Kamis, 17 Oktober 2013

Umar Bin Khattab, Sosok yang Berjiwa Pemberani Namun Berhati Lembut




Nama lengkap beliau ra.: 'Umar bin Khaththab bin Nufail
bin 'Abdul 'Uzza bin Rabah bin Qurth bin Razah bin Ady bin Ka'ab bin
Luay.

'Umar ra. lahir 13 tahun setelah Tahun Gajah, sebagaimana dikatakan
oleh Imam Nawawi. Beliau ra. termasuk orang paling mulia di kalangan
Suku Quraisy. Beliau ra. masuk Islam pada tahun keenam kenabian saat
berumur 27 tahun, sebagaimana ditulis oleh Adz-Dzahabi. Saat itu
telah masuk Islam 40 orang laki2 dan 11 wanita, atau dalam riwayat
lain 39 laki-laki dan 23 wanita. Islam semakin kokoh saat ke-Islam- annya. Beliau juga termasuk salah seorang dari 10 sahabat ra. yang
dijamin masuk surga. Dan telah diriwayatkan darinya 539 hadits,
menurut Imam Suyuthi. 'Umar ra. adalah khalifah pertama yang
mendapat gelar 'amirul mukminin.

Berkata Ibnu 'Umar: "Dia adalah seorang laki-laki dengan kulit putih
bersih dengan kemerah-merahan. Postur tubuhnya tinggi, kepalanya
botak dan beruban." Berkata Ubaid bin Umar: 'Umar berpostur tinggi
jauh melampaui umumnya manusia." Berkata Abi Raja' Al-
Athari: "...kedua tulang pipinya menonjol, bagian depan jenggotnya
besar dan di ujungnya ada warna hitam kemerah-merahan."

Dari Ibnu Sa'ad dari Dzakwan, dia berkata: Saya bertanya
kepada 'Aisyah: "Siapa yang menggelari 'Umar bin Khaththab dengan Al- Faruq?" Dia berkata: "RasuluLlah."

Beliau ra. adalah ayah dari isteri RasuluLlah saw., Hafshah ra.,
sehingga 'Umar ra. adalah juga merupakan mertua RasuluLlah saw.

MASUK ISLAMNYA 'UMAR RA.
Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu 'Umar bahwa RasuluLlah saw.
Berdoa:
"Ya Alllah, muliakanlah Islam dengan salah satu dari dua orang yang
Engkau cintai dengan Abu Jahal bin Hisyam atau 'Umar bin Khaththab."

Dalam riwayat yang panjang dari Ibnu Sa'ad dari Abu Ya'la, Al-Hakim
serta Al-Baihaqi dari Anas ra. bahwa (ma'nawi) 'Umar keluar
menyandang pedang dengan tujuan membunuh RasuluLlah saw. Di tengah
jalan ia bertemu dengan seseorang yang memberitahukan bahwa adiknya,
Fathiman binti Khaththab ra. dan suaminya, Said bin Zaid ra. (salah
seorang dari 10 sahabat ra. yang dijamin masuk surga), telah masuk
Islam. Kemudian 'Umar ra. berbelok ke rumah adiknya, saat adik dan
suaminya sedang membaca surat Thaha. Saat itu 'Umar berkata: "Apakah
kalian telah berganti agama?" Iparnya menjawab: "Wahai 'Umar, jika
kebenaran ternyata di luar agamamu!"

(Ma'nawi) Mendengar jawaban ini 'Umar melompat dan mencekik iparnya
dan adiknya yang ingin membantu suaminya dipukulnya hingga berdarah.
Dengan nada marah adiknya mengatakan: "Jika kebenaran tidak berada
bersama agamamu maka Asyhadu allaa ilaaha illaLlah wa asyhadu anna
Muhammadan 'abduhu wa RasuluHu."

Kemudian 'Umar meminta kitab yang dibaca adik dan iparnya tadi.
Setelah berwudhu (karena adiknya memerintahkannya untuk berwudhu
sebelum membacanya), maka ia membaca Surat Thaha hingga ayat 14:

"Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)
selain Aku, Maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat
Aku."

'Umar berkata: "Antarkan saya kepada Muhammad!" Dan beliau ra. pun
masuk Islam (Untuk riwayat lengkapnya silakan merujuk ke `Tarikh
Khulafa', karya Imam Suyuthi atau 'Rakhiqul Makhtum', karya Al- Mubarakfury, dll.).

Ibnu Sa'ad dan Thabrani meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud ra. dia
berkata: "Islamnya 'Umar adalah sebuah kemenangan besar, sedangkan
hijrahnya adalah keuntungan. Kepemimpinannya adalah rahmat. Saya
telah melihat sendiri bagaimana kami tidak mampu melakukan shalat di
BaituLlah sebelum 'Umar menyatakan ke-Islam-annya. Tatkala 'Umar
masuk Islam, dia menyatakan perang kepada mereka sehingga mereka
membiarkan kami melakukan shalat dengan bebas."

HIJRAHNYA 'UMAR RA.
Ibnu Asakir meriwayatkan dari 'Ali ra., dia berkata: "Saya tidak
mengenal seorang pun yang melakukan hijrah kecuali dia akan
melakukannya dengan cara sembunyi-sembunyi kecuali 'Umar bin
Khaththab. Saat 'Umar melakukan hijrah dia menyandangkan busur
panahnya, dia mengeluarkan beberapa anak panah yang dia pegang di
tangannya. Dia mendatangi Ka'bah, saat orang-orang Quraisy sedang
berada di halamannya. Dia melakukan thawaf selama tujuh kali. Dia
melakukan shalat dua raka'at di Maqam Ibrahim. Kemudian dia
mendatangi kelompok-kelompok orang Quraisy satu demi satu sambil
berkata, "Wahai wajah yang tidak bersinar, barangsiapa yang mau
ibunya kehilangan anaknya, dan anaknya menjadi yatim, atau isterinya
menjadi janda, temuilah di belakang lembah itu." Namun tidak ada
seorang pun yang mengikutinya.

BEBERAPA KEUTAMAAN 'UMAR RA.
Seluruh Sahabat ra., Salafush Shalih dan seluruh Ahlus Sunnah
sepakat bahwa 'Umar adalah orang (kedua) terbaik dalam umat ini
setelah (RasuluLlah saw. dan) Abu Bakar ra.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Sa'ad bin Abi Waqqash ra.,
dia berkata, RasuluLlah saw. bersabda:
"Wahai Ibnul Khaththab, demi Dzat Yang jiwaku ada di Tangan Nya,
sekali-sekali syetan tidak akan melalui suatu jalan yang akan engkau
lewati."

Abu Hurairah ra. berkata, bahwa RasuluLlah saw. bersabda:
"Di antara umat-umat sebelum kamu ada orang-orang yang muhaddats
(mendapat ilham), jika orang tersebut ada pada umatku, pasti dia
adalah 'Umar." (HR. Bukhari)

Dari Ibnu 'Umar ra. bahwa RasuluLlah saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah menjadikan kebenaran di lidah dan hati 'Umar."
(HR. Tirmidzi)

Imam Tirmidzi dan Al-Hakim –dia menyatakan bahwa riwayat ini shahih–
meriwayatkan dari 'Uqbah bin Amir dia berkata, RasuluLlah saw.
bersabda:
"Andaikata setelah aku ada nabi pastilah dia 'Umar."

Ibnu Asakir meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. Dia berkata: RasuluLlah
saw. bersabda:
"Tidak ada satu malaikat pun di langit yang tidak menghormati 'Umar,
dan tidak ada satu syetan pun yang ada di atas bumi kecuali dia akan
takut kepada 'Umar."

Imam Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan dari Said Al-Khudri ra.,
dia berkata, Saya mendengar RasuluLlah saw. bersabda:
"Di saat aku sedang tidur, kuihat orang-orang ditampakkan kepadaku.
Mereka memakai baju, ada yang sebatas dada dan ada yang di bawah
itu . Ditampakkan kepadaku 'Umar, dia memakai baju yang panjang dan
menyeretnya." Para Sahabat bertanya: "Apa takwilnya, wahai
RasuluLlah?" RasuluLlah saw. Menjawab: "Agama."

Diriwayatkan pula oleh Bukhari dan Muslim, bahwa RasuluLlah saw.
bersabda:
"Tatkala saya tidur, saya bermimpi minum susu hingga saya melihat
dalam mimpiku air mengalir dari kuku-kukuku, lalu saya minumkan air
itu kepada 'Umar." Para sahabat ra. bertanya: "Apa takwilnya, wahai
RasuluLlah?" RasuluLlah saw. Menjawab: "Ilmu."

Imam Bukhari meriwayatkan dari 'Umar ra., dia berkata: "Pendapatku
bersesuaian dengan Kehendak Allah dalam tiga hal: Pertama, saya
pernah berkata kepada RasuluLlah, anadaikata kita menjadikan Maqam
Ibrahim sebagai tempat shalat. Lalu turunlah ayat Allah:

"...dan Jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim[1] tempat shalat...."
(Q. S. Al-Baqarah : 125)
[1] Ialah tempat berdiri Nabi Ibrahim a.s. diwaktu membuat Ka'bah.

Kedua, saya katakan kepada RasuluLlah, Yaa RasuluLlah, orang yang
baik dan buruk perangainya masuk ke dalam rumah isteri-isterimu,
alangkah baiknya jika kau perintahkan mereka untuk berhijab.
Kemudian turunlah ayat hijab. Dan ketiga, para isteri RasuluLlah
saw. Berkumpul karena dilandasi rasa cemburu. Maka saya katakan
semoga Allah menceraikan kalian semua dan Dia menggantinya dengan
isteri-isteri yang lain yang lebih baik dari kalian. Lalu turunlah
firman Allah tentang hal ini."

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dalam Tafsirnya dari Anas, dia
berkata: 'Umar berkata: "Saya melakukan empat hal yang sesuai dengan
kehendak Allah. Tatkala turun ayat:

"Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah." (Q. S. Al-Mu'minuun : 12)

Saya katakan: "Maka Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik,"
maka turunlah ayat:

"...Maka Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik." (Q. S. Al- Mu'minuun : 14)

KEKHILAFAHAN DAN KEADILAN 'UMAR RA.
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari AbduLlah bin 'Umar dan Abu
Hurairah keduanya berkata, RasuluLlah saw. Bersabda:
"Tatkala saya tidur, saya bermimpi diriku berada di pinggir sebuah
sumur yang di atasnya ada sebuah timba. Kemudian saya menimba dari
sumur itu beberapa kali timbaan sesuai yang dikehendaki Allah,
kemudian Abu Bakar mengambilnya, kemudian dia mengambil air darinya
beberapa timba atau dua timba dan salah satu tarikan timba itu
berisi separuh saja. Allah mengampuninya. Kemudian setelah itu
datang 'Umar bin Khaththab, dia menimba air itu dan dia menggunakan
timba yang besar. Dan saya tidak melihat seorang pun yang melakukan
pekerjaan seperti apa yang dia kerjakan hingga semua manusia sama- sama puas meminum airnya."

Imam Nawawi dalam Tahdzib nya berkata: Para ulama menyatakan bahwa
hadits ini menunjukkan masa khilafah Abu Bakar dan 'Umar, banyaknya
pembukaan kota-kota serta munculnya Islam di masa pemerintahan 'Umar.

Az-Zuhri berkata: 'Umar menjadi khalifah di hari meninggalnya Abu
Bakar. Yakni pada hari Selasa tanggal 22 Jumadil Akhir (HR. Al- Hakim). Terjadi pada tahun 13H. Pada masanya terjadi banyak
pembukaan wilayah-wilayah, seperti Damaskus (dengan damai), th 14H,
Yordania (dengan perang), th 15H, kecuali wilayah Thabariyyah. Pada
th 16H, Sa'ad melakukan Shalat Jumat di Istana Kisra Persia. Pada th
16H, 'Umar safar untuk membuka Baitul Maqdis, dll.

Pada jaman 'Umar ra. ditetapkan penanggalan tahun Hijriyah atas
usulan 'Ali bin Abi Thalib ra. Dan pada th 17H, Masjid Nabawi
diperluas. Tahun ini juga terjadi 'Tahun Paceklik', hingga
diriwayatkan bahwa perut beliau ra. berbunyi karena lapar dan
seringnya 'Umar ra. makan minyak. Lalu 'Umar memohon hujan dengan
melalui perantaraan 'Abbas ra., paman RasuluLlah saw.

Malik mentakhrij dari Sa'id bin Musayyib, bahwa ada orang Muslim dan
Yahudi yang bertengkar, lalu keduanya mengadu kepada 'Umar bin
Khaththab. Setelah memeriksa masalahnya, 'Umar berpendapat bahwa
yang lebih berhak atas kasus di antara mereka berdua adalah orang
Yahudi...

'Umar ra. adalah orang yang pertama kali membangun Baitul Mal,
memerintahkan Shalat Tarawih berjama'ah, memerintahkan hukuman bagi
orang yang menghujat, membangun kantor-kantor administrasi,
mengangkat para hakim di kota-kota dan lain-lain. 'Umar ra. juga
mengatur tentara untuk pulang tiap 3-4 bulan sekali untuk dapat
memenuhi hak2 para isteri, dll.

Aslam berkata: 'Umar berdoa: "Yaa Allah, karuniailah hamba gugur di
Jalan Mu sebagai syahid dan jadikanlah kematian hamba di negara
utusan Mu (Madinah)." (HR. Bukhari), dan Allah Swt. berkenan
mengabulkannya. Beliau ra. syahid dibunuh oleh seorang bernama Abu
Lu'lu'ah (diriwayatkan bahwa dia seorang majusi), saat mengimami
Shalat Subuh di Masjid Nabawi, Madinah.

Sebelum meninggalnya beliau ra. meminta agar pemilihan khalifah
berikutnya dimusyawarahkan oleh 6 orang, yaitu: 'Utsman
bin 'Affan, 'Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, 'AbdurRahman
bin 'Auf, Sa'ad bin Abi Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah, dan
kemudian mengkerucut menjadi tiga.

BEBERAPA KARAMAH 'UMAR RA.
Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi, Abu Nu'aim, Al-Lalaka'i, dari
Ibnu 'Umar, dia berkata: 'Umar mengirim satu pasukan yang dipimpin
oleh seorang laki-laki bernama Sariyyah, tatkala 'Umar sedang
khuthbah di atas mimbar dia memanggil, "Wahai Sariyyah, ke gunung!
Ke gunung! Ke gunung!" Kemudian setelah itu datanglah utusan pasukan
Islam menemui 'Umar. 'Umar menanyakan kondisi pasukan. Utusan itu
berkata, "Wahai Amirul Mu'minin, kami telah terdesak kalah. Namun
tatkala kami berada dalam kondisi demikian, kami mendengar teriakatn
yang memerintahkan, "Wahai Sariyyah, ke gunung!" Ucapan itu kami
dengar sebanyak tiga kali. Oleh sebab itulah kami menyandarkan
punggung kami ke gunung. Lalu Allah hancurkan musuh kami"...

Abu Syaikh berkata dalam kitab al-`Azhamah: Telah berkata kepada
kami Abu Thayyib, telah berkata kepada kami Abdullah bin Shalih,
telah berkata kepada kami Ibnu Lahi'ah dari Qais bin al-Hajjaj dari
orang yang mengatakan kepadanya dia berkata: Tatkala Mesir dibuka
oleh kaum muslimin, penduduk Mesir datang menemui `Amr bin al-`Ash
ra. pada saat sudah masuk salah satu bulan yang dianggap sakral oleh
penduduk setempat. Orang-orang Mesir itu berkata, "Wahai gubernur,
sesungguhnya Nil ini (maksudnya sungai Nil) memiliki kebiasaan di
mana dia tidak akan mengalir kecuali dengan sebuah tradisi." `Amr
bin al-`Ash ra. berkata, "Tradisi apakah itu?" "Jika masuk tanggal
sebelas bulan ini, kami akan mencari perawan ke rumah orang tua
mereka. Lalu kami minta kedua orangtuanya untuk memberikan perawan
itu kepada kami dengan suka rela. Kami hiasi perawan itu dengan baju
dan hiasan yang paling indah, kemudian kami lemparkan dia ke sungai
Nil ini," jawab penduduk. "Ini tidak mungkin dilakukan di dalam
Islam. Karena sesungguhnya Islam menghapus tradisi lama," kata `Amr
bin al-`Ash ra.

Lalu mereka melaksanakan apa yang dikatakan oleh `Amr bin al-`Ash.
Ternyata sungai Nil itu kering dan tidak mengalirkan air sedikit
pun. Hingga kebanyakan penduduk berencana untuk melakukan hijrah.
Tatkala melihat kondisi demikian, `Amr bin al-`Ash ra. menulis surat
kepada `Umar bin al-Khaththab ra. Dalam surat itu dia menerangkan
bahwa mereka ditimpa musibah akibat yang `Amr bin al-`Ash ra.
katakan, di mana beliau ra. mengatakan bahwa Islam telah menghapus
tradisi lama (yang berlaku pada masyarakat di sekitar sungai Nil
tersebut).

`Umar ra. menulis kepada `Amr bin al-`Ash ra. yang di dalamnya ada
sebuah nota kecil. Dalam surat itu `Umar menulis: "Sesungguhnya saya
telah mengirim kepadamu dalam suratku satu nota kecil, maka
lemparlah nota kecil itu ke sungai Nil." Tatkala surat `Umar ra.
sampai di tangan `Amr bin al-`Ash ra., dia mengambil nota kecil itu
dan membukanya. Ternyata di dalamnya berisi tulisan sebagai berikut:

"Dari Hamba Allah, Amirul Mukminin, `Umar bin al'-Khaththab. Amma
ba'du.

Jika kamu mengalir karena dirimu sendiri, maka janganlah engkau
mengalir. Namun jika yang mengalirkan airmu adalah Allah, maka
mintalah kepada Allah Yang Maha Kuasa untuk mengalirkanmu kembali."

`Amr bin al-`Ash ra. kemudian melemparkan nota kecil itu ke sungai
Nil. Allah Swt. mengalirkan air sungai Nil dengan kadar enambelas
dzira' dalam satu malam. Dengan peristiwa itu, Allah Swt. telah
menghancurkan tradisi jahiliyyah dari penduduk Mesir tersebut hingga
sekarang.

'Umar bin Khaththab ra. pernah berkata: "Akan ada dari keturunanku
seorang anak yang di wajahnya ada bekas luka. Dia memenuhi dunia
dengan keadilan." (Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi). Saat 'Umar
bin 'Abdul 'Azis (beliau masih keturunan 'Umar bin Khaththab ra.
dari jalur ibu) masih kanak-kanak, wajahnya pernah ditendang
binatang. Pada saat menghapus darahnya, ayahnya berkata: "Jika kamu
adalah orang yang terluka di kepalanya dari kalangan Umayyah, maka
engkau akan menjadi orang yang bahagia." (Diriwayatkan oleh Ibnu
Asakir)

ZUHUD 'UMAR RA.
Dikatakan: 'Umar membawa geriba di atas pundaknya, lalu demikian itu
dia ditegur, dia menjawab: "Sesungguhnya jiwaku merasa hebat
terhadapku, maka aku bermaksud hendak menghinakannya."

Dari Al-Miswar bin Makhramah, dia berkata: "'Umar menerima sejumlah
harta yang diletakkan di masjid. Kemudian dia keluar menuju masjid
untuk melihat dan memeriksanya. Seketika itu pula kedua mata 'Umar
meneteskan air mata." "Apa yang membuat kamu menangis, wahai Amirul
Mukminin?" tanya 'AbdurRahman bin 'Auf, "Demi Allah, sesungguhnya
yang demikian ini termasuk hal yang perlu disyukuri." 'Umar
berkata: "Demi Allah, yang demikian ini tidak diberikan kepada suatu
kaum melainkan justru dapat menimbulkan permusuhan dan kebencian di
antara mereka." (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad)

Dari Yahya bin Jad'ah, dia berkata, bahwa 'Umar pernah
berkata: "Kalau bukan karena tiga hal, tentu aku lebih suka bersua
Allah 'Azza wa Jalla, yaitu: Sekiranya aku tidak dapat meletakkan
keningku karena Allah, duduk di berbagai majelis yang di sana
dipilih perkataan yang baik sebagaimana buah-buahan yang dipilihi,
dan keluar di Jalan Allah." (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad)

Dari 'AbduLlah bin Isa, dia berkata: "Pada wajah 'Umar bin Khaththab
ada dua garis kehitam-hitaman karena bekas tangisan." (Diriwayatkan
oleh Imam Ahmad)





Beliau bernama Al-Faruq (sang pembeda) Umar bin Khattab –semoga Allah meridloinya-, lahir pada tahun 13 setelah tahun gajah, dan beliau berasal dari keluarga yang terhormat dikalangan suku Quraisy.
Sebelum masuk Islam beliau terkenal dengan sosok yang paling keras permusuhannya terhadap Rasulullah saw dan sahabatnya, beliau menyangka bahwa nabi Muhammad telah memecah belah manusia dengan membawa agama baru, karena itulah saat hati beliau sudah semakin resah dan gelisah, beliau mengambil pedangnya untuk membunuh Rasulullah saw, namun ditengah perjalanannya beliau bertemu dengan seseorang, dan berkata sambil bertanya kepadanya : “Hendak kemana engkau wahai Umar ?” dia berkata : “Saya ingin membunuh Muhammad.” Orang itu berkata lagi : “Apakah kamu akan merasa aman jika engkau membunuhnya akan datang tuntutan dari Bani Hasyim dan Bani Zuhrah ?” dia berkata lagi : “Saya tidak peduli dengan itu, kecuali jika engkau telah keluar dan meninggalkan agamamu yang lama”. orang itu berkata lagi : “Maukah engkau aku tunjukkan kabar yang menakjubkan dari itu ?” dia menjawab : “Apa itu “? Dia berkata : “Saudaramu dan suaminya telah tercelup dan meninggalkan agamamu yang sekarang ini”.
Maka Umarpun berang dan mengalihkan mukanya, lalu pergi menuju rumah saudaranya Fatimah untuk mendapatkan klarifikasi keabsahan kabar yang didengarnya, dan saat dia sampai, dirumahnya ada Khobbab bin Al-Irt –semoga Allah meridloinya-. Umarpun langsung mendorong pintu dan mendengar percakapan mereka yang sedang membaca Al-Qur’an, lalu dia berkata sambil mencibir : “Suara apa ini yang sama sekali saya tidak memahaminya dari bacaan kalian”? kemudian Said bin Zaid –suami dari saudara Umar- berkata : “Adalah Al-Quran yang sedang kami bicarakan/diskusikan antara kami.” Umar berkata : “kelihatannya kalian telah terpengaruh.” Lalu said berkata lagi : “Apa pendapat kamu wahai Umar jika kebenaran datang dari selain agamamu”? mendengar ucapan itu Umarpun menghampirinya dan langsung memukulnya, maka datanglah saudaranya menghadang Umar dan mendorongnya hingga jauh dari suaminya, maka beliaupun menamparnya hingga darah mengalir dari wajahnya, lalu diapun berkata : “Wahai Umar, jika kebenaran bukan dari agamamu, maka saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Ketika Umar merasa putus akan keteguhan suami istri, beliaupun berkata : “Berikan kepada saya kitab yang ada di tangan kalian agar saya baca”. Saudaranya berkata : “Sesungguhnya kamu najis dan kitab ini tidak boleh disentuh kecuali orang yang suci, maka beliau disuruh mandi dan berwudlu, dan beliaupun diajarkan bagaimana caranya berwudlu, lalu umarpun berwudlu kemudian mengambil kitab tersebut dan membaca ayat-ayat pertama dari surat Thoha, setelah itu beliau berkata kepada keduanya : “Tunjukkan saya dimana Muhammad !”
Setelah Khobab mendengar ucapan Umar beliaupun keluar dari persembunyiannya, dan berkata : “Bergembiralah wahai Umar, saya berharap engkaulah yang dimaksud dari doa Rasulullah saw kemarin malam : “Ya Allah, muliakanlah Islam dengan Umar bin Khattab atau Amru bin Hisyam”. Telah dikabulkan Allah, kamudian Khobbab dan Umarpun keluar menuju Dar el-Arqom di bukit Shofa, dimana saat itu Rasulullah saw sedang bersama sahabatnya.
Setelah keduanya mendekat dari rumah yang dituju, terdapat disana Hamzah bin Abdul Mutthalib –semoga Allah meridloinya- dan Tholhah bin Ubaidillah dan sebagian sahabat lainnya –semoga Allah meridloi mereka- berada didepan pintu, setelah mengetahui yang datang Umar, Hamzah berkata kepada mereka yang berada disekelilingnya : “Inilah Umar, jika Allah berkehendak darinya kebaikan maka berilah salam dan tuntunlah menghadap nabi saw, namun jika selain itu maka bunuhlah secara hati-hati, kemudian keluarlah Rasulullah saw hingga Umar menghampirinya, lalu beliau mengambil baju Umar dan bersabda : “Tidaklah diberikan hidayah kepada engkau wahai Umar hingga Allah menurunkan kepadamu dari kehinaan dan kenistaan yang tidak diberikan kepada Al-Walid bin Al-Mughirah”. Umarpun berkata : “Saya bersaksi bahwa Engkau adalah utusan Allah, dia bersaksi dengan penuh ketulusan dan kebenaran, maka kaum muslimin yang ada disekitarnya pun bertakbir hingga terdengar disepanjang jalan kota Mekkah.
Setelah itu Umar berkata kepada Rasulullah saw : “Wahai Rasulullah, kenapa kita harus menyembunyikan agama kita padahal kita berada dalam kebenaran, sedangkan mereka menampakkan agama mereka padahal berada dalam kebatilan ?”
Rasulullah saw menjawab : “Wahai Umar, jumlah kita saat ini masih sedikit, seperti yang engkau lihat saat ini”. Umarpun berkata lagi : “demi Dzat yang telah mengutusmu dengan hak, tidak akan ada suatu majlis saat saya masih kafir kecuali –mulai saat ini- akan saya tampakkan keimanan saya”.
Kemudian Umar keluar dan melakukan thawaf di Ka’bah, melewati sekumpulan orang-orang Quraisy yang sedang duduk-duduk dan merekapun memperhatikan beliau, maka Abu Jahal berkata kepada Umar : “Si Fulan telah menuduh kamu telah terpengaruh ?” lalu Umar berkata kepadanya : “Saya bersaksi tiada Tuhan selain Allah yang maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba-Nya dan Utusan-Nya. Mendengar ucapan beliau sebagian kaum musyrikin menjadi berang dan langsung menyerangnya, namun Umarpun membalas memukul mereka, dan tidak ada salah seorangpun yang bisa mendekat kecuali beliau berhasil menangkap tangan Ba’tah bin Rabi’ah dan memukulnya sampai babak belur, kemudian beliaupun pergi menghadap Rasulullah saw dan mengabarkan kejadian yang dialaminya, dan meminta kepadanya untuk diizinkan mengiklankan/mengumumkan keislaman beliau dan para sahabat dihadapan kaum musyrikin Mekkah, hingga akhirnya nabi saw dan para sahabatnya keluar melakukan Thawaf dan shalat Dzuhur di depan ka’bah, semenjak saat itu beliau dijuluki dengan “Al-Faruq” karena beliau telah berhasil memisahkan antara yang hak dan yang bathil. (Ibnu Sa’ad).
Umar adalah sosok yang ikhlas dan jujur dihadapan Tuhannya, sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya, karena itu beliau selalu bersama Rasulullah saw dan tidak pernah berpisah selamanya. Sebagaimana Beliau dan Abu Bakar Ash-Shiddiq selalu berjalan bersama Nabi kemana saja beliau berjalan, dan berada disampingnya dimana saja beliau berada, seakan-akan keduanya seperti dua menteri baginya, lalu Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya Allah SWT telah memberikan kebenaran atas lisan Umar dan hatinya”. (Ahmad, Turmudzi dan Abu Dawud) dan kemudian berkata lagi : “Kalau saja ada seorang nabi setelah aku maka dialah Umar”. (Ibnu Abdul Bar)
Rasulullah saw juga memberikan kabar kepadanya dengan surga, dan sebagai salah seorang dari sepuluh sahabat yang akan dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab lebih dahulu, beliau bersabda : “Saya telah masuk kedalam surga, atau saya telah mendatanginya dan saya melihat ada istana, maka sayapun bertanya : “Untuk siapakah istana ini dipersiapkan ?” mereka (para malaikat) berkata : “Untuk Umar bin Khattab. Lalu sayapun berkeinginan memasukinya, merekapun tidak mencegahnya karena saya mengetahui betul kecemburuanmu terhdadap agama”. Lalu Umarpun berkata : “Wahai Rasulullah, demi bapak dan ibu saya wahai nabi Allah, atau atas engkau aku cemburu”. (Muttafaqun ‘alaih)
Saat Rasulullah saw mengijinkan para sahabtnya untuk berhijrah ke Madinah, mereka melakukannya dengan sembunyi-sembunyi karena khawatir dicegat oleh kaum Quraisy, maka Umar dan Abbas bin Abi Rabi’ah Al-Mahzumi dan Hisyam bin Al-‘Ash berjanji berhijrah, mereka bersepakat bertemu di suatu tempat yang jauh dari Mekkah sepanjang 6 Mil, dan barangsiapa yang tidak melakukannya maka hendaknya berhijrah dengan orang lain, maka Umar dan Abbas bertemu ditempat yang telah dtentukan, adapun Hisyam tertangkap oleh kaumnya dan mereka memenjarakannya.
Akhirnya Umar dan Abbas melakukan Hijrah ke Madinah, dan setelah Rasulullah saw hijrah kesana, beliau mempersaudarakan antara kaum muhajirin dan Anshor, dan dipersaudarakanlah Umar bin Khattab dengan Utban bin Malik –semoga Allah meridloi keduanya-.
Ketika masyarakat Islam terbentuk disana, dan dimulai fase baru; jihad dalam Islam, Umarpun mengangkat bendera kebenaran dan menggenggam pedengnya untuk membela agama Allah –Yang Maha Perkasa dan Agung-, hingga datang perang pertama dalam sejarah Islam anatara kaum muslimin dengan musyrikin; perang Badr, dan kemenangan besar diraih oleh kaum muslimin. Saat kaum muslimin menawan sejumlah pasukan dari pihak musyrikin, Nabi saw mengadakan musyawarah bersama para sahabatnya ; Umar berpendapat agar dibunuh saja tawanan perang tersebut, adapun Abu Bakar berpendapat mengambil ganti rugi, dan akhirnya nabipun memilih pendapat yang paling mudah diantara dua pendapat yang jatuh pada pendapatnya Abu Bakar, maka setelah itu Jibril –AS- turun kepada Nabi saw untuk membacakan ayat Al-Quran yang mendukung pendapatnya Umar bin Khattab –RA-, Allah berfirman : “Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya dimuka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena tebusan yang kamu ambil”. (QS. Al-Anfal : 67-68) setelah mendengar ayat tersebut maka Rasulullah saw dan Abu Bakarpun menangis, kemudian Umar datang dan menanyakan sebab mereka berdua menangis lalu keduanya memberitahukannya.
Al-Faruq Umar bin Khattab mengikuti seluruh peperangan bersama Rasulullah saw, berjihad dengan pedangnya dijalan Allah; untuk meninggikan kalimat (agama) Allah. Dan dalam perang Uhud beliau berdiri disamping Rasulullah saw melingunginya setelah kaum muslimin mengalami kekalahan.
Setelah Rasulullah saw meninggal dunia, Umar bin Khattab membai’at Abu Bakar menjadi khalifah, sebagaimana kaum Muhajirin dan Anshor membai’atnya, dan Umarpun berdiri disampingnya memperkokoh kepemimpinan Abu Bakar, tidak pelit dalam berbuat dan berjihad membela kebenaran dan meninggikan agama Islam, karena itulah beliau bersama-sama memerangi orang-orang yang murtad dan membangkang membayar zakat dan orang yang mengaku-ngaku sebagai nabi, dan perkara yang besar yang pernah dilakukan olehnya adalah penyusunan kembali Al-Quran.
Saat Abu Bakar menjelang wafat, beliau mewasiatkan kekhalifahan kepada Umar, agar dia mau mengemban amanat yang berat, belaiu selalu mengadukannya kepada Umar sepanjang hidupnya, namun siapa lagi yang akan mampu mengembannya kecuali Umar, karena beliau adalah Al-Faruq, hamba yang taat, hamba yang zuhud dan imam yang adil.
Akhirnya Umar memegang amanah khilafah, dimana beliau menjadi tauladan yang baik dalam menegakkan keadilan dan kasih sayang sesama kaum muslimin, sedangkan pedang siap memenggal para pendurhaka dari perintah Allah dan kaum msuyrikin, namun beliau sangat mengasihi saat berbelas kasih dan keras saat keadaan keras (perang).
Suatu ketika beliau keluar bersama pembantunya Aslam dimalam hari yang gelap gulita dan dingin guna mengadakan infeksi kondisi rakyatnya, dan saat keduanya sampai disuatu tempat dekat kota Madinah, Umar melihat ada api menyala, lalu beliaupun berkata kepada pembantunya : “Wahai Aslam, disana ada sesuatu yang aneh mari kita menuju kesana. Melihat apa sebenarnya yang terjadi, maka keduanyapun bertolak menuju asal api tadi, dan didapati disampingnya ada seorang wanita tua dan dua anak kecil, dan periuk yang diletakkan diatas api, sedangkan kedua anaknya menangis karena kelaparan, maka beliapun mendekat dan bertanya kepadanya : “Sedang apa kalian saat ini”. Wanita itu menjawab : “Kami sedang melewati malam dan dingin”, beliau berkata : “Kenapa kedua anak itu berteriak menangis ?!” wanita itu berkata : “Karena kelaparan” Umar berkata lagi : “Dan apa sebaenarnya yang kamu letakkan diatas api ?” wanita menjawab : “hanya air, saya mengelabuinya sampai mereka tertidur, hanya Allah yang tahu antara kami dan Umar”.
Mendengar penuturan wanita tersebut Umarpun menangis lalu pergi kerumahnya dan mengambil gandum dan minyak samin lalu berkata kepada pembantunya : “Wahai Aslam, letakkan barang itu diatas pundak saya untuk saya bawa !” Aslam berkata : “Biarkan saya yang membawanya.” Umar berkata : “apakah engkau mau menanggung dosa saya dihari Kiamat nanti?!” akhirnya beliaupun membawanya menuju tempat wanita tersebut, kemudian meletakkannya dihadapan wanita lalu mengeluarkan sebagian gandum darinya dan meletakkannya dalam periuk untuk dimasak, setelah itu beliau meletakkan minyak samin serta meniup api dibawahnya hingga terbakar dan masakan menjadi matang dan siap disantap, setelah beliau berkata : “Berikan kepada saya sebuah piring, kemudian dia meletakkan makanan diatas piring tersebut dan meletakkannya dihadapan dua anak kecil tadi, lalu beliau berkata : “Makanlah kalian !” akhirnya merekapun memakannya sampai kenyang, kemudian wanita mendoakannya dengan kebaikan, saat itu beliau masih tinggal disitu hingga akhirnya kedua anak itu tertidur lelap, kemudian beliaupun meninggalkan mereka sambil menangis, lalu berkata kepada pembantunya : “Wahai Aslam, karena kelaparan yang membuat mereka begadang dan menangis.
Pada suatu hari yang lain Umar keluar untuk melihat keadaan masyarakat, dan beliau, mendapati seorang wanita yang akan melahirkan sambil menangis, sedangkan suaminya tidak memiliki harta, maka Umarpun bergegas kembali kerumahnya dan bekata kepada istrinya : “Wahai Ummu Kultsum binti Ali bin Abi Thalib, apakah engkau menginginkan ganjaran yang dikhususkan kepadamu ? lalu dia memberitahukan kabar yang dilihatnya, maka diapun menjawab : “Tentu saja saya mau” akhirnya Umar membawa gandum dan minyak samin dipundaknya, sedangkan istrinya membawa peralatan untuk melahirkan, setelah sampai, Ummu Kultsum masuk ke tempat wanita yang dimaksud sedangkan Umar Umar duduk disamping suaminya sambil mengajaknya menyiapkan makanan, akhirnya wanita itu melahirkan seorang anak laki-laki, dan Ummu Kultsum berkata kepada Umar : “Wahai Amirul Mu’minin berilah kabar gembira kepada sahabatmu akan anak laki-laki yang baru lahir ini. Setelah mendengar apa yang diucapkan oleh istri Umar, lelaki itupun menaruh hormat kepadanya sambil memohon maaf, namun Umar berkata : “Tidak mengapa dan tidak ada dosa atasmu, akhirnya beliau memberikan uang secukupnya kepadanya lalu pergi.
Diriwayatkan bahwa Umar bin Khattab melihat seorang kakek non muslim yang berada dalam perlindungan Islam meminta makanan kepada orang lain, lalu berliau bertanya kepadanya : “Orang ini adalah berasal dari keluarga yang dilindungi namun telah lanjut usianya dan tubuhnya sudah lemah, maka Umarpun memberikan baginya al-jizyah, kemudia berkata : “Kalian telah memberikan kepadanya jizyah namun setelah dia lemah kalian tinggalkan meminta-minta ? akhirnya beliau memberikan tanggungan yang diambil dari baitul mal sepuluh Dirham.
Pada masa khilafah Umar daulah Islam meluas kearah Timur dan Barat dunia, kemenangan-kemenangan banyak diraihnya, saat pemerintahan beliaulah negeri Syam, Iraq, Iran, Adzerbijan, Mesir dan Libya dikuasai, sebagaimana baliau juga mendapatkan kunci Baitul Maqdis, pada masa beliau harta kekayaan negara berlimpah ruah hingga baitul mal penuh dengan harta, tidak ada negeri Islam yang merasakan masa keagungan kecuali pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab.
Namun walaupun negara menjadi kaya karenanya beliau tetap hidup sebagai orang yang zuhud, menjaga dirinya dan keluarganya dari menggunakan harta kekayaan tersebut, dan memberikan kelonggaran untuk kaum muslimin dan orang-orang fakir.
Beliau tidak pernah makan kecuali dengan makanan berupa roti yang keras,dan tidak pernah menggabungkan antara dua makanan pengiring (lauk pauk), belaiu memakai pakaian yang tidak lebih dari 12 potongan kulit, tidak gentar dan tidak takut kepada siapapun dalam menegakkan keadilan, setiap berhukum beliau menegakkan keadilan, hingga merasa aman, tentram dan tidur tidak merasa takut kecuali kepada Allah SWT.
Umar menjadikan perjalanan hidup Rasulullah saw dan sahabatnya –Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai tauladan bagi dirinya yang selalu menerangi jalannya, berjalan sesuai dengan petunjuknya dan memberikan peringatan bagi masyarakat sekitarnya dengan nasehatnya yang jelas, karena itu diantara perkataan belaiu yang harum sampai saat ini : “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, dan timbanglah amal-amal kalian sebelum neraca timbangan berada dihadapan kalian”.
Beliau juga pernah berkata : “Celakalah bagi hakim di dunia dari hakim yang ada dilangit saat mereka berjumpa nanti, kecuali bagi siapa yang melakukan keadilan dan berhukum secara benar, dan tidak berhukum sesuai dengan hawa nafsunya dan karena kerabatnya, bukan karena kecintaan dan kebencian, dan menjadikan kitabullah cermin yang selalu hadir dihadapan kedua matanya”.
Umar juga terkenal tegas terhadap para pembantunya di pemerintahan, beliau selalu memerintahkan mereka untuk selalu berlaku adil dan kasih sayang terhadap manusia, memotivasi mereka untuk menuntut ilmu, dan beliau tidak pernah memberikan amanat kepada siapapun kecuali kepada seseorang yang memiliki keteguhan dalam kebaikan dan terkenal dengan kesholihan dan ketaqwaannya, sebagimana beliau selalu memerintahkan mereka demikian dan memberitahukan akan tugas mereka sebenarnya, jika ada diantara mereka yang melanggarnya maka beliau langsung mengisolirnya kemudian digantikan kepada yang lainnya, beliau akan mencelanya dan menghisab perbuatannya.
Diriwayatkan bahwa seseorang dari Mesir datang kepada Umar ingin mengadukan sesuatu, dia berkata : “Wahai amirul Mu’minin, saya mohon perlindungan darimu akan perbuatan dzalim”, Umar berkata kepadanya : “Perlindungan apa yang kau inginkan ?” dia berkata lagi : “Saya berlomba dengan anaknya Amru bin Ash dan saya memenanginya, namun dia memukul saya dengan pecutnya, sambil berkata : “saya adalah anak dari keluarga terhormat.” Umar lalu menulis surat kepada Amru dan anaknya untuk datang menghadap kepadanya. Akhirnya keduanyapun datang, lalu Umar berkata : “Dimana orang Mesir tadi ?” maka dia datang, setelah Umar berkata kepadanya : “Ambil pecut dan pukullah dia !” diapun memukulnya dengan pecut, dan setelah itu berkata : “pukullah anak orang terhormat ini !” lalu beliau berkata lagi kepada warga Mesir tadi : “Letakkan diatas pundak Amru !” penduduk Mesir itu berkata : “Wahai Amirul mukminin sesungguhnya yang memukul saya adalah anaknya seperti yang telah saya ceritakan. Lalu Umar menolehkan pandangannya kepada Amru dengan muka masam dan sinis, dan berkata kepadanya : “Sejak kapan kalian memperhamba manusia, padahal mereka dilahirkan dalam keadaan merdeka?” kemudian Amru berkata : “Saya tidak tahu, dan tidak akan saya ulangi lagi.”
Umar hidup dengan cita-cita mendapatkan syahadah di jalan Allah, dimana, suatu hari dia naik keatas mimbar, dan berpidato : “Sesungguhnya di dalam surga ‘Adn ada istana yang memiliki 500 pintu, dan setiap pintu terdiri dari 5000 bidadari yang cantik, tidak ada yang dapat memasukinya kecuali nabi, kemudian dia menoleh ke kubur Rasulullah saw, dan berkata : “berbahagialah bagimu wahai penghuni kubur ini”, kemudian berkata lagi : atau orang yang jujur, kemudian dia menoleh ke kubur Abu Bakar, dan berkata : “Berbahagialah bagimu wahai Abu bakar. kemudian dia berkata lagi : “Atau orang yang syahid. Dan baliau menoleh kepada dirinya sendiri dan berkata : “Semoga engkau mendapatkan syahadah wahai Umar ?!” kemudian beliau mengakhiri pidatonya : “Sesungguhnya orang yang mengusir saya dari Mekkah ke Madinah sudah dianggap telah menjadikan saya sebagai syahid”.
Akhirnya Allah mengabulkan doanya dan merealisasikan apa yang dicita-citakan, ketika beliau keluar rumah hendak manunaikan shalat Fajar (Subuh) dihari Rabu tanggal 26 Dzul Hijjah tahun 23 Hijriyyah, Abu lu’luah menguntitnya, saat beliau sedang shalat dan akan bersujud, Abu lu’luah menikamnya dengan pisau yang ada ditangannya, kemudian dia manikam 12 jamaah, sedang lainnya dan yang maninggal hanya 6 orang, dan setelah itu sang majusi menikam dirinya sendiri hingga mati.
Akhirnya Al-Faruq Umar mengisyaratkan untuk melanjutkan shalat kepada Abdur Rahman bin Auf, kemudian setelah shalat kaum muslimin membawa Umar kerumahnya, namun sebelum meninggal beliau memilih 6 orang dari sahabat; agar dipilih salah seorang dari mereka untuk menjadi khalifah, yang diadakan tidak boleh lebih dari 3 hari setelah kematiannya kecuali telah dipilih di antara mereka khalifah kaum muslimin, akhirnya Al-Faruq menghembuskan nafasnya yang terkahir, dan dimakamkan disamping kubur Abu Bakar dan di sisi kubur Rasulullah saw.


0 komentar:

Posting Komentar