Senin, 11 Agustus 2014

ULUWWUL HIMMAH



مَعْنَى عُلُوِّ الهِمَّة
ِ
         الهِمَّةُ: هِيَ البَاعِثُ عَلَى الفِعْلِ، وَتُوْصَفُ بِعُلُوٍّ أَوْ سُفُوْلٍ. وهي الإرادة والقصد والعزيمة على العمل .
         عُلُوُّ الهِمَّةِ: اِسْتِصْغَارُ مَا دُوْنَ النِّهَايَةِ مِنْ مَعَالِي الأُمُورِ (رسائل الإصلاح 2/86 للشيخ محمد الخضر حسين).
         عُلُوُّ الهِمَّةِ: خُرُوجُ النَّفْسِ إِلَى غَايَةِ كَمَالِهَا الْمُمْكِنِ لهَاَ فِي العِلْمِ وَالعَمَلِ          (صيد الخاطر لابن الجوزي: 189).

PENGERTIAN ULUWWUL HIMMAH
      Himmah: motivator kerja, dan ia dapat disifati tinggi atau rendah. Juga berarti kemauan, niat, dan tekad untuk melakukan suatu pekerjaan.
      uluwul himmah adalah menganggap kecil segala hal selain akhir dari urusan-urusan mulia. (Rasailul Ishlah, Syaikh Muhammad Khudlor Husain, 2/86)
      ululwul himmah adalah upaya jiwa menggapai puncak kesempurnaan yang mungkin dapat diraihnya dalam urusan ilmu atau amal. (Shaidul khathir, Ibnul Jauzi, hal. 189)

وهي على ثلاث درجات
الدرجة الأولى
همة تصون القلب عن وحشة الرغبة في الدنيا وعليها لأنها تحمل صاحبها على الرغبة فيما يبقى وهو الحق سبحانه وتعالى وتخلصه من أمراض الفتور والتواني والتفريط

الدرجة الثانية
همة تورث انفة من المبالاه بالعلل والنزول على العمل والثقة بالأمل ، لأن صاحبها علق همه بما هو أعلى من ثقله الطين وجاذبية المادة فهو يأنف أن ينزل من القمة السامقة إلى الحضيض الواطئ

الدرجة الثالثة
همة تتفاعل مع الحياة تقرباً إلى الله تعالى لأن صاحبها يعلم أنه مستخلف ولن يرضى دون تحقيق ا لهدف وكما أن الطائر يعلو بجناحيه فإن المرء يعلو بهمته

TINGKATAN ULUWUL HIMMAH

Tingkatan Pertama

Himmah yang dapat menjaga hati dari ganasnya keinginan untuk mendapatkan dunia dan menguasainya. Sebab dengan himmah ini, pemiliknya terkondisikan untuk berambisi mendapatkan yang kekal, yaitu Allah swt. serta terbebas dari berbagai penyakit futur, malas, dan lengah.

Tingkatan Kedua
Himmah yang menimbulkan keengganan memliki sikap apatis terhadap berbagai penyakit, memotivasi untuk beramal, dan menumbuhkan keyakinan pada harapan. Sebab pemiliknya menggantungkan obsesinya pada sesuatu yang lebih tinggi dari beban berat tanah dan tarikan magnetis materi. Karena itu pemiliknya enggan menjatuhkan diri atau terjatuh dari puncak yang tinggi menuju lembah yang terinjak-injak.



Tingkatan Ketiga

Himmah yang sinergi dengan kehidupan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Karena pemiliknya menyadari bahwa dirinya diamanahi untuk mengelola bumi. Dan, ia tidak akan perna rela sebelum dapat mencapai tujuan itu. Apabila burung terbang tinggi dengan sayapnya, maka manusia akan membumbung tinggi dengan himmah-nya.
مِنَ القُرْآنِ الكَرِيمِ   .1
          ((قَدْ أَفْلَحَ المُؤْمِنُون. الَّذِيْنَ هُمْ فِي صَلاَتِهِمْ خَاشِعُونَ))... إلى قوله تعالى: ((أُولئكَ هُمُ الوَارِثُونَ. الَّذِيْنَ يَرِثُونَ الفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ)). (المؤمنون: 1-11)

مِنَ السُّنَّةِ النَّبَوِيَّةِ    .2
((إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ أَعَدَّهَا اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ مَا بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ ...)) (رواه البخاري عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ)
            “Sesungguhnya, di surga ada seratus tingkatan yang disediakan untuk para mujahidin fi sabilillah. Di mana jarak antara dua tingkatan seperti jarak langit dan bumi. Apabila kamu memohon kepada Allah, maka mohonlah Surga Firdaus, karena ia paling tengah dan paling tinggi.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah ra.)
عَنِ الحُسَينِ بْنِ عَلِيٍّ رضي الله عنهما قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ r: ((إِنَّ اللهَ تَعَالَى يُحِبُّ مَعَالِيَ الأُمُورِ، وَأَشْرَافَهَا، وَيَكْرهُ سَفْسَافَهَا)) (صحيح الجامع للألباني (1886)، وهو في الصحيحة (1388)
Husain bin Ali ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah swt. mencintai urusan-urusan mulia serta terhormat, dan menbenci urusan-urusan rendah.” (Shahihul jami’, Al-Bani, hal. 1886. Dan, Hadits ini tercantum juga dalam kumpulan hadits shahih, hal. 1388)
            مِنْ أَقْوَالِ العُلَمَاءِ      .3
وَيَصِفُ ابْنُ الجَوْزِيّ هِمَّةَ المُؤْمِنِ فَيَقُولُ:
          هِمَّةُ المُؤْمِنِ مُتَعَلِّقَةٌ بِالآخِرَةِ فَكُلُّ مَا فِي الدُّنْيَا يُحَرِّكُهُ إِلَى ذِكْرِ الآخِرَةِ فَإِنْ سَمِعَ صَوْتاً فَظِيعاً ذَكَرَ نَفْخَةَ الصُّورِ وَإِنْ رَأَى لَذَّةً ذَكَرَ الجَنَّةَ. (صيد الخاطر/ا بن الجوزي ص 399(
Ibnul Jauzi menggambarkan himmah (obsesi) orang beriman dengan ungkapan,
“Himmah mukmin terkait dengan akhirat. Karena itu segala yang ada di dunia menggerakkannya untuk mengingat akhirat. Apabila ia mendengar suara keras, maka ia teringat dengan tiupan sangkakala. Apabila ia melihat kelezatan, maka ia teringat dengan surga.
وَيَصِفُ الإِمَامُ البَنَّا ذَا الهِمَّةِ العَالِيَةِ قَائِلاً:
وَرَجُلُ العَقِيدَةِ يَرَى الطَّرِيْقَ طَوِيْلَةً وَالغَايَةَ بَعِيدَةً وَالعَقَبَةَ كَئُودًا فَهُوَ يُعِدُّ لَهَا صَبْرًا أَطْوَلَ وَهِمَّةً أَبْعَدَ لِيَجْتَازَ هَذِهِ العَقَبَاتِ فِي رِضًا وَابْتِسَامٍ. (العقيدة وشخصية رجل العقيدة / الإمام البنا ص 11).
Imam Al-Banna menggambarkan orang yang memiliki obsesi tinggi dengan ungkapan,
“Orang yang ber-aqidah memandang jalan sangat panjang, tujuan amat jauh, dan rintangan sangat sulit. Karena itu ia menyiapkan kesabaran yang lebih panjang, obsesi yang lebih jauh, dan kendaraan yang lebih memungkinkan untuk melintasi berbagai rintangan tersebut dalam keridlaan dan senyuman ..”
وَيَجْتَازُ شَيْخُ الإِسْلاَمِ ابْنُ تَيْمِيَّة مَصَاعِبَ الدَّعْوَةِ بِهِمَّتِهِ العَالِيَةِ قَائِلاً:
          ”مَا يَصْنَعُ بِي أَعْدَائِي، أَنَا جَنَّتِي وَبُسْتَانِي فِي صَدْرِي، أَيْنَ رُحْتُ فَجَنَّتِي مَعِي، إِنَّ حَبْسِي خَلْوَةٌ وَقَتْلِي شَهَادَةٌ وَنَفْيِي سِيَاحَةٌ . . (فدائيون في تاريخ الإسلام / د . الشرباص ص 203).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berhasil melampui kesulitan-kesulitan dakwah dengan obsesi tinggi, ia berkata,
            “Apa yang dapat dilakukan musuh-musuhku kepadaku. Surga dan tamanku ada dalam dadaku. Ke mana pun aku pergi, maka surgaku selalu bersamaku. Penahananku adalah menyendiri (berkhalwat), kematianku adalah kesyahidan, dan pengasinganku adalah rekreasi ..” (Fidaiyyun fi tarikhil Islam, Dr. Asy-Syarbashi, 203)

قال المتنبي: وَإِذَا كَانَتِ النُّفُوسُ كِبَاراً            #          تَعِبَتْ فِي مُرَادِهَا الأَجْسَامُ
Dan  apabila jiwa-jiwa itu besar, fisik lelah mengikuti keinginannya


مَظَاهِرُ الهِمَّةِ العَالِيَةِ
1.    الجِدُّ فِي العَمَلِ وَعَدَمُ التَّوَانِي وَالكَسَلِ
2.    الاِنْدِفَاعُ إِلَى الْجِهَادِ فِي سَبِيْلِ اللهِ بِشَجَاعَةٍ وَنَشَاطٍ
3.    التَّطَلُّعُ إِلَى الكَمَالِ وَالتَّرَفُّعُ عَنِ النَّقْصِ
4.    سَعْيُ الإِنْسَانِ لِكَسْبِ رِزْقِهِ بِعَمَلِهِ، وَتَرَفُّعُهُ عَنْ أَنْ يَكُوْنَ عَالَةً عَلَى غَيْرِهِ
5.    التَّرَفُّعُ  عَنْ مُحَقِّرَاتِ اْلأُمُوْرِ وَصَغَائِرِهَا وَنِشْدَانُ مَعَالِي اْلأُمُوْرِ وَكَمَالاَتِهَا وَالزُّهْدُ فِي الدُّنْيَا
6.    الأَخْذُ بِالحَزْمِ فِي الأُمُورِ، وَالقِيَامُ بِمَا يَحْمِلُ وَيُحْسِنُ مِنْ أَعْمَالٍ دُوْنَ تَسْوِيْفٍ وَلاَ تَأجِيْلٍ عِنْدَ القُدْرَةِ عَلَى التَّنْفِيذِ.
7.    اِشْتِغَالُ الإِنْسَانِ بِمَا يَعْنِيْهِ وَانْصِرَافُهُ عَمَّا لاَ يَعْنِيْهِ.

INDIKASI ULUWWUL HIMMAH
  1. Kesungguhan dalam amal, tidak leha-leha, dan tidak bermalas-malasan
  2. Terdorong untuk berjihad di jalan Allah swt. dengan penuh keberanian dan semangat
  3. Selalu berambisi menggapai kesempurnaan dan menghindari berbagai kekurangan
  4. Bekerja keras mengais rizki
  5. Menjauhi urusan-urusan remeh dan hina, memburu urusan-urusan mulia dan sempurna, serta zuhud terhadap dunia.
  6. Tegas dan sigap dalam berbagai urusan
  7. Menyibukkan diri dengan hal-hal yang berguna dan berpaling dari hal-hal yang tidak bermanfaat.

الجِدُّ فِي العَمَلِ وَعَدَمُ التَّوَانِي وَالكَسَلِ .1
         بورك لأمتي في بكورها (صحيح الجامع الصغير رقم 2738 جـ 3).
         اللهم إني أعوذ بك من العجز والكسل، وأعوذ بك من الجبن و البخل، وأعوذ بك من غلبة الدين وقهر الرجال (صحيح الجامع الصغير 1295 ، 1296 ، 1297).

Kesungguhan dalam amal

      “Semoga umatku diberkahi di pagi harinya.” (Shahihul jami’ish shaghir, 3/2738)
      “Ya Allah, sesusungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, aku berlindung kepada-Mu dari kepengecutan dan kebakhilan, aku berlindung kepada-Mu dari beban hutang dan dominasi orang lain.” (Shahihul Jami’ Ash-Shaghir, 1295, 1296, 1297)

الاندفاع إلى الجهاد في سبيل الله بشجاعة ونشاط. 2

         وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْلاَ أَنَّ رِجَالاً مِنْ الْمُؤْمِنِينَ لاَ تَطِيبُ أَنْفُسُهُمْ أَنْ يَتَخَلَّفُوا عَنِّي وَلاَ أَجِدُ مَا أَحْمِلُهُمْ عَلَيْهِ مَا تَخَلَّفْتُ عَنْ سَرِيَّةٍ تَغْزُو فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوَدِدْتُ أَنِّي أُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ أُحْيَا ثُمَّ أُقْتَلُ ثُمَّ أُحْيَا ثُمَّ أُقْتَلُ ثُمَّ أُحْيَا ثُمَّ أُقْتَلُ
Semangat Jihad
      “Demi Dzat yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya, andai bukan karena beberapa orang dari kalangan muslimin yang merasa sedih karena tertinggal dariku, sementara aku tidak dapat mengangkut mereka, maka aku tidak akan pernah tertinggal dari pasukan yang berperang di jalan Allah. Demi Dzat yang jiwa dalam genggaman-Nya, sesungguhnya aku ingin terbunuh di jalan Allah, kemudian dihidupkan kembali, kemudian terbunuh lalu dihidupkan kembali, kemudian terbunuh lalu dihidupkan kembali, kemudian terbunuh.” (HR. Bukhari dan Muslim)
التَّطَلُّعُ إِلَى الكَمَالِ وَالتَّرَفُّعُ عَنِ النَّقْصِ. 3
         إِنَّ اللهَ يُحِبُّ مَعَالِيَ اْلأُمُوْرِ وَيُبْغِضُ سَفْسَافَهَا
         الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
Ambisi menggapai kesempurnaan dan menghindari kekurangan
      “Sesungguhnya Allah mencintai urusan-urusan mulia dan membenci urusan-urusan rendah.” (Shahihul jami’ ash-shaghir, 1886)
      “Mu'min yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mu'min yang lemah, meski dalam diri masing-masing ada kebaikan. Berambisilah menggapai apa yang bermanfaat buatmu, mohonlah pertolongan kepada Allah, dan jangan merasa tidak berdaya. Apabila sesuatu menimpamu, maka jangan katakana, ‘Andai aku melakukan ini, maka akan begini dan begitu.’ Tetapi katakanlah, ‘Ketentuan Allah dan apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi.’ Sebab kata ‘Andai’ itu membuka kerja syetan.” (HR. Muslim)
سَعْيُ الإِنْسَانِ لِكَسْبِ رِزْقِهِ بِعَمَلِهِ   .4
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
َلأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَأْتِيَ بِحُزْمَةِ الْحَطَبِ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَهَا فَيَكُفَّ اللَّهُ بِهَا وَجْهَهُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُوهُ

Bekerja keras mengais rizki
      “Tidaklah seseorang memakan sesuatu makanan pun yang lebih baik dari memakan hasil kerja tangannya. Sesungguhnya nabi Allah Daud as. makan dari hasil kerja tangannya.” (HR. Bukhari)
      “Sesungguhnya seorang dari kamu membawa talinya ke gunung, kemudian membawa satu ikat kayu bakar di punggungnya, lalu menjualnya hingga Allah memelihara wajahnya (dari rasa malu), itu lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, di mana terkadang dikasih atau ditolak.” (HR. Bukhari)

التَّرَفُّعُ  عَنْ مُحَقِّرَاتِ اْلأُمُوْرِ وَنِشْدَانُ مَعَالِيها وَالزُّهْدُ فِي الدُّنْيَا
      Sebab obsesinya yang tinggi telah melampui dinding kenikmatan semua ini dan tergantung pada langit keabadian yang membahagiakan.
      zuhud yang dinginkan oleh keimanan pada hari akhir adalah tidak tergantungnya hati dan jiwa pada kenikmatan dunia beserta hiasannya, bukan meninggalkan upaya memakmurkan dunia, meninggikan bangunan peradaban, meningkatkan sarana prasarana kehidupan, dan mengambil manfaat dari berbagai potensi dunia.
      (Al-A’raf:  32-33)
الأَخْذُ بِالحَزْمِ فِي الأُمُورِ  .5
         الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
         اِغْتَنِمْ خَمْساً قَبْلَ خَمْسٍ : حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ ، وَشَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ

Tegas dan sigap dalam berbagai urusan
      “Orang cerdas adalah yang mampu mengendalikan diri dan beramal untuk kehidupan setelah kematian. Sedangkan orang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya dan hanya mengharap-harap kepada Allah.” (HR. Turmudzi dan Ibnu Majah. Al-Bani melemahkan Hadits ini dan menghimpunnya dalam Dlaiful jami’ ash-shaghir, 4130)
      “Manfaatkanlah lima hal sebelum datangnya lima hal; hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, waktu luangmu sebelum sibuk, masa mudamu sebelum tua, dan kayamu sebelum fakir.” (Shahihul jami’ ash-shaghir, 1088)
       
اِشْتِغَالُ الإِنْسَانِ بِمَا يَعْنِيْهِ وَانْصِرَافُهُ عَمَّا لاَ يَعْنِيْهِ.
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ
      “Di antara tanda bagusnya keislaman seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak berguna baginya.” (HR. Malik dan Ahmad dari Ali bin Husain, dengan sanad yang bagus)
      Al-Furqan: 63)

MEDAN PENERAPAN ULUWWUL HIMMAH

      Uluwwul himmah dalam menuntut ilmu
      Ketinggian obsesi dalam dakwah ilallah
      Uluwwul himmah dalam jihad fi sabilillah

MANFAAT ULUWWUL HIMMAH
  1. Hidayah Allah swt. buat orang-orang yang memiliki obsesi tinggi, yang berjihad di jalan-Nya. (Al-Ankabut: 69)
  2. Pertolongan Allah swt. di dunia dan akhirat. (Ghafir: 51)
  3. Orang memiliki obsesi tinggi mampu menanggung tugas dan beban berat yang tidak dapat dipikul orang lain.
  4. Ia akan mampu mengubah realita pedih yang tidak mampu dirubah oleh orang yang lemah obsesi.
  5. Orang-orang yang mempunyai obsesi tinggi dan bermujahadah akan menjumpai balasan hakikinya, ketika jiwa mendapat balasan atas yang dikerjakannya. (Al-Waqi’ah: 10-24)
  6. Tanda sempurnanya kepahlawanan dan keperwiraan
  7. Membuahkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
  8. Akhlak yang mengantar pada kecintaan Allah swt. dan kecintaan manusia.
  9. Mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi individu maupun masyarakat.

SEBAB-SEBAB LEMAHNYA OBSESI
      Lemahnya Iman. (Al-Maidah: 24)
      Cenderung Pada Dunia. (Ali Imran: 14), (Ghafir: 39)
      Dosa dan Kemaksiatan.
      Takut Rizki dan Takut Gangguan. (Al-Baqarah: 155), (Al-Baqarah: 249)
      Tergesa-gesa Ingin Menang dan Panjang Angan-Angan. (At-Taubah: 42)
      Tidak Direspon Masyarakat dan Sedikitnya Pendukung.
      Hinaan dan Ejekan. (Al-An’am: 10)

      Penggembosan. (At-Taubah: 81)

3 komentar: