Sabtu, 23 Mei 2015

Kreativitas Perjuangan






Keamanan di wilayah Jazirah Arab telah pulih kembali. Negeri ini tampak tenang setelah lebih dari satu
tahun  dilanda  berbagai  peperangan  dan  ekspedisi.  Namun  orang-orang  Yahudi  yang  telah  merasakan
berbagai  kehinaan  sebagai  akibat  dari  pengkhianatan  dan  rencana-rencana  jahat mereka  belum  sadar  dari
penyimpangannya.
Mereka  mulai  menyusun  kembali  rencana  jahatnya  terhadap  kaum  Muslimin.  Mereka  pun  mulai
melakukan persiapan untuk melancarkan pukulan  telaknya  terhadap kaum muslimin. Karena mereka  tidak
berani melakukan perlawanan secara langsung terhadap kaum muslimin, maka mereka menempuh cara yang
licik  dan  jahat  untuk  mencapai  tujuan  tersebut. Orang-orang  Yahudi  bersekutu  dengan  kaum  musyrikin
Mekah. Kemudian berangkatlah mereka menuju ke Madinah.
Seandainya pasukan yang bersekutu itu mendatangi perbatasan Madinah secara mendadak, tentu hal itu
merupakan  bahaya  sangat  mengancam  eksistensi  kaum  muslimin,  Bahkan,  mereka  mungkin  saja  dapat
membinasakan  kaum  muslimin  sampai  ke  akar-akarnya.  Namun,  kepemimpinan  Madinah  adalah
kepemimpinan  yang  senantiasa  waspada  dan  tidak  pernah  lalai,  senantiasa  memantau  keadaan  dan
memperhitungkan  segala  kemungkinan  yang  akan  terjadi.  Sebelum  pasukan  itu  bergerak  dari  posisinya,
intelijen  Madinah  telah  menyampaikan  informasi  kepada  pemimpinnya  tentang  keberadaan  pasukan
tersebut.
Rasulullah  SAW  segera  mengadakan  musyawarah  untuk  membahas  strategi  pertahanan  terhadap
eksistensi  Madinah.  Setelah  berlangsung  diskusi  antara  pemimpin  dan  anggota  musyawarah,  mereka
bersepakat  untuk  menyetujui  usulan  yang  diajukan  oleh  sahabat  mulia,  Salman  al  Farisi  ra.  Salman
mengusulkan: Wahai Rasulullah, dahulu kami adalah orang yang hidup di negeri Parsi. Apabila kami dikepung oleh
musuh, kami membuat parit.
Strategi  ini  merupakan  strategi  kreatif  yang  belum  pernah  dikenal  oleh  bangsa  Arab  sebelum  ini.
Rasulullah SAW segera menerapkan strategi kreatif tersebut. Setiap sepuluh orang, beliau beri tugas untuk
menggali  parit  empat  puluh  hasta.  Kaum  Muslimin  pun  menggali  parit  dengan  penuh  kesungguhan,
sementara  Rasulullah  SAW  terus  memberikan  motivasi  kepada mereka  dan  turut  serta  dalam  pekerjaan
tersebut. Setelah melalui perjuangan yang sangat berat, akhirnya dengan  izin Allah, kaum muslimin mampu
mengalahkan kekuatan kaum kafir dan Yahudi.
(Sirah Nabawiyah hal 428 )

Wahai para mujahid, apakah yang dimaksud dengan kreatif itu?
·  Sebuah keluarga yang berpenghasilan rendah, tetapi mereka menyusun rencana untuk dapat
menyekolahkan anaknya ke universitas. Itu adalah berpikir kreatif.
·  Pengurus  sebuah masjid  ingin mengubah masjidnya yang kerap  sepi menjadi  sebuah masjid
yang diminati masyarakat sekelilingnya. Inilah berpikir kreatif.
·  Seorang  ulama  mengembangkan  suatu  rencana  untuk  melipatgandakan  jumlah  jamaah
majelis ta’limnya. Inilah berpikir kreatif.
·  Sebuah partai politik berpikir untuk membuat perolehan suaranya lebih besar dari perolehan
pada pemilu sebelumnya, inilah berpikir kreatif!
Jadi, berpikir kreatif berarti yakin dan terus berusaha untuk menemukan cara-cara baru yang  lebih baik
agar memperoleh hasil yang lebih baik.   2
Sekarang  marilah  kita  lihat  apa  yang  dapat  kita  lakukan  untuk  mengembangkan  dan  menguatkan
kemampuan kita untuk  lebih kreatif dalam  jalan dakwah  ini. Hal yang amat  penting di awal  proses kreatif
adalah  “percayalah  jika  Allah  menghendaki  maka  hal  tersebut  dapat  dilakukan”.  Inilah  prinsipnya:  Untuk
melakukan apapun, kita harus  lebih dahulu percaya bahwa hal  itu dapat dilakukan. Percaya bahwa sesuatu
itu  dapat  dilakukan  akan  membuat  pikiran  kita  bergerak  mencari  cara  untuk  melaksanakannya.  Maka
mohonlah selalu pada Allah lalu kuatkan ikhtiar diri ini. Jika kita percaya, pikiran kita akan mencari jalan untuk
melaksanakannya.
Pernyataan di atas mempunyai  satu maksud:  Jika kita percaya  sesuatu  itu  tidak mungkin, maka pikiran
kita akan bekerja bagi kita untuk membuktikan bahwa hal itu tidak mungkin. Akan tetapi jika kita percaya,
benar-benar  percaya  bahwa  dengan  pertolongan Allah,  sesuatu  dapat  dilakukan,  maka  pikiran  kita  akan
bekerja keras bagi kita dan membantu kita mencari jalan untuk melaksanakannya.
Percaya bahwa  sesuatu  itu dapat dilakukan akan melicinkan  jalan untuk  solusi yang kreatif . Sebaliknya
percaya  bahwa  sesuatu  tidak  dapat  dilakukan  adalah  cara  berpikir  yang  destruktif.  Hal  ini  berlaku  pada
semua  situasi, besar dan kecil. Kepercayaan menghasilkan kekuatan kreatif. Ketidakpercayaan menjadi rem
bagi berpikir kreatif. Percayalah dan kita pun  akan mulai berpikir secara konstruktif. Allah akan menolong
kita dan pikiran kita pun akan mencari jalan jika kita mengizinkannya..

Dimana ada kemauan di situ ada jalan.
Inilah dasar bagi berpikir kreatif. Di bawah ini adalah dua saran untuk membantu kita mengembangkan
kekuatan pikiran melalui kepercayaan:

1.  Hapuskan  kata  tidak  mungkin  baik  dari  pikiran  kita  maupun  dari  kosakata  kita.  Tidak  mungkin
adalah kata kegagalan. Pikiran “Ini  tidak mungkin  dilakukan … “  akan memulai  reaksi  berantai dari  jejeran
pikiran  yang  mendukung  bahwa  memang  itu  tidak  mungkin  dan  membenarkan  pikiran  kita.  Jika  Allah
menghendaki maka tak ada yang tak mungkin!

2.  Pikirkan sesuatu yang istimewa yang selama ini ingin kita lakukan dalam amal dakwah ini, tetapi kita
merasa kita  tidak dapat melakukannya. Sekarang berpikirlah bahwa: Kita bisa melakukannya!, dan buatlah
sebuah  daftar  alasan mengapa  kita  bisa melakukannya.  Banyak  dari  kita  mengalahkan  dan menaklukkan
keinginan kita  hanya karena kita  berkonsentrasi  pada mencari  alasan kenapa kita  tak  bisa melakukannya,
sementara satu-satunya hal yang kita layak untuk berkonsentrasi adalah mencari alasan bagaimana kita bisa melakukannya!

Berpikirlah ke depan lebih baik.
Pikiran pemikir  tradisional menjadi  lumpuh.  Ia bernalar, “Keadaannya  sudah begini  selama  ratusan  tahun,
jadi keadaan ini pasti baik dan harus tetap begini. Mengapa mengambil resiko dengan mengubahnya?”
“Rata-rata”  orang  selalu menolak  kemajuan.  Banyak  orang menentang mobil  yang  pertama  atas  dasar
pikiran Allah menciptakan kita untuk  berjalan di  atas kaki kita  atau dengan menggunakan kuda. Apalagi
saat  pesawat  terbang  pertama mengudara,  banyak  aturan kekangan  baru yang dibuat-buat misalnya  bahwa
manusia tidak berhak memasuki bidang wewenang yang dikhususkan untuk burung.
Jika  setiap  orang  berpikiran  bahwa hanya  ada  satu  cara  terbaik untuk melakukan  suatu  pekerjaan dan
setelah  itu  jangan  pernah menyimpang dari cara tersebut, maka dapat dibayangkan kejumudan yang segera
akan merajalela dan amat membosankan.
Sebenarnya,  tidak ada  satu cara  terbaik untuk mengerjakan  apapun. Tidak ada  satu cara  terbaik untuk
menarik minat murid akan pelajaran, atau untuk tetap menjaga motivasi murid, atau untuk mendidik anak
atau bahkan menata ruangan kerja kita.
 Ada banyak cara terbaik sebanyak adanya pikiran-pikiran yang kreatif!
Jika kita membiarkan tradisi membekukan pikiran kita, maka gagasan baru tidak dapat tumbuh. Cara
berpikir tradisional adalah musuh bagi mereka yang tertarik pada program pengembangan pribadi kreatif.
Cara berpikir tradisional akan membekukan pikiran Kita, menghambat kemajuan Kita dan mencegah
kekuatan kreatif Kita. Ingatlah tidak ada yang tumbuh di dalam es!  

Berikut ini adalah tiga cara untuk memeranginya:

1.  Jadilah orang yang bersedia menerima gagasan. Sambut baik gagasan. Hancurkan pikiran penghalang
seperti “Ini tidak akan berhasil”, “ Ini tidak dapat dikerjakan “.

2.  Jadilah orang yang mau mencoba. Dobraklah rutinitas yang tetap. Pergilah melalui rute yang berbeda
ke  tempat  kerja  Kita,  kunjungi  toko  buku  dan  bacalah  buku-buku  baru,  dapatkan  teman-teman  baru,
ambillah kursus keterampilan yang belum Kita kuasai.

3.  Berpikiranlah  ke  depan  bukan  berpikir  ke  belakang  dengan  membanggakan  masa  lalu.  Janganlah
berpikir  “Itulah  cara  kami  biasa melakukannya, maka  kami  harus mengerjakannya  dengan  cara  itu”, melainkan “Bagaimana kami dapat mengerjakannya lebih baik daripada cara kerja yang biasa kami lakukan?”

Bayangkan  apa  yang  akan  terjadi  pada  sebuah  perusahaan  produksi  mobil  jika  manajemennya
membiarkan diri  berpikir,  “Tahun  ini kita  sudah mengembangkan mobil  paling  sempurna. Perbaikan  lebih
lanjut tidak mungkin dilakukan. Oleh karena  itu, semua kegiatan rekayasa & desain eksperimental dengan
ini diakhiri secara permanen .“Tidak peduli betapapun besarnya, perusahaan tersebut akan susut dengan cepat jika
bersikap  demikian!”. Orang  yang  sukses  seperti  halnya  perusahaan  yang  sukses  selalu  bertanya:  “Bagaimana saya dapat meningkatkan kualitas prestasi saya? Bagaimana saya dapat bekerja lebih baik?”

Kesempurnaan  absolut  di  dalam  semua  pengembangan  riset manusia  belum  akan  tercapai.  Ini  berarti
tersedia begitu banyak peluang yang tak ada habisnya untuk perbaikan. Para pejuang mengetahui hal ini dan
mereka  selalu mencari  cara  yang  lebih  baik. Mereka  tidak  bertanya “Dapatkah  saya mengerjakannya  dengan
lebih  baik?”  Ia  tahu  bahwa  ia  dapat,  jadi  ia  menyusun  pertanyaannya,  “  Bagaimana  saya  dapat
mengerjakannya dengan lebih baik?”.

Merawat gagasan.
Gagasan  adalah  buah  dari  cara  berpikir  kita.  Dan  gagasan  harus  digunakan  dan  dipraktekkan  agar
memiliki nilai. Gagasan adalah seperti bayi yang baru kita lahirkan, masih amat lemah untuk dapat bertahan
hidup tanpa bantuan sekelilingnya. Gagasan memerlukan penanganan khusus sejak dilahirkan hingga diubah
menjadi cara-cara praktis mengerjakan sesuatu dengan lebih baik.

Gunakan tiga cara ini untuk memelihara dan mengembangkan gagasan kita:

1.  Jangan biarkan gagasan  lepas. Tuliskan gagasan  tersebut. Setiap hari banyak  sekali gagasan
yang dilahirkan hanya untuk mati dengan cepat karena tidak dituangkan ke atas kertas. Ingatan adalah
pesuruh  yang  lemah dalam melindungi dan memelihara  gagasan  yang masih  sangat  baru. Bawa  selalu
buku catatan atau beberapa kartu kecil bersama kita, dan tuliskanlah dengan segera setiap gagasan yang
timbul.

2.  Berikutnya,  tinjaulah  gagasan  kita.  Tempatkan  gagasan  di  dalam  arsip  aktif  dan  periksa
gudang  gagasan  kita  secara  teratur.  Sementara  kita memeriksa  gagasan  kita,  sebagian mungkin  tidak
mempunyai nilai  sama  sekali. Singkirkan  gagasan  tersebut,  akan  tetapi  selama  suatu  gagasan memiliki
harapan, simpanlah terus.

3.  Tanam  dan  pupuk  gagasan  kita.  Buatlah  gagasan  bertumbuh,  pikirkan  gagasan  tersebut,
kaitkan  dengan  gagasan  lain  yang  masih  berhubungan.  Carilah  informasi  sebanyak  mungkin  yang
berkaitan dengan gagasan kita, dan jika saatnya tiba, buat gagasan itu bekerja untuk diri kita, pekerjaan
kita dan masa depan kita. Maka jadilah Ibu yang baik untuk gagasan kita.
Catatan:  Jangan  biarkan  gagasan  hanya  berada  dalam  benak  atau  arsip  kita  saja. “Juallah”  gagasan  itu
kepada  orang  lain;  teman  kita,  karyawan,  bos  kita,  ataupun  investor.  Seseorang  harus “membeli”  gagasan
tersebut agar gagasan itu menjadi bernilai dan nyata. Dan sekali lagi, jadikan perbaikan terus menerus dan
kemajuan sebagai produk kita yang paling terdepan.
Bersiagalah menyongsong kemenangan!


0 komentar:

Posting Komentar