Minggu, 06 April 2014

AMAL JAMA’I


















Pengertian Amal Jama'i

'Amal berarti bekerja, berbuat atau menghasilkan. Bagi seorang muslim, beramal berarti berbuat, mengerjakan dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, umat dan agama. Karenanya bekerja menjadi kewajiban bagi setiap muslim.
Jama'i berasal dari kata jama'ah. Jama'ah adalah suatu rerkumpulan orang-orang untuk mencapai hal-hal tertentu. Yang disebut dengan jama'ah sedikitnya terdiri dari dua orang. Sesuai dengan sabda Rosulullah SAW. "Barang siapa yang ingin mendapatkan pahala berjama'ah maka shalatlah bersamanya.” [Dikeluarkan oleh Ahmad, Daraimi, Tirmidzi, Hakim, Baihaqi, dan Ibnu Hazm dari hadist Abu Sa'id Al-Khudri] "Shalat berjama'ah itu lebih besar pahalanya 27 tingkat dari shoIat sendirian." [Muttafaq ‘alaih dari hadist Ibnu Umar]
 Amal Jama'i atau kerja bersama adalah kegiatan yang merupakan produk suatu keputusan jama'ah yang selaras dengan manhaj (sistem) yang lelah ditentukun bersama, untuk mencapai tujuan tertentu.

Pentingnya Amal Jama'i

Manusia, seranjang zaman, secara fitrah tidak dapat hidup sendirian. Ia selalu membutuhkan manusia lain untuk mencapai tujuan hidupnya. Lihat kisah:
·        Fir'aun [26:34-37]
·        Ratu Balqis [27:32-33]
·        Nabi Musa AS [20:29-32]
·        Kaum kafir Makkah [8:30]




Bagi manusia muslim, Allah telah mengarahkan agar da1am melaksanakan aktifitasnya dengan beramal jama'i [61:4, 3:104]. Realitas yang ada juga mengharuskan bahwa kerja yang sukses harus dilakukan secaru kolektif. Sebab tangan sebelah tidak bisa bertepuk. Lidi, jika hanya sebatang, tidak dapat membersihkan daun-daun di halaman.

Untuk menegakkan Islam di hati kaum muslimin, menghadapi kemungkaran yang terjadi dan melawan tipu daya musuh, diperlukan kerja jama'ah. Dari sini amal jama'i menjadi wajib. Karena kaidah ushul fi'qih menyatakan: "Sesuai kewajiban yang tidak sempurna pelaksanaannya dengannya, maka ia adalah wajib". Selain itu, Islam bukan agama individu, melainkan agama satu umat, satu tanah air dan satu tubuh. Islam menyeru kepada kesatuan kaum muslimin. Allah berfirman: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (angama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai” [3:103].

Ciri-ciri Amal Jama'i

1.      Aktifitas yang akan dijalankan harus bersumher dari keputusan atau rerseluruhan jama'ah
2.      Jama'ah yang dimaksud harus mempunyai visi dan misi, serta struktur organisasi yang tersusun rapi.
3.      Setiap tindakan dan aktifitasnya harus sesuai dengan dasar dan strategi atau pendekatan yang telah digariskan oleh jama'ah.
4.      Seluruh tindakannya harus bertujuan untuk mencapai cita-cita yang telah ditetapkan bersama.


KEORGANISASIAN ISLAM


Definisi
Organisasi adalah wadah orang-orang atau sekelomrok orang untuk kerjasama dalam mencapai tujuan tertentu yang diinginkan.

 

Mengapa Berorganisasi?

·         Fitrah. Kecenderungan untuk berkumrul [39:72-75]
·         Ash-shulthon. Untuk menggalang kekuatan [55:33]
·         An-Ni'mah. Merupakan nikmat dari Allah [3:103, 8:62-63]
·         Dalam rangka menghadari musuh Islam [8:73, 61:4]
"Kebenaran yang tidak teroganisir akan dikalahkan oIeh kebatilan yang teroganisir.” [Ali bin Abi Thalib]

Syarat tegaknva organisasi secara umum organisasi akan tegak jika terdapat pengelolaan atau unsur-unsur manajemen:
·         Planning, perencanaan yang matang .
·         Oganizing, konsep yang baik .
·         Actuating, pelaksanaan
·         Controling, pengawasan dan pengendalian yang baik.

 

Perbedaan Organisasi Islam dan yang Bukan

No
ISLAM
BUKAN
1.
Ibarat satu tubuh
Ibarat satu mobil
2.
Berkumpul karena ibadah
Berkumpul karena bekerja
3.
Tuntutan Syar’i
Kebutuhan
4.
Orientasi menyeluruh
Orientasi parsial
5.
Kerjasama
Sama-sama kerja

 

Tujuan dan Asas Organisasi Islam

Tujuan :  Menggapai Ridho Allah (Mardhotillah) [2:207]    Asas  :  Taqwa [9:109].

 

Syarat-Syarat Organisasi lslam

1.       Gerakan yang konstan (Harokatul Mustamiroh) [2:195]
2.       Tujuan yang benar (Al-Ghoyatus Shohihah) [2:207]
3.       Metode dan Sistem Yang Jelas (Al-Minhajul Wadhiah) [12:108]
4.       Pemimpin yang lkhlas (Al-Qiyadatul Mukhlishoh) [48:5]
5.       Pengikut yang taat setia (Al-Jundiyatul Muthii'ah) [3:79, 3:146-148]

Organisasi lslam harus berdiri diatas prinsip: Islamisasi sebelum Organisasi (Islamiyah Qobla Jam'iyyah). Maksudnya, di dalam organisasi Islam perlu ditanamkan bahwa setiap muslim harus mempelajari dan memahami Islam dengan sebaik-baiknya. Kemudian memacu dirinya dengan amal-amal Islam semaksimal mungkin sebelum memasuki kehidupan berjamaah. Sebab kehidupan berjama'ah akan berfungsi baik dan Islami jika setiap muslim yang terdapat di dalamnya memiliki komitmen moral dan operasional kepada Islam secara baik dan benar. Karena itu di dalam sebuah organisasi Islam diperlukan situasi pembinaan yang berja!an di a tas metode (manhaj) Islam.

 

Sikap yang Dibutuhkan dalam Berorganisasi Islam

·         Sikap Moral, yaitu iman. Keimanan merupakan landasan Allah bertindak dan berbuat.
·         Sikap Operasional, yaitu Islam. Pekerjaan yang dilakukan selalu berada dalam kerangka tuntunan dan ajaran Islam.
·         Sikap Hasil, yaitu Ihsan. Pekerjaan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, teratur, berencana, berdasarkan ilmu, dan tidak asal-asalan, dilakukan berorientasi pada hasil yang baik

 

Ciri-ciri Pengikut atau anggota yang taat dan setia:
·         Iman yang dalam
·         Ikhlas
·         Keberanian dan semangat
  • Percaya kepada pemimpin
  • Tak banyak bertanya [5:101]
  • Memiliki kesungguhan kerja.

Struktur Organisasi

Sebuah organisasi harus memiliki struktur, agar:
·         Seseorang mempunyai wewenang atau kekuasaan yang jelas .
·         Hubungan kerja antar anggota teratur.
Dasar Struktur Organisasi
·         Pembagian Kekuasaan/wewenang (authority)
·         Tanggung jawab (responsibility).







AMAL JAMA’I

‘Amal jama’i merupakan proses dakwah yang terekam dengan kuat di dalam al-Quran dan as-Sunnah, baik eksplisit maupun implicit yaitu:
  1. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.(Q.S. 3:103-104)
  2. Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharap perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Q.S. 18:28)
  3. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Q.S. 61:4)
  4. Sesungguhnya serigala memakan kambing yang sendirian
  5. Al-Mukmin lil mukmin kalbunyani yasyuddu ba’dhuhum ba’dha. Mukmin yang satu dengan mukmin yang lain seperti bangunan yang saling topang satu sama lain

 

Contoh Beramal Jama’I :

n       Rasulullah dalam ber’amal jama’i

ü       Rasulullah tidak menganggap orang-orang yang berada di sekelilingnya adalah muridnya, tetapi sahabat. Ini tandanya orang-orang yang ada di sekeliling nabi disiapkan untuk menjadi sahabat dalam ber-’amal jama’i. Dalam perjalanannya sahabatnya itu dijadikan teman untuk memecahkan berbagai masalah, yaitu:

ü       Rasulullah saw meminta saran para sahabatnya dalam menentukan cara mengajak kaum muslimin untuk menunaikan shalat. Yang akhirnya pendapat Bilal bin Rabah yang disetujui yaitu dengan azan.


ü       Rasulullah saw meminta saran dan pendapat sahabat-sahabatnya dalam menerima tawaran tebusan tawanan perang Badar.

ü       Dalam perang Khandaq (Ahzab), Rasulullah saw meminta pendapat Sa’ad dalam proses perjanjian damai dengan suku Ghathafan dengan balasan setengah dari hasil kebun kota Madinah.

ü       Rasulullah saw meminta masukan dari pasukannya dalam kasus pembagian ghanimah (harta rampasan perang) Hawazin seusai perang Hunain. Ketika itu, utusan dari suku Hawazin dating kepada Rasulullah saw untuk meminta jatah ghanimah. Beliau melontarkan masalah ini kepada pahlawan perang untuk dimusyawarahkan. Diambil keputusan bersama dan Rasulullah pun menyetujuinya.

ü       Ketika Rasulullah hijrah terjadi peristiwa ‘amal jama’I yang kentara sekali, yaitu Rasulullah bersama dengan keluarga Abu Bakar. Keluarga Abu Bakar yang terdiri dari Asma binti Abu Bakar, Aisyah binti Abu Bakar, Abdullah bin Abu Bakar, Penggembalanya Abu Bakar, dan Abu Bakar sendiri telah berbagi peran untuk satu tujuan menjaga keselamatan Rasulullah saw. Asma bertugas mengantarkan makanan ke Gua Tsur. Aisyah bertugas menyiapkan logistik. Abdullah pembawa kabar dari Makkah untuk Rasulullah saw. Sementara Penggembala bertugas mengapus jejak Rasulullah, Abu Bakar, dan Abdullah oleh jejak kambing gembalaannya serta dimanfaatkan susunya untuk minum Rasulullah dan Abu Bakar.

ü       Rasulullah saw mengutus Mushab bin Umair untuk berdakwah di Madinah, yang hasilnya adalah cikal bakal kaum Anshar—yang menolong kaum Muhajirin—ketika hijrah di Madinah. Jadi Mushab terlibat dalam ‘amal jama’I dengan Rasulullah saw dalam penyiapan hijrahnya.

ü       Rasulullah saw mengutus beberapa orang sahabat berhijrah ke Habasah (Etiophia).


n       Para Salafush-shalih dalam ber’amal jama’I

ü       Dalam proses pembukuan al-Quran banyak melibatkan para sahabat, sebagai nara sumber, interviewer, dan pencatat.

ü       Khalid bin Walid adalah seorang sahabat yang siap untuk beramal jama’i. Dia siap berperan apa saja dalam dakwah. Dia siap menjadi panglima, dan dia siap pula menjadi prajurit. Khalid bin Walid siap menjadi panglima pada masa Rasulullah hidup, kemudian pada masa Abu Bakar, dan terakhir masa Umar bin Khattab. Dan Khalid bin Walid siap menjadi prajurit. Dia tidak kecewa bahkan terus ikut berperang walau berstatus sebagai prajurit. Ketika menjadi prajurit Khalid bin Walid menikmatinya, katanya, “Dulu aku (ketika menjadi panglima) sangat berhati-hati dalam menjaga keselamatan diriku, karena kematian seorang panglima tidaklah sama dengan kematian prajurit biasa. Adapun sekarang, aku adalah seorang prajurit biasa yang tidak mengkhawatirkan jika kematian menimpa dirinya.” Dalam perkataan yang lain, “Tidaklah ada ruginya bagi kita jika salah seorang menjadi panglima sedangkan yang lain menjadi prajurit.”


Lawan dari ‘amal jama’i adalah ‘amal infiradi (kerja individualistis). Ada perbedaan yang mencolok dari keduanya (lihat tabel)


‘Amal Jama’i
‘Amal Infiradi
1
2
3
4
Tujuan bersama
‘Amal individu bernilai bersama
Memunculkan kekuatan bersama
Mengandalkan kekuatan sistem
Tujuan individu
‘Amal individu bernilai individu
Memunculkan kekuatan individu
Mengandalkan kekuatan individu

Pengertian

Kegiatan dakwah yang dilakukan secara kolektif yang anggotanya bersinergi sehingga terbentuk tim yang tangguh untuk mencapai tujuan dakwah bersama.

 









 

 

 

 


Indikator ‘Amal Jama’i

Proses ‘amal jama’I dapat terlaksana oleh kader yang memiliki indicator seperti berikut ini:


       1.            Meyakini hasil kerja bersama lebih baik dari hasil kerja sendirian. Keberkahan hasil kerja bersama dapat melipatgandakan fungsi dari hasil tersebut.

       2.            Meyakini proses kerja bersama lebih menguntungkan dari hasil kerja sendirian. Karena proses kerja bersama membuat seluruh potensi dan kompetensi berkembang dan berguna.

       3.            Mengetahui tujuan bersama. ‘Amal Jama’i diarahkan kerjanya oleh tujuan bersama. Sehingga setiap individu bekerja dan mengembangkan dirinya untuk meraih tujuan bersama tersebut.

       4.            Bersedia untuk sukses bersama. Walaupun kemungkinan untuk berprestasi sendirian ada kesempatan. Mengingat kompetensinya mumpuni. Kompetensinya itu digunakan untuk mengangkat kompetensi kelompok.

       5.            Memberikan kontribusi kerja pada kelompok. What can I do for dakwah, proaktif, bukan sekedar menjadi pelengkap kelompok, sehingga menunggu diprogram atau diberi tugas.

       6.            Mencintai anggota kelompok karena Allah. Interaksi sesama anggota berlandaskan cinta bukan karena tanggung jawab (mas’uliyah) semata

       7.            Menerima kekurangan kader lainnya. Memaklumi bahwa setiap anggota kelompok kerja memiliki kekurangan disebabkan karena bahan dasarnya terbatas atau belum dikembangkan melalui pelatihan atau pengalaman lapangan. Sehingga interaksi antara anggota kelompok yang kurang dan yang lebih akan memberikan pengaruh yang positif.

       8.            Menerima hasil kerja bersama apapun hasilnya. Walaupun hasilnya buruk dia tetap mengakui sebagai hasil kerjanya. Sementara kekurangan hasilnya bukan karena ketidakmampuan dirinya.

       9.            Membuka diri untuk diberikan dan memberikan masukan. Kebaikan dan keistimewaan diperoleh dengan bertahap. Setiap tahap biasanya terbuka peluang salah. Perbaikan atas kesalahan, jendela menuju kebaikan dan keistimewaan. Terbuka diri untuk diberi dan memberikan masukan adalah cara terbaik untuk perbaikan atas kesalahan.

   10.            Bersedia membantu kader lain untuk meningkatkan kemampuannya dalam mencapai tujuan bersama. Berusaha untuk tidak mengambil alih pekerjaan anggota lainnya.

   11.            Tidak menyalahkan diri sendiri ketika menjadi penyebab ketidaksuksesan dalam kerja kelompok. Berusaha terbuka kepada anggota kelompok yang lain untuk menunjuktemukan kekurangan diri sendiri serta perbaikannya

   12.            Mengevaluasi program bersama bukan mengevaluasi personal dan pribadi, dengan menghindarkan saling tuding atau saling berlepas diri dari hasil evaluasi.

 



0 komentar:

Posting Komentar