gubernur, Bupati dan Walikota bisa melayani masyarakat dengan baik. Bekerja adalah pelayanan. Karena itu setiap pekerja harus melayani dengan sepenuh hati dengan kemuliaan hati. Setiap pekerja adalah orang mulia.

#15 Bekerja Adalah Ibadah

Tujuan:

Masyarakat memahami makna ibadah dengan benar dan dapat mewarnai berbagai aktifitas kerjanya dengan nilai ibadah.

Uraian Singkat:

وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّل ْإِلَيْه ِتَبْتِيلا (٨)
“ Dan sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan”. (QS Al Muzzammil (73) : 8)
Kemudian Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadits  “Ada dosa yang tidak bisa dihapus dengan sholat, zakat, puasa dan haji sekalipun tetapi hanya bisa dihapus dengan kelelahan karena mencari nafkah penghidupan.” Nah, salah satu wasilah atau cara mencari nafkah adalah dengan bekerja.
Namun benarkah bekerja itu ibadah? Jawabannya Tergantung kepada niat masing masing orang. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi agar kerja kita bernilai ibadah.
 Pertama, Niatkan bekerja sebagai wasilah taqarrub ilal lah ( mendekatkan diri kepada Allah ). Karena ibadah dalam islam bukan hanya di tempat ibadah atau saat menjalankan aktivitas ritual, akan tetapi Semua sendi kehidupan adalah ibadah, termasuk bekerja.
Bahkan hal yang kecil, contohnya masuk kamar mandi termasuk bagian dari ibadah, membuang sampah pada tempatnya juga ibadah. Semua hal dimana kita menyertakan Allah dalam aktifitas itu, dan tidak bertentangan dengan nilai nilai islam maka akan  berpeluang besar bernilai ibadah di sisi Allah.
Kedua, cara yang dilakukan harus benar. Niatnya benar tapi caranya keliru tak akan bernilai ibadah. Kita sholat, niatnya benar karena Allah, tetapi sujudnya diganti dengan koprol, walau kita ikhlas tak akan bernilai ibadah. Begitu juga dengan bekerja. Cara bekerjanya harus benar, di tempat yang benar, tidak bertentangan dengan ketentuan-Nya.
Jadi, walau kita ikhlas karena Allah tetapi kita kalau bekerja di tempat yang diharamkan atau memperoduksi barang dan jasa yang dilarang oleh Sang Pemberi Rezeki maka lelah kita selama bekerja tak ada nilainya di sisi Allah dan bahkan mendatangkan dosa. Kita hanya memperoleh penghasilan tetapi tidak memperoleh ganjaran. Sungguh sungguh sangat merugi, bekerja mencari rezeki tetapi justru menjauh dari Sang  Ar razzaq (Pemberi Rezeki).
Ketiga, kita harus enjoy, tulus dan senang. Segala sesuatu yang dilakukan dengan mengeluh dan penuh keterpaksaan tidak akan bernilai ibadah. Jadi bila kita kerja, namun kita lebih sering terpaksa, mengeluh, bahkan terkadang mencaci perusahaan tempat kita bekerja maka jangan berharap kita mendapat pahala. Kita mungkin mendapat gaji yang utuh tetapi pahala dan keberkahan rezeki akan menjauh dari kita.
Bagaimana agar bekerjanya enjoy? Bekerjalah dengan passion kita, agar lelah, keringat dan jerih payah kita mendapat balasan berlimpah di dunia (penghasilan, penghargaan dll) dan juga bisa menjadi bekal untuk kehidupan setelah dunia (akhirat). Itulah pentingnya kita menemukan passion dan bekerja sesuai dengan passion. Karena dengan cara itu kita berpeluang besar mendapatkan keuntungan di dunia dan tempat terhormat di kehidupan akhirat.
Ingatlah ketiga hal tersebut di atas: niat yang ikhlas, cara kerja yang baik dan disertai  enjoy agar kerja kita bernilai ibadah. Sehingga, penghasilan berlimpah, pahala terus bertambah dan hidup semakin berkah.

#16 Kerja dan Pengorbanan

Tujuan:

Masyarakat memahami bahwa kerja yang berkualitas memerlukan sebuah pengorbanan (Tadhhiyah) , namun pengorbanan tersebut  tidak akan sia sia dan pasti akan memperoleh ganjaran terbaik di mata manusia, terlebih dimata Allah SWT.

Uraian Singkat:

إِنّ  اللَّهَ اشْتَرَى مِن الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُم وَأَمْوَالَهُم ْبِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيل ِاللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالإنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِه ِمِنَ اللَّه ِفَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِك َهُوَ الْفَوْز ُالْعَظِيمُ (١١١)
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah , lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah ? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar”.(QS At Taubah (9): 111).
Sungguh banyak kisah dalam sejarah kehidupan manusia yang dapat menjadi bukti dan contoh tentang pengorbanan, baik dalam kisah orang-orang terdahulu sebelum Nabi Muhammad saw, maupun kisah pengorbanan beliau dan sahabatnya dalam sirah, dan kisah-kisah perjuangan umat sesudahnya sampai saat ini.
Perhatikan kisah Nabi Nuh, 950 tahun waktunya dia korbankan untuk menyeru kaumnya untuk berbakti dan beribadah kepada Allah, tapi tidak ada yang menghiraukan seruannya kecuali sedikit, dan bahkan istri dan putranya sendiri tidak beriman kepadanya.
Perhatikan pula kisah pengorbanan sahabat mulia Mush’ab bin Umair. Ia adalah seorang pemuda bangsawan Quraisy, gagah, ganteng, kaya dan terhormat, namun beliau mengorbankan semua kehormatannya di masa jahiliyah menuju kehormatan di masa Islam, walaupun harus berpisah dengan keluarganya. Bahkan ibu yang sangat mencintainya mengancam akan bunuh diri apabila putranya tetap memeluk agama Islam. Namun sang Mush’ab si pemuda ganteng dan parlente itu tetap memilih Islam, sehingga menemukan syahadah (mati syahid) di perang Uhud, saat itu beliau hanya memakai sehelai baju, yang sekaligus menjadi kafannya, yang apabila wajahnya ditutup maka kakinya tersingkap, dan apabila kakinya ditutup maka wajahnya terbuka. Karena dengan pengorbanan itulah Mush’ab menggapai cinta Allah dan menghuni taman-taman Syurga serta diiringi oleh 70 bidadari.
Itulah beberapa kisah pengorbanan tokoh-tokoh sejarah kemanusiaan. Dan sejarah manusia yang masih akan berlangsung sampai hari kiamat, akan selalu mencatat dan meminta para pelaku sejarah yang berani mengorbankan diri, harta, waktu dan segala yang ia memiliki dalam rangka mempertahankan kebenaran.
Pengorbanan kerja kita saat ini adalah bekerja memperbanyak jumlah pelaku kebaikan, sehingga pada gilirannya kebenaran akan menjadi jaya, dan sebaliknya kebatilan akan runtuh. Walaupun dalam perjuangan itu banyak harta yang habis serta jiwa yang gugur, tetapi sejarah kemanusiaan akan mencatatnya sebagai buah bibir generasi-generasi mendatang, dan Allah akan memberinya kedudukan yang mulia di sisi-Nya.

#17 Kerja Melayani Umat

Tujuan:

Masyarakat Masyarakat memahami makna pelayanan prima dan mampu memberikan pelayanan prima dalam setiap kerjanya

Uraian Singkat:

وَابْتَغِ فِيمَا ءَاتَاك َاللَّه ُالدَّار َاْلآخِرَةَ وَلاَتَنْس َنَصِيبَكَ مِن َالدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْك َوَلاَتَبْغ ِالْفَسَاد َفِي اْلأَرْضِ إِنّ َاللَّه َلاَ يُحِب ُّالْمُفْسِدِينَ
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan(Q.S. Al Qashash, 28 : 77)

Karakteristik manusia yang kita layani :
1.       Ingin dimengerti
2.       Ingin diperhatikan – tak ingin dicuekin
3.       Tak ingin disalahkan
4.       Ingin dilayani dengan baik
5.       Ingin dihargai
6.       Ingin dianggap penting
7.       Ingin merasa nyaman
8.       Ingin selalu harapannya terpenuhi
Sikap kita dalam melayani masyarakat :
1.       Mengetahui siapa masyarakat yang menjadi kawan bicara
2.       Berusaha dengan sungguh-sungguh memahami apa keinginannya
3.       Mendengarkan dengan penuh perhatian
4.       Memperhatikan sikap tubuh yang bersahabat
5.       Menatap mata kawan bicara saat ia berbicara
6.       Memperhatikan ekspresi wajah yang optimis
7.       Memperhatikan sikap dan perilaku yang santun
8.       Menempatkan kepentingan kawan bicara pada urutan nomor satu
9.       Memberikan pelayanan yang cepat, tepat dan ramah
10.   Mudah dihubungi oleh masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung

#18 Bekerja Secara Istiqomah

Tujuan:

Masyarakat Masyarakat memahami pentingnya keistiqomahan atau konsistensi dalam bekerja untuk mencapai tujuan-tujuan besar.

Uraian Singkat:

فَاسْتَقِم ْكَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَك َوَلاتَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (١١٢)
“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (QS Hud (11):112
إِنَّ الَّذِين َقَالُو ا رَبُّنَا اللَّه ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِم ُالْمَلائِكَةُ أَلاتَخَافُوا وَلاتَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (٣٠)
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Rabb kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu"
Hadist dari Abu ‘Amarah Sufyan bin Abdullah “Aku berkata: “Wahai Rasulullah katakanlah kepadaku satu perkataan dalam Islam yg aku tidak akan bertanya kepada seorangpun selain engkau. Beliau bersabda: “Katakanlah : “Aku beriman kepada Allah, kemudian beristiqomahlah (jangan menyimpang).” (HR Muslim)
Makna Istiqomah
·         Abu Bakar As-Shiddiq ra berkata bahwa istiqomah adalah kemurnian tauhid
·         Umar bin Khattab ra berkata: “Istiqomah adalah komitmen terhadap perintah & larangan & tidak boleh menipu sebagaimana tipuan musang”
·         Utsman bin Affan ra berkata: “Istiqomah adalah mengikhlaskan amal kpd Allah swt”
·         Ali bin Abu Thalib ra berkata: “Istiqomah adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban”
·         Al-Hasan berkata: “Istiqomah adalah melakukan ketaatan & menjauhi kemaksitan”
·         Mujahid berkata: “Istiqomah adalah komitmen terhadap syahadat tauhid sampai bertemu dengan Allah swt”
·         Ibnu Taimiah berkata: “Mereka beristiqomah dalam mencintai & beribadah kepadaNya tanpa melihat kiri kanan”
Faktor-faktor yang melahirkan istiqomah
1. Ikhlas - (QS 98:5)
2. Beramal dan melakukan optimalisasi kerja - (QS 22:78)
3. Sederhana dalam tindakan, tidak melampaui batas - (QS 25:67)
4.  Bersandar pada faktor kontemporari, melainkan pada sesuatu yg jelas
5.  Mengikuti Sunnah
Rasulullah saw bersabda: “Siapa diantara kalian yang masih hidup sesudahku maka dia pasti akan melihat perbedaan yang keras, maka hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para Khalifah Rasyidin (yang lurus), gigitlah ia dengan gigi taringmu.”(Abu Daud dari Al-Irbadl bin Sariah)

#19 Bekerja Berjama’ah

Tujuan:

Masyarakat memahami pentingnya bekerja secara berjama’ah serta memahami ciri-ciri bekerja secara berjama’ah.

Uraian Singkat:

إِن َّاللَّه َيُحِبُّ الَّذِين َيُقَاتِلُون َفِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ (٤)
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (QS Ash Shaff (61): 4)
Hadits :
“Tangan Allah beserta jama’ah dan siapa yang menyendiri, menyendiri pula dalam neraka.” (HR Tirmidzi)
“Hendaklah kamu tetap bersama jama’ah, sebab serigala hanya akan memangsa kambing yang menyendiri” (HR Ahmad)
“Siapa yang menginginkan bagian tengah dan bagian terbaik dari surga, hendaklah ia berpegang teguh dengan jama’ah (HR Tirmidzi)
Atsar dari Abdullah bin Mas’ud: jama’ah adalah tali Allah yang kuat yang Dia perintahkan untuk memegangnya. Dan apa yang kalian tidak sukai dalam jama’ah dan ketaatan adalah lebih baik dari apa yang kamu sukai dalam perpecahan.” Sedangkan Imam Ali ra mengatakan, “Kekeruhan dalam jamaah lebih baik daripada kebeningan dalam kesendirian.”
1.       Islam menyerukan kepada pemeluknya untuk berjama’ah dan menjauhi kesendirian. Realitas kehidupan menegaskan bahwa kerja yang produktif adalah yang dilakukan secara kolektif. Kerja-kerja besar hanya akan terwujud dengan tenaga yang besar.
2.       Kerja bersama merupakan gerakan bersama dimana setiap orang menjalankan fungsinya masing-masing untuk mencapai tujuan bersama.
3.       Perumpamaan yang sangat cocok untuk kerja bersama adalah seperti dalam kerja semua anggota tubuh kita, masing-masing memiliki fungsinya dan masing-masing saling menguatkan untuk mencapai tujuan bersama.
Spirit kerja kolektif juga bisa dilihat dalam pelaksanaan sholat berjamaah, dimana imam sebagai pemimpin harus memberikan keteladanan terbaik kepada jama’ahnya dan jamaah mengangkat imam untuk ditaati, serta bersedia mengingatkan dengan cara yang benar saat imam melakukan kekeliruan.

#20 Memelihara Kerja Dari Sifat Takabur

Tujuan:

Masyarakat Masyarakat memahami makna dan bahaya dari takabur dan dapat menjaga kerja-kerjanya terjaga dari sifat takabur.

Uraian Singkat:

وَلاتُصَعِّرْخَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاتَمْشِ فِي الأرْض ِمَرَحًا إِنَّ اللَّه َلايُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (١٨)
“Dan janganlah memalingkan muka dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Lukman (31): 18)
Makna takabur atau kesombongan adalah sesuai  hadits Nabi : “Kesombongan adalah menolak kebenaran dan melecehkan orang lain” (HR Muslim).
1.       Kesombongan terbagi dua, yaitu kesombongan dzhahir dan kesombongan bathin. Kesombongan bathin adalah perangai dalam jiwa. Ketika tidak menimbulkan sifat sombong dalam amal anggota badan maka disebut kesombongan (kibr), namun bila telah lahir menjadi amal perbuatan anggota badan maka disebut berlaku sombong (takabur)
2.       Pihak yang disombongi dan tingkatannya:
a.       Sombong kepada Allah, merupakan kesombongan yang paling keji. Penyebabnya adalah kebodohan dan pembangkangan. Contohnya adalah namrud dan Fir’aun, perhatikan QS Al Furqon (25):60.
وَإِذَاقِيلَ لَهُمُ اسْجُدُوا لِلرَّحْمَن ِقَالُوا وَمَاالرَّحْمَنُ أَنَسْجُد ُلِمَا تَأْمُرُنَا وَزَادَهُمْ نُفُورًا (٦٠)
“ Dan apabila dikatakan kepada mereka". Sujudlah kamu sekalian kepada Yang Maha Penyayang", mereka menjawab: "Siapakah Yang Maha Penyayang itu? Apakah kami akan sujud kepada Rabb Yang kamu perintahkan kami (bersujud kepada-Nya)?", dan (perintah sujud itu) menambah mereka jauh (dari iman). (QS Al furqon(25) ayat : 60).
b.      Sombong kepada para Rasul, merupakan keengganan jiwa untuk mematuhi para rasul hanya karena mereka berupa manusia seperti diri mereka sendiri. Perhatikan QS 25:21
وَقَال َالَّذِين َلايَرْجُونَ لِقَاءَنَا لَوْلا أُنْزِلَ عَلَيْنَاالْمَلائِكَة ُأَوْنَرَى رَبَّنَا لَقَدِاسْتَكْبَرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ وَعَتَوْا عُتُوًّاكَبِيرًا (٢١)
“Berkatalah orang-orang yang tidak menanti-nanti pertemuan(nya) dengan Kami: "Mengapa tidak diturunkan kepada kita malaikat atau (mengapa) kita (tidak) melihat Rabb kita?" Sesungguhnya mereka menganggap besar diri mereka dan mereka benar-benar sangat melampaui batas (dalam melakukan) kezaliman”.(QS Al furqon (25) : 21).
c.       Kesombongan kepada sesama hamba, yaitu dengan mengganggap diri lebih terhormat dan melecehkan orang lain sehingga tidak mau patuh kepada mereka, meremehkan mereka dan tidak mau duduk sejajar dengan mereka.
Diantara bentuk terapi dari kesombongan adalah menumbuhkan rasa takut kepada Allah, (khasyyatullah) mendahulukan handai taulan atas dirinya sendiri, menyantuni anak yatim serta memenuhi undangan orang-orang miskin dan kerabat.

#21 Harmoni dengan Tetangga

Tujuan:

Masyarakat membangun harmoni dengan tetangganya

Uraian Singkat:

Tetangga merupakan orang yang paling dekat. Mereka hidup bersama dalam satu lingkungan yang sama dengan kita. Harmoni dengan mereka bisa diwujudkan dengan:
1.       Berbuat baik kepada tetangga, sebagaimana firman Allah swt:
وَاعْبُدُوااللَّهَ وَلاتُشْرِكُو ابِهِ شَيْئًاوَبِالْوَالِدَيْن ِإِحْسَانًاوَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِالْجُنُبِ وَالصَّاحِب ِبِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَامَلَكَتْ أَيْمَانُكُم ْإِنَّ اللَّهَ لايُحِبُّ مَنْ كَان َمُخْتَالا فَخُورًا (٣٦)
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, Ibnu sabil[295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (QS. An-Nisa: 36)
2.       Mencintainya, seperti sabda Nabi saw: “ Demi Dzat yang jiwaku berada di tangannya, tidaklah beriman seorang hamba hingga dia mencintai tetangganya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri”. (HR. Muslim)
3.       Memberi makan tetangga, seperti sabda Nabi saw: “Bukanlah termasuk orang mukmin, yang dirinya kenyang sedangkan tetangganya dalam keadaan lapar yang menimpa kedua sisi perutnya”. (HR. Bukhari)

#22 Harmoni di Masjid

Tujuan:

Masyarakat membangun harmoni dengan sesama jama’ah Masjid dan menjadikan masjid sebagai titik tolak harmonisasi masyarakat.

Uraian Singkat:

Masjid tempat berkumpul untuk melakukan kebaikan, sehingga akan sangat baik bila masjid difungsikan sebagai tempat untuk melakukan harmonisasi masyarakat. Harmonisasi yang dilakukan dan bertitik tolak dari masjid, bisa dilakukan dengan melakukan:
1.       Melakukan salat berjama’ah di masjid, seperti sabda Nabi saw: “ Shalat berjama’ah adalah lebih penting dari salat sendirian sebanyak 27 derajat (tingkatan)”.
2.       Melakukan Kajian dan pengajian di masjid, sehingga memperoleh beberapa keutamaan:
a.       Mendapatkan pengayoman malaikat
b.      Mendapatkan ketenangan jiwa
c.       Mendapatkan cucuran rahmat
d.      Allah menyebutnya di hadapan para malaikat

#23 Harmoni dengan Keluarga Besar

Tujuan:

Masyarakat membangun harmoni pada keluarga besarnya.

Uraian Singkat:

Keluarga besar merupakan kelompok lanjutan setelah keluarga inti terbentuk, sebagaimana yang gambarkan oleh Allah swt pada surat an-Nisa: 1
يَاأَيُّهَاالنَّاس ُاتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم ْمِنْ نَفْس ٍوَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَارِجَالاكَثِيرًاوَنِسَاءً وَاتَّقُوااللَّهَ الَّذِيتَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِن َّاللَّهَ كَان َعَلَيْكُمْ رَقِيبًا (١)
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya[263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. (QS. An-Nisa: 1)
Dari ayat ini dijelaskan bahwa asal muasal manusia bermula dari dua manusia yaitu Adam dan Hawa, terbentuklah kemudian keluarga besar yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dan Allah menyuguhkan konsep silaturahmi untuk menjaga harmoni diantara anggota keluarga besar itu
Bentuk silaturahmi yang mengharmoniskan diantaranya dengan :
1.       Ziyarah (Berziarah);
2.       Saling memberi hadiah;
3.       Memberi nafkah;
4.       Berlaku lemah-lembut ( Ar rifqu )
5.       Bermuka manis / senyum ( Tabassum )
6.       Bemuliakannya ( Al ikram ) dan
7.       Semua yang manusia itu menganggapnya silaturahmi.

#24 Silaturahmi untuk Harmoni

Tujuan:

Masyarakat mempererat tali silaturahmi dan memperkuatnya dengan berbagai etnis dan kalangan sehingga tercipta harmoni.

Uraian Singkat:

Silaturahmi merupakan konsep yang menyatu dengan ajaran Islam dan diperhatikan betul pelaksanaannya, sehingga merupakan larangan besar bila memutuskan silaturahmi. Silaturahmi sendiri memiliki keutamaan:
(1). Merupakan bagian dari Konsekuensi Iman kepada Allah dan hari akhir dan merupakan Tanda sempurna atau tidaknya iman seseorang.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi.” (HR. Al-Bukhari no. 5787)
(2). Mendapatkan Keberkahan Umur dan Rizki.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam bersabda: “Barangsiapa yang ingin diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung hubungan silaturahim.” (HR. al-Bukhari no. 5986 dan Muslim no. 2557)
(3). Silaturahim adalah Salah Satu Penyebab Utama Masuk Surga dan dijauhkan dari Neraka.
Dari Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya seorang laki-laki berkata, “Ya Rasulullah, ceritakanlah kepadaku amalan yang dapat memasukkan aku ke dalam Surga dan menjauhkan aku dari Neraka.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
”Engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan menyambung tali silaturahmi.” (HR. al-Bukhari no. 1396 dan Muslim no. 13)
(4). Silaturahim juga merupakan amalan paling Utama dan amalan yang Paling dicintai Allah .
Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, “Ya Rasulullah, amalan apa yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Beriman kepada Allah.” Dia bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, “Kemudian menyambung silaturahmi.” (Shahihat-Targibwaat-Tarhib no. 2522)

#25 Menerapkan Akhlak Sosial

Tujuan:

Masyarakat terbiasa mempraktekkan akhlak sosial yang dianjurkan dalam Islam.

Uraian Singkat:

Islam adalah agama yang mengajarkan pergaulan bukan sekedar agama ritual, sehingga mengatur juga etika berinteraksi dengan sesama dalam berbagai golongan, seperti yang dipaparkan oleh Allah swt:
يَاأَيُّهَاالَّذِينَ آمَنُوا لايَسْخَر ْقَوم ٌمِن ْقَوْم ٍعَسَى أَنْ يَكُونُواخَيْرًامِنْهُمْ وَلانِسَاءٌ مِن ْنِسَاءٍعَسَى أَنْ يَكُنّ َخَيْرًامِنْهُنَّ وَلاتَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلاتَنَابَزُوابِالألْقَابِ بِئْسَ الاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَالإيمَانِ وَمَن ْلَم ْيَتُب ْفَأُولَئِك َهُمُ الظَّالِمُونَ (١١)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[1410] dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. (QS. Al-Hujurat: 11)
Pada ayat ini, Allah memaparkan 3 akhlak sosial yang madzmumah (tercela) yang harus dihindari dalam masyarakat yang menginginkan terbentuknya sebuah harmoni:
1.       Menghindari perbuatan merendahkan orang lain.
2.       Menghindari perbuatan mencela orang lain.
3.       Menghindari pemberian gelar yang mengandung ejekan.
Selanjutnya Allah berfirman:
يَاأَيُّهَاالَّذِين َآمَنُوا اجْتَنِبُواكَثِيرًامِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِ ّإِثْم ٌوَلاتَجَسَّسُواوَلايَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًاأَيُحِبّ ُأَحَدُكُم ْأَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيه ِمَيْتًافَكَرِهْتُمُوهُوَاتَّقُوااللَّهَ إِنّ َاللَّه َتَوَّابٌ رَحِيمٌ (١٢)
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hujurat: 12)
Pada ayat lanjutan ini pula  Allah memaparkan 3 akhlak sosial tambahan yang tercela  yang harus dihindari oleh masyarakat supaya tercipta harmoni, yaitu:
1.       Menghindari berburuk sangka ( su’ud dzon)
2.       Menghindari mencari-cari keburukan orang lain (tajassus).
3.       Menghindari menggunjing (ghibah) satu sama lain, karena hal itu sama saja dengan memakan bangkai saudaranya sendiri.

#26 Saling Tolong

Tujuan:

Masyarakat mempraktekkan saling tolong ( Ta’awun ) untuk membangun kebaikan dan mencegah dari segala keburukan.

Uraian Singkat:

Hidup bermasyarakat dan bernegara tidak mungkin ditanggung dan dikerjakan hanya oleh seorang diri dan hanya oleh kelompok tertentu, tetapi harus ada kerja sama diantara seluruh komponen yang ada. Sebagaimana firman Allah:
وَتَعَاوَنُواعَلَى الْبِرِّوَالتَّقْوَى وَلاتَعَاوَنُواعَلَى الإثْم ِوَالْعُدْوَان ِوَاتَّقُوااللَّه َإِن َّاللَّه َشَدِيدُالْعِقَابِ (٢)
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya”. ( QS. Al-Maaidah:2)
Pesan Allah swt ini mengukuhkan 2 hal:
1.       Saling tolong dalam kebaikan dengan berbagai aspek proyek kebaikan seperti dalam bidang pendidikan, ekonomi, sosial, budaya. Aktifitas saling menolong ini akan membuat pengerjaan proyek kebaikan akan lebih ringan.
2.       Saling cegah dari berbagai keburukan diantaranya narkoba, pornografi, perzinahan, perjudian, dan korupsi. Aktivitas saling mencegah keburukan membuat proses pencegahan menjadi lebih ringan dan keburukan dapat diminimalkan.
Pesan Nabi saw untuk mempraktikkan saling tolong menolong ternyata sampai pada urusan rumah tangga, seperti dalam sabdanya:
Dari Abu Sa’idal-Khudriy ra.  berkata: Rasulullah saw. mengutus sepasukan tentara ke Bani Lihyan yang termasuk suku Huzail, kemudian beliau bersabda: “Hendaklah tiap dua orang dalam satu keluarga, yang satu keluar dan yang lain menjaga keluarga-keluarga yang ditinggal, niscaya pahalanya terbagi antara keduanya sama.” (HR Muslim)

#27 Memperbanyak Teman

Tujuan:

Masyarakat mempraktekkan untuk memperbanyak teman pada pertemanan dan persahabatan yang mengantarkan pada hal hal yang positif.

Uraian Singkat:

Teman itu sesuatu yang penting dalam kehidupan, seperti yang disampaikan Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan oleh al-Kharaithi dengan sanadnya dari Abu Hurairah ra:
المرء على دين خليله، فلينظر أحدكم من يخالل
“Seseorang itu mengikuti agama orang yang menjadi kawannya, oleh karena itu lihatlah siapa orang yang menjadi kawan pendampingmu.”
Berikut orang-orang yang sebaiknya dijadikan teman:
1.       Berteman dengan teman yang baik
Hadis yang diriwayatkan oleh al-Kharaithi dengan sanadnya dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu. bahwa pada suatu hari Rasulullah Saw ditanya oleh seseorang, “Wahai Rasulullah, siapakah teman kami yang paling baik?”
Beliau menjawab:
من ذكركم الله برؤيته، وزاد في مثلكم منطقه، وذكركم بالأخرة عمله
“Orang yang membuat kalian ingatkepada Allah jikamelihatnya, ucapannyamenambahteladan kalian, danperbuatannyamengingatkan kalian kepadahariAkhir.”
2.       Berteman dengan orang yang berpengetahuan dan berpengalaman
جالسوا الكبراء وسائلوا العلماء وخالطوا الأمراء
“Duduklah bersama orang-orang tua, bertanyalah kepada para ulama, dan bergaulan dengan penguasa (Hadits yang disebutkan oleh al-Haitsami dalam kitab Majma’uz-Zawaid yang diriwayatkan dari Abu Hurairahr.a.)”
Akhlak berteman yang sebaiknya dijaga:
1.       Menjaga kehormatan teman.
المؤمن أخوا المؤمن، حيث يغيب يحفظ من ورائه، ويكف عليه ضيعته، والمؤمن مرأة المؤمن
“Seorang mukmin adalah saudara bagi mukmin yang lain, ketika ia tidak ada di dekatnya ia pun menjaga kehormatannya dan menjaga barang-barangnya. Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin yang lain.” (Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dengan sanadnya dari Abdullah bin Hanthabr.a.)
2.       Menghindari perlakuan buruk.
لا تدابروا ولاتباغضوا ولاتناجشوا وكونوا عباد الله إخوانا كما أمركم الله عزوجل
“Janganlah kalian saling bermusuhan, saling membenci dan saling bersaing dalam menawar. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara sebagaimana yang diperintahkan-Nya.” (Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a.)

#28 Bergandengan dengan Dhuafa

Tujuan:

Masyarakat bersatu padu dengan berbagai strata sosial dalam kehidupan mereka.

Uraian Singkat:

Orang sering menduga bahwa kekuatan itu hanya bila bergabung orang-orang terpandang dari segi sosial dan ekonomi, sehingga mengenyampingkan orang-orang yang lemah. Padahal tidak seperti itu.
1.       Sejarah mencatat Rasulullah bersama dengan orang-orang yang dhuafa selain dengan orang-orang yang terpandang.
2.       Allah swt memerintahkan untuk selalu bersama orang dhuafa dengan penuh kesabaran
وَاصْبِرْنَفْسَك َمَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم ْبِالْغَدَاةِوَالْعَشِيِّ يُرِيدُون َوَجْهَهُ وَلاتَعْدُعَيْنَاكَ عَنْهُم ْتُرِيدُزِينَةَالْحَيَاةِالدُّنْيَاوَلاتُطِعْ مَن ْأَغْفَلْنَاقَلْبَه ُعَنْ ذِكْرِنَاوَاتَّبَع َهَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُه ُفُرُطًا (٢٨)
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”. (QS. Al-Kahf: 28)
3.       Menyiapkan bantuan ekonomi kepada orang orang yang membutuhkan, karena penyiapan ekonomi   bagian integral dari ajaran Islam itu sendiri. Hal itu ditegaskan Allah dalam firmanNya:
أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ (١)فَذَلِك َالَّذِي يَدُعّ ُالْيَتِيمَ (٢)وَلايَحُضّ ُعَلَى طَعَام ِالْمِسْكِينِ (٣)
1. tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2. Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3. dan tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin.

#29 Bersatu dalam Agenda

Tujuan:

Masyarakat mampu mencari titik temu dalam perbedaan golongan.

Uraian Singkat:

Menyatukan umat Islam dalam sudut pandang pada hal-hal yang cabang nampak sulit walaupun tidak bisa dikatakan tidak mungkin. Karena  memang sangat memungkinkan adanya perbedaan pada hal-hal yang cabang, dan masalah ijtihadiyah. Dan pada pada area ijtihad inilah,  kesalahan seorang mujtahid dalam berijtihad tidak dianggap berdosa tetapi malah dapat satu pahala, apalagi kalau sang Mujtahid tersebut benar dalam ijtihadnya maka baginya 2 pahala. Sehingga konteks untuk menyatukan umat Islam bukan pada area-area fikih atau masalah ijtihadiyah yang dapat ditolelir untuk berbeda, tetapi menyangkut pada point-point persamaan antar gerakan islam untuk  dijadikan agenda bersama. Ada beberapa agenda umat dan bangsa yang bisa mesti digarap bersama, diantaranya:
1.       Pemberantasan Kebodohan, karena kebodohan adalah induk dari segala penyakit yang menimpa umat ini. Oleh karenanya Pemberantasan kebodohan mesti digarap bersama antar umat islam  dengan mengadakan berbagai macam program seperti pengembangan proyek pengajaran, pendidikan, dan pelatihan dll.
2.       Pengentasan Kemiskinan, karena kemiskinan bisa jadi penyebab kekufuran. Pengentasan kemiskinan haruslah serius untuk ditangani bersama seperti pemberdayaan ekonomi umat, takaful dan optimalisasi zakat.
3.       Pencegahan dan Pembatasan segala bentuk Kemaksiatan, karena kemaksiatan yang dibiarkan merajalela akan membuat  pelakunya menjadi biasa melakukannya tanpa merasa bersalah, dan dalam lama kelamaan perbuatan maksiat yang dibiarkan tersebut akan dipandang baik. Oleh karenanya menjadi sebuah keniscayaan bagi semjua gerakan islam untuk bersama sama mencegah dan membatasi segala maksiat  dengan Cara melakukan kontrol sosial terhdadap semua prilaku yang menyimpang.
4.       Menyemarakkan berbagai macam proyek Kebaikan di masyarakat, karena kebaikan yang terprogram terpraktekkan dengan  baik akan menghapus keburukan. Diantara Caranya adalah dengan menyelenggarakan dan menyemarakkan  berbagai kegiatan kebaikan di masyarakat  secara massif dan berkesinambungan.

#30 Toleransi

Tujuan:

Masyarakat membangun toleransi yang proporsional demi terciptanya harmoni untuk seluruh masyarakat.

Uraian Singkat:

Untuk membangun harmoni di tengah masyarakat yang sangat plural yang terdiri dari berbagai macam agama, suku, dan golongan, Islam mengajukan konsep toleransi proporsional dan obyektif  yang berlandaskan kepada sumber Islam yang agung dan rahmatan lil alamin, sebagai berikut:
1.       Toleransi (tasamuh) adalah sikap memberikan kemudahan, berlapang dada, mendiamkan, dan menghargai orang atau keyakinan yang berbeda.
2.       Islam merupakan agama yang menjadikan sikap toleransi sebagai bagian yang terpenting, sikap ini lebih banyak teraplikasi dalam wilayah interaksi sosial sebagaimana yang ditunjukkan dari sikap Rasulullah saw. terhadap non muslim pada zaman beliau masih hidup.
3.       Sikap toleransi dalam beragama adalah menghargai keyakinan agama lain dengan tidak bersikap sinkretis yaitu dengan menyamakan keyakinan agama lain dengan keyakinan Islam itu sendiri, menjalankan keyakinan dan ibadah masing-masing.
4.       Sikap toleransi tidak dapat dipahami secara terpisah dari bingkai syariat, sebab jika terjadi, maka akan menimbulkan kesalahpahaman makna yang berakibat tercampurnya antara yang hak dan yang batil.
5.       Ajaran toleransi merupakan suatu yang melekat dalam prinsip-prinsip ajaran Islam sebagaimana terdapat pada iman, islam, dam ihsan.
6.       Highlight toleransi yang dipraktekkan Rasulullah saw dan para sahabat:
Toleransi Umar ini lalu diabadikan dalam sebuah piagam perdamaian yang dinamakan al-‘Uhda al-Umariyyah yang mirip dengan Piagam Madinah. Di bawah kepemimpinan Umar hak dan kewajiban mereka dijamin serta dilindungi. Tak heran jika kemudian sebagai “balas budi”, Sophorinus juga menyatakan jaminannya, “Kami tidak akan mendirikan monastery, gereja, atau tempat pertapaan baru di kota dan pinggiran kota kami;…Kami juga akan menerima musafir Muslim ke rumah kami dan memberi mereka makan dan tempat tinggal untuk tiga malam…Kami tidak akan mengucapkan ucapan selamat yang digunakan Muslim; Kami tidak akan memasang salib … di jalan-jalan atau pasar-pasar milik umat Islam.” Lihat al-Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk; juga History of al-Thabari: The Caliphate of Umar ibnal-Khathab,translation: YohananFiedmann, Albay, 1992, h. 191. Para sahabat yang mulia lainnya banyak yang mengimplementasikan toleransi  dalam berbagai sisi kehidupan terutama bermasyarakat (mu’amalah) seperti jual beli dan transaksi lainnya yang tidak bertentangan dengan syariat Islam. Sebut saja Abdurrahman bin ‘Auf, seorang sahabat terkemuka, memulai usaha di hari-hari pertamanya saat tiba di Madinah dengan berdagang di pasar Bani Qainuqa’, milik Yahudi (ShahihBukhari, No. 3780). Ali bin Abu Thalib, menantu Nabi saw., sebagian persiapan walimahnya ditangani oleh seorang dari Bani Qainuqa’ (Shahih Muslim, No. 5242). Bahkan ternyata Rasulullah saw.  pernah menggadaikan baju perangnya dengan 30 sha’ gandum kepada seorang Yahudi Bani Zhafar bernama Abu Syahm (Ibn Hajar al-Asqalany, Fathul Bari, Jilid VII, h. 461. Wallahu a’lam bis shawab.

0 komentar:

Posting Komentar