Kamis, 21 Agustus 2014

Keputusan MK Hari ini, dan Masa Depan Indonesia




Hari ini (21/8) bangsa ini akan mendengarkan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang akan menentukan masa depan bangsa Indonesia. Sebuah keputusan yang sangat berat. Betapa tidak, keputusan MK bagai pisau bermata dua. Setiap sisi bisa melukai rasa dan emosi dua kubu besar yg berimbang tapi berseberangan.

Satu sisi kelompok Jokowi dan pendukungnya. Mereka merasa telah "menang" dan akan mempertahankan kemenangannya. Ini terbukti dengan segala perlawanan mereka yang terkesan "melabrak" banyak aturan dan terlihat bermain mata dengan oknum penyelanggara pemilu dan beberapa lembaga serta aparatur negara.

Satu sisi lagi adalah kelompok kubu Prabowo yang didukung lebih dari 62 juta rakyat Indonesia. Mereka juga merasa yang menang, tapi kemenangan mereka dicurangi secara masif, terencana dan terstruktur. Karena asumsi itulah hingga pembacaan putusan MK hari ini sangat sensitif dan berpotensi konflik yang luar biasa. 

Bukti-bukti kecurangan yang terlihat di persidangan Mahkamah Konstitusi sudah sangat membuka mata rakyat Indonesia bahwa ada ketidakberesan yang besar oleh para penyelenggara Pilpres, terutama KPU. Ditambah lagi kesaksian para ahli yang kredibel dan sangat argumentatif menunjukkan pelanggaran-pelanggaran konstitusi para penyelenggara pemilu tersebut.

Semoga Allah Memudahkan akal dan lisan Para Hakim Konstitusi dalam menetapkan keputusan demi kebenaran, keadilan serta kemaslahatan negeri Indonesia

Jika dilihat dari sisi konstalasi gerakan massa. Kedua kubu punya potensi sama. Karena kedua kubu punya harapan dan keinginan yang sama, yaitu idealisme memenangkan capres yang didukung. Mungkin lebih bijak bagi Kepolisian dan TNI untuk mewaspadai pergerakan dari dua kelompok massa, bukan dari kelompok Prabowo saja. Bayangkan jika MK memutuskan gugatan Pemohon kubu Prabowo, berarti pihak terkait kubu Jokowi akan merasa dilukai rasa keadilannya dan potensi emosinya akan terpancing, apalagi jika itu (kerusuhan) sudah direncanakan dari awal. Begitupun sebaliknya. 

Sebagai masyarakat awam dan atau simpatisan Prabowo. Saya melihat emosi dan kesabaran pendukung Prabowo lebih baik dan lebih teruji. Mereka telah membuktikan banyak hal tentang menjaga negeri ini dari kehancuran selama penyelenggaraan pilpres. Mereka tidak berbuat kericuhan di TPS ketika saksi mereka melihat kecurangan. Mereka sabar dan berusaha menempuh jalan damai dan konstitusional. Kesabaran mereka teruji secara bertahap dan berjenjang. Hingga puncaknya ketika mereka dipertontonkan sikap ngeyel dan keberpihakan KPU saat penetapan rekap nasional tgl 22 juli lalu.

Dan alhamdulillah... diluar dugaan aparat keamanan, BIN dan banyak pakar, Indonesia hari ini tetap aman dan kondusif pasca drama KPU.

Saya menilai ini tidak lepas dari kesabaran, kebesaran hati dan sikap kesatria yang ada pada pribadi Prabowo dan para tokoh elit di sekitar Prabowo, serta sikap para pendukung di akar rumput yang begitu taat mematuhi kehendak jalan damai dan konstutional yang diinginkan pak Prabowo dan para elit. Walaupun nyata di depan mata mereka kecurangan dan persekongkolan pihak lawan merka tetap sabar.

Saya yakin skali bahwa para pendukung Prabowo, yang telah memperlihatkan kedewasaannya itu tidak sedikit pun ada rasa takut mereka terhadap lawan-lawan mereka baik dari pihak Jokowi dan pendukungnya, apalagi pihak KPU dan lembaga lainnya. Sungguh karena kecintaan terhadap persatuan dan kedamaian negeri ini mereka tetap tenang.

Oleh karna itu sepatutnya kita rakyat Indonesia  bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada mereka. Alhamdulillah dan terima kasih teman para rakyat pendukung Prabowo yang telah menjaga Negeri ini dari konflik dan kehancuran.

Beban berat telah dilewati oleh Prabowo-Hatta, para pimpinan partai pendukung, para tim pemenangan dan para rakyat pendukung. Mereka telah berbuat yang terbaik bagi negeri ini, paling tidak selama proses pilpres berlangsung hingga hari ini. Beban berat berikutnya ada pada MK, pihak terkait, Presiden SBY, TNI dan Polri. Dan puncaknya hari ini tanggal 21 Agustus, ketika pengumuman penetapan MK dibacakan. Konsekuensi dari penetapan itu menimbulkan beberapa perkara baru.

Apakah keputusan hari ini bisa memenuhi rasa keadilan atau tidak? Apakah pihak terkait Jokowi dan pendukungnya bisa sabar dan tidak rusuh ketika MK memenangkan gugatan Pemohon? Apakah Presiden SBY mau turun tangan menjaga ancaman disintegrasi bangsa pasca Putusan MK? Apakah TNI POLRI bisa solid mengamankan segala kebijakan presiden SBY walau "tampak" kebijakan itu tidak biasa dan keluar dari mainstream media dan pendukung Jokowi? kita tunggu hari ini.

Terakhir, hanya kepada Allahlah kita berserah diri memohon pertolongan dan perlindungan (ALLAHU-MUSTA'AN). Jangan lupa doakan persatuan dan kedamaian bangsa ini.

Azwar Rasmin

Kesabaran Sang Murabbi


قَدْ نَعْلَمُ إِنَّهُ لَيَحْزُنُكَ الَّذِي يَقُولُونَ فَإِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآَيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ (33) وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا وَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ الْمُرْسَلِينَ (34) وَإِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكَ إِعْرَاضُهُمْ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَبْتَغِيَ نَفَقًا فِي الْأَرْضِ أَوْ سُلَّمًا فِي السَّمَاءِ فَتَأْتِيَهُمْ بِآَيَةٍ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى الْهُدَى فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ (35) إِنَّمَا يَسْتَجِيبُ الَّذِينَ يَسْمَعُونَ وَالْمَوْتَى يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ ثُمَّ إِلَيْهِ يُرْجَعُونَ (36)
“Sungguh KAMI mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu (wahai Muhammad), sungguh mereka itu bukan mendustakan dirimu, akan tetapi orang-orang yang zhalim itu mengingkari ayat-ayat ALLAAH. Dan sungguh telah didustakan (pula) Rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka bersabar terhadap pendustaan dan penganiayaan terhadap mereka, sampai datangnya pertolongan ALLAAH kepada mereka, tak ada seorang pun yang dapat mengubah kalimat-kalimat ALLAAH, dan sungguh telah datang kepadamu sebahagian dari berita Rasul-rasul itu. Dan jika keberpalingan mereka itu terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat membuat sebuah lubang di bumi atau tangga ke langit atau  kamu dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka (maka datangkanlah), seandainya ALLAAH menghendaki, pastilah ALLAAH menjadikan mereka semua dalam hidayah, oleh sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang jahil.”

ALLAH Maha Mengetahui Kesedihan Sang Murabbi
قَدْ نَعْلَمُ إِنَّهُ لَيَحْزُنُكَ الَّذِي يَقُولُونَ فَإِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآَيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ
Berkata Imam Abu Ja’far: ALLAAH SWT berfirman kepada Nabi-NYA SAW, bahwa sungguh Kami mengetahui bahwa perkataan dan tuduhan orang-orang Musyrik itu amat menyedihkan hatimu (yaitu pendustaan mereka, serta tuduhan mereka bahwa Nabi SAW penipu)[1]. Kadang-kadang mereka menyebut Nabi SAW ‘Sang Penyair’, kadang menyebutnya ‘Sang Spiritualis’, sebagiannya menyebut ‘Kurang Waras’, padahal dalam hati mereka mengakui kebenaran ucapan beliau SAW itu[2]. Terkait dengan ini disebutkan dalam hadits: Berkata Abu Jahl pada Nabi SAW “Sungguh engkau wahai Muhammad sungguh adalah penyambung silaturahim, dan amat benar dalam berbicara, maka kami sama sekali tidak mendustakanmu, melainkan mendustakan apa yang engkau bawa, maka ALLAAH SWT menurunkan ayat ini[3].”

Demikian beratnya kesedihan hati Nabi SAW karena keberpalingan kaumnya dari dakwah yang beliau bawa, hingga terlintas di hati beliau SAW untuk bunuh-diri, sebagaimana disebutkan dalam beberapa ayat yang lain: “Boleh jadi engkau akan membunuh dirimu (wahai Muhammad) karena mereka tidak mau beriman.[4]”, atau juga ayat: “Maka (apakah) kamu akan membunuh dirimu (wahai Muhammad) karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran).[5]”  Demikianlah munasabah (kaitan) ayat ini dengan ayat yang lain menurut Imam Ibnu Katsir[6]. Adapun Imam Al-Biqa’iy, mengaitkan ayat ini dengan ayat:  “Maka janganlah ucapan mereka menyedihkan hatimu, sesungguhnya Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan.[7]” Komentar Imam Al-Biqa’iy: Janganlah engkau bersedih, karena engkau mengetahui bahwa ALLAAH SWT ridha kepada orang yang taat pada-NYA serta murka kepada yang bermaksiat pada-NYA, hingga hendaklah orang yang taat pada-NYA tidaklah bersedih melainkan bergembira dengan dakwahnya


قَدْ نَعْلَمُ إِنَّهُ لَيَحْزُنُكَ الَّذِي يَقُولُونَ فَإِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآَيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ (33) وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا وَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ الْمُرْسَلِينَ (34) وَإِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكَ إِعْرَاضُهُمْ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَبْتَغِيَ نَفَقًا فِي الْأَرْضِ أَوْ سُلَّمًا فِي السَّمَاءِ فَتَأْتِيَهُمْ بِآَيَةٍ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى الْهُدَى فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ (35) إِنَّمَا يَسْتَجِيبُ الَّذِينَ يَسْمَعُونَ وَالْمَوْتَى يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ ثُمَّ إِلَيْهِ يُرْجَعُونَ (36)
“Sungguh KAMI mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu (wahai Muhammad), sungguh mereka itu bukan mendustakan dirimu, akan tetapi orang-orang yang zhalim itu mengingkari ayat-ayat ALLAAH. Dan sungguh telah didustakan (pula) Rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka bersabar terhadap pendustaan dan penganiayaan terhadap mereka, sampai datangnya pertolongan ALLAAH kepada mereka, tak ada seorang pun yang dapat mengubah kalimat-kalimat ALLAAH, dan sungguh telah datang kepadamu sebahagian dari berita Rasul-rasul itu. Dan jika keberpalingan mereka itu terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat membuat sebuah lubang di bumi atau tangga ke langit atau kamu dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka (maka datangkanlah), seandainya ALLAAH menghendaki, pastilah ALLAAH menjadikan mereka semua dalam hidayah, oleh sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang jahil.”

Contohlah Kesabaran Para Murabbi Sebelum Kamu
وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا وَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ الْمُرْسَلِينَ
Berkata Imam Abu Ja’far: Ini merupakan peringatan dari ALLAAH SWT bagi nabi-NYA sekaligus juga penghibur bagi beliau SAW, maka bersabarlah atas pengingkaran mereka dan apa-apa yang tidak kamu sukai sampai datangnya nashruLLAAH, karena kesabaran demikian pula yang telah dilakukan oleh para hamba pinilih sebelummu, dan tidak ada perubahan dalam sunnah ALLAAH tersebut[1]. Imam Ibnu Katsir menambahkan[2]: Maka bersabarlah kamu sebagaimana sabarnya Ulul ‘Azmi minar Rusul (Rasul-rasul yang memiliki tekad yang amat teguh[3]).
Imam Al-Qurthubi ketika menafsirkan (وَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ) menyatakan: Apa yang sudah dijanjikan ALLAAH SWT (berupa pertolongan kepada para junud-NYA) tidak akan pernah berubah, tidak akan ada yang mampu menghalangi, tidak akan ada yang mampu mencegahnya, dan DIA tidak pernah mengingkari janji-NYA, sebagaimana firman-NYA: “Sesungguhnya KAMI akan benar-benar menolong Rasul-rasul KAMI dan orang-orang yang beriman.[4]” Atau: “Dan sungguh telah berlalu ketetapan KAMI kepada para hamba-hamba KAMI yaitu para Rasul-rasul, sesungguhnya mereka benar-benar termasuk orang-orang yang ditolong, dan sesungguhnya jundi-jundi KAMI itu pastilah menjadi orang yang menang.[5]” [6]
Imam Khazin menyebutkan saat ia menafsirkan (ولقد جاءك من نبأ المرسلين): Dan telah ada bagimu (wahai Muhammad) contoh dari para nabi sebelum kamu agar menenangkan hatimu (tentang beratnya dakwah ini –pen)[7]. Tentang makna (من) dalam ayat ini ada 2 pendapat, yang pertama menafsirkannya ‘penghubung’ saja (صلة) atau ‘tambahan’ [زائدة)[8); sementara yang lainnya menafsirkan (من) tersebut ‘menunjukkan sebagian’ (للتبعيض), artinya karena ada sebagian dari kisah-kisah rasul terdahulu yang tidak diceritakan dalam Al-Qur’an[9].
Sayyid Quthb menambahkan: Kesemua taujih RABBani ini juga berlaku bagi kafilah para du’at pasca Nabi Muhammad SAW, jalannya telah terang-benderang, peran mereka telah ditentukan; sebagaimana juga telah jelas dan terangnya beban yang harus dipikul dan hambatan yang akan menerpa; tetapi sejelas itu pulalah pahala dan kenikmatan yang telah menanti diujung jalan tersebut (Jannah-NYA –pen). Sesungguhnya ayat ini memahamkan kita bahwa sunnatuLLAAH dalam dakwah ini hanya satu, sebagaimana IA juga telah menjelaskannya kepada para nabi-NYA AS… Yaitu agar bersabar meniti jalan dakwah ini dan tidak terburu-buru, adapun kemenangan maka bisa jadi ia diberikan langsung di dunia, atau kelak menanti kita di akhirat..




قَدْ نَعْلَمُ إِنَّهُ لَيَحْزُنُكَ الَّذِي يَقُولُونَ فَإِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآَيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ (33) وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا وَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ الْمُرْسَلِينَ (34) وَإِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكَ إِعْرَاضُهُمْ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَبْتَغِيَ نَفَقًا فِي الْأَرْضِ أَوْ سُلَّمًا فِي السَّمَاءِ فَتَأْتِيَهُمْ بِآَيَةٍ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى الْهُدَى فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ (35) إِنَّمَا يَسْتَجِيبُ الَّذِينَ يَسْمَعُونَ وَالْمَوْتَى يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ ثُمَّ إِلَيْهِ يُرْجَعُونَ (36)
“Sungguh KAMI mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu (wahai Muhammad), sungguh mereka itu bukan mendustakan dirimu, akan tetapi orang-orang yang zhalim itu mengingkari ayat-ayat ALLAAH. Dan sungguh telah didustakan (pula) Rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka bersabar terhadap pendustaan dan penganiayaan terhadap mereka, sampai datangnya pertolongan ALLAAH kepada mereka, tak ada seorang pun yang dapat mengubah kalimat-kalimat ALLAAH, dan sungguh telah datang kepadamu sebahagian dari berita Rasul-rasul itu. Dan jika keberpalingan mereka itu terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat membuat sebuah lubang di bumi atau tangga ke langit atau kamu dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka (maka datangkanlah), seandainya ALLAAH menghendaki, pastilah ALLAAH menjadikan mereka semua dalam hidayah, oleh sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang jahil.”


Jika ALLAAH Menghendaki Maka Semua Manusia Akan Mendapatkan Hidayat, Maka Janganlah Kamu Termasuk Orang yang Jahil [1]
وَإِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكَ إِعْرَاضُهُمْ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَبْتَغِيَ نَفَقًا فِي الْأَرْضِ أَوْ سُلَّمًا فِي السَّمَاءِ فَتَأْتِيَهُمْ بِآَيَةٍ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى الْهُدَى فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ
Berkata Imam Ibnu Katsir: Berkata Ali bin Abi Thalhah RA dari Ibni Abbas RA bahwa ia berkata tentang makna firman-NYA (وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى الْهُدَى): Sungguh RasuluLLAAH SAW amat berharap dapat mengislamkan seluruh umat manusia dan mengikutsertakan mereka semua ke dalam hidayah, maka ALLAAH SWT mengabarkan bahwa tidak akan beriman kecuali orang yang telah ditetapkan sebelumnya bahwa ia orang yang berbahagia dengan hidayah[2].
Imam Ibnu Hayyan At-Tauhidi menyitir perkataan Ibnu ‘Athiyyah tentang makna kata (…. فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ): Penegasan hujah kepada Nabi SAW melalui perumpamaan, sehingga jelas bagi beliau SAW bahwa tiada jalan lain kecuali harus bersabar dan mengikuti ketetapan ALLAAH SWT, karena beliau SAW takkan dapat mendatangkan hal tersebut tanpa izin ALLAAH SWT, maka bersabar saja dan menanggung derita sambil menyampaikan kepada mereka dengan ayat-ayat-NYA sehingga ALLAAH SWT-lah yang membuka hati siapa yang dikehendaki-NYA dengan ayat serta hujjah tersebut[3].
Imam Al-Qurthubi menambahkan: ALLAAH SWT memerintahkan kepada Nabi SAW agar tidak amat bersedih atas ketidakmauan mereka menerima keimanan, karena beliau SAW tidak diberi kekuasaan untuk memberi hidayah atas manusia[4]. Lebih jauh beliau berkata: Ayat ini khithab (konteks pembicaraan) nya kepada Nabi SAW, namun hukumnya berlaku pula bagi semua umatnya, karena hati orang beriman itu akan merasa sempit melihat kekafiran dan aniaya yang dilakukan para musuh Islam[5].
Sementara Imam Ibnul Jauzy menafsirkan kata (فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ) dengan 3 pendapat[6]: PERTAMA, jangan kamu sampai tidak mengetahui bahwa semua manusia bisa saja dapat hidayah dengan izin ALLAAH[7]; KEDUA, jangan kamu tidak mengetahui bahwa manusia sebagiannya akan beriman dan sebagian yang lain akan kafir[8]; KETIGA, jangan kamu tidak mengetahui bahwa kamu harus bersabar dalam berdakwah, karena kurangnya kesabaran dalam mendakwahi mereka termasuk sifat orang jahilin[9].
Sayyid Quthb saat mengkomentari (وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى الْهُدَى فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ) berkata: Alangkah hebatnya kalimat ini! Dan alangkah tingginya taujih ini! Yaitu penjelasan mendalam; PERTAMA tentang fithrah manusia yang ALLAAH SWT sajalah yang Maha Mengarahkan terhadap fithrah tersebut; dan KEDUA tentang sikap manusia yang berbeda-beda dalam menyikapi hidayah yang diberikan ALLAAH SWT tersebut[10]… Maka tenangkanlah hatimu, sabarkan dirimu menjalani hukum ALLAAH, karena jikalau ALLAAH SWT menghendaki maka pastilah mereka semua beriman pada apa yang engkau serukan, tetapi kami membiarkan sebagian mereka untuk menguji mereka, maka janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang tidak mengetahui hukum-NYA serta sunnah-NYA (kauniyah) di alam semesta ini


Rabu, 20 Agustus 2014

10 sahabat masuk sorga

Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang petama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dengan mereka dan mereka ridho kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung." (Qs At-Taubah : 100)
"Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang petama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dengan mereka dan mereka ridho kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung." (Qs At-Taubah : 100)




1. Abu Bakar Siddiq ra.
Beliau adalah khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah Saw. Selain itu Abu bakar juga merupakan laki-laki pertama yang masuk Islam, pengorbanan dan keberanian beliau tercatat dalam sejarah, bahkan juga didalam Quran (Surah At-Taubah ayat ke-40) sebagaimana berikut : "Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang (Rasulullah dan Abu Bakar) ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya:"Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita". Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." Abu Bakar Siddiq meninggal dalam umur 63 tahun, dari beliau diriwayatkan 142 hadiets.

2. Umar Bin Khatab ra.
Beliau adalah khalifah ke-dua sesudah Abu Bakar, dan termasuk salah seorang yang sangat dikasihi oleh Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya. Sebelum memeluk Islam, Beliau merupakan musuh yang paling ditakuti oleh kaum Muslimin. Namun semenjak ia bersyahadat dihadapan Rasul (tahun keenam sesudah Muhammad diangkat sebagai Nabi Allah), ia menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan perlawanan kaum Quraish terhadap diri Nabi dan sahabat. Dijaman kekhalifaannya, Islam berkembang seluas-luasnya dari Timur hingga ke Barat, kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukkannya dalam waktu hanya satu tahun. Beliau meninggal dalam umur 64 tahun karena dibunuh, dikuburkan berdekatan dengan Abu Bakar dan Rasulullah dibekas rumah Aisyah yang sekarang terletak didalam masjid Nabawi di Madinah.

3. Usman Bin Affan ra.
Khalifah ketiga setelah wafatnya Umar, pada pemerintahannyalah seluruh tulisan-tulisan wahyu yang pernah dicatat oleh sahabat semasa Rasul hidup dikumpulkan, kemudian disusun menurut susunan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw sehingga menjadi sebuah kitab (suci) sebagaimana yang kita dapati sekarang. Beliau meninggal dalam umur 82 tahun (ada yang meriwayatkan 88 tahun) dan dikuburkan di Baqi'.

4. Ali Bin Abi Thalib ra.
Merupakan khalifah keempat, beliau terkenal dengan siasat perang dan ilmu pengetahuan yang tinggi. Selain Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib juga terkenal keberaniannya didalam peperangan. Beliau sudah mengikuti Rasulullah sejak kecil dan hidup bersama Beliau sampai Rasul diangkat menjadi Nabi hingga wafatnya. Ali Bin Abi Thalib meninggal dalam umur 64 tahun dan dikuburkan di Koufah, Irak sekarang.

5. Thalhah Bin Abdullah ra.
Masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Siddiq ra, selalu aktif disetiap peperangan selain Perang Badar. Didalam perang Uhud, beliaulah yang mempertahankan Rasulullah Saw sehingga terhindar dari mata pedang musuh, sehingga putus jari-jari beliau. Thalhah Bin Abdullah gugur dalam Perang Jamal dimasa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib dalam usia 64 tahun, dan dimakamkan di Basrah.

6. Zubair Bin Awaam
Memeluk Islam juga karena Abu Bakar Siddiq ra, ikut berhijrah sebanyak dua kali ke Habasyah dan mengikuti semua peperangan. Beliau pun gugur dalam perang Jamal dan dikuburkan di Basrah pada umur 64 tahun.

7. Sa'ad bin Abi Waqqas
Mengikuti Islam sejak umur 17 tahun dan mengikuti seluruh peperangan, pernah ditawan musuh lalu ditebus oleh Rasulullah dengan ke-2 ibu bapaknya sendiri sewaktu perang Uhud. Meninggal dalam usia 70 (ada yang meriwayatkan 82 tahun) dan dikuburkan di Baqi'.

8. Sa'id Bin Zaid
Sudah Islam sejak kecilnya, mengikuti semua peperangan kecuali Perang Badar. Beliau bersama Thalhah Bin Abdullah pernah diperintahkan oleh rasul untuk memata-matai gerakan musuh (Quraish). Meninggal dalam usia 70 tahun dikuburkan di Baqi'.

9. Abdurrahman Bin Auf
Memeluk Islam sejak kecilnya melalui Abu Bakar Siddiq dan mengikuti semua peperangan bersama Rasul. Turut berhijrah ke Habasyah sebanyak 2 kali. Meninggal pada umur 72 tahun (ada yang meriwayatkan 75 tahun), dimakamkan di baqi'.

10. Abu Ubaidillah Bin Jarrah
Masuk Islam bersama Usman bin Math'uun, turut berhijrah ke Habasyah pada periode kedua dan mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah Saw. Meninggal pada tahun 18 H di urdun (Syam) karena penyakit pes, dan dimakamkan di Urdun yang sampai saat ini masih sering diziarahi oleh kaum Muslimin.

Senin, 11 Agustus 2014

ULUWWUL HIMMAH



مَعْنَى عُلُوِّ الهِمَّة
ِ
         الهِمَّةُ: هِيَ البَاعِثُ عَلَى الفِعْلِ، وَتُوْصَفُ بِعُلُوٍّ أَوْ سُفُوْلٍ. وهي الإرادة والقصد والعزيمة على العمل .
         عُلُوُّ الهِمَّةِ: اِسْتِصْغَارُ مَا دُوْنَ النِّهَايَةِ مِنْ مَعَالِي الأُمُورِ (رسائل الإصلاح 2/86 للشيخ محمد الخضر حسين).
         عُلُوُّ الهِمَّةِ: خُرُوجُ النَّفْسِ إِلَى غَايَةِ كَمَالِهَا الْمُمْكِنِ لهَاَ فِي العِلْمِ وَالعَمَلِ          (صيد الخاطر لابن الجوزي: 189).

PENGERTIAN ULUWWUL HIMMAH
      Himmah: motivator kerja, dan ia dapat disifati tinggi atau rendah. Juga berarti kemauan, niat, dan tekad untuk melakukan suatu pekerjaan.
      uluwul himmah adalah menganggap kecil segala hal selain akhir dari urusan-urusan mulia. (Rasailul Ishlah, Syaikh Muhammad Khudlor Husain, 2/86)
      ululwul himmah adalah upaya jiwa menggapai puncak kesempurnaan yang mungkin dapat diraihnya dalam urusan ilmu atau amal. (Shaidul khathir, Ibnul Jauzi, hal. 189)

وهي على ثلاث درجات
الدرجة الأولى
همة تصون القلب عن وحشة الرغبة في الدنيا وعليها لأنها تحمل صاحبها على الرغبة فيما يبقى وهو الحق سبحانه وتعالى وتخلصه من أمراض الفتور والتواني والتفريط

الدرجة الثانية
همة تورث انفة من المبالاه بالعلل والنزول على العمل والثقة بالأمل ، لأن صاحبها علق همه بما هو أعلى من ثقله الطين وجاذبية المادة فهو يأنف أن ينزل من القمة السامقة إلى الحضيض الواطئ

الدرجة الثالثة
همة تتفاعل مع الحياة تقرباً إلى الله تعالى لأن صاحبها يعلم أنه مستخلف ولن يرضى دون تحقيق ا لهدف وكما أن الطائر يعلو بجناحيه فإن المرء يعلو بهمته

TINGKATAN ULUWUL HIMMAH

Tingkatan Pertama

Himmah yang dapat menjaga hati dari ganasnya keinginan untuk mendapatkan dunia dan menguasainya. Sebab dengan himmah ini, pemiliknya terkondisikan untuk berambisi mendapatkan yang kekal, yaitu Allah swt. serta terbebas dari berbagai penyakit futur, malas, dan lengah.

Tingkatan Kedua
Himmah yang menimbulkan keengganan memliki sikap apatis terhadap berbagai penyakit, memotivasi untuk beramal, dan menumbuhkan keyakinan pada harapan. Sebab pemiliknya menggantungkan obsesinya pada sesuatu yang lebih tinggi dari beban berat tanah dan tarikan magnetis materi. Karena itu pemiliknya enggan menjatuhkan diri atau terjatuh dari puncak yang tinggi menuju lembah yang terinjak-injak.



Tingkatan Ketiga

Himmah yang sinergi dengan kehidupan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Karena pemiliknya menyadari bahwa dirinya diamanahi untuk mengelola bumi. Dan, ia tidak akan perna rela sebelum dapat mencapai tujuan itu. Apabila burung terbang tinggi dengan sayapnya, maka manusia akan membumbung tinggi dengan himmah-nya.
مِنَ القُرْآنِ الكَرِيمِ   .1
          ((قَدْ أَفْلَحَ المُؤْمِنُون. الَّذِيْنَ هُمْ فِي صَلاَتِهِمْ خَاشِعُونَ))... إلى قوله تعالى: ((أُولئكَ هُمُ الوَارِثُونَ. الَّذِيْنَ يَرِثُونَ الفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ)). (المؤمنون: 1-11)

مِنَ السُّنَّةِ النَّبَوِيَّةِ    .2
((إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ أَعَدَّهَا اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ مَا بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ ...)) (رواه البخاري عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ)
            “Sesungguhnya, di surga ada seratus tingkatan yang disediakan untuk para mujahidin fi sabilillah. Di mana jarak antara dua tingkatan seperti jarak langit dan bumi. Apabila kamu memohon kepada Allah, maka mohonlah Surga Firdaus, karena ia paling tengah dan paling tinggi.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah ra.)
عَنِ الحُسَينِ بْنِ عَلِيٍّ رضي الله عنهما قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ r: ((إِنَّ اللهَ تَعَالَى يُحِبُّ مَعَالِيَ الأُمُورِ، وَأَشْرَافَهَا، وَيَكْرهُ سَفْسَافَهَا)) (صحيح الجامع للألباني (1886)، وهو في الصحيحة (1388)
Husain bin Ali ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah swt. mencintai urusan-urusan mulia serta terhormat, dan menbenci urusan-urusan rendah.” (Shahihul jami’, Al-Bani, hal. 1886. Dan, Hadits ini tercantum juga dalam kumpulan hadits shahih, hal. 1388)
            مِنْ أَقْوَالِ العُلَمَاءِ      .3
وَيَصِفُ ابْنُ الجَوْزِيّ هِمَّةَ المُؤْمِنِ فَيَقُولُ:
          هِمَّةُ المُؤْمِنِ مُتَعَلِّقَةٌ بِالآخِرَةِ فَكُلُّ مَا فِي الدُّنْيَا يُحَرِّكُهُ إِلَى ذِكْرِ الآخِرَةِ فَإِنْ سَمِعَ صَوْتاً فَظِيعاً ذَكَرَ نَفْخَةَ الصُّورِ وَإِنْ رَأَى لَذَّةً ذَكَرَ الجَنَّةَ. (صيد الخاطر/ا بن الجوزي ص 399(
Ibnul Jauzi menggambarkan himmah (obsesi) orang beriman dengan ungkapan,
“Himmah mukmin terkait dengan akhirat. Karena itu segala yang ada di dunia menggerakkannya untuk mengingat akhirat. Apabila ia mendengar suara keras, maka ia teringat dengan tiupan sangkakala. Apabila ia melihat kelezatan, maka ia teringat dengan surga.
وَيَصِفُ الإِمَامُ البَنَّا ذَا الهِمَّةِ العَالِيَةِ قَائِلاً:
وَرَجُلُ العَقِيدَةِ يَرَى الطَّرِيْقَ طَوِيْلَةً وَالغَايَةَ بَعِيدَةً وَالعَقَبَةَ كَئُودًا فَهُوَ يُعِدُّ لَهَا صَبْرًا أَطْوَلَ وَهِمَّةً أَبْعَدَ لِيَجْتَازَ هَذِهِ العَقَبَاتِ فِي رِضًا وَابْتِسَامٍ. (العقيدة وشخصية رجل العقيدة / الإمام البنا ص 11).
Imam Al-Banna menggambarkan orang yang memiliki obsesi tinggi dengan ungkapan,
“Orang yang ber-aqidah memandang jalan sangat panjang, tujuan amat jauh, dan rintangan sangat sulit. Karena itu ia menyiapkan kesabaran yang lebih panjang, obsesi yang lebih jauh, dan kendaraan yang lebih memungkinkan untuk melintasi berbagai rintangan tersebut dalam keridlaan dan senyuman ..”
وَيَجْتَازُ شَيْخُ الإِسْلاَمِ ابْنُ تَيْمِيَّة مَصَاعِبَ الدَّعْوَةِ بِهِمَّتِهِ العَالِيَةِ قَائِلاً:
          ”مَا يَصْنَعُ بِي أَعْدَائِي، أَنَا جَنَّتِي وَبُسْتَانِي فِي صَدْرِي، أَيْنَ رُحْتُ فَجَنَّتِي مَعِي، إِنَّ حَبْسِي خَلْوَةٌ وَقَتْلِي شَهَادَةٌ وَنَفْيِي سِيَاحَةٌ . . (فدائيون في تاريخ الإسلام / د . الشرباص ص 203).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berhasil melampui kesulitan-kesulitan dakwah dengan obsesi tinggi, ia berkata,
            “Apa yang dapat dilakukan musuh-musuhku kepadaku. Surga dan tamanku ada dalam dadaku. Ke mana pun aku pergi, maka surgaku selalu bersamaku. Penahananku adalah menyendiri (berkhalwat), kematianku adalah kesyahidan, dan pengasinganku adalah rekreasi ..” (Fidaiyyun fi tarikhil Islam, Dr. Asy-Syarbashi, 203)

قال المتنبي: وَإِذَا كَانَتِ النُّفُوسُ كِبَاراً            #          تَعِبَتْ فِي مُرَادِهَا الأَجْسَامُ
Dan  apabila jiwa-jiwa itu besar, fisik lelah mengikuti keinginannya


مَظَاهِرُ الهِمَّةِ العَالِيَةِ
1.    الجِدُّ فِي العَمَلِ وَعَدَمُ التَّوَانِي وَالكَسَلِ
2.    الاِنْدِفَاعُ إِلَى الْجِهَادِ فِي سَبِيْلِ اللهِ بِشَجَاعَةٍ وَنَشَاطٍ
3.    التَّطَلُّعُ إِلَى الكَمَالِ وَالتَّرَفُّعُ عَنِ النَّقْصِ
4.    سَعْيُ الإِنْسَانِ لِكَسْبِ رِزْقِهِ بِعَمَلِهِ، وَتَرَفُّعُهُ عَنْ أَنْ يَكُوْنَ عَالَةً عَلَى غَيْرِهِ
5.    التَّرَفُّعُ  عَنْ مُحَقِّرَاتِ اْلأُمُوْرِ وَصَغَائِرِهَا وَنِشْدَانُ مَعَالِي اْلأُمُوْرِ وَكَمَالاَتِهَا وَالزُّهْدُ فِي الدُّنْيَا
6.    الأَخْذُ بِالحَزْمِ فِي الأُمُورِ، وَالقِيَامُ بِمَا يَحْمِلُ وَيُحْسِنُ مِنْ أَعْمَالٍ دُوْنَ تَسْوِيْفٍ وَلاَ تَأجِيْلٍ عِنْدَ القُدْرَةِ عَلَى التَّنْفِيذِ.
7.    اِشْتِغَالُ الإِنْسَانِ بِمَا يَعْنِيْهِ وَانْصِرَافُهُ عَمَّا لاَ يَعْنِيْهِ.

INDIKASI ULUWWUL HIMMAH
  1. Kesungguhan dalam amal, tidak leha-leha, dan tidak bermalas-malasan
  2. Terdorong untuk berjihad di jalan Allah swt. dengan penuh keberanian dan semangat
  3. Selalu berambisi menggapai kesempurnaan dan menghindari berbagai kekurangan
  4. Bekerja keras mengais rizki
  5. Menjauhi urusan-urusan remeh dan hina, memburu urusan-urusan mulia dan sempurna, serta zuhud terhadap dunia.
  6. Tegas dan sigap dalam berbagai urusan
  7. Menyibukkan diri dengan hal-hal yang berguna dan berpaling dari hal-hal yang tidak bermanfaat.

الجِدُّ فِي العَمَلِ وَعَدَمُ التَّوَانِي وَالكَسَلِ .1
         بورك لأمتي في بكورها (صحيح الجامع الصغير رقم 2738 جـ 3).
         اللهم إني أعوذ بك من العجز والكسل، وأعوذ بك من الجبن و البخل، وأعوذ بك من غلبة الدين وقهر الرجال (صحيح الجامع الصغير 1295 ، 1296 ، 1297).

Kesungguhan dalam amal

      “Semoga umatku diberkahi di pagi harinya.” (Shahihul jami’ish shaghir, 3/2738)
      “Ya Allah, sesusungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, aku berlindung kepada-Mu dari kepengecutan dan kebakhilan, aku berlindung kepada-Mu dari beban hutang dan dominasi orang lain.” (Shahihul Jami’ Ash-Shaghir, 1295, 1296, 1297)

الاندفاع إلى الجهاد في سبيل الله بشجاعة ونشاط. 2

         وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْلاَ أَنَّ رِجَالاً مِنْ الْمُؤْمِنِينَ لاَ تَطِيبُ أَنْفُسُهُمْ أَنْ يَتَخَلَّفُوا عَنِّي وَلاَ أَجِدُ مَا أَحْمِلُهُمْ عَلَيْهِ مَا تَخَلَّفْتُ عَنْ سَرِيَّةٍ تَغْزُو فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوَدِدْتُ أَنِّي أُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ أُحْيَا ثُمَّ أُقْتَلُ ثُمَّ أُحْيَا ثُمَّ أُقْتَلُ ثُمَّ أُحْيَا ثُمَّ أُقْتَلُ
Semangat Jihad
      “Demi Dzat yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya, andai bukan karena beberapa orang dari kalangan muslimin yang merasa sedih karena tertinggal dariku, sementara aku tidak dapat mengangkut mereka, maka aku tidak akan pernah tertinggal dari pasukan yang berperang di jalan Allah. Demi Dzat yang jiwa dalam genggaman-Nya, sesungguhnya aku ingin terbunuh di jalan Allah, kemudian dihidupkan kembali, kemudian terbunuh lalu dihidupkan kembali, kemudian terbunuh lalu dihidupkan kembali, kemudian terbunuh.” (HR. Bukhari dan Muslim)
التَّطَلُّعُ إِلَى الكَمَالِ وَالتَّرَفُّعُ عَنِ النَّقْصِ. 3
         إِنَّ اللهَ يُحِبُّ مَعَالِيَ اْلأُمُوْرِ وَيُبْغِضُ سَفْسَافَهَا
         الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
Ambisi menggapai kesempurnaan dan menghindari kekurangan
      “Sesungguhnya Allah mencintai urusan-urusan mulia dan membenci urusan-urusan rendah.” (Shahihul jami’ ash-shaghir, 1886)
      “Mu'min yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mu'min yang lemah, meski dalam diri masing-masing ada kebaikan. Berambisilah menggapai apa yang bermanfaat buatmu, mohonlah pertolongan kepada Allah, dan jangan merasa tidak berdaya. Apabila sesuatu menimpamu, maka jangan katakana, ‘Andai aku melakukan ini, maka akan begini dan begitu.’ Tetapi katakanlah, ‘Ketentuan Allah dan apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi.’ Sebab kata ‘Andai’ itu membuka kerja syetan.” (HR. Muslim)
سَعْيُ الإِنْسَانِ لِكَسْبِ رِزْقِهِ بِعَمَلِهِ   .4
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
َلأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَأْتِيَ بِحُزْمَةِ الْحَطَبِ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَهَا فَيَكُفَّ اللَّهُ بِهَا وَجْهَهُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُوهُ

Bekerja keras mengais rizki
      “Tidaklah seseorang memakan sesuatu makanan pun yang lebih baik dari memakan hasil kerja tangannya. Sesungguhnya nabi Allah Daud as. makan dari hasil kerja tangannya.” (HR. Bukhari)
      “Sesungguhnya seorang dari kamu membawa talinya ke gunung, kemudian membawa satu ikat kayu bakar di punggungnya, lalu menjualnya hingga Allah memelihara wajahnya (dari rasa malu), itu lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, di mana terkadang dikasih atau ditolak.” (HR. Bukhari)

التَّرَفُّعُ  عَنْ مُحَقِّرَاتِ اْلأُمُوْرِ وَنِشْدَانُ مَعَالِيها وَالزُّهْدُ فِي الدُّنْيَا
      Sebab obsesinya yang tinggi telah melampui dinding kenikmatan semua ini dan tergantung pada langit keabadian yang membahagiakan.
      zuhud yang dinginkan oleh keimanan pada hari akhir adalah tidak tergantungnya hati dan jiwa pada kenikmatan dunia beserta hiasannya, bukan meninggalkan upaya memakmurkan dunia, meninggikan bangunan peradaban, meningkatkan sarana prasarana kehidupan, dan mengambil manfaat dari berbagai potensi dunia.
      (Al-A’raf:  32-33)
الأَخْذُ بِالحَزْمِ فِي الأُمُورِ  .5
         الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
         اِغْتَنِمْ خَمْساً قَبْلَ خَمْسٍ : حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ ، وَشَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ

Tegas dan sigap dalam berbagai urusan
      “Orang cerdas adalah yang mampu mengendalikan diri dan beramal untuk kehidupan setelah kematian. Sedangkan orang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya dan hanya mengharap-harap kepada Allah.” (HR. Turmudzi dan Ibnu Majah. Al-Bani melemahkan Hadits ini dan menghimpunnya dalam Dlaiful jami’ ash-shaghir, 4130)
      “Manfaatkanlah lima hal sebelum datangnya lima hal; hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, waktu luangmu sebelum sibuk, masa mudamu sebelum tua, dan kayamu sebelum fakir.” (Shahihul jami’ ash-shaghir, 1088)
       
اِشْتِغَالُ الإِنْسَانِ بِمَا يَعْنِيْهِ وَانْصِرَافُهُ عَمَّا لاَ يَعْنِيْهِ.
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ
      “Di antara tanda bagusnya keislaman seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak berguna baginya.” (HR. Malik dan Ahmad dari Ali bin Husain, dengan sanad yang bagus)
      Al-Furqan: 63)

MEDAN PENERAPAN ULUWWUL HIMMAH

      Uluwwul himmah dalam menuntut ilmu
      Ketinggian obsesi dalam dakwah ilallah
      Uluwwul himmah dalam jihad fi sabilillah

MANFAAT ULUWWUL HIMMAH
  1. Hidayah Allah swt. buat orang-orang yang memiliki obsesi tinggi, yang berjihad di jalan-Nya. (Al-Ankabut: 69)
  2. Pertolongan Allah swt. di dunia dan akhirat. (Ghafir: 51)
  3. Orang memiliki obsesi tinggi mampu menanggung tugas dan beban berat yang tidak dapat dipikul orang lain.
  4. Ia akan mampu mengubah realita pedih yang tidak mampu dirubah oleh orang yang lemah obsesi.
  5. Orang-orang yang mempunyai obsesi tinggi dan bermujahadah akan menjumpai balasan hakikinya, ketika jiwa mendapat balasan atas yang dikerjakannya. (Al-Waqi’ah: 10-24)
  6. Tanda sempurnanya kepahlawanan dan keperwiraan
  7. Membuahkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
  8. Akhlak yang mengantar pada kecintaan Allah swt. dan kecintaan manusia.
  9. Mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi individu maupun masyarakat.

SEBAB-SEBAB LEMAHNYA OBSESI
      Lemahnya Iman. (Al-Maidah: 24)
      Cenderung Pada Dunia. (Ali Imran: 14), (Ghafir: 39)
      Dosa dan Kemaksiatan.
      Takut Rizki dan Takut Gangguan. (Al-Baqarah: 155), (Al-Baqarah: 249)
      Tergesa-gesa Ingin Menang dan Panjang Angan-Angan. (At-Taubah: 42)
      Tidak Direspon Masyarakat dan Sedikitnya Pendukung.
      Hinaan dan Ejekan. (Al-An’am: 10)

      Penggembosan. (At-Taubah: 81)