Kamis, 21 Agustus 2014

Kesabaran Sang Murabbi


قَدْ نَعْلَمُ إِنَّهُ لَيَحْزُنُكَ الَّذِي يَقُولُونَ فَإِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآَيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ (33) وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا وَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ الْمُرْسَلِينَ (34) وَإِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكَ إِعْرَاضُهُمْ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَبْتَغِيَ نَفَقًا فِي الْأَرْضِ أَوْ سُلَّمًا فِي السَّمَاءِ فَتَأْتِيَهُمْ بِآَيَةٍ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى الْهُدَى فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ (35) إِنَّمَا يَسْتَجِيبُ الَّذِينَ يَسْمَعُونَ وَالْمَوْتَى يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ ثُمَّ إِلَيْهِ يُرْجَعُونَ (36)
“Sungguh KAMI mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu (wahai Muhammad), sungguh mereka itu bukan mendustakan dirimu, akan tetapi orang-orang yang zhalim itu mengingkari ayat-ayat ALLAAH. Dan sungguh telah didustakan (pula) Rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka bersabar terhadap pendustaan dan penganiayaan terhadap mereka, sampai datangnya pertolongan ALLAAH kepada mereka, tak ada seorang pun yang dapat mengubah kalimat-kalimat ALLAAH, dan sungguh telah datang kepadamu sebahagian dari berita Rasul-rasul itu. Dan jika keberpalingan mereka itu terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat membuat sebuah lubang di bumi atau tangga ke langit atau  kamu dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka (maka datangkanlah), seandainya ALLAAH menghendaki, pastilah ALLAAH menjadikan mereka semua dalam hidayah, oleh sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang jahil.”

ALLAH Maha Mengetahui Kesedihan Sang Murabbi
قَدْ نَعْلَمُ إِنَّهُ لَيَحْزُنُكَ الَّذِي يَقُولُونَ فَإِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآَيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ
Berkata Imam Abu Ja’far: ALLAAH SWT berfirman kepada Nabi-NYA SAW, bahwa sungguh Kami mengetahui bahwa perkataan dan tuduhan orang-orang Musyrik itu amat menyedihkan hatimu (yaitu pendustaan mereka, serta tuduhan mereka bahwa Nabi SAW penipu)[1]. Kadang-kadang mereka menyebut Nabi SAW ‘Sang Penyair’, kadang menyebutnya ‘Sang Spiritualis’, sebagiannya menyebut ‘Kurang Waras’, padahal dalam hati mereka mengakui kebenaran ucapan beliau SAW itu[2]. Terkait dengan ini disebutkan dalam hadits: Berkata Abu Jahl pada Nabi SAW “Sungguh engkau wahai Muhammad sungguh adalah penyambung silaturahim, dan amat benar dalam berbicara, maka kami sama sekali tidak mendustakanmu, melainkan mendustakan apa yang engkau bawa, maka ALLAAH SWT menurunkan ayat ini[3].”

Demikian beratnya kesedihan hati Nabi SAW karena keberpalingan kaumnya dari dakwah yang beliau bawa, hingga terlintas di hati beliau SAW untuk bunuh-diri, sebagaimana disebutkan dalam beberapa ayat yang lain: “Boleh jadi engkau akan membunuh dirimu (wahai Muhammad) karena mereka tidak mau beriman.[4]”, atau juga ayat: “Maka (apakah) kamu akan membunuh dirimu (wahai Muhammad) karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran).[5]”  Demikianlah munasabah (kaitan) ayat ini dengan ayat yang lain menurut Imam Ibnu Katsir[6]. Adapun Imam Al-Biqa’iy, mengaitkan ayat ini dengan ayat:  “Maka janganlah ucapan mereka menyedihkan hatimu, sesungguhnya Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan.[7]” Komentar Imam Al-Biqa’iy: Janganlah engkau bersedih, karena engkau mengetahui bahwa ALLAAH SWT ridha kepada orang yang taat pada-NYA serta murka kepada yang bermaksiat pada-NYA, hingga hendaklah orang yang taat pada-NYA tidaklah bersedih melainkan bergembira dengan dakwahnya


قَدْ نَعْلَمُ إِنَّهُ لَيَحْزُنُكَ الَّذِي يَقُولُونَ فَإِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآَيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ (33) وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا وَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ الْمُرْسَلِينَ (34) وَإِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكَ إِعْرَاضُهُمْ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَبْتَغِيَ نَفَقًا فِي الْأَرْضِ أَوْ سُلَّمًا فِي السَّمَاءِ فَتَأْتِيَهُمْ بِآَيَةٍ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى الْهُدَى فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ (35) إِنَّمَا يَسْتَجِيبُ الَّذِينَ يَسْمَعُونَ وَالْمَوْتَى يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ ثُمَّ إِلَيْهِ يُرْجَعُونَ (36)
“Sungguh KAMI mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu (wahai Muhammad), sungguh mereka itu bukan mendustakan dirimu, akan tetapi orang-orang yang zhalim itu mengingkari ayat-ayat ALLAAH. Dan sungguh telah didustakan (pula) Rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka bersabar terhadap pendustaan dan penganiayaan terhadap mereka, sampai datangnya pertolongan ALLAAH kepada mereka, tak ada seorang pun yang dapat mengubah kalimat-kalimat ALLAAH, dan sungguh telah datang kepadamu sebahagian dari berita Rasul-rasul itu. Dan jika keberpalingan mereka itu terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat membuat sebuah lubang di bumi atau tangga ke langit atau kamu dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka (maka datangkanlah), seandainya ALLAAH menghendaki, pastilah ALLAAH menjadikan mereka semua dalam hidayah, oleh sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang jahil.”

Contohlah Kesabaran Para Murabbi Sebelum Kamu
وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا وَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ الْمُرْسَلِينَ
Berkata Imam Abu Ja’far: Ini merupakan peringatan dari ALLAAH SWT bagi nabi-NYA sekaligus juga penghibur bagi beliau SAW, maka bersabarlah atas pengingkaran mereka dan apa-apa yang tidak kamu sukai sampai datangnya nashruLLAAH, karena kesabaran demikian pula yang telah dilakukan oleh para hamba pinilih sebelummu, dan tidak ada perubahan dalam sunnah ALLAAH tersebut[1]. Imam Ibnu Katsir menambahkan[2]: Maka bersabarlah kamu sebagaimana sabarnya Ulul ‘Azmi minar Rusul (Rasul-rasul yang memiliki tekad yang amat teguh[3]).
Imam Al-Qurthubi ketika menafsirkan (وَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ) menyatakan: Apa yang sudah dijanjikan ALLAAH SWT (berupa pertolongan kepada para junud-NYA) tidak akan pernah berubah, tidak akan ada yang mampu menghalangi, tidak akan ada yang mampu mencegahnya, dan DIA tidak pernah mengingkari janji-NYA, sebagaimana firman-NYA: “Sesungguhnya KAMI akan benar-benar menolong Rasul-rasul KAMI dan orang-orang yang beriman.[4]” Atau: “Dan sungguh telah berlalu ketetapan KAMI kepada para hamba-hamba KAMI yaitu para Rasul-rasul, sesungguhnya mereka benar-benar termasuk orang-orang yang ditolong, dan sesungguhnya jundi-jundi KAMI itu pastilah menjadi orang yang menang.[5]” [6]
Imam Khazin menyebutkan saat ia menafsirkan (ولقد جاءك من نبأ المرسلين): Dan telah ada bagimu (wahai Muhammad) contoh dari para nabi sebelum kamu agar menenangkan hatimu (tentang beratnya dakwah ini –pen)[7]. Tentang makna (من) dalam ayat ini ada 2 pendapat, yang pertama menafsirkannya ‘penghubung’ saja (صلة) atau ‘tambahan’ [زائدة)[8); sementara yang lainnya menafsirkan (من) tersebut ‘menunjukkan sebagian’ (للتبعيض), artinya karena ada sebagian dari kisah-kisah rasul terdahulu yang tidak diceritakan dalam Al-Qur’an[9].
Sayyid Quthb menambahkan: Kesemua taujih RABBani ini juga berlaku bagi kafilah para du’at pasca Nabi Muhammad SAW, jalannya telah terang-benderang, peran mereka telah ditentukan; sebagaimana juga telah jelas dan terangnya beban yang harus dipikul dan hambatan yang akan menerpa; tetapi sejelas itu pulalah pahala dan kenikmatan yang telah menanti diujung jalan tersebut (Jannah-NYA –pen). Sesungguhnya ayat ini memahamkan kita bahwa sunnatuLLAAH dalam dakwah ini hanya satu, sebagaimana IA juga telah menjelaskannya kepada para nabi-NYA AS… Yaitu agar bersabar meniti jalan dakwah ini dan tidak terburu-buru, adapun kemenangan maka bisa jadi ia diberikan langsung di dunia, atau kelak menanti kita di akhirat..




قَدْ نَعْلَمُ إِنَّهُ لَيَحْزُنُكَ الَّذِي يَقُولُونَ فَإِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآَيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ (33) وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا وَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ الْمُرْسَلِينَ (34) وَإِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكَ إِعْرَاضُهُمْ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَبْتَغِيَ نَفَقًا فِي الْأَرْضِ أَوْ سُلَّمًا فِي السَّمَاءِ فَتَأْتِيَهُمْ بِآَيَةٍ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى الْهُدَى فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ (35) إِنَّمَا يَسْتَجِيبُ الَّذِينَ يَسْمَعُونَ وَالْمَوْتَى يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ ثُمَّ إِلَيْهِ يُرْجَعُونَ (36)
“Sungguh KAMI mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu (wahai Muhammad), sungguh mereka itu bukan mendustakan dirimu, akan tetapi orang-orang yang zhalim itu mengingkari ayat-ayat ALLAAH. Dan sungguh telah didustakan (pula) Rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka bersabar terhadap pendustaan dan penganiayaan terhadap mereka, sampai datangnya pertolongan ALLAAH kepada mereka, tak ada seorang pun yang dapat mengubah kalimat-kalimat ALLAAH, dan sungguh telah datang kepadamu sebahagian dari berita Rasul-rasul itu. Dan jika keberpalingan mereka itu terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat membuat sebuah lubang di bumi atau tangga ke langit atau kamu dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka (maka datangkanlah), seandainya ALLAAH menghendaki, pastilah ALLAAH menjadikan mereka semua dalam hidayah, oleh sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang jahil.”


Jika ALLAAH Menghendaki Maka Semua Manusia Akan Mendapatkan Hidayat, Maka Janganlah Kamu Termasuk Orang yang Jahil [1]
وَإِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكَ إِعْرَاضُهُمْ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَبْتَغِيَ نَفَقًا فِي الْأَرْضِ أَوْ سُلَّمًا فِي السَّمَاءِ فَتَأْتِيَهُمْ بِآَيَةٍ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى الْهُدَى فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ
Berkata Imam Ibnu Katsir: Berkata Ali bin Abi Thalhah RA dari Ibni Abbas RA bahwa ia berkata tentang makna firman-NYA (وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى الْهُدَى): Sungguh RasuluLLAAH SAW amat berharap dapat mengislamkan seluruh umat manusia dan mengikutsertakan mereka semua ke dalam hidayah, maka ALLAAH SWT mengabarkan bahwa tidak akan beriman kecuali orang yang telah ditetapkan sebelumnya bahwa ia orang yang berbahagia dengan hidayah[2].
Imam Ibnu Hayyan At-Tauhidi menyitir perkataan Ibnu ‘Athiyyah tentang makna kata (…. فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ): Penegasan hujah kepada Nabi SAW melalui perumpamaan, sehingga jelas bagi beliau SAW bahwa tiada jalan lain kecuali harus bersabar dan mengikuti ketetapan ALLAAH SWT, karena beliau SAW takkan dapat mendatangkan hal tersebut tanpa izin ALLAAH SWT, maka bersabar saja dan menanggung derita sambil menyampaikan kepada mereka dengan ayat-ayat-NYA sehingga ALLAAH SWT-lah yang membuka hati siapa yang dikehendaki-NYA dengan ayat serta hujjah tersebut[3].
Imam Al-Qurthubi menambahkan: ALLAAH SWT memerintahkan kepada Nabi SAW agar tidak amat bersedih atas ketidakmauan mereka menerima keimanan, karena beliau SAW tidak diberi kekuasaan untuk memberi hidayah atas manusia[4]. Lebih jauh beliau berkata: Ayat ini khithab (konteks pembicaraan) nya kepada Nabi SAW, namun hukumnya berlaku pula bagi semua umatnya, karena hati orang beriman itu akan merasa sempit melihat kekafiran dan aniaya yang dilakukan para musuh Islam[5].
Sementara Imam Ibnul Jauzy menafsirkan kata (فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ) dengan 3 pendapat[6]: PERTAMA, jangan kamu sampai tidak mengetahui bahwa semua manusia bisa saja dapat hidayah dengan izin ALLAAH[7]; KEDUA, jangan kamu tidak mengetahui bahwa manusia sebagiannya akan beriman dan sebagian yang lain akan kafir[8]; KETIGA, jangan kamu tidak mengetahui bahwa kamu harus bersabar dalam berdakwah, karena kurangnya kesabaran dalam mendakwahi mereka termasuk sifat orang jahilin[9].
Sayyid Quthb saat mengkomentari (وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى الْهُدَى فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ) berkata: Alangkah hebatnya kalimat ini! Dan alangkah tingginya taujih ini! Yaitu penjelasan mendalam; PERTAMA tentang fithrah manusia yang ALLAAH SWT sajalah yang Maha Mengarahkan terhadap fithrah tersebut; dan KEDUA tentang sikap manusia yang berbeda-beda dalam menyikapi hidayah yang diberikan ALLAAH SWT tersebut[10]… Maka tenangkanlah hatimu, sabarkan dirimu menjalani hukum ALLAAH, karena jikalau ALLAAH SWT menghendaki maka pastilah mereka semua beriman pada apa yang engkau serukan, tetapi kami membiarkan sebagian mereka untuk menguji mereka, maka janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang tidak mengetahui hukum-NYA serta sunnah-NYA (kauniyah) di alam semesta ini


0 komentar:

Posting Komentar