Kamis, 26 Juni 2014

MA’RIFATUL INSAN




Manusia adalah makhluq Allah yang terdiri dari ruh dan jasad yang dilengkapi dengan potensi dan kelebihan dibandingkan makhluq lainnya, yaitu hati, akal dan jasadnya. Dengan hati manusia dapat ber’azam, denga akal dapat berilmu dan dengan jasad manusia dapat beramal. Kelebihan dan kemuliaan manusia ini disediakan oleh Allah untuk menjalankan amanah yaitu ‘ibadah dan khilafah di muka bumi. Peranan dan tugas yang diamalkan ini akan mendapatkan balasan yang setimpal.

Hasiyah :
¨ Manusia (insan)
Dalil : tanah (QS. 32 : 7-8, 15 : 28), ruh (QS. 32 : 9, 15 : 29)

üÏ%©!$# z`|¡ômr& ¨@ä. >äóÓx« ¼çms)n=yz ( r&yt/ur t,ù=yz Ç`»|¡SM}$# `ÏB &ûüÏÛ ÇÐÈ ¢OèO Ÿ@yèy_ ¼ã&s#ó¡nS `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ä!$¨B &ûüÎg¨B ÇÑÈ
7.  Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
8.  Kemudian dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.


¨ Hati (qalb)
Dalil : manusia membentuk kemauan/keputusan berdasarkan keyakinan (QS 17 :36), kehendak (QS. 18 : 29). Kebebasan memilih (QS. 90 : 10)
Ÿwur ß#ø)s? $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ íOù=Ïæ 4 ¨bÎ) yìôJ¡¡9$# uŽ|Çt7ø9$#ur yŠ#xsàÿø9$#ur @ä. y7Í´¯»s9'ré& tb%x. çm÷Ytã Zwqä«ó¡tB ÇÌÏÈ
36.  Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.


¨ Akal
Dalil : mampu membentuk pengetahuan (QS. 17 : 36, 67 : 10)

¨ Jasad
Dalil : untuk beramal (QS. 9 : 105)
È@è%ur (#qè=yJôã$# uŽz|¡sù ª!$# ö/ä3n=uHxå ¼ã&è!qßuur tbqãZÏB÷sßJø9$#ur ( šcrŠuŽäIyur 4n<Î) ÉOÎ=»tã É=øtóø9$# Íoy»pk¤9$#ur /ä3ã¥Îm7t^ãsù $yJÎ/ ÷LäêZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÉÎÈ
105.  Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan.


¨ Amanah
Dalil : manusia diberi amanah untuk menjalankan ibadah (QS. 83 : 72) & fungsi kekhilafahan (QS. 2 : 31).

¨ Balasan
Dalil : manusia menerima balasan pahala (QS. 84 : 25, 16 : 97, 95 :8)


E.2. HAKIKATUL INSAN

Sasaran :
þMemahami kedudukan manusia sebagai makhluq yang lemah dan bagaimana dengan kelemahan itu dapat digapai kemuliaan.
þMemahami tugas yang dibebankan kepada manusia, pilihan yang benar dalam tugas tersebut dan tanggung jawab bagi pelaksanaannya atau pengingkarannya.

Sinopsis :
Hakikat manusia - menurut Allah selaku Khaliq - adalah sebagai makhluq, dimuliakan, diberikan beban, bebas memilih dan bertanggung jawab. Manusia sebagai makhluq bersifat fitrah : lemah, bodoh dan faqir.
Manusia diberikan kemuliaan karena mamiliki ruh, keistimewaan dan ditundukkannya alam baginya. Manusia juga dibebankan Allah swt untuk beribadah dan menjalankan peranan sebagai khalifah di bumi yang mengatur alam dan seisinya.
Manusia pada hakikatnya diberikan kesempatan memilih antara beriman atau kafir, tidak seperti makhluq lainnya yang hanya ada satu pilihan saja yaitu hanya berislam. Manusia bertanggung jawab atas pelaksanaan bebanan yang diberikan baginya berupa : surga bagi yang beramal islami atau neraka bagi yang tidak beramal islami.

Hasiyah :
Hakikat manusia :
¨ Yang diciptakan.
Dalil : berada dalam fitrah (QS. 30 : 30), bodoh (QS. 33 : 72), lemah (QS. 4 : 28) dan fakir (QS. 35 : 15).
¨ Yang dimuliakan
Dalil : ditiupkan ruh (QS. 32 : 9), memiliki keistimewaan (QS. 17 : 70), ditundukkannya alam baginya (QS. 45 : 12, 2 : 29, 67 : 15).
¨ Yang menanggung beban
Dalil : ibadah (QS. 51 : 56), khilafah (QS. 2 : 30, 11 : 62).
¨ Yang bebas memilih
Dalil : bebas memilih iman atau kufur (QS. 90 : 10, 76 : 3, 64 : 2, 18 : 29).
¨ Yang mendapat balasan
Dalil : bertanggung jawab (QS. 17 : 36, 53 : 38-41, 102 : 8), berakibat syurga (QS. 32 : 19, 2 : 25, 22 : 14) atau neraka (QS. 32 : 20, 2 : 24).

E.3. TOKOH INSAN

Sasaran :
þMemahami bahwa potensi pendengaran, penglihatan dan hati (akal) akan dimintai pertanggungjawaban dalam melaksanakan ibadah.
þMemahami bahwa melaksanakan tugas ibadah akan mempertahankan posisi kekhilafahannya.
þMemahami dan menyadari bahwa khianat/tidak melaksanakan tugas ibadah akan berakibat kepada diri sendiri

Sinopsis :
Potensi manusia yang terdiri dari pendengaran, penglihatan dan hati (akal) merupakan instrumen yang diberikan oleh Allah untuk dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab yang dibebankanNya. Sebab dengan semuanya itu manusia dapat memperoleh kelebihan-kelebihan sehingga dapat menjalankan amanah : beribadah dan manjalankan fungsi kekhilafahan. Dengan kekhilafahan ini, manusia mendayagunakan potensinya tersebut untuk membimbing alam. Bagi mereka yang khianat terhadap segenap potensi yang diberikanNya tersebut, ia akan mendapat kerugian dan Allah swt memberi julukan kepada mereka : bagaikan hewan ternak, seperti anjing, seperti monyet, seperti babi, seperti kayu, seperti batu, seperti laba-laba dan seperti keledai.

Hasiyah :
¨ Potensi manusia
Dalil : pendengaran, penglihatan dan hati (akal)
¨ Mas’uliyah
Manusia dengan segenap potensi dan kelebihan-kelebihan harus bertanggung jawab dan menyadari perannya. Tugas/amanah yang dibebankan sebagai refleksi atas potensi dan kelebihan-kelebihan yang telah diterimanya itu adalah beribadah, tetapi tidak semua manusia bersedia menerima amanah ini dan sebagian menolaknya.
Dalil : dengan ketiga potensi dan kelebihan-kelebihan lainnya manusia mendapat tugas beribadah (QS. 2 : 21, 51 : 56)
¨ Khilafah
Bagi yang menyadari potensi-potensi yang telah diberikan dan beribadah kepada Allah (berislam) maka status khilafah disandangnya. Khilafah bukan berarti pemilik asal, tetapi ia hanya bertindak selaku pemelihara alam yang Allah telah ciptakan. Maka mendayagunakan alam dan menjalankan fungsi kekhilafahan harus selaras dengan kehendak Sang Pemilik Alam dan tidak menentangNya.
Dalil :
§ menjadikan kewajiban, bersikap amanah, memperoleh kedudukan khilafah (QS. 24 : 55, 48 : 29)
§ makna khilafah bukan berarti pemilik asal, tetapi hanya pemelihara (QS. 35 : 13, 40 : 24-25, 53)
§ mendayagunakan alam dan menjalankan fungsi kekhilafahan harus selaras dengan kehendak Sang Pemilik Alam (QS. 76 : 30, 26 : 68)
§ tidak menentang terhadap aturanNya (QS. 100 : 6-11)
¨ Lalai
Mereka yang lalai tidak menyadari potensi yang telah diberikan kepadanya dan tidak bertanggung jawab, akan mendapatkan kerugianyang amat besar, bahkan dianggap setara dengan makhluq yang lebih rendah derajatnya; tidak bernilai di sisi Allah swt.
¨ Dalil : lalai dari kewajiban, bersikap khianat berarti
§ bagaikan hewan ternak (QS. 7 : 179, 45 : 2, 25 : 43-44)
§ seperti anjing (QS. 7 : 176)
§ seperti monyet (QS. 5 : 60)
§ seperti babi (QS. 63 : 4)
§ seperti kayu (QS. 2 : 74)
§ seperti batu (QS. 29 : 41)
§ seperti laba-laba (QS. 62 : 5)
§ seperti keledai

E.4. NAFSUL INSAN

Sasaran :
þMemahami kedudukan ruh dan hawa nafsu yang mempengaruhi jiwa manusia hingga menimbulkan kondisi-kondisi kejiwaan.
þMemahami bahwa dzikir, akal atau syahwat dapat menimbulkan tiga nafsu jiwa : muthmainnah, lawwaamah dan amarah.
þTermotivasi untuk meningkatkan keimanan dan ruhul jihad sehingga menggapai nafsu muthmainnah.

Sinopsis :
Nafsu manusia senantiaa berubah-ubah bergantung kepada sejauh mana kekuatan ruh saling tarik dengan hawa nafsu. Pertempuran selalu berlaku bagi keduanya. Manusia yang ruh (islam)nya dapat menekan hawa nasunya dengan dzikrullah, maka ia memiliki nafsul muthma’innah.

Hasiyah :
Nafsu manusia
Dalil : nafsu manusia (QS. 91 : 7-10)
Ruh di atas hawa nafsu
Dalil : ruh menguasai hawa nafsu (QS. 29 : 45)
           berorientasi dzikr (QS. 3 : 191, 13 : 28)
           jiwa yang tenang (QS. 89 : 27-30)
Ruh tarik menarik dengan hawa nafsu
Dalil : ruh senantiasa tarik menarik dengan hawa nafsu (QS. 4 : 137, 143)
           berorientasi akal/akal-akalan (QS. 2 : 9)
           jiwa yang selalu menyesali dirinya (QS. 75 : 2)
Ruh di bawah pengaruh hawa nafsu
Dalil : ruh dibawah pengaruh dan dikuasai hawa nafsu (QS. 25 : 43, 45 : 23)
           berorientasi syahwat (QS. 3 : 14)
           jiwa yang selalu menyuruh kepada kejahatan (QS. 12 : 53)

E.5. SIFATUL INSAN

Sasaran :
þMemahami dua jalan yang diberikan Allah kepada manusia melalui jiwanya.
þMemahami bahwa untuk meningkatkan kualitas taqwa ia harus beribadah dengan senantiasa mensucikan jiwa.
þTermotivasi untuk meninggalkan sifat buruk yang membawa kepada maksiat.

Sinopsis :
Jiwa manusia diberi dua jalan pilihan : taqwa dan fujur. Manusia bertaqwa adalah manusia yang selalu membersihkan dirinya (tazkiatun nafs) sehingga muncul pada diri mereka sifat syukur, shabar, penyantun, penyayang, bijaksana, taubat, lemah lembut, jujur dan dapat dipercaya, lalu berakhir kepada kejayaan. Manusia yang menempuh jalan fujur, dominan dalam memperturutkan syahwatnya, cenderung bersifat tergesa-gesa, berkeluh kesah, gelisah, dusta, bakhil, kufur, berbantah-bantahan, zalim, jahil, merugi dan bermuara kepada kefatalan.

Hasiyah :
¨ Nafsul insan
Dalil : jiwa manusia diberi dua jalan pilihan (QS. 90 : 10, 91 : 8, 76 : 3, 64 : 2, 18 : 29)
¨ Taqwa
Dalil : tazkiatun nafz (QS. 91 : 8, 87 : 14-15, 62 : 4) akan memperoleh kejayaan (QS. 87 : 14-15)
¨ Fujur
Dalil :
§ mengotori jiwa (QS. 91 : 10)
§ memperturut ketergesa-gesaan  (QS. 17 : 11, 21 : 37)
§ berkeluh kesah (QS. 70 : 19)
§ gelisah (QS. 70 : 20)
§ dusta (QS. 17 : 100)
§ bakhil (QS. 14 : 34)
§ kufur (QS. 14 : 13)
§ susah payah (QS. 90 : 4)
§ berdebat (QS. 18 : 54)
§ berbantah-bantahan
§ zalim
§ jahil
§ merugi
§ bermuara kepada kefatalan

E.6. HAKIKATUL IBADAH

Sasaran :
þMemahami hakikat beribadah kepada Allah.
þMemahami makna dan tujuan ibadah sebagai tujuan kehidupan manusia.
þTermotivasi untuk menjadikan selurh aspek kehidupannya untuk diabdikan kepada Allah.

Sinopsis :
Hakikat beribadah kepada Allah adalah meng-ilah-kan Allah dan mengingkari thaghut; ini adalah tugas bagi kehidupan manusia. Motivasi beribadah adalah mensyukuri atas seluruh nikmat yang telah diberikanNya kepada kita dan merasakan keagungan Allah swt melalui ciptaanNya di alam semesta.
Ibadah yang dilakukan bertujuan menghinakan diri, kecintaan dan ketundukan. Ibadah dilakukan dengan penuh harap dan rasa takut.

Hasiyah :
¨ Sumber pelaksanaan ibadah
Dalil :merasakan banyaknya nikmat Allah swt (QS. 16 : 18, 55 : 13, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 31 : 20, 14 : 7) dan merasakan keagungan Allah swt (QS. 7 : 54, 67 : 1)
¨ Ibadah
Dalil : Ibadah bertujuan merendahkan diri (QS. 7 : 55), kecintaan (QS. 2 : 165), ketundukan (QS. 4 : 125)
¨ Takut dan harap
Dalil : Ibadah dilakukan dengan takut (QS. 7 : 55-56, 9 : 13, 33 : 39, 2 : 41) & harap (QS. 21 : 90, 94 : 8)

E.7. SYUMULIYATUL IBADAH

Sasaran :
þMemahami integralitas ibadah dalam Islam.
þDapat menyebutkan bentuk-bentuk ibadah tersebut secara garis besar dalam berbagai lapangan kehidupan.
þTermotivasi menjadikan seluruh gerak hidupnya sebagai pengabdian kepada Allah.

Sinopsis :
Ibadah dalam Islam bersifat integral dan komprehensif, karena memiliki beberapa aspek yang merangkum berbagai persoalan kehidupan.
Ibadah dalam Islam mencakup seluruh permasalahan diin, seperti masalah yang wajib, mandub, mubah, dsb.
Ibadah dalam Islam mencakup seluruh permasalahan kehidupan seperti ‘amal shalih, membangun bumi, menegakkan diin.
Ibadah dalam Islam juga mencakup selurh keadaan manusia yang berkaitan dengan hati, akal dan anggota tubuh.


E.8. QOBULUL IBADAH

Sasaran :
þMemahami syarat-syarat dikabulkannya ibadah.
þDapat melaksanakan syarat-syarat tersebut.
þTermotivasi untuk senantiasa mengikuti minhaj.

Sinopsis :
Agar dikabukan/diterima Allah swt., ibadah harus memenuhi beberapa persyaratan. Ibadah terbagi menjadi dua bagian : ibadah mahdhah (ritual) dan ibadah ghairu mahdhah (non ritual). Ibadah mahdhah adalah ibadah khusus dengan syarat : niat yang benar, disyari’atkan, dengan berpedoman pada cara tertentu. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah memiliki ciri-ciri : niat ikhlash, tergolong aktivitas amal shalih, wajib mengikuti pedoman (As Sunnah) tetapi dalam segi cara perlu berlandaskan pula kepada situasi dan keadaan..

Hasiyah :
1. Ibadah
a) Ibadah mahdhah
Dalil : syarat-syaratnya adalah
§ niat yang benar  (QS. 98 : 5, 39 : 11, 14)
§ disyariatkan (QS. 59 : 7)
§ mengikuti cara (As Sunnah)
§ wajib ittiba’ dalam konsep maupun caranya (QS. 7 : 157)
b) Ibadah ghairu mahdhah
Dalil : syarat-syaratnya adalah
§ niat yang benar  (QS. 98 : 5, 39 : 11, 14)
§ termasuk ‘amal shalih (QS. 103 : 3, 95 : 8)
§ wajib ittiba’ dalam konsep (QS. 3 : 31)

E.9. NATAIJUL IBADAH

Sasaran :
þMemahami makna ibadah salimah.
þMemahami unsur-unsur yang dihasilkan dan wajib diwujudkan dalam beribadah secara benar.
þMemahami hubungan antara ibadah salimah dengan taqwa.

Sinopsis :
Nataijul ibadah (buah/hasil dari ibadah) adalah taqwa. Bagaimana cara agar ibadah-ibadah yang kita lakukan berbuah taqwa ? Prinsip-prinsip yang harus diwujudkan : iman kepada Allah, berislam, bertindak ihsan, tawakal atas segala urusan, cinta kepada Allah dan rasulNya, menumbuhkan harap atas ibadah yang dilakukannya, ibadah diiringi rasa taku kepadaNya, mengiringi ikhtiar dengan do’a, ibadah dilakukan dengan khusyu’. Ibadah dengan melaksanakan prinsip-prinsip sedemikian insya Allah mendapatkan hasil taqwa.

Dalil : ibadah salimah dapat menghantarkan kepada buah taqwa apabila pencapaiannya melalui
§ iman (QS. 4 : 136)
§ islam (QS. 2 : 112)
§ ihsan (QS. 16 : 97, 2 : 195)
§ tawakal (QS. 11 : 88)
§ cinta (QS. 2 : 165)
§ berharap (QS. 2 : 218, 18 : 110)
§ taat (QS. 76 : 7)
§ berdo’a (QS. 25 : 77)
§ khusyu’ (QS. 2 : 45-46)
               
E.10. NATAIJUT TAQWA

Sasaran :
þMemahami makna taqwa dan jalan untuk mencapainya.
þMemahami keutamaan yang diperoleh di dunia dan di akhirat bagi orang yang bertaqwa.
þTermotivasi untuk menggapai derajat taqwa dengan melaksanakan perintahNya dan menajuhi laranganNya.

Sinopsis :
Ibadah menghasilkan taqwa. Sedangkan taqwa akan menghasilkan kebaikan di dunia di antaranya adalah ‘izzah, furqan, keberkahan, jalan keluar, rizqi, kemudahan. Hasil kebaikan di akhirat bagi orang bertaqwa meliputi dihapuskannya kesalahan, diberi ampunan dan pahala yang besar.

Hasiyah :
¨ Furqan
Dengan taqwa, Allah swt akan memberikan kepada kita furqan yaitu kemampuan membedakan dan memisahkan antara yang haq dengan yang batil, mana yang perlu diikuti dan mana yang tidak.
Dalil : furqan (QS. 98 : 29)
¨ Barakah
Bagi orang yang beriman dan bertaqwa, Allah swt akan melimpahkan barakah, yaitu kehidupan yang memiliki faedah bagi makhluq disekelilingnya sehingga menjadikan hidup tenang dan tenteram.
Dalil : barakah (QS. 7 : 96)
¨ Makhraja
Jalan keluar (makhraja) adalah juga sesuatu yang dilimpahkan Allah swt kepada orang yang beriman dan bertaqwa. Setiap kesulitan hidup yang dijumpainya dapat teratasi dengan hadirnya petunjuk jalan keluar dari Allah swt. Kemudahan ini hanya diperoleh bagi mereka yang bertaqwa, bersungguh-sungguh dan bertawakkal.
Dalil : makhraja (QS. 65 : 2)
¨ Rizqi
Rizqi yang halal akan dirasakan nikmat sebagai balasan bagi mereka yang bertaqwa. Bila sedikit akan bershabar atau jika banyak malah bersyukur, sehingga kesemuanya bukanlah fitnah yang menyulitkan.
Dalil : rizqi (QS. 65 :3)
¨ Kemudahan
Kemudahan akan ditampakkan sebagai balasan bagi mereka yang bertaqwa. Dengan bertaqwa kepada Allah swt, bisa saja diturunkan secara langsung ataupun dihadirkan dalam bentuk ketenangan jiwa dan kedamaian berislam, sehingga kesemuanya dirasakan bukanlah sebagai masalah.
Dalil : kemudahan (QS. 65 : 9)
¨ Kebaikan di dunia
Kebaikan dan kenikmatan di dunia bagi orang yang bertaqwa adalah barakah, jalan keluar, rizqi dan kemudahan.
Dalil : kebaikan di dunia (QS. 2 : 200)
¨ Kebaikan di akhirat
Kebaikan dan kenikmatan di akhirat bagi orang yang bertaqwa adalah dihapuskannya kesalahan yang dikerjakan, diampuni dosanya dan ganjaran pahala yang besar.
Dalil : kebaikan di akhirat , ampunan dan pahala yang besar (QS. 6 : 65)

E.11. TAWAZUN

Sasaran :
þMemahami bahwa peranan fitrah manusia dalam memelihara pribadi sangat ditentukan oleh sikap tawazun yang diatur dalam Islam.
þMenyadari perlunya pemenuhan konsumsi ruh, akal dan jasad secara seimbang sesuai bimbingan Allah.
þTermotivasi untuk meningkatkan keimanan, pengetahuan dan kesehatan dengan aktif di dunia da’wah serta dunia ilmu pengetahuan dan dunia usaha yang islami.

Sinopsis :
Manusia diciptakan Allah dalam keadaan fitrah yang bersifat hanif kepada Islam. Salah satu sifat fitrah itu adalah menjaga keseimbangan antara ruh, akal dan jasad.
Keperluan jasad adalah makan, istirahat dan olah raga. Memenuhi keperluan jasad berarti menyeimbangkan konsumsi jasad agar tidak sakit. Keperluan akal adalah ilmu. Memenuhi keperluan akal berarti menuntut ilmu agar tidak bodoh dan merugi. Sedangkan keperluan ruh adalah dzikrullah. 
Ketiganya harus dikelola sescara seimbang agar mendapatkan kenikmatan lahir dan batin.

Hasiyah :
¨ Fitrah hanif
Allah swt menciptakan manusia secara fitrah dan diberikan kecenderungan yang hanif kepada sesuatu yang baik, sehingga dapat menilai mana yang baik dan man yang buruk khususnya kepada nilai-nilai yang universal. Fitrah sedemikian ini perlu dijaga dan jangan sampai tertutup kepada maksiat dan dosa sehingga firahnya tak lagi berfungsi dengan baik dalam menilai.
Dalil : manusia fitrah (QS. 30 : 30, 7 : 712, 75 : 14) lurus (QS. 30 : 30)
¨ Tawazun
Allah swt menciptakan alam tanpa ada satupun yang tidak seimbang (tidak proporsional). Keseimbangan manusia adalah proporsionalnya konsumsi dan fungsi ruh, akal dan jasad.
Dalil : seimbang (QS. 55 : 7, 9)
¨ Jasad
Manusia diperintahkan mengkonsumsi makanan yang baik yang dibutuhkan jasad dan menjauhi makanan yang haram dan merusak jasad. Arahan ini adalah agar jasad dapat difungsikan dengan optimal bagi ibadah.
Dalil : gizi tubuh, makanan dan kesehatan (QS. 2 : 168)
¨ Akal
Allah swt menyuruh kita untuk mendayagunakan akal fikiran untuk :
merespon ilham dari peristiwa alam
mendekatkan diri kepada Allah
Dalil : akal, gizi akal, ilmu (QS. 96 : 1, 55 : 1-4)
¨ Ruh
Ketenteraman dan kedamaian ruh adalah hasil dari mengkonsumsi gizi ruh : dzikrullah.
Dalil : ruh, gizi ruh, dzikrullah (QS. 73 : 1-20, 13 : 28, 3 : 191)
¨ Nikmat
Terpenuhinya konsumsi ketiga hal tersebut bagi manusia menakibatkan hadirnya kenikmatan zhahir dan batin
Dalil : dengan terpenuhinya konsumis ketiganya akan didapat nikmat zhahir dan batin (QS. 31 : 20).

E.12. RISALATUL INSAN

Sasaran :
þMemahami bahwa tugas khilafah adalah imarah dan ri’ayah dengan ber-amar ma’ruf nahi munkar; mampu menyebutkan bagaimana menumbuhkannya.
þMemahami unsur-unsur yang dipelihara dalam tugas-tugas kekhilafahan sehingga mampu menyebutkan contoh-contoh perbandingannya dengan konsep jahiliyah.
þMampu menyebutkan syarat-syarat umum untuk mencapai fungsi khilafah.

Sinopsis :
Manusia diciptakan Allah swt untuk beribadah kepadaNya sehingga dari ibadah itu muncul ketaqwaan. Dengan taqwa, seorang mu’min memperoleh izzah bagi peranan khilafah alam dan manusia.
Tugas khalifah di muka bumi adalah membangun (al imarah) dan memelihara (ar ri’aayah) - dengan cara amar ma’ruf nahi munkar - atas 5 hal : diin, nafs, akal, maal dan nasl.
Syarat untuk menggapai fungsi kekhilafahan : kekuatan aqidah, kekuatan akhlaq, kekuatan jama’ah, kekuatan ilmu, kekuatan maal dan kekuatan jihad.

E.13. BINAUL IZZAH

Sasaran :
þMemahami bahwa menegakkan fungsi khilafah harus dengan mewujudkan kekuatan aqidah, kekuatan akhlaq, kekuatan jama’ah, kekuatan ilmu, kekuatan maal dan kekuatan jihad.
þMemahami cara penumbuhan dan pemeliharaan setiap bagian dari kekuatan itu secara benar dan  terarah.
þTermotivasi untuk begabung dengan jama’ah Islam dalam rangka merealisasikan terwujudnya kekuatan ini.

Sinopsis :
Membangun prestise (binaa-ul ‘izzah) perlu dilakukan dengan cara menjelaskan dan membangkitkan perkara-perkara yang ada pada manusia, individu muslim dan ummat islam.
Sebagai manusia, kita harus memiliki kelebihan yang dapat dibanggakan; kebanggaan yang meninggikan derajat manusia dibandingkan makhluq lainnya, seperti : kemuliaan dari Allah, diutamakan oleh Allah, diberikan amanah oleh Allah.
Sebagai individu muslim, aqidah adalah kebanggaannya dan ibadah dengan hasil taqwa adalah penampilannya sehingga Allah swt memberikan status mulia disisiNya.
Sebagai ummat islam, izzah jama’ah akan diperoleh bila ummat islam memiliki iman, shidq, , tsiqah, wala’, tha’at, iltizam, barakah dan quwwah. Sikap izzah akan melahirkan independensi, kreatif, percaya diri dan agresif dalm mengembangkan diri.
Allah menghendaki agar kita tak boleh lemah dan berduka, sebab kita adalah orang-orang yang berprestise jika kita beriman.

Dalil :

‘Izzah adalah milik Allah, rasulNya dan orang mu’min (QS. 63 : 8, 3 : 139)