Selasa, 25 April 2017

Barisan Dakwah Harus Solid




إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ (الصف4)
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”

Dalam Al Qur’an ada satu surah namanya Ash Shaf artinya barisan yang kokoh. Dalam shalat berjamaah disyaratkan barisan shaf harus lurus. Karena ketidak lurusan shaf akan menyebabkan hati bercerai-berai. Dalam ayat di atas kita temukan kata shaffa yang artinya barisan pasukan umat Islam harus lurus dan kokoh, ka’annahum bunyaanun marshush (mereka seperti bangunan yang kuat, tidak tergoyahkan).

Amal Yang Paling Dicintai Allah
Imam Al Qurthuby meriwayatkan bahwa ayat di atas turun ketika para sahabat bertanya: law na’lam ayyul a’maali ahabbu ilallahhi la’amilnaahu (seandainya kami tahu amal yang paling Allah cintai niscaya kami akan melakukannya) lalu turunlah ayat di atas.
Benar ayat ini berkenaan dengan masalah barisan perang, tetapi pada dasarnya semua barisan sama. Baik itu barisan dalam shalat maupun barisan dalam dakwan apalagi dalam perang, itu harus solid. Karena itu Rasulullag saw. selalu mengingatkan sebelum shalat agar barisam shaf diluruskan. Bahkan Rasulullah saw. tidak pernah memulai shalatnya sampai semua barisan shaf benar-benar rapi. Perhatikan betapa makna soliditas barisan ini benar-benar sangat penting, sebagai cerminan ketaatan bagi orang-orang yang beriman.
Dari firman Allah di atas: innallaaha yuhibu nampak bahwa Allah benar-benar sangat mencitai barisan yang solid. Artinya sekalipun seseorang banyak melakukan ibadah ritual, seperti shalat, puasa, zakat dan haji, tetapi jika dalam akhlaknya seahari-hari merusak persatuan umat Islam, itu semua tidak akan membuat Allah cinta kepadanya. Perhatikan Allah mengkaitkan cinta-Nya dengan soliditas barisan. Bahwa untuk meraih cinta Allah seorang hamba harus bersatu dengan saudaranya. Tidak boleh saling menjatuhkan, menjelekkan hanya karena perbedaan fikih atau jamaah, apalagi saling membunuh.
Karenanya kita menemukan contoh-contoh yang sangat mengagumkan dari tradisi para ulama, bahwa mereka sekalipun berbeda mazhab fikih, mereka saling menghormati di antara mereka.
Imam Ahmad mengatakan: “Aku tidak akan menjelekkan orang-orang yang mengatakan bahwa menyentuh kemaluan tidak membatalkan wudhu’ sekalipun itu sependapat dengan aku.”
Imam Syafi’ie tidak membaca qunut ketika menjadi imam di tengah masyarakat yang bermadzhab Hanafi. Ketika di tanya mengapa ia tidak membaca qunut, padahal baginya sunnah muakkadah dalam shalat subuh, Imam Sya’fii menjawab, “Aku menghormati pendapat Imam Abu Hanifah.”
Perhatikan, betapa para ulama benar-benar memahami bahwa perbedaan fikih tidak boleh menyebabkan lahirnya fanatisme buta, bahkan harus saling menghormati antar satu dengan lain. Ini antara berbagai madzhab, bahwa solidaritas keumatan itu harus ditegakkan, apalalagi dalam satu jama’ah atau organisasi dakwah yang jelas-jelas semuanya berbuat untuk menegakkan ajaran Allah swt.

Mengapa soliditas barisan ini termasuk amal yang paling dicintai Allah?

Pertama, bahwa dari soliditas akan lahir kekompakan.
Dari kekompakan akan lahir sinergi yang berkesinambungan. Bukankah kita hidup di alam ini karena sinergi yang utuh antar seluruh unsur yang Allah ciptakan di dalamnya. Dalam ilmu biologi itu di kenal dengan ekosistem. Perhatikan bahwa semua proses dalam hidup kita sehari-harti sangat membutuhkan soliditas. Dalam tubuh kita, kita temukan bahwa semua organ bekerjasama dengan solid, sehingga kita merasakan nikmatnya. Sungguh tidak terbayang apa yang akan kita rasakan jika masing-masing organ dalam tubuh kita bekerja sendiri-sendiri dan bercerai-berai. Berdasarkan ini nampak bahwa soliditas itu fitrah. Dan kita semua tidak akan pernah menghindarinya. Sekali menghindar kita pasti akan menderita, bahkan itu akan menyebabkan malapetaka bagi kemanusiaan. Karena itu menegakkan soliditas dalam usaha apa saja -apalagi dalam usaha dakwah- adalah suatu keniscayaan. Maka sungguh berdosa ketika seseorang mengaku beriman kepada Allah, sementara dalam menegakkan ajaran-Nya tidak solid, apalagi saling membunuh antar sesamanya.

Kedua, soliditas barisan adalah bagian dari iman.
Perhatikan ayat sebelumnya, Allah memanggil orang-orang yang beriman untuk berfirman: limaa taquuluuna maa laa taf’aluun artinya (wahai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian lakukan). Maksudnya mengapa kalian mengaku beriman jika kalian tidak mau bersatu dalam barisan yang kokoh. Ini menarik untuk kita tekankan. Sebab fenomena perpecahan di kalangan umat Islam kini di anggap biasa. Padahal menurut ayat di atas menegakkan persatuan yang solid adalah ciri utama keimanan. Dengan kata lain bahwa tidak ada artinya iman yang dimiliki seseorang jika kemudian saling bemusuhan sesama mu’min. Bahkan dalam surah Al Hujurat:10 Allah berfirman: innamal mu’minuuna ikhawatun, kata innama dalam pandangan ulama tafsir lilhashr maksudnya identifikasi. Artinya bahwa seorang yang beriman identik dengan persaudaraan. Maksudnya tidak pantas seseorang mengaku beriman jika kemudian tidak bersaudara antara satu dengan lainnya. Sama dengan ayat di atas, bahwa tidak pantas seseorang mengatakan bahwa dirinya beriman jika dalam prakteknya tidak bersatu dalam barisan yang kokoh.

Ketiga, bahwa tidak solid dalam barisan dakwah adalah perbuatan dosa.
Perhatikan Allah berfirman pada ayat sebelumnya: “Amat dibenci oleh Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan”. Lalu Allah menegaskan bahwa sangat suka kepada orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dengan barisan yang solid. Artinya bahwa syarat untuk mendapatkan cinta Allah, bukan hanya semata berjuang di jalan-Nya, tetapi juga harus bersatu dalam satu barisan yang solid. Ini pemahaman yang banyak orang Islam salah pahami, sehingga mereka tidak mau bersatu dengan umat Islam lainnya. Padahal shalatnya masih sama, kiblatnya juga masih sama, Allah yang disembah pun juga masih sama. Akibatnya mereka mudah di adu domba. Tidak sedikit dari nyawa orang Islam yang melayang hanya karena perang saudara.


Bagai Satu Bangunan Yang Kokoh
Pada ayat berikutnya Allah berfirman: ka’annahum bunyaanun marshush (mereka seperti bangunan yang kokoh). Apa artinya:

Pertama, bahwa masing-masing bahan bangunan itu berkualitas baik.
Tidak mungkin bangunan itu tegak kokoh jika batu batanya rapuh atau kualitas pasir dan semennya tidak baik. Bagitu juga dalam dakwah, bahwa masing-masing individu harus mempunyai iman dan keikhlasan yang benar-benar berkualitas. Di sini peran tarbiyah dan pembinaan harus dioptimalkan.

Kedua, bahwa bahan-bahan bangunan itu bukan hanya baik secara individual melainkan harus bisa disinergikan dengan bahan-bahan lainnya.
Artinya bahwa kualitas masing-masing aktifis dakwah hendaknya bukan hanya baik secara individu, melainkan ia mampu bersinergi dengan orang lain. Itulah rahasia mengapa Allah mengumpamakan dengan bangunan. Bahwa seorang muslim tidak cukup hanya menjadi sholeh sendirian, melainkan ia harus bersinergi untuk membuat orang lain beramal shaleh. Dalam rangka ini sangat dibutuhkan soliditas barisan dakwah.

Ketiga, bahwa bangunan dikatakan kokoh bila bertahan lama, dan tidak mengalami kerapuhan di tengah musim apapun panas atau hujan.
Begitu juga barisan dakwah dikatakan solid bila ia tetap utuh, tidak terpengaruh dengan rayuan dan godaan apapun. Pun juga tetap istiqamah memegang prinsip sekalipun situasi dan kondisi memaksanya harus berubah. Ia tidak pernah bubar barisan sebelum ada komando bubar barisan. Itulah rahasia mengapa Allah swt. mengumpamakan dengan bangunan yang kokoh. Karena bangunan akan melindungi dan bisa memberikan rasa aman kepada penghuninya bila ia kokoh dan solid. 

Wallahu a’lam bishshawab.


Selasa, 18 April 2017

Bersiaga Menanti Tugas


Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (QS. Al Anfal: 60)

Kemenangan merupakan anugerah Allah swt. yang sangat berharga. Ia juga menjadi harapan orang yang sedang berjuang. Bagi mereka yang berada di medan juang kemenangan amat dinanti-nanti segera tiba. Mereka ingin kemenangan itu jadi dekat. Akan tetapi perlu diketahui bahwa kemenangan tidak akan datang secara ujug-ujug. Melainkan ada beberapa persoalan yang patut untuk dilakukan agar bisa menghadirkannya.
Kemenangan bagian dari ketentuan Allah swt. atas urusan hamba-Nya (Qudratullah). Dia yang
Maha Tahu akan nasib yang dialami ciptaan-Nya. Dia pula yang berhak untuk memberikan kemenangan ataupun menundanya. Kemenangan dari Allah swt. pasti datangnya baik di dunia ataupun akhirat. Sehingga tidak ada kamus kekalahan di hati para pejuang.
Namun kemenangan itu datang dengan jalan-jalan yang akan memuluskan kehadirannya. Melalui upaya maksimalitas manusia (ikhtiyar basyariyah). Adapun mereka yang telah melakukan upaya yang maksimal untuk mencapai prasyarat kemenangan, maka kemenangan menjadi haknya. Oleh karena itu ikhtiyar basyariyah juga menjadi bagian yang harus diperhitungkan oleh mereka yang menunggu-nunggu kemenangan. Ikhtiyar basyariyah yang optimallah yang perlu dibangun dalam perjuangan ini agar kememangan itu menjadi hak yangmutlak.
Bila para dai yang sedang berada di barisan terdepan dalam medan perjuangan ini memahami akan hakikat kemenangan dari dua hal di atas, maka sikap utama dari diri mereka tidak lain adalah sikap siap untuk digerakkan dalam menunaikan sebuah operasionalisasi dakwah ini (isti’dad lil amal). Adapun upaya yang mesti dilakukannya sebagai berikut:

1.      Kesanggupan untuk dimobilisasi (Al Qudrah li tanfidz)
Kesanggupan dimobilisasi dengan cepat dalam berbagai keadaan merupakan watak para pahlawan Islam dalam memenangkan dakwah di medan peperangan. Sikap ini secara umum memang perilaku prajurit sejati. Kesanggupan diri membuat mereka berani maju menghadapi tugas dan amanah dakwah sekalipun berat rasanya. Baginya tidak ada pilihan lain kecuali kemenangan yang hakiki. Hidup mulia atau mati syahid.
Semangat Abdullah bin Rawahah RA. yang berapi-api di Bagi seorang prajurit yang siap, memikul tugas dan tanggung jawab adalah kemuliaan. Sehingga mereka akan mengerahkan segenap kemampuan untuk tetap berada di garis tugasnya. Berbalik ke belakang sama artinya dengan mewariskan keburukan dan kekalahan. Karena itu mereka berupaya untuk menunaikannya dengan sebaik-baiknya.
Perang Muktah memacu keberanian para sahabat sehingga mampu mengobarkan kepahlawanan mereka. Membuat jiwa para sahabat lebih mencintai harumnya syurga dari pada pulang kembali ke Madinah. Padahal mereka ke pos lain karena tidak suka pada tugas yang harus dikerjakan sehari-hari. Ada pula yang minta terus berada pada posnya karena penghasilan dan fasilitas yang ia dapatkan. Akhirnya tugas harus menghadapi musuh dengan jumlah dan kekuatan yang besar. Kecintaan pada hari akhirat menjadi landasan sikap mereka menyongsong tugas mulia. Dan modal itulah kaum muslimin memenangkan pertarungan dan mewariskan perilaku keimanan yang sebenar-benarnya kepada generasi berikutnya.
Hari yang kita lalui saat ini tampak sangat jelas. Karena jelasnya tugas dan amanah yang mesti kita tunaikan. Bila kita runut tugas itu satu persatu maka akan kita dapati begitu banyak tugas yang menanti kita. Tugas itu sedang antri untuk diselesaikan. Masalahnya adalah siapakah gerangan yang akan menunaikannya. Apalagi jika ditinjau dari waktu yang tersedia untuk penyelesaiannya, maka ia memerlukan kader dakwah yang amat banyak.
Dalam situasi dan kondisi yang pelik dimana tugas dan waktu saling berlomba. Maka perilaku dai sejati untuk selalu siap dimobilisasi harus dikedepankan dari pada sikap gamang untuk menunaikannya. Karena kegamangan dalam melaksanakan tugas sering menghambat kemampuan untuk berpartisipasi aktif dalam menunaikan tugas mulia tersebut. Sikap gamang bagi kader dakwah merupakan batu sandungan yang harus segera disingkirkan. Dan yang perlu dihidupkan adalah sikap untuk selalu sanggup dimobilisasi dengan cepat dalam berbagai situasi. Selanjutnya menempati pos-pos yang lowong dengan sabar dan disiplin.
Pada jihad siyasi banyak pos-pos dakwah yang perlu diisi dengan segera. Karena waktu dan tugas yang perlu diselesaikan saling mendahului. Kader dakwah mesti tanggap dengan kemampuannya dan pos yang ada. Sehingga bisa segera mengistijabahi tugas-tugas mulia tersebut.

2. Bersabar berada di pos-pos dakwah (As Shabru fi ‘aba’i ad da’wah)
Berada pada pos dakwah terkadang banyak kendala dan cobaan. Baik yang menyenangkan maupun yang menyulitkan. Ini memang ujian dakwah yang diberikan Allah swt. pada kita untuk menilai sejauh mana tingkat kesabaran dan kesetiaan prajurit sejati pada tugasnya. Serta keberhasilannya dalam menjalankan amanah yang diberikan padanya.
Adakalanya berada pada pos-pos tugas membosankan bahkan menegangkan karena beban yang berat. Namun adakalanya juga menyenangkan karena fasilitas dan pendapatan yang menggiurkan. Tidak jarang kita jumpai orang yang minta dipindahkan itu dinilai dari kesenangan material.
Kaum muslimin pernah mengalami pelajaran pahit di medan Uhud. Ini mesti menjadi catatan mahal umat Islam. Tatkala pos-pos tugas itu dinilai dengan pandangan kesenangan material maka berakibat fatal bagi mereka. Sebab pos-pos yang harusnya dijaga dengan sabar dan disiplin, akhirnya ditinggalkan begitu saja. Kekosongan pos tugas itu menjadi peluang musuh untuk mengkocar-kacir barisan kaum muslimin hingga porak poranda. Dan kerugianlah yang diperolehnya.
Padahal Rasululah saw. mengingatkan mereka dengan komandonya: “Berjagalah di pos kalian ini dan lindungilah pasukan kita dari belakang. Bila kalian melihat pasukan kita berhasil mendesak dan menjarah musuh, janganlah sekali-kali kalian turut serta menjarah. Demikian pula andai kalian melihat pasukan kita banyak yang gugur, janganlah kalian bergerak membantu.” (HR. Bukhari)
Kasus Uhud menjadi ibroh (pelajaran) berharga bagi orang-orang beriman. Cukup sekali saja hal itu terjadi. Tidak boleh terulang lagi apalagi sampai berulang-ulang. Oleh karena itu bekal kesabaran dan keteguhan hati perlu terus dipasok jangan sampai berkurang sedikitpun. Panglima Saad bin Abi Waqqas r.a. menyerukan pasukan yang akan menghadapi tentara Persia dengan instruksinya: “Tempati pos kalian dan bersabarlah, karena kesabaran menjadi jalan kemenangan.”
Bagi kader dakwah ketika sudah menempati pos tugasnya, ia akan menjaganya dengan baik. Ia tidak akan tergiur sekejappun untuk meninggalkannya. Ia juga tidak tergoda oleh kesenangan material yang mengganggunya. Namun ia akan terus berada pada posnya dengan penuh kesabaran. Sebagaimana Sang Junjungan telah mengingatkan bahwa, “Prajurit yang baik adalah bila ditugaskan di bagian belakang, maka ia ada di tempatnya. Bila ia ditugaskan di barisan terdepan, maka ia pun ada di tempatnya.” (HR. An-Nasai).

3. Siap siaga menyongsong tugas (Al Istijabah lil amal)
Bila peluit sang komandan telah dibunyikan, berarti tugas-tugas harus segera diselesaikan. Kesiagaan menyongsong tugas menjadi indikasinya. Dari sana kadang menang dan kalah dapat diperkirakan. Mereka yang siap siaga artinya mereka siap menghadapi situasi apapun. Akan tetapi mereka yang lengah berarti mereka akan menjerumuskan dirinya pada jurang kebinasaan.
Kesiagaan kader dakwah indikasi kesiapannya untuk bertarung. Tentunya, siap di segala sektor. Kesiapan ruhiyah, fikriyah, jasadiyah dan nafsiyah. Dengan kesiapan yang demikian, maka dapat dipetakan kekuatan diri dan musuhnya. Dan seberapa besar kendala yang peluang kemenangan yang akan didapatinya.
Manakala kesiapan itu sudah begitu gamblang di hati kaum muslimin dan kader dakwah secara khusus, maka Allah swt. yang akan memback-upnya. Yang Maha Kuat dan Perkasalah yang akan menggerakkan seluruh potensi yang dimiliki kader dakwah apabila sudah digerakkan sejak awal.
“Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mu’min, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Anfal: 17)
Yang menjadi persoalannya adalah apakah kader dakwah saat ini seluruhnya sudah siap siaga menyongsong tugas atau masih asyik termangu dengan kebingungannya. Semuanya kembali pada diri masing-masing. Akan tetapi yang perlu diingat adalah bila kader dakwah belum siap siaga menyongsong tugas jangan berharap hari esok lebih baik dari kemarin.
Generasi Qur’ani masa lalu menjadi umat terbaik bukan terletak pada keberadaan Rasul bersama mereka. Melainkan sikap mereka terhadap Qur’an dan sikap mereka secara keseluruhan yang siap siaga menerima tugas dan perintah. Bila saat itu disodorkan amanah tugas, maka saat itu pula mereka kerjakan tanpa reserve. Nah, kalau begitu sikap mereka itulah yang perlu kita ulang pada diri kita saat ini. Karena tugas dan instruksi komandan untuk jihad siyasi saat ini begitu sangat jelas.

4. Pantang Mundur (Adamul dubur)
Bila pertarungan sudah di hadapan, hanya satu sikap saja yang dilakukan, yaitu maju ke depan. Tidak boleh ada kata mundur atau balik ke belakang. Karena mundur artinya kekalahan. Dan kekalahan adalah kehinaan bagi kader dakwah di dunia dan akhirat. Allah swt. sudah menegaskan: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.” (QS. Al Anfal: 15 -16)
Bagi kader dakwah tugas mulia menjadi jalan mulus untuk masa depan. Ia tidak akan pernah berpikir balik ke belakang. Ia akan maju terus menyongsong masa depan. Begitulah kemenangan kaum muslimin di berbagai tempat, termasuk di Eropa. Panglima Thariq bin Ziyad menyampaikan pidatonya di hadapan para prajurit, “Wahai kaum muslimin di belakangmu lautan lepas, tidak ada lagi perahu yang akan membawa kalian ke negeri kampung halaman. Dan di depanmu musuh menghadang. Tidak ada pilihan lain untuk kemenangan kecuali maju ke hadapan songsong musuh dengan hati lapang. Sambut tugas dengan ringan.”
Menghadapi kenyataan ini, keberanianlah yang perlu kita perbesar. Berani karena benar dan berani karena membawa misi kesucian. Kader dakwah pemberani dalam melaksanakan tugas dapat menjadi pintu kegemilangan. Khususnya kegemilangan dakwah di negeri dambaan ini.

5. Tidak bermaksiat (Adamul Ma’shiyah)
Kemenangan dan kekalahan yang dialami kaum muslimin sangat dipengaruhi oleh perbuatan para prajuritnya. Kemaksiatankah atau ketaatan. Kemaksiatan dapat menjadi penyebab kekalahan dan ketaatan dapat membawa kemenangan.
Para pemimpin Islam selalu mewasiatkan untuk mewaspadai perilaku kemaksiatan kadernya. Karena kemaksiatan yang dilakukan satu orang dapat berakibat buruk bagi yang lainnya. Kemaksiatan yang dilakukan seorang kader dakwah harus lebih ditakuti daripada besarnya jumlah dan kekuatan musuh. Sebab maksiatan membuat Allah swt. menjauhi mereka. Dan tidak akan memberikan bala bantuan-Nya.
Catatan hitam dari kasus Uhud pun terjadi lantaran kemaksiatan sebagian prajurit muslim. Mereka tidak mematuhi perintah Rasulullah saw. karena tergiur dengan rampasan perang yang berserakan di depan mereka. Lalu mereka meninggalkan bukit Uhud dan mengumpulkan ghanimah tersebut. Akhirnya pos yang kosong itu segera diambil alih musuh sebagaimana yang diingatkan Allah swt.
“Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu; dan sesungguhnya Allah telah mema`afkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Iman: 152)
Cukuplah Uhud menjadi pelajaran besar bagi kita. Satu hal yang perlu dicamkan. Jangan pernah bermaksiat sedikitpun ketika pertarungan telah di hadapan. Kemaksiatan lobang jurang kebinasaan dan kehinaan dunia dan akhirat.
Manakala anashir-anashir kemenangan tersebut dapat terealisir di jiwa para kader dakwah, maka pertolongan dan bala bantuan yang dijanjikan Allah swt. akan tampak nyata di depan mata. Kemenangan tersebut menjadi hak bagi para pejuang (nashrullah wal futuhat). Sebagaimana kemenangan dan penaklukan Kota Mekkah, banyak musuh-musuh dakwah yang tunduk terhina di hari itu dan segera menjadi pengikut Nabi saw. dan kemuliaan orang beriman sebagai pakaian para pejuang yang dahulu telah memberikan investasinya pada dakwah ini. Dan kita telah memahaminya bahwa hal itu melalui proses yang panjang dan rumit. Wallahu ‘alam bishshawab.


Minggu, 16 April 2017

Menikmati Kesegaran Ibadah




Menelusuri jalan hidup kadang tak ubahnya seperti pengembara yang berjalan di tengah terik. Haus dan melelahkan. Andai ada air segar yang tersaji di tiap persinggahan. Andai tiap orang sadar kalau air segar itu adalah ibadah di tiap persinggahan kesibukan.
Ada yang aneh dari sudut pandang Aisyah r.a. terhadap tingkah suaminya, Rasulullah saw. Ia terheran ketika mendapati Rasul yang begitu menikmati shalat sunnah hingga kakinya bengkak. Apa beliau tidak merasakan sakit itu?
Aisyah pun mengatakan, “Kenapa kau lakukan itu, ya Rasulullah? Bukankah Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang dulu dan akan datang?” Dengan ringan Rasul menjawab, “Tak patutkah aku untuk menjadi hamba Allah yang senantiasa bersyukur!”
Kenikmatan beribadah. Itulah yang dirasakan Baginda Rasulullah saw. ketika sedang shalat. Sedemikian nikmatnya, hingga rasa sakit dari bengkak kakinya tak lagi terasa. Beliau seperti tak ingin menyudahi komunikasinya dengan Yang Maha Kasih, Yang Maha Sayang.
Keindahan hubungan antara seorang hamba dengan Khaliqnya itu bukan sesuatu yang terjadi begitu saja. Persis seperti seorang rakyat ketika berkomunikasi dengan seorang pejabat tinggi. Umumnya, komunikasi akan berlangsung formal, kaku, dan membosankan. Akan beda jika rakyat itu masih ada hubungan keluarga dengan sang pejabat. Mereka sudah saling kenal. Komunikasi menjadi tidak formal, santai, dan sangat menyenangkan. Padahal posisinya tetap sama: antara rakyat dengan seorang pejabat tinggi.
Secara sederhana bisa dibilang ada hijab. Ada sesuatu yang mendindingi antara hati seorang manusia dengan Allah swt. Dinding ini bisa menebal, bisa juga menipis. Bahkan nyaris tak ada dinding sama sekali.
Firman Allah swt. dalam surah Qaf ayat 16, “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”
Masalahnya, sedekat itu pulakah seorang hamba Allah kepada Allah swt. Ini yang akhirnya menentukan keharmonisan dan kenikmatan dalam beribadah. Dan ini pula yang menentukan bermutu tidaknya ibadah seorang hamba Allah swt.
Mutu ibadah yang terkesan sederhana ini, ternyata punya dampak yang luar biasa dalam tatanan kehidupan manusia. Mutu ibadah seseorang sangat berpengaruh pada sepak terjangnya di dunia nyata. Apakah terhadap sesama manusia atau dengan alam lingkungannya.
Dalam hal shalat misalnya, Al-Qur’an menyebutnya dengan mereka yang lalai dari shalat. “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” [QS. Al-Ma’un (107): 4-7]
Bagaimana mungkin orang yang rajin shalat bisa tak peduli dengan lingkungan, bahkan bisa berbuat jahat dengan saudara seiman? Ini menandakan kalau shalat yang dilakukan tidak bermutu sama sekali. Karena pengaruh shalatnya tidak terlihat dalam hubungan sosialnya dengan yang lain.
Rasulullah saw. mengatakan, “Maafkanlah kesalahan orang yang murah hati (dermawan). Sesungguhnya Allah menuntun tangannya jika dia terpeleset (jatuh). Seorang pemurah hati dekat kepada Allah, dekat kepada manusia dan dekat kepada surga. Seorang yang bodoh tapi murah hati lebih disukai Allah daripada seorang alim (tekun beribadah) tapi kikir.” (HR. Athabrani)
Ternyata, jauh tidaknya seseorang kepada Allah bisa dilihat dari hubungannya dengan orang sekitar. Kalau seseorang tidak disukai dengan orang sekitarnya, terlebih sesama mukmin, berarti hubungan orang itu dengan Allah swt. seperti minyak dengan air. Terlihat seperti menyatu, padahal selalu pisah.
Perhatikanlah bagaimana sosok Rasulullah saw. di mata para sahabatnya. Begitu dekat, begitu dicintai. Rasulullah saw. buat para sahabatnya bisa seperti ayah dengan anak, antara sesama sahabat dekat, dan seperti guru dengan murid.
“Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” [QS. At-Taubah (9): 128]
Dekat tidaknya seseorang dengan Allah swt. juga bergantung pada diri orang itu sendiri. Dan pintu itu ada pada kebersihan hati, kekuatan iman, serta istiqamah dalam mentaati aturan Allah dalam kehidupan.
Maha Benar Allah dalam firman-Nya, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” [QS. Al-Baqarah (2): 186]
Andai ibadah menjadi sesuatu yang menyenangkan buat diri seseorang, dia akan menjadikan shalat persis seperti yang dilakukan Rasulullah terhadap shalatnya. Rasulullah saw. bila menghadapi suatu dilema (situasi yang sukar dan membingungkan), beliau shalat. (HR Ahmad)


MALU DAN KEUTAMAANNYA






Ibnu Umar meriwayatkan,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى رَجُلٍ مِنْ الْأَنْصَارِ وَهُوَ يَعِظُ أَخَاهُ فِي الْحَيَاءِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعْهُ فَإِنَّ الْحَيَاءَ مِنْ الْإِيمَانِ
"Rasulullah saw melewati seorang Anshar saat ia menasihati saudaranya tentang malu. Rasulullah saw bersabda, 'Biarkan saja, sebab rasa malu itu bagian dari iman." (Muttafaq Alaihi).
Imran bin Hushain ra berkata, Rasulullah saw bersabda,
الْحَيَاءُ لَا يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ
"Tidaklah datang rasa malu selain dengan kebaikan." (Muttafaq Alaihi).
Di riwayat Muslim disebutkan,
الْحَيَاءُ ِخَيْرٌ كُلُّهُ
"Rasa malu itu adalah kebaikan, semuanya."
الْحَيَاءُ كُلُّهُ ِخَيْرٌ
"Rasa malu itu semuanya kebaikan."
الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ
"Iman itu ada tujuh puluh sekian atau enam puluh sekian cabang. Yang paling mulia adalah ucapan La ilaha Illallah dan yang paling rendah menyingkirkan penghalang dari jalan. Keimanan adalah cabang dari iman." (Muttafaq Alaihi).
Abu Sa'id Al-Khudri meriwayatkan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشَدَّ حَيَاءً مِنْ الْعَذْرَاءِ فِي خِدْرِهَا وَكَانَ إِذَا كَرِهَ شَيْئًا عَرَفْنَاهُ فِي وَجْهِهِ
"Adalah Rasulullah saw itu orang yang paling malu terhadap gadis yang berada dalam biliknya. Dan jika beliau tidak suka sesuatu, kami mengetahuinya dari wajahnya." (Muttafaq Alaihi).
Para ulama berkata, "Hakikat malu adalah akhlak yang mendorong seseorang meninggalkan perbuatan buruk dan menecegahkan bermalas-malasan menunaikan hak sapa saja.
Kami juga meriwayatkan dari Abul Qasim, Al-Junaid ra. Ia berkata, "Malu adalah melihat semua nikmat dan melihat sikap malas, lalu dari keduanya muncul kondisi yang dinakaman malu. Wallahu A'lam.
---oo0oo---


Kamis, 13 April 2017

Silabus Ceramah Ramadhan 1439 / 2018





No.
Tujuan
Materi
10 hari Pertama Ramadhan
1.
Setiap muslim menyambut Ramadhan dengan penuh kesiapan untuk insyaf akan diri
Konteks: Sambutan masyarakat terhadap kedatangan Ramadhan telah menciptakan suasana insyaf kolektif di seluruh dunia. Sambutan dari berbagai media: elekronik, cetak, sosial media, dan sebagainya menciptakan suana kesiapan untuk mewujudkan jiwa baru, jiwa yang akan membawa pemiliknya senang dan cinta kebaikan.
Ramadhan saat tepat untuk insyaf:
1.  Ramadhan adalah kesempatan
2.  Kesempatan adalah pemberian Allah
3.  Kesempatan untuk mendapatkan rahmat
4.  Kesempatan untuk mendapatkan keberkahan
5.  Kesempatan untuk mendapatkan ampunan
2.
Setiap muslim memahami bahwa Ramadhan memiliki perangkat yang lengkap untuk melakukankeinsyafan
Konteks: Kita melihat pemandangan yang unik di bulan Ramadhan. Orang ramai salat di masjid. Kegiatan kebaikan terlihat lebih banyak dari biasanya. Kajian-kajian terlihat ramai di masjid-masjid. Instansi, kelompok keluarga, paguyuban terlihat ramai menyelenggarakan acara buka puasa bersama.
Ramadhan datang membawa kondisi yang kondusif dan serba lengkap untuk melakukan keinsyafan
1.    Siangnya berpuasa.
2.    Malamnya salat Tarawih.
3.    Pembekalan wawasan di berbagai masjid.
4.    Memperbanyak interaksi dengan al-Quran sebagai bekal dan sumber keinsyafan.
3.
Setiap muslim menyadari kondisi pribadi yang memerlukan proses keinsyafan
Konteks: Rasulullah saw. Mencontohkan kepada kita ketika bercermin mengucapkan Allahumma kama hasanta khalqiy fa hassin khuluqiy. Hal ini mengisyaratkan ketika kita bercermin (melihat diri) agar kita mengisyafi diri. Di balik rupawannya kita, ada yang perlu dihias yaitu apa yang ada dalam diri kita.
Manusia yang sering lupa dan salah:
1.  Tidak ada manusia yang sempurna
2.  Tanda manusia tidak sempurna adalah lupa dan salah
3.  Dampak lupa dan salah dalam kehidupan manusia
4.  Taubat adalah seni dalam ketidak sempurnaan manusia
5.  Langkah-langkah bertaubat
4.
Setiap muslim menyadari kondisi luar dirinya yang memerlukan proses keinsyafan
Konteks: Godaan dari luar diri setiap manusia datang semenjak manusia pertama diciptakan Allah, yaitu sejak zaman Nabi Adam. Iblis sudah melakukan pembangkangan atas perintah Allah sejak interaksinya dengan manusia. Setelah itu tertanamlah tekad Iblis untuk terus menggoda manusia sampai habisnya masa dunia ini.
Mata dan bisikan jahat terhadap manusia:
1.  Tekad Iblis menggoda seluruh manusia sampai hari Kiamat.
2.  Manusia memiliki potensi berdosa (fujur)
3.  Pertemuan antara godaan syetan dan potensi berdosa menyebabkan buruk sikap dan perilaku manusia.
4.  Dampaknya terhadap kehidupan dunia:
a.    Bagi dirinya
b.    Bagi orang lain
5.  Manusia sudah saatnya insyaf untuk menuju kehidupan yang baik untuk dirinya dan orang lain
5.
Setiap muslim meyakini bahwa keinsyafan memiliki pengaruh baik terhadap diri
Konteks: Seorang pemetik gitar di salah satu grup band ternama di tanah air berkata menyampaikan kesan jiwanya, “setiap profesi adalah sah saja hukumnya asal setiap orang mengetahui apa kebutuhan Allah baginya.”
Keinsyafan akan berdampak bagi orang yang melakukannya:
1.  Jiwa akan bersih
2.  Mudah melakukan kebaikan
3.  Allah akan mencintainya
4.  Orang lain akan mencintainya
6.
Setiap muslim meyakini bahwa keinsyafan memiliki pengaruh baik terhadap lingkungan
Konteks: Berdasarkan data FAO tahun 2010, hutan Indonesia termasuk hutan yang memegang peranan penting dalam menjaga kestabilan iklim dunia. Namun sayang, kerusakan hutan di tanah air cukup memprihatinkan. Kementrian Kehutanan RI mencatat, sedikitnya 1,1 juta hektar atau 2% dari hutan Indonesia menyusut tiap tahunnya. Kementrian Kehutanan RI juga mencatat dari sekitar 130 juta hektar hutan tersisa, 42 juta hektarnya sudah habis ditebang.
Manusia diberikan kewenangan untuk mengelola bumi.
Sehingga kualitas manusia menentukan bumi dimana mereka hidup.
1.  Kerusakan bumi disebabkan oleh manusia.
2.  Keberkahan bumi disebabkan oleh manusia:
a.    Manusia yang beriman
b.    Mansuia yang bertakwa
7.
Setiap muslim melakukan muhasabah diri sebagai sebuah langkah keinsyafan diri
Konteks: Fulanah adalah seorang PSP (Penjaja Sek Perempuan) yang bertaubat. Dalam masa-masa hitamnya, Fulanah menyadari bahwa yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan. Setiap memasuki bulan Ramadhan, perasaan dosa teramat besar, “Tapi aku kadang juga suka puasa dan salat. Aku paham tentang apa yang aku lakukan itu engga boleh di mata agama.”
Insyaf itu perasaan sadar akan kekeliruan dan bertekad akan memperbaiki diri.
1.    Muhasabah langkah awal dalam proses keinsyafan
2.    Muhasabah harian menjelang tidur
3.    Muhasabah mingguan dalam mendengarkan khutbah
4.    Muhasabah tahunan dalam i’tikaf
5.    Muhasabah temporer saat mengalami musibah
8.
Setiap muslim melakukan taubat dengan sebenar-benarnya sebagai sebuah langkah keinsyafan diri
Konteks: cerita orang yang insyaf
Bukti bahwa seseorang itu insyaf adalah bertaubat, kembali kepada Allah.
Langkah-langkah bertaubat:
1.    Penyesalan
2.    Meninggalkan kemaksiatan
3.    Tidak mengulangi lagi perbuatan maksiat
4.    Menyelesaikan semua urusan bila terkait dengan orang
9.
Setiap muslim meningkatkan kualitas shalat sebagai sebuah langkah keinsyafan
Konteks: Muslim Indonesia berjumlah 200 juta lebih. Berapa yang menjalankan shalat? Berapa persen yang menjalankan shalat dengan semangat keinsyafan?
Sebagai sebuah langkah keinsyafan, shalat merupakan sumber bekal spiritual dan sarana pembinaan diri.
Agar shalat betul-betul membuat insyaf dengan sepenuhnya, maka perlu:
1.    Menghadirkan hati dalam shalat.
2.    Rindu akan shalat, sehingga menunggu waktunya tiba.
3.    Rindu shalat berjamaah di masjid.
4.    Melaksanakan rukun shalat dengan sempurna.
10.
Setiap muslim meningkatkan kedekatan kepada Allah dengan selalu ingat kepada Allah, diantaranya selalu bergantung kepada Allah
Konteks: Siapa atau apa yang kita ingat ketika mendapat musibah dan siapa atau apa yang kita kita saat mendapat karunia? Lebih banyak membaca status facebook atau membaca status Allah di dalam al-Quran?
Seseorang yang insyaf adalah orang yang ingat Allah dimana saja dan kapan saja.
1.    Mengingat Allah dalam keadaan berdiri.
2.    Mengingat Allah dalam keadaan duduk.
3.    Mengingat Allah dalam keadaan berbaring.
4.    Mengingat Allah dalam ramai.
5.    Mengingat Allah dalam kesendirian.
6.    Mengingat Allah dalam keadaan senang.
7.    Mengingat Allah dalam keadaan bersedih
Seseorang yang ingat Allah, Allah akan mengingatnya. Dia akan selalu berada dalam keinsyafan yang terus menerus.
10 hari Kedua Ramadhan
11.
Setiap muslim meningkatkan semangat bersedekah sebagai sebuah keinsyafan atas harta yang diberi
Konteks: Jumlah muslim Indonesia 200 jutaan. Kalau dalam sebulan mereka bersedekah dan berinfak 1000 rupiah, maka akan terkumpul 200 milyar rupiah. Dalam setahun 2, sekian triliyun. Ini potensi yang luar biasa. Untuk itu semangat bersedekah ini harus digalakkan.
1.    Sedekah dapat menolak bala.
2.    Sedekah untuk menanamkan sikap tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah.
3.    Sedekah mengikis sifat kikir.
4.     
12.
Setiap muslim tergerak untuk melakukan amar ma’ruf nahyi mungkar yang sederhana melalui media sosial untuk memperkokoh keinsyafan
Konteks: Media informasi dan komunikasi yang banyak digunakan adalah handphone, smartphone, mengingat praktis dan mudah menggunakannya. Untuk kalangan muda Indonesia hampir semuanya memilikinya. Sosial media telah menjadi perantara untuk mengekspresikan wawasan, sikap, dan perasaan seseorang. Berarti sosial media dapat digunakan untuk beramar ma’ruf dan nahyi mungkar.
1.    Beramar ma’ruf dapat dilakukan dengan berbagai cara, tidak sekedar menggunakan mimbar ceramah.
2.    Orientasikan semua yang kita miliki untuk kebaikan, tidak terkecuali smartphone.
3.    Memilih pesan yang baik dari berbagai sumber yang baik, diantara ciri pesan yang baik adalah:
a.    Sederhana
b.    Menginspirasi
c.     Menjaga persatuan
13.
Setiap muslim menghidupkan rasa malu untuk mencegah dan tidak mengulangi perbuatan buruk
Konteks :  Rasa malu, adalahmenahandiridarimelakukansesuatu yang tidakdisukai. Pemalu, biasanyaselalumenjagadiridarikeburukan, danberusahamelakukankebaikan. “Rasa malu, selalumendatangkankebaikan,” demikiansabdaRasulullah SAW riwayat Bukhari dan Muslim.  Salah satu fitnah terbesar di zaman iniadalahgelombanghilangdanmenipisnya rasa malu. Sesuatu yang asalnyaadalahaib, tidakdisukai, dandibenci, kinitampilmenjadisesuatu yang biasakarenahilangnya rasa malu.
Uraian :
1.    Menghidupkan rasa malukepada Allah SWT
2.    Menghidupkan rasa malukepadadirisendiri
3.    Menghidupkan rasa malukepada orang lain
4.    Menghidupkan rasa malu di masyarakat.
5.    Ikutandilmenyadarkanmasyarakatuntukmenyadari rasa maludarimelakukankeburukan.
14.
Setiap muslim berkontribusi dalam kebaikan dengan apa yang dimiliki dan sesuai kemampuan.
Konteks : Allah SWT memberikanmanusiasifatfujurdantaqwa. Keduapotensiiniselaluadadalamdirisetiapmanusia. Hendaknyakitaselalumemperbesaraspekketaqwaanuntukbisamemperkecilfujur. Dengan kata lain, kitaberusahamemperluasgelombangkebaikan, yang otomatismempersempitkeburukan. Usaha sepertiini, bisadilakukandalambentukapapun yang bisadilakukan. Ingat, salahsatubentukkeimananadalah “menyingkirkanduridarijalan.”  Saatini, orang baikbanyak, tapi yang maupedulidanberkontribusidengankebaikannya, sedikit.
Uraian  :
1.    Menerimafaktakehidupanadabaikdanburuk.
2.    Berpikiranpositif, adabanyakpotensikebaikandantidakmudahmemvoniskeadaanburuk.
3.    Berusahamelihatsisikebaikan di antarabanyakkeburukan. 
4.    Menyadarikebaikandiri, sekecilapapun, yang bisadiberikankepadamasyarakat.
5.    Janganmelihatkebaikanmeskikecil, sebabbisamenjadipangkalbanyakkebaikan.
15.
Setiap muslim menyadari arti penting pendidikan remaja untuk mengantarkan menuju dewasa dan bertanggung jawab.
Konteks: Kalau kita mau menghitung berapa perbandingan antara remaja dan orang tua yang meramaikan masjid. Hasilnya komposisi orang tua akan lebih banyak dari remaja. Remaja berhasil digiring untuk keluar dari masjid. Mereka memenuhi trotoar, warung, taman, dan tempat tongkrongan lainnya. Orang di luar sana lebih gencar dalam memanjakan remaja. Kenapa mereka melakukan itu? Karena remaja masa yang rawan, masa pencarian jati diri. Kalau ingin menghancurkan sebuah kaum, bangsa, maka rusaklah remajanya.
1.    Remaja harus sadar akan perangkap orang yang tidak suka remaja Indonesia sukses membawa negara dan bangsanya berwibawa. Perangkap yang digunakan adalah: fun, fashion, food, dan seterusnya.
2.    Remaja Indonesia harus terlibat dalam kegiatan positif, dan membiarkan waktu berjalan dengan tanpa kegiatan.
3.    Remaja Indonesia harus secara terus menerus melakukan pembinaan diri, khususnya menempa diri untuk menjadi muslim seutuhnya.
4.    Remaja Indonesia harus menemukan model ideal manusia yang mampu hidup sukses di dunia dan di akherat.
16.
Setiap muslim menyadari peranan keluarga sebagai bagian terpenting dari setiap muslim untuk membentuk setiap muslim yang baik
Konteks :Keluargaadalahminiaturmasyarakat. Keluargajuga madrasah pertamabagisetiapanak. Perandanfungsikeluargasangatmenentukankondisimasyarakat. Baikburuknyamasyarakat, tergantungbaikburuknyakondisikeluarga.  Semakintidakpedulikeluargaterhadapmasyarakatnya, semakinmasyarakattersebut liar danmenjadiburuk.

Uraian:
1.    Lebihmemperhatikandanpedulidengananggotakeluargamasing-masing
2.    Menghidupkanbanyakkebaikanantaranggotakeluarga.
3.    Mendoronganggotakeluargauntukberperanpositif di masyarakat
4.    Menghidupkankembalihubungansosialdankebersamaan yang baikdenganmasyarakat.
5.    Menyadaribahwakondisimasyarakat, tergantungpadakondisikeluarga.
17.
Setiap muslim menghidupkan iklim belajar dengan memanfaatkan sumber daya yang ada disekitarnya
Konteks: Belajar sering disamakan dengan sekolah. Sehingga kalau sudah tidak sekolah maka tidak ada lagi belajar. Dan belajar hanya di sekolah. Persepsi seperti ini tidak baik untuk bertahan di pikiran kita, sudah saatnya diubah, supaya belajar itu menjadi bagian dari kehidupan kita.
1.    Menjadikan membaca kebutuhan hidup, bukan sebagai hobi.
2.    Orang yang memiliki ilmu dan pengamalan bertanggung jawab untuk menciptakan iklim belajar di lingkunganya.
3.    Memanfaatkan tempat-tempat umum untuk belajar.
18.
Setiap muslim menyadari arti penting lingkungan hidup yang kondusif untuk mendukung kehidupan yang sehat
Konteks :Alamataulingkunganhidup, adalahkaruniasekaligusamanah Allah padamanusiadankehidupan. Kerusakanlingkunganhidup, akanmembawabencanabagimasyarakat.  Pencemaran air minum, perusakantanaman, pencemaranudara, dan lain sebagainya, merupakanakibatkitatidakmenyadariartipentinglingkunganhidup. Contoh yang paling mudahadalahkebiasaanmerokok yang merusakdirisendiri, mencemarkanudara orang yang tidakmerokokdengandampak yang bahaya. Contohlainnya, membuangsampahsembarangan.
                         
Uraian :
1.    Menyadaribahwalingkunganhidupiniadalahkaruniasekaligusamanah.
2.    Memeliharatumbuhandanmembiasakankebersihanlingkungan.
3.    Mengajakmasyarakatuntukpedulilingkungan
4.    Mencegahpencemaranlingkunganhidup di masyarakat.
5.    Aktifdankritisterhadapfenomenapencemaranlingkunganhidup.
19.
Setiap muslim menjalankan tata kehidupan bertetangga yang baik untuk terciptanya Setiap muslim yang harmonis
Konteks: Abdullah bin Mubarak rahimahulLah bertetangga dengan orang Yahudi. Orang Yahudi ini mau menjual rumahnya. Ada orang yang bertanya harganya, “berapa kamu jual?” Orang Yahudi itu menjawab, “dua ribu.” Orang yang bertanya tadi berkomentar, “rumah mu ini mestinya seribu.” Orang Yahudi menjawab, “kamu benar, seribu untuk rumah, seribu lagi untuk menjadi tetangga Ibnu Mubarak (al-Makarim wal-Mafakhir, hal. 23)
Memiliki tetangga yang baik itu kenikmatan, pesan Nabi: al-Jaar qabla d-Dar. Karena bertetangga merupakan masifestasi iman
Cara memuliakan tetangga:
1.    Saling memberikan bantuan
2.    Saling memberikan keamanan
3.    Saling memberikan kenyamanan, tetangga terbebas dari gangguan lisan lainnya
20.
Setiap muslim memiliki rasa kemandirian dan semangat berkreasi untuk berusaha
Konteks :Kemandirianadalahperilakumampuberinisiatif, mampumengatasihambatanataumasalah, mempunyai rasa percayadiridandapatmelakukansesuatutanpabantuan orang lain. Dalamkonteksindividu, kitaharusberanimengambilresikountukmelatihkemandirian yang hasilnyaadalakemajuan. Dalamkonteksberbangsa, kitaharusmenjadibangsa yang mandiritidakmengandalkanbantuanbangsa lain yang pastidiperlukan. Contoh: tidakpercayadiriuntukbangkitdariketerpurukan, imporbahanpokokdariluarnegeridll.

Uraian:
1.    Lebihmenumbuhkanketergantunganpada Allah, sebagaisyarat mental mandiri
2.    Menyadariketergantunganpadapihaklain, berartikitaakandidominasiolehpihak lain tersebut.
3.    Lebihberanimengambilresiko yang sudahdiperhitungkan, dalambertindak.
4.    Terusmelatihdiriuntukmandiri. Jikatidak, kehidupanakansulitkarenaselalubergantungpada orang lain.
5.    Menyadaripotensidalamdiridanmasyarakat, sertamemperkecilbantuanpihak lain.
10 hari Terakhir Ramadhan
21.
Setiap muslim memakmurkan masjid dan menjadikan sebagai pusat kegiatan masyarakat
Konteks: Banyak masjid tersebar di pelosok negeri merupakan potensi yang baik sebagai pusat kebaikan.
Masjid merupakan awal pembangunan peradaban.
Masjid merupakan pusat kebaikan:
1.    Penataan hubungan sosial
2.    Peningkatan kemampuan keilmuan masyarakat
3.    Peningkatan pelayanan dan kegiatan sosial
4.    Peningkatan ibadah masyarakat
22.
Setiap muslim menyadari arti penting persatuan dan melakukan hal-hal yang mendorong terbentuknya persatuan
Konteks :Banyakupayapihak yang tidakmenyukaiumat Islam, agar merekaberpecahdantidakbersatu. Perbedaankecil yang kemudiandibesarkan, lalumenjadipicuketerpecahan. Masalahperbedaanpolitikjugaturutmemberiandildalammeminimkanpersatuan di masyarakat. Perbedaanmazhabfiqih (bukanaqidah) jugabanyak yang disikapisecaraemosionalsehinggamenghilangkanpersatuan.

Uraian :
1.    Selalumengembalikanikatanpersatuanitukepadatali Allah, bukanpadaorientasi lain.
2.    Lebihsensitifmembacaupaya yang inginmemecahbelahummat.
3.    Bijakdalammenyikapiperbedaan.
4.    Menyaringinformasitanpa data jelas  yangbisamerusakpersatuan. Contoh: Haditsulifki.
5.    Lebihmencarititiktemu, dibandingtitikperbedaan.
23.
Setiap muslim bangga dengan sejarah keislaman Indonsesia
Konteks: Penduduk Indonesia sebagian besar beragama Islam, walaupun dijajah ratusan tahun lamanya. Padahal dalam penjajahan itu tersimpan agenda pemurtadan (Gospel).
1.    Ada Islam di bahasa
2.    Ada Islam dalam perjuangan kemerdekaan RI
3.    Ada peninggalan Islam dalam sejarah Indonesia
24.
Setiap muslim memiliki kesadaran berzakat bahwa zakat dapat meningkatkan produktivitas kerja
Konteks: Zakat—kecuali zakat fitrah—diperuntukkan bagi muslim yang memiliki harta. Untuk bisa melakukan zakat mal, seorang muslim harus memiliki harta tidak terpakai selama satu tahun setara dengan 90 gram emas, kurang lebih sebanyak. Tad Lili
25.
Setiap muslim memiliki kecenderungan positif dalam hiburan, olah raga, kreasi dan kegiatan.
Konteks: Muslim laksana lebah, menghisap yang terbaik dari bunga yaitu sarinya, dan mengeluarkan sesuatu yang terbaik, madu, serta apabila hinggap di dahan tidak sampai membuat patah rantingnya. Jadi, muslim sebisa mungkin mengkonsumsi yang terbaik, mulai dari hiburan, olah raga, kreasi dan kegiatan.
1.    Hiburan yang berpengaruh positif terhadap kesehatan jiwa.
2.    Berolahraga yang menyeimbangkan antara sehat jasad dan ruhani.
3.    Berkreasi yang menjaga nilai-nilai luhur agama dan bangsa.
4.    Kegiatan hobi yang tidak hanya menyalurkan kesenangan dan bakat, tetapi hobi yang membawa kebaikan.
26.
Setiap muslim yang merasakan bagian dari kehidupan dunia Islam
Konteks: Bangsa-bangsa dunia dahulu peduli kepada Indonesia dan Indonesia peduli kepada bangsa-bangsa lain seperti terselenggaranya Konferensi Asia Afrika. Sebelum itu, Indonesia diakui sebagai sebuah negara, setelah merdeka, ada wilayahnya, ada rakyatnya, dan ada pemimpinnya, dan terakhir diakui oleh negara asing. Dan negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia adalah Mesir. Jadi, Mesir telah membantu Indonesia untuk lahirnya sebuah negara. Sehingga dalam pembukaan UUD’45 diabadikan peran Indonesia itu, “kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka, penjajahan di atas dunia harus dihapuskan...”
Sikap Indonesia adalah
1.    Merasakan bagian dari masyarakat dunia. Indonesia bagian dari tubuh masyarakat dunia.
2.    Turut serta peduli terhadap penindasan, kezhaliman, “penjajahan”, yang terjadi di dunia dengan berupaya dari mulai doa sampai bantuan untuk terbebasnya dunia dari penindasan, kezhaliman, penjajahan.
27.
Setiap muslim membiasakan kehidupan yang bersih di berbagai tempat dan keadaan.
Konteks: Masyarakat muslim adalah masyarakat yang bersih. Namun tengok ke negara-negara yang mayoritas muslim, masih terlalu jauh antara model masyarakat Islam yang seharusnya dengan kenyataannya, sampai merambah juga ke tempat ibadah, khususnya kamar mandi dan toiletnya.
Untuk itu, Setiap muslim berupaya hidup bersih:
1.  Kebersihan berkaitan dengan iman
2.  Kebersihan menjadi syarat sah ibadah
3.  Kebersihan berkaitan dengan kesehatan
28.
Setiap muslim menerapkan adab bergaul yang positif dalam kehidupannya
Konteks: Rasulullah saw, dikenal luas sebagai pribadi yang menyenangkan, jujur, amanah, dan sifat baik lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah adalah pribadi yang bergaul dan pandai bergaul.
Pribadi muslim adalah pribadi yang bergaul, bersosialisasi, bukan seseorang yang menyendiri, terisolasi. Untuk bisa bergaul dengan baik maka,
1.  Membiasakan berfikir dan bertutur kata positif
2.  Sapa senyum salam
3.  Kebiasaan santun di jalan dalam berkendaraan.
29.
Setiap muslim menghormati yang tua dan menyayangi yang muda
Konteks: Masyarakat Islam adalah masyarakat yang beradab. Catatannya ada dalam sejarah. Abad pertengahan adalah abad kegelapan bagi Eropa, tetapi tidak untuk masyarakat Islam. Pada masa itu peradaban Islam besar pengaruhnya kepada peradaban dunia, sampai ke mode berpakaian.
Diantara peradaban yang dijunjung tinggi adalah:
1.  Menghormati yang tua
2.  Menyayangi yang muda
30.
Setiap muslim memiliki semangat untuk husnul khatimah dalam kehidupannya
Konteks: Ada orang yang dulu bersama dengan kita dalam ketaatan, sekarang tidak terdengar lagi kabar beritanya. Sementara ada juga yang dulu terdengar sebagai orang yang kerap mengerjakan keburukan, sekarang bersama dengan kita dalam kebaikan, bahkan lebih baik dari kita.
Orang itu nasibnya ditentukan oleh upaya akhirnya, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.
Untuk itu, kita berharap hidup berujung dalam kebaikan (husnul khatimah), yang bisa kita lakukan adalah:
1.    Berteman terus dengan orang shalih
2.    Berdoa untuk tetap istiqamah dan hidup berujung dalam kebaikan