Jumat, 30 Agustus 2024

RAHASIA ITU BERAT

 






Kota Yatsrib, kemudian menjadi kota Madinah, adalah wilayah yang menjadi tujuan nabi Saw saat hijrah dari kota Mekah. Letak kota ini 435 km disebelah Utara kota Mekah. 


Tetapi saat nabi berangkat hijrah beliau memulai perjalanan nya dengan menuju ke arah Selatan dan berhenti di gua Tsur yang jaraknya hanya sekitar 7 km dari Ka'bah. 


Mengapa Rasulullah Saw pergi ke arah Selatan dan tidak langsung bergegas kearah Utara.


Tentu ini adalah strategi agar perjalanan hijrah dapat berjalan lancar. 


Juga berdiamnya Nabi selama 3 hari di gua Tsur, yang masih masuk wilayah kota Mekah, juga adalah bagian dari strategi. 


Karena ada ungkapan bahwa persembunyian yang paling aman adalah ditempat yang paling berbahaya.


Dalam Sirah Nabawiyah kita mengetahui bahwa hijrah nabi penuh strategi dan taktik. 


Mengingat nabi merupakan target yang sudah disepakat para penguasa Mekah, untuk dibunuh. 


Maka saat diketahui bahwa nabi lolos dari pengepungan dan upaya  pembunuhan, diadakanlah sayembara bagi siapa yang bisa menangkap nabi akan diberi hadiah 100 ekor unta, sekarung koin emas serta 4 orang budak perempuan Romawi berkulit putih.


Persembunyian atau perlindungan yang paling aman adalah tempat yang paling berbahaya ada dikisahkan dalam Alquran yang terkait dengan nabi Musa seperti dalam surat al Qashash:


"Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; ‘Susuilah dia. Dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.” (Qs Al-Qashash [28]: 7)


Kemudian ayat 8 dan 9 nya bayi Musa kemudian dipungut oleh istana dan diangkat menjadi salah satu anak kesayangan istana.


Padahal sebelumnya istana baru mengeluarkan dekrit untuk membunuh semua bayi laki-laki Bani Israil yang lahir pada tahun itu.


Saat Rasulullah saat akan menaklukkan kota Mekah (futuh Mekah), Rasulullah Saw mempersiapkan nya secara rahasia dan berdoa:


"Ya Allah buatlah Quraisy tidak melihat dan tidak mendengar kabar hingga aku tiba disana (Mekah) secara tiba-tiba."


Namun begitu, kerahasiaan yang dijaga dan dipesankan Rasulullah kepada para sahabat nyaris bocor. Yakni ketika seorang sahabat yang bernama Hathib bin Abi Balta'ah menulis surat untuk keluarganya di Mekah dengan maksud untuk melindungi, karena nabi dan pasukan yang besar sedang menuju Mekah. 


Tetapi kemudian langit memberi tahu nabi saw tentang hal tersebut, sehingga kebocoran strategi bisa dicegah.


Dalam dunia politik, bisnis, pergerakan dakwah dan bahkan dalam dunia olahraga strategi dan taktik adalah sesuatu yang harus ada dan sangat dirahasiakan. 


Strategi yang dipublikasikan atau dibocorkan bukanlah strategi. Kecuali strategi palsu sebagai pengecoh.


Karenanya strategi, termasuk data dan informasi informasi penting tentang pihaknya maupun pihak lawan adalah sesuatu yang dirahasiakan. 


Biasanya hanya para pimpinan pengambil kebijakan yang mengetahuinya. 


Bahkan komandan lapangan pun hanya mengetahui sebatas ruang lingkupnya, tidak secara keseluruhan. 


Yang lain termasuk para anggota tidak harus tahu. Cukup mengetahui taktik yang terkait mengamankan dan memenangkan strategi tersebut.


Karena terlaku banyak yang tahu, maka akan semakin banyak lobang untuk bocor.


Begitupun dalam dunia pergerakan, termasuk pergerakan dakwah. 


Munir al Ghadban dalam buku Manhaj Haraki, menyinggung pentingnya kaidah jahriyatud dakwah wa siriyatut tandzim sebagai salah satu prinsip dalam pergerakan dakwah. 


Hal ini karena dalam sejarahnya, dahwah tidak pernah sepi dari tantangan dan hambatan. 


Dalam ungkapan ulama adalah pewaris nabi, sesungguhnya maknanya bukan hanya mewarisi risalah dan kemuliaannya tetapi juga mewarisi musuhnya nabi.


Karenanya amniyah dalam dakwah tidak hanya berlaku dimasa lalu tetapi juga di setiap masa.


Amniyyah adalah memberikan jaminan keselamatan terhadap gerakan Islam dari segala hal yang membahayakan, baik yang timbul dari individu, kelompok atau dari pemerintahan yang dzolim. 


Mengetahui banyak hal yang katanya informasi A1, bukan kebanggaan apalagi kemuliaan. Tetapi beban yang harus terus dijaga kerahasiaannya, meski kukunya dilolosi sekalipun.


Namun satu hal yang paling penting dan  krusial seksli adalah jangan sampai strategi yang dirancang justru menciptakan skandal. 


Skandal selamanya buruk dan mendatangkan sikap dusta, tidak jujur, pengkhinatan dan menstigma hal yang sudah baik menjadi bumerang yang terbang untuk memukul balik pemegangnya. 


Strategi tidak bisa dijadikan dasar dan acuan melakukan silent operation dan skandal, apalagi atas nama dakwah, keluarga dan harta banda. 


Karena itulah mengapa jalur langit turun tangan  memberitahukan Nabi saw soal seorang Habib bin Abi Balta'ah itu. 


Rupanya Allah menghendaki agar dakwahNya bersih dari aroma skandal dan pengkhinatan dalam menyongsong kemenangan yang sudah di depan mata.  Wallahua'lam bi shawab. [] 

Daftar Calon Kepala Daerah yang bertarung pada PILKADA 2024

 

Dr. Zulkiefli Mansyah memberikan orasi politik pada saat deklarasi Pasangan ZUL-UHEL


Kita doakan usungan PKS yang juga Anggota PKS maju baik sebagai Cagub maupun Cawagub mendapatkan kemenangan gilang gemilang dari Allah SWT. Aamiin YRA 🤲 


Ada 7 Anggota PKS yang insyaAllah akan bertanding pada Pemilukada Serentak tahun ini yaitu :

1. Ustadz Ahmad Syaikhu sebagai Cagub Jawa Barat

2. Ustadz Suswono sebagai Cawagub DKJ

3. Buya Mahyeldi Ansharullah sebagai Cagub Sumbar

4. Bang Zulkiflimansyah sebagai Cagub NTB

5. Ustadz Muhammad Kasuba sebagai Cagub Maluku Utara

6. Bapak Dimiyati Natakusumah sebagai Cawagub Banten

7. Bapak Mawardi sebagai Cawagub Riau


Semoga seluruhnya diberikan kemudahan, kelancaran, pertolongan dan kemenangan dari Allah SWT kepada seluruh Anggota PKS yang maju dan insyaAllah dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur. Aamiin YRA🤲




Daftar lengkap calon gubernur-wakil gubernur Pilkada 2024 seluruh Provinsi di Indonesia


 Aceh

1. Muzakir Manaf-Fadhlullah

2. ⁠Bustami Hamzah-Muhammad Yusuf A Wahab


Sumatera Utara

1. Bobby Nasution-Surya

2. ⁠Edy Rahmayadi-Hasan Basri Sagala


Sumatera Selatan

1. Herman Deru-Cik Ujang

2. ⁠Mawardi Yahya-Anita Noeringhati

3. ⁠Edy Santana Putra-Riezky Aprilia


Sumatera Barat

1. Mahyeldi-Vasko Ruseimy

2. ⁠Epyardi Asda-Ekos Albar


Bengkulu

1. Rohidin Mersya-Meriani

2. ⁠Helmi Hasan-Mian


Riau

1. Muhammad Nasir-Muhammad Wardan

2. ⁠Syamsuar-Mawardi M. Saleh

3. ⁠Abdul Wahid-S.F Hariyanto


Kepulauan Riau

1. Ansar Ahmad-Nyanyang Haris Pratamura

2. ⁠Muhammad Rudi-Aunur Rafiq


Jambi

1. Al Haris-Abdullah Sani

2. ⁠Romi Hariyanto-Sudirman


Lampung

1. Arinal Djunaidi-Sutono

2. ⁠Rahmat Mirzani Djausal-Jihan Nurlela


Bangka Belitung

1. Erzaldi Rosman Djohan-Yuri Kemal Fadlullah

2. ⁠Hidayat Arsani-Hellyana


Banten

1. Andra Soni-Achmad Dimyati Natakusumah

2. ⁠Airin Rachmi Diany-Ade Sumardi


DKI Jakarta

1. Ridwan Kamil-Suswono

2. ⁠Pramono Anung-Rano Karno

3. ⁠Dharma Pongrekun-Kun Wardana


Jawa Barat

1. Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan

2. ⁠Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie

3. ⁠Acep Adang Ruhiat-Gitalis Dwi Natarina

4. ⁠Jeje Wiradinata-Ronal Surapraja


Jawa Tengah

1. Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen

2. ⁠Andika Perkasa-Hendrar Prihadi


Jawa Timur

1. Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak

2. ⁠Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta

3. ⁠Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim


Bali

1. I Wayan Koster-I Nyoman Giri Prasta

2. ⁠Made Mulyawan Arya-Putu Agus Suradnyana


Nusa Tenggara Timur

1. Yohanis Fransiskus Lema-Jane Natalia Suryanto

2. ⁠Emanuel Melkiades Laka Lena-Johanis Asadoma


Nusa Tenggara Barat

1. Zulkieflimansyah-Suhaili Fadhil Thohir

2. ⁠Sitti Rohmi Djalillah-W. Musyafirin

3. ⁠Lalu Muhammad Iqbal-Indah Dhamayanti Putri


Kalimantan Barat

1. Sutarmidji-Didi Haryono

2. ⁠Ria Norsan-Krisantus

3. ⁠Muda Mahendrawan-Jakius Sinyor


Kalimantan Timur

1. Isran Noor-Hadi Mulyadi

2. ⁠Rudy Mas'ud-Seno Aji


Kalimantan Selatan

1. Raudhatul Jannah-Akhmad Rozanie Himawan Nugraha

2. ⁠Muhidin-Hasnuryadi Sulaiman


Kalimantan Tengah

1. Agustiar Sabran-Edy Pratowo

2. ⁠Nadalsyah-Supian Hadi

3. ⁠Abdul Razak-Sri Suwanto


Kalimantan Utara

1.Zainal Arifin Paliwang-Ingkong Ala

Andi Sulaiman-Adri Patton

2. Yansen Tipa Pandan-Suratno


Gorontalo

1. Gusnar Ismail-Idah Syahidah Rusli Habibie

2. ⁠Tony Uloli-Rustam HS Akili

3. ⁠Nelson Pomalingo-Mohammad Kris Wartabone

4. ⁠Hamzah Isa-Abdurrahman Abubakar Hamid


Sulawesi Barat

1. Suhardi Duka-Salim S Mengga

2. ⁠Andi Ibrahim Masdar-Hasannudin Sokong

3. ⁠Ali Baal Masdar-Arwan Aras

4. ⁠Husyain Syam-Enny Anggraini Anwar


Sulawesi Tengah

1. Ahmad Ali-Abdul Karim Al-Jufri

2. ⁠Anwar Hafid-Reny Lamadjido

3. ⁠Rudy Mastura-Sulaiman A. Hambuako


Sulawesi Utara

1. Steven Kandouw-Alfred Denny Djoike Tuejeh

2. ⁠Yulius Selvanus-Victor Mailangkay

3. ⁠Elly Engelbert Lasut-Hanny Joost Pajouw


Sulawesi Tenggara

1. Andi Sumangerukka-Hagua

2. ⁠Lukman Abunawas-Laode Ida

3. ⁠Tina Nur Alam-LM Ihsan Taufik Riswan

4. ⁠Ruksamin-Sjafei Kahar


Sulawesi Selatan

1. Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi

2. ⁠Danny Pomanto-Azhar Arsyad


Maluku Utara

1. Muhammad Kasuba-Basri Salama

2. ⁠Aliong Mus-Sahril Thahir

3. ⁠Benny Laos-Sarbin Sehe


Maluku

1. Murad Ismail-Michael Wattimena

2. ⁠Jeffry Apoly Rahawarin-Abdul Mukti Keliobas

3. ⁠Hendrik Lewerissa-Abdullah Vanath


Papua Barat

1. Dominggus Mandacan-Mohammad Lakotani


Papua

1. Mathius Derek Fakhiri-Aryoko Alberto Ferdinand Rumaropen

2. ⁠Benhur Tomi Mano-Yermias Biasai


Papua Tengah

1. Meki Nawipa-Denas Geley

2. ⁠Wempi Wetipo-Ausilius Youw

3. ⁠Natalis Tabuni-Titus Natkime

4. ⁠Willem Wandik-Aloysius Giyai


Papua Pegunungan

1. John Tabo-Ones Pahabol

2. ⁠Befa Yigibalom-Natan Pahabol


Papua Selatan

1. Apalo Safanpo-Paskalis Imadawa

2. ⁠Darius Gebze-Petrus Safan

3. ⁠Romanus Mbaraka-Albertus Muyak

4. ⁠Nikolaus Kondomo-Baidin Kurita


Papua Barat Daya

1. Bernard Sagrim-Sirajudin Bauw

2. ⁠Abdul Faris Umlati-Petrus Kasihiw

3. ⁠Elisa Kambu-Ahmad Nausrau





Untuk di NTB 

CALON KEPALA DAERAH 

yang akan bertarung pada PILKADA 2024 :


Daftar Calon Gubernur & Wk Gubernur yang Bertarung di NTB pada PILKADA 2024 





Nomor urut Calon kepala Daerah se NTB yang akan bertarung tahun 2024



KABUPATEN LOMBOK TIMUR

1. H Suryadi Jaya Purnama-Tgh Muhammad Khaerul Patihin ( PKS)

2. H khaeril Warisin-H Edwin ( Grendra, PAN, PPP)

3.H.Rumaksi-Sukisman ( nasdem,demokrat)

4. Muhamad Lutfi-Abdul wahid ( perindo,pkb)

5. Tanwirul Anhar - H Daeng Paelori ( pdi,pbb)




KOTA MATARAM

1. H. Lalu Aria Darma dan H. Weis Arqurnain (PKS, PPP, PAN dan Hanura)

2. H. Mohan Roliskana dan TGH. Mujiburrahman (Golkar, Gerindra, PDIP, Nasdem, Demokrat dan PKB)




 KABUPATEN SUMBAWA BARAT


1. H. Amar Nurmansyah, M.Si. - Hj. Hanifa Musyafirin, S.Pt, M.MInov. (PKS, PDIP, Golkar, PPP + Gelora, Umat)

2. Fud Syaifudin, ST., M.MInov - Dr. Aherudin Sidik, SE. ME. (Nasdem, Gerindra, PBB + Perindo)

3. Ahmad Salim - Muhammad Nasir, ST., MM. (PAN, PKB)

4. Drs. M. Nur Yasin - H. Sumardan, SH. MH. (Independen)



KABUPATEN DOMPU


1. H. KADER JAELANI - H. SYAHRUL PARSAN, ST.MT. ( Nasdem, PKS, PBB, PKB, DEMOKRAT, PAN, HANURA, GOLKAR)

2. BAMBANG FIRDAUS, SE - SYIRAJUDIN, SH (GERINDRA, PPP)




KABUPATEN LOMBOK UTARA


1. Danny Carter Febriawan & Muhammad Zaki Abdillah ( PKS, PDIP dan Nasdem 

2. Najmul Akhyar & Kusmalahadi Syamsuri ( Demokrat,Golkar, Gerindra, PPP dan perindo) 

3. Muhsin dan juanaidi arif ( PKB, PBB dan PAN)




KABUPATEN LOMBOK BARAT

1. Lalu Ahmad Zaini & Hj. Nurul Adha  (PKS, PKB,PAN)

2. Hj. Nurhidayah & Imam Kafali (Demokrat, PPP)

3. M. Naufal Farinduan & Hj. Khaeratun (Gerindra, Nasdem, Perindo)

4. Hj. Sumiatun & Ibnu Salim (Golkar, Gelora, Ummat, 




KABUPATEN LOMBOK TENGAH


Ahmad Puady- legerwan : PKS, PBB, PAN, HANURA dan UMMAT


PATHUL - NURSIAH: GERINDRA, GOLKAR, PKB, NASDEM dan PSI


RUSLAN - NORMAL : PPP,  PDIP, PERINDO, dan GELORA




KOTA BIMA 


1. H. A. Rahman H. Abidin + Feri Sosfyan, SH (Demokrat, PKS, PAN)

2. Ir. H. Mohammad Rum, MT + Hj. Mutmainnah, S.H (Gerindra, Golkar, Nasdem)

3. H. Syafriansyah + Syamsuddin




KABUPATEN BIMA

1. Adi Mahyudi dan dr.Irfan
2. M Putra Feryandi dan Rostiati





KABUPATEN SUMBAWA


1. Dewi Noviani - Talifuddin
2. Abdul Rofiq - Syahril
3. Syarafuddin Jarot - M Anshori
4. M Abdullah - Burhanudin Jafar 










CALON KEPALA DAERAH YANG DI USUNG DAN AKAN DIMENANGKAN PKS DALAM PILKADA 2024 :




























Selasa, 27 Agustus 2024

PENYAKIT FIGURITAS

 




Oleh: aunur rafiq saleh



Firman Allah:


وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ أَفَإِن مَّاتَ أَوْ قُتِلَ انقَلَبْتُمْ عَلَىٰ أَعْقَابِكُمْ ۚ وَمَن يَنقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَن يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا ۗ وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ


“Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul, sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa berbalik ke belakang maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun, Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur”. (Ali Imran: 144)


• Ayat ini diturunkan Allah untuk mengabadikan pelajaran setelah terjadinya perang Uhud. Dalam perang ini Nabi saw diissukan terbunuh hingga membuat sebagian kaum muslimin kehilangan semangat dan meninggalkan medan perang seraya berkata, tidak ada gunanya lagi kita berperang melawan kaum musyrikin karena Nabi saw sudah tiada. 


• Tetapi tidak semua kaum muslimin kehilangan semangat. Masih banyak sahabat yang bertahan dan mengingatkan kesalahan mereka, diantaranya Anas bin Nadhar yang mengingatkan mereka: “Apa yang akan kalian perbuat dengan kehidupan sepeninggal Nabi saw? Bangkitlah lalu matilah memperjuangkan apa yang telah membuat Rasulullah saw mati”. Kemudian ia menghadapi kaum musyrikin dan bertemu Sa'ad bin Muadz lalu berkata: “Wahai Sa'ad, duhai indahnya aroma surga. Sungguh aku mendapatinya di dekat Uhud”. Kemudian ia bertempur hingga syahid”. (Zadul Ma’ad, 3/198, 208).


• Sayid Quthb mencatat salah satu pelajaran dari peristiwa dan ayat ini:


“Dakwah jauh lebih besar dan lebih kekal ketimbang dai. Karena para dai boleh datang dan pergi sedangkan dakwah tetap abadi sepanjang generasi dan abad. Para pengikut dakwah pun tetap bersambung dengan sumbernya yang pertama, yang mengutus para rasul dengan membawa dakwah ini. Dia yang Maha Suci tetap abadi menjadi tujuan orang-orang beriman. Tidak boleh seorang pun diantara mereka yang berbalik sepeninggal dai dan murtad dari hidayah Allah. Allah Maha Hidup tidak pernah mati”. (Tafsir fi Zhilalil Quran, 2/443, Robbani press).


• Dr. Muhammad Ratib an-Nabulsi juga mencatat pelajaran dari peristiwa dan ayat ini di dalam tafsirnya:


“Ayat ini mengajari kita bahwa dakwah harus didasarkan pada ajaran tauhid, bukan pada individu. Jika didasarkan pada individu dengan menjadikannya pusat perhatian lalu individu tersebut mati maka dakwah ilallah akan mati bersama kematiannya. Tetapi jika didasarkan pada ajaran tauhid, sedangkan Allah Maha Hidup tidak pernah mati maka dakwah akan tetap berlangsung. Karena itu, agama kita adalah agama tauhid dan agama prinsip, bukan agama individu. Sungguh indah perkataan Abu Bakar ra ketika Rasulullah saw wafat: “Siapa yang menyembah Muhammad maka sesungguhnya Muhamnad telah meninggal dunia. Dan siapa yang menyembah Allah maka sesungguhnya Allah Maha Hidup tidak pernah mati”. (Tafsir an-Nabulsi, 2/216)


• Figuritas adalah sikap mengaitkan berlanjut-tidaknya perjuangan dakwah Islam dengan keberadaan individu atau figur tertentu, atau mengaitkan semangat-tidaknya perjuangan dakwah Islam dengan keberadaan individu atau figur tertentu. Sikap ini dilarang Allah melalui ayat-Nya di atas, bahkan terhadap figur Nabi saw yang ma’shum sekalipun, apalagi terhadap figur selain Nabi yang tidak ma’shum. Karena semangat dakwah harus dibangun di atas nilai-nilai dakwah, bukan di atas keberadaan individu  atau figur tertentu. Karena individu atau figur pasti berakhir keberadaannya sedangkan dakwah tidak boleh berhenti sampai kapan pun.


• Figuritas adalah menempatkan figur di atas hukum, prinsip dan nilai. Apa pun yang dilakukan figur tidak pernah salah, sekalipun menabrak hukum, prinsip dan nilai-nilai. Sekalipun menghalalkan semua cara dalam mencapai keinginan dan tujuan.


• Di dalam dakwah Nabi Isa as masalah figuritas juga diingatkan melalui  pertanyaan Nabi Isa as kepada para pengikut setianya (hawariyun) dan jawaban mereka. Firman Allah:


فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَىٰ مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنصَارِي إِلَى اللَّهِ ۖ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنصَارُ اللَّهِ آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ


“Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israil) berkatalah dia: “Siapakah yang akan menjadi penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para hawari (sahabat-sahabat setia) menjawab: “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri”. (Ali Imran: 52)


• Seharusnya jawaban yang normal dari pertanyaan, “siapakah yang menjadi penolongku?”, adalah: “Kamilah penolong-penolongmu”. Tetapi hal ini tidak dikatakan oleh para pengikut setia Nabi Isa as, untuk menyampaikan pelajaran: Sekalipun mereka menjadi pengikut setia Nabi Isa as tetapi mereka tidak terjebak dalam figuritas dalam dakwah. 


•  “Hawariyun” menurut ulama tafsir adalah para pengikut setia yang paling ikhlas dan militan. Sekalipun demikian mereka  tidak terjebak dalam figuritas dan wala’ sakhshi, karena disamping punya militansi yang kuat mereka juga punya pemahaman yang benar dan mendalam tentang dakwah dan perjuangan.


• Figuritas ini dilarang Allah karena menyimpan sejumlah kelemahan dan bahaya bagi dakwah dan perjuangan, diantaranya:


a- Runtuhnya semangat perjuangan dakwah bersamaan dengan meninggalnya sang figur, sebagaimana terjadi di perang Uhud. Sekalipun peristiwa yang terjadi di perang Uhud punya tujuan tarbiyah tersendiri, diantaranya menyiapkan mental para sahabat bila nantinya Nabi saw benar-benar wafat, karena pesona kepribadian Nabi saw yang sangat kuat dan tanpa cacat. Bahkan ketika Nabi saw benar-benar wafat, pengaruh figuritas itu masih sedikit terasa, bahkan dialami oleh Umar bin Khaththab ra, pribadi yang sangat kokoh, tetapi karena kwalitas tarbiyah para sahabat yang sangat baik maka fenomena buruk itu tidak berlangsung lama setelah diingatkan dan disadarkan oleh perkataan Abu Bakar ra yang sangat fenomenal tersebut.


b- Nabi saw dijamin ma’shum oleh Allah sehingga tidak memiliki cacat kepribadian sama sekali, tetapi selain Nabi tidak memiliki jaminan itu. Karena itu, bila cacat-cacat kepribadian ini muncul di tengah perjalanan maka akan meruntuhkan semangat dakwah dan perjuangan para pengagum sang figur tersebut, karena biasanya orang-orang yang terlalu mengagumi seseorang itu tidak bisa menerima adanya cacat kepribadian sama sekali. Kecuali mungkin di kalangan masyarakat awam yang bisa dibuatkan “legenda” dan “hal-hal luar biasa” untuk menenangkan mereka. 


• Hal ini terjadi pada tokoh-tokoh besar sekelas syaikh Muhamnad Abuh, Jamaluddin al-Afghani dan lainnya. Sebagian pengagumnya berbalik arah menyerang figur kebanggaannya setelah terhasut tulisan-tulisan yang belum tentu pasti kebenarannya bahwa figur yang mereka tokohkan itu menjadi agen intelijen internasional. Apalagi jika issu-issu itu benar, anda bisa bayangkan apa yang akan terjadi di dalam jiwa para pengagumnya. Musuh-musuh Islam selalu berupaya menghancurkan kekuatan kaum muslimin dengan cara, diantaranya, menyerang para tokohnya.


c- Figuritas akan memunculkan wala’ syakhshi (loyalitas kepada individu) bukan kepada kebenaran, jamaah atau sistem dan nilai, sehingga rawan menimbulkan perpecahan apabila sang figur juga menikmati penokohannya dan mengelolanya untuk membangun kekuatan individu bukan untuk menguatkan jamaah atau sistem. Padahal jika kekuatan dan kehebatan individu itu dibangun di dalam bingkai jamaah atau sistem maka akan melahirkan kekuatan jamaah atau organisasi dan sekaligus menguatkan individu tanpa menghambatnya.


• Tetapi sangat disayangkan, salah satu kelemahan orang-orang cerdas dan hebat itu, sebagaimana bisa kita baca dalam sejarah, seringkali tergoda untuk membangun kekuatan sendiri karena merasa punya modal kekuatan individu, apalagi jika individu tersebut memiliki kehebatan dalam narasi besar sehingga mudah “menyihir” orang-orang yang mudah kagum dengan narasi semata.


• Lebih berbahaya lagi jika orang-orang yang memiliki kehebatan bernarasi itu terkena penyakit nifaq, sebagaimana pernah dikhawatirkan Nabi saw dalam sabdanya:


إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى هَذِهِ الْأُمَّةِ كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيمِ اللِّسَانِ


“Sesungguhnya hal yang paling aku khawatirkan atas umatku adalah setiap munafiq yang sangat pandai lisannya”. (Musnad Ahmad 143)


d- Figuritas membuat para pengikut tidak bisa berfikir sehat sehingga mereka membabi buta dalam membela sang figur. Bahkan para intelektual, jika terjebak dalam penyakit figuritas, bisa kehilangan nalar sehatnya. Right or wrong is my figure.


• Semoga Allah menjaga individu-individu hebat di dalam jamaah dakwah dan perjuangan ini sehingga selalu komit dengan ajaran-ajaran Islam dan amal jama’i sehingga jamaah dakwah ini tetap solid dan bisa mengemban tugas-tugas dakwah yang sangat berat dengan sebaik-baiknya.





Senin, 19 Agustus 2024

KEMERDEKAAN

 






Tahun ini rakyat dan bangsa Indonesia  kembali merayakan hari kemerdekaan  yang ke 79.  


Perlu diingat kembali, bahwa perjuangan rakyat Indonesia untuk meraih kemerdekaan bukanlah hal yang mudah. Para pahlawan Indonesia harus melalui serangkaian perang dan pertumpahan darah untuk dapat meraihnya. 


Sebelum merdeka pun Indonesia harus mengalami penjajahan dari dua bangsa berbeda yaitu Belanda dan Jepang. 


Masa sulit itu yang membuat rakyat Indonesia bersatu untuk mengusir penjajah dan merebut kemerdekaan. 


Setelah  peperangan dan derita yang terjadi di berbagai daerah akhirnya bangsa Indonesia dapat meraih udara segar kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.


Kemerdekaan hakikatnya adalah rahmat Allah kepada bangsa ini. Dalam pembukaan UUD 1945 tegas dinyatakan, 


” Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur supaya kehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan kemerdekaannya”.


Dengan kemerdekaan, bangsa Indonesia telah keluar dari belenggu penjajahan yang menzalimi. 


Sekian lama bangsa ini ditindas, diperbudak dan dijarah sumber-sumber kekayaannya. 


Berapa sudah pengorbanan telah diberikan oleh para leluhur bangsa ini jauh sebelum kemerdekaan. 


Saat-saat mana berbagai pahlawan daerah dari Aceh hingga ke Sulawesi. Dari Cut Nya Dien, Cut Mutia, Sultan Iskandar Muda, Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, Sultan Hasanudin, Pattimura, RA Kartini, Dewi Sartika. 


Kemudian perjuangan secara nasional dengan para pahlawan seperti  Haji Samanhudi, HOS Cokroaminoto, KH Ahmad Dahlan, Hadratusyaikh Hasyim Asy’ari, Ir. Sukarno, Wachid Hasyim, Muh Yamin, Haji Agus Salim, Bung Hatta, Kasman Singodimejo, dan masih banyak lagi yang  lainya. 


Kemerdekaan ini hakikatnya adalah  Allah Ta’ala telah menyelamatkan bangsa ini dari bencana yang sangat dahsyat selama sekian kurun waktu yang lama. Firman Allah Ta’ala: 


قُلِ ٱللَّهُ يُنَجِّيكُم مِّنْهَا وَمِن كُلِّ كَرْبٍ ثُمَّ أَنتُمْ تُشْرِكُونَ


“Katakanlah: "Allah menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kamu kembali mempersekutukan-Nya." (Al-An’aam:  64)

 

Kemerdekaan dari kata merdeka yang berarti bebas dari penghambaan dan eksplotasi sesama manusia akibat dijajah bangsa lain. 


Penjajahan  sering disebut dengan kolonialisme atau pengambilan harta suatu wilayah baik dengan cara paksa atau halus.  


Seperti Romawi,  meluaskan wilayahnya ke berbagai daerah dan negara lain yang kaya karena Romawi harus menghidupi gaya hedonistnya penguasa Roma. Atau negara Eropa di abad pertengahan yang hingga sampai saat ini masih 'menjajah' Afrika dan Asia. 


Di abad 18, Inggris  memiskinkan negara kaya yang memberikan kontribusi 27- 30% ekonomi dunia yang bernama India, disedot kekayaan India dalam 200 tahun dan pada saat merdeka di 1947 hanya tersisa bagi India 3% dari kekayaan dunia. 


Inggris mendapatkan hasil penjarahan terhadap India senilai 45 ribu triliun dollar. 


Begitu pula, Nusantara disedot oleh Belanda yang mana salah satunya membuat Rotterdam menjadi  wilayah perdagangan rempah dunia. 


Lalu ada Amsterdam  sebagai pusat dagang yang bernilai 20 ribu triliun dolar kekayaan Indonesia, jika dihitung sekarang atau senilai 100 kali APBN Indonesia. 


Setelah merdeka kekayaan Indonesia disedot oleh Amerika selama 40 tahun dan China selama 10 tahun terakhir ini. Kira-kira besarnya berapa  ya?


Akibat penjajahan dan kolonialisme ini jelaslah  siapa yang semakin makmur dan kaya, dan siapa yang makin miskin dan terjerembab dalam jurang penderiataan.  

 

Ada tiga dimensi kemerdekaan itu yaitu secara vertikal, horizaontal dan kolektif:


1. Secara vertikal, adalah kemerdekaan  seorang manusia yang terlahir sebagai manusia yang merdeka,  memperoleh kebebasan dalam beribadah kepada Tuhan yang diyakininya dan menjalankan ritual peribadahannya  tanpa merasa takut terintimidasi dan terancam keselamatannya. 


Dua hal inilah yang menjadi  dasar dan pondasi kemerdekaan ini.  


Syariat Islam melarang menghancurkan gereja dan rumah peribadatan agama lain tanpa alasan yang benar kecuali  mereka yang memerangi kaum muslimin dan menjadikan tempat ibadahnya  sebagai markas perang mereka. Allah berfirman: 


ﻭَﻟَﻮْﻟَﺎ ﺩَﻓْﻊُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﺑَﻌْﻀَﻬُﻢْ ﺑِﺒَﻌْﺾٍ ﻟَﻬُﺪِّﻣَﺖْ ﺻَﻮَﺍﻣِﻊُ ﻭَﺑِﻴَﻊٌ ﻭَﺻَﻠَﻮَﺍﺕٌ ﻭَﻣَﺴَﺎﺟِﺪُ ﻳُﺬْﻛَﺮُ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺍﺳْﻢُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻛَﺜِﻴﺮًﺍ


“Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah.” (Al-Hajj :40)


Dikisahkan bahwa Khalifah Umar bin Abdul Aziz ra melarang pasukannya menghancurkan gereja dan tempat peribadatan non-muslim dan menuliskan surat yang isinya yang berisi larangan untuk menghancurkan gereja, biara Yahudi dan rumah peribadatan Majusi. 


Hal ini juga sejalan dengan apa yang dicontohkan Khalifah Umar bin Khattab ra tatkala menguasai masjid Aqsa di Jerusalem, Palestina. Beliau tidak menghancurkan gereja dan sinagog tetapi beliau menjamin kebebasan beragama mereka sebagai bentuk keadilan Islam.


2. Secara horizontal, adalah kemerdekaan yang ditandai dengan adanya penghargaan antar sesama manusia yang memiliki hak dan kewajiban yang sama tanpa melihat perbedaan latar belakang, suku dan agama. 


Penghargaan dan pemuliaan ajaran Islam terhadap harkat dan martabat manusia sama sebagaimana Allah telah memuliakan keturunan anak-anak Adam. 


Dalam konteks ini ada hubungan persaudaraan yang bersifat kemanusiaan secara umum karena hidup dalam  satu bumi atau satu negeri yang sama. 


Manusia tidak bisa melepaskan diri dari ikatan interpersonal antara sesama manusia walaupun berbeda dari segi keyakinan, agama dan budaya. 


Keharusan untuk saling menghormati meskipun berbeda difirmankan  Allah Ta’ala:


يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُم عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ


“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al-Hujuraat: 13)


Dalam sejarahnya, kaum muslimin melakukan perluasan wilayah bukan untuk meng-aneksi satu negeri dan menguras habis isi kekayaannya. Namun untuk misi dakwah dan memperkenalkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. 


Peperangan terjadi karena misi ini dihalangi dan diperangi oleh kekuatan setara militer sebuah negara. 


Ketika kaum muslimin menang mereka memberikan perlindungan kepada penduduk wilayah yang tidak mau masuk Islam dan diberlakukan dengan kemuliaan sebagai manusia. 


Banyak yang  masuk Islam  karena merasakan kebaikan dan kemuliaan akhlak para pejuang Islam. Saat pasukan Islam tidak lagi mampu  memberikan perlindungan kepada mereka  jizyahpun dikembalikan. 


Demikan pula, Islam masuk ke Nusantara ini bukanlah dengan cara kekerasan, peperangan apalagi penjajahan. 


Islam datang dan menyebar ke seluruh wilayah di bumi Indonesia ini dengan jalan damai dan akultursi budaya yang lembut melalui perdagangan, pernikahan, pendidikan, seni budaya dan pengobatan Islam tradisional. 


3. Secara kolektif,  adalah kemerdekaan yang ditandai dengan  adanya keserasian dalam aspek keadilan dan kesejahteraan secara bersama-sama. 


Atau keadaan di mana masyarakat  mencapai kesejahteraan bersama yang memungkinkan setiap individu dalam masyarakat hidup dengan layak dan bahagia. 


Dasar pijakannya adalah keadilan dalam hukum,  pemerataan ekonomi dan kesejahteraan.

 

Kemerdekaan kolektif ini realitasnya masih jauh dari kenyataan. Ibarat jauhnya panggang dari api. 


Kesejahteraan bersama yang sama-sama sejahtera belum ada. Yang ada adalah keadaan dimana segelintir  orang-orang yang sedikit menguasai sumber-sumber kekayaan dan kesejahteraan. Terjadi stratifikasi kekayaan yang amat besar. 


Di Amerika ada 50 orang kaya yang kekayaannya itu bernilai 20 ribu kali kebanyakan masyarakat umumnya. 


Sementara di negeri kita tercinta ini, Indonesia yang telah merdeka selama 79 tahun, stratifikasi kekayaannya adalah  40 orang kaya bernilai 60 ribu kali kebanyakan masyarakat.


Mengapa ini terjadi? Sebab utamanya adalah sistem politik dan kekuasaan dipegang dan dikendalikan oleh segelintir orang yang berorientasi pada mempertahankan dan meningkatkan kekayaan pribadi. Bukan untuk kesejaheraan masyarakat umum. 


Inilah oligarki yang merupakan antitesa terhadap kemerdekaan kolektf.  


Menurut Aristoteles, oligarki adalah kelompok tertentu yang menguasai dan mengendalikan konsentrasi besar sumber daya material yang  digunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan kekayaan pribadi dan posisi sosial ekslusifnya. Bertujuan demi kepentingan diri sendiri dan menjadikan keadilan tidak ada nilainya.  


Dalam sistem ini penentuan kepemilikan terhadap kekuasaan ditentukan oleh seberapa besar intensitas kekayaan. Sehingga mereka yang memiliki itensitas kekayaan rendah tidak memiliki jalur masuk terhadap praktek kekuasaan. 


Di sepanjang sejarahnya, para oligark merasa bahwa kekayaan itu memberikan kekuasaan sekaligus mendatangkan ancaman.


Merasa terancam inilah yang menjadi dasar untuk melakukan berbagai upaya mempertahankan kekayaannya. 


Kelompok oligarki juga menjalankan politiknya yang disebut dengan politik oligarki  dengan membangun  kekuasaan  melalui kewenangan proxy para elit politik yang  dikuasainya. 


Oligarki sangat mahir dalam membangun aliansi  politik  dengan sistem apapun, baik itu otoratirianisme maupun demokrasi. 


Politik oligarki hanya melahirkan kesengsaraan dan penderitaan bagi kebanyakan masyarakat. 


Dalam masalah ekonomi, gap antara yang kaya dan miskin semakin melebar. Monopoli,  kartel dan mafia.  


Tidak ada keadilan dan terjadi diskriminasi dalam  masalah hukum. 


Sistem ini hanya membawa mushibah bagi bangsa dan negara karena berakibat pada  ketidakadilan hukum dan mafia peradilan, tindak kejahatan yang tersembunyi atau terang-terangan, mengandalkan kedudukan, kekuasaan dan jabatan, korupsi, kolusi dan nepotisme, politik dinasti, kerusakan moral dan lingkungan,  dan lain sebagainya. 


Firman Allah Ta’ala:


وَكَانَ فِى ٱلْمَدِينَةِ تِسْعَةُ رَهْطٍ يُفْسِدُونَ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا يُصْلِحُونَ


 “Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan.” (An-Naml: 48)

 

Islam mengajarkan kepada umatnya agar kesejahteraan dan kekayaan itu diputar tidak hanya pada segelintir orang-orang yang kaya saja. Namun juga harus dirasakan oleh orang kebanyakan masyarakat keseluruhannya. 


Allah Ta’ala berfirman: 


مَّآ أَفَآءَ ٱللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ مِنْ أَهْلِ ٱلْقُرَىٰ فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ كَىْ لَا يَكُونَ دُولَةًۢ بَيْنَ ٱلْأَغْنِيَآءِ مِنكُمْ ۚ وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمْ عَنْهُ فَٱنتَهُوا۟ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ


 “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (Al-Hasyr: 7)


Kesenjangan sosial yang terjadi dimana kekayaan dan kesejahteraan dikuasai oleh segelintir orang saja, sementara mayoritas masyarakat hidup dalam penderitaan karena diterpa oleh kemiskinan yang seakan tiada batas,  membuat satu komunitas masyarakat menjadi tidak sehat. 


Akan  muncul kecemburuan dan kebencian sosial, rawan kejahatan, meningkatnya perilaku kriminal, hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin dan aparat penegak hukum. 


Ketika rasa putus asa sudah menjadi perasaan kolektif satu masyarakat, maka akan mudah terjadi anarki dan kerusuhan sosial. 


Kondisi ini tentu saja tidak diinginkan oleh siapapun juga. 


Karena itulah Islam mendorong untuk melakukan distribusi kekayaan dan sumber-sumber kesejahteran dengan keadilan dan pemerataan, hal mana ini sesungguhnya sudah tertuang dalam sila yang kelima dari Pancasila:


 “Keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia.”

 

Ke depannya, kita berharap kondisi bangsa Indonesia menjadi lebih baik lagi  di masa yang akan datang. Dimana keadilan  dan kesejahteraan dapat terealisir secara nyata dan dini'mati oleh segenap rakyat. 


Munculnya pemimpin yang mempunyai perhatian dan empati kepada rakyat dan masyarakatnya. Memimpin dengan penuh kepedulian, kasih sayang dan  perhatian hingga tercipta kebahagiaan bersama. Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur adalah sesuatu yang konkrit bukan khayalan semata. Insya Allah. Wallahul Musta’an []acha



💥🇲🇨🇲🇨🇲🇨Merdeka


Selasa, 13 Agustus 2024

HASAD, SEBAB DAN CARA MENGHADAPI

 




Apa itu hasad? Apa saja sebab-sebab terjadinya hasad (iri hati, dengki)? Lalu 

bagaimana cara menghadapi orang yang hasad?

PENGERTIAN HASAD

Menurut jumhur ulama, hasad adalah berharap hilangnya nikmat Allah pada orang 

lain. Nikmat ini bisa berupa nikmat harta, kedudukan, ilmu, dan lainnya (Syaikh 

Ibnu ‘Utsaimin dalam Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah, hlm. 368).

Diungkapkan oleh Syaikh Musthafa Al-‘Adawi hafizhahullah,

احلَسَدُهُوَتَمَنَِّى زَوَالَالنِِّعْمَةِعَنْصَاحِبِهَا

“Hasad adalah menginginkan hilangnya nikmat yang ada pada orang lain.”

(At-Tashiil li Ta’wil At-Tanziil Juz ‘Amma fii Sual wa Jawab, hlm. 720)

الْحَسَدَهُوَالْبُغْضُوَالْكَرَاهَةُلِمَا يَرَاهُمِنْحُسْنِحَالِالْمَحْسُودِ,Menurut Ibnu Taimiyah adalah

“Hasad adalah membenci dan tidak suka terhadap keadaan baik yang ada pada 

orang yang dihasad.”

(Majmu’ah Al-Fatawa, 10:111).

LARANGAN HASAD

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda,

الَتَحَاسَدُوا، وَالَتَنَاجَشُوا، وَالَتَبَاغَضُوا، وَالَتَدَابَرُوا، وَالَيَبِعْبَعْضُكُمْعَلَى بَيْعِبَعْضٍ، »

دَمُهُوَمَالُهُوَعِرْضُهُالتَِّقْوَى هَاهُنَا -وَيُشِيْرُإِلَى صَدْرِهِثَالَثَمَرَِّاتٍ- بِحَسْبِامْرِىءٍمِنَالشَِّرِِّأَنْيَحْقِرَأَخَاهُوَكُوْنُوا عِبَادَاهللِإِخوَاناً. املُسْلِمُأَخُو املُسْلِمِ، الَيَظْلِمُهُ، وَالَيَخذُلُهُ، وَلَا يَكْذِبُهُ، وَلَايَحْقِرُهُ.

املُسْلِمِحَرَامٌ:

كُلُِّاملُسْلِمِعَلَى

املُسْلِمَ.

“Janganlah kalian saling hasad (mendengki), janganlah saling tanajusy (menyakiti

dalam jual beli), janganlah saling benci, janganlah saling membelakangi (mendiamkan),

dan janganlah menjual di atas jualan saudaranya. Jadilah hamba Allah yang

bersaudara. Seorang muslim adalah saudara untuk muslim lainnya. Karenanya, ia tidak

boleh berbuat zalim, menelantarkan, berdusta, dan menghina yang lain. Takwa itu di

sini–beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kali–. Cukuplah seseorang berdosa jika ia

menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim lainnya itu haram

darahnya, hartanya, dan kehormatannya.’” (HR. Muslim, no. 2564)

SIFAT MANUSIA SAAT HASAD

Hasad itu sifatnya manusiawi. Setiap orang pasti punya rasa tidak suka jika ada orang 

yang setipe dengannya melebihi dirinya dari sisi keutamaan.

Manusia dalam hal hasad ada empat keadaan yaitu:

Pertama: Berusaha menghilangkan nikmat pada orang yang ia hasad. Ia berbuat 

melampaui batas dengan perkataan ataupun perbuatan. Inilah hasad yang tercela.

Kedua: Hasad pada orang lain, namun tidak menjalankan konsekuensi dari hasad 

tersebut, tidak bersikap melampaui batas dengan ucapan dan perbuatannya. Al-Hasan 

Al-Bashri berpandangan bahwa hal ini tidaklah berdosa.

Ketiga: Hasad dan tidak menginginkan nikmat orang lain hilang, bahkan ia berusaha 

agar memperoleh kemuliaan semisal. Berharap bisa sama dengan yang punya nikmat 

tersebut. Hal ini dirinci menjadi dua, yaitu dalam urusan dunia dan urusan agama.

Jika kemuliaan yang dimaksud hanyalah urusan dunia, tidak ada kebaikan di dalamnya. 

يَا لَيْتَلَنَا مِثْلَمَا أُوتِيَقَارُونُ.Contohnya adalah keadaan seseorang yang ingin seperti Qarun

“Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada

Qarun.”

(QS. Al-Qashas: 79)

Jika kemuliaan yang dimaksud adalah urusan agama, inilah yang baik. Inilah yang 

disebut ghibthah.

آناءَاللَِّيلِوآناءَالنَِّهارِال حَسَدَإلَِّا على اثنتَنيِ: رجُلٌآتاهُاهللُمالًا، فهو يُنْفِقُمِنهُآناءَاللَِّيلِوآناءَالنَِّهارِ، ورجُلٌ,Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah SAW bersabda

يَقومُبه

آتاهُاهللُالقُرآنَ، فه

Tidak boleh ada hasad kecuali pada dua perkara: ada seseorang yang

dianugerahi harta lalu ia gunakan untuk berinfak pada malam dan siang, juga

ada orang yang dianugerahi Al-Qur’an, lantas ia berdiri dengan membacanya

malam dan siang.” 

(HR. Bukhari, no. 5025, 7529 dan Muslim, no. 815)

Keempat: Jika dapati diri hasad, ia berusaha untuk menghapusnya, bahkan ia ingin

berbuat baik pada orang yang ia hasad. Ia mendoakan kebaikan untuknya. Ia pun 

menyebarkan kebaikan-kebaikannya. Ia ganti sifat hasad itu dengan rasa cinta. Ia 

katakan bahwa saudaranya itu lebih baik dan lebih mulia.

Bentuk keempat inilah tingkatan paling tinggi dalam iman. Yang memilikinya itulah 

yang memiliki iman yang sempurna, di mana ia mencintai saudaranya sebagaimana ia 

mencintai dirinya sendiri.

(Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:260-263).

TINGKATAN HASAD

1. Berkeinginan nikmat yang ada pada orang lain hilang meski tidak berpindah 

padanya. Orang yang hasad lebih punya keinginan besar nikmat orang lain itu 

hilang, bukan bermaksud nikmat tersebut berpindah padanya.

Seharusnya setiap orang memperhatikan bahwa setiap nikmat sudah pas diberikan 

oleh Allah pada setiap makhluknya sehingga tak perlu iri dan hasad. 

فَضَِّلَاللَِّهُبِهِوَلَا تَتَمَنَِّوْا مَا عَلَى بَعْضَكُمْبَعْضٍلِلرِِّجَالِنَصِيبٌمِمَِّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِِّسَاءِنَصِيبٌ,Allah Ta’ala berfirman

مِمَِّا اكْتَسَبْنَاللَِّهَمِنْفَضْلِهِإِنَِّاللَِّهَكَانَبِكُلِِّشَيْءٍوَاسْأَلُوا عَلِيمًا

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada

sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang

laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para

wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah

kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui segala sesuatu.” 

(QS. An-Nisaa’: 32)

2. Berkeinginan nikmat yang ada pada orang lain hilang, lalu berkeinginan nikmat 

tersebut berpindah padanya. Misalnya, ada wanita cantik yang sudah menjadi istri orang lain, ia punya hasad seandainya suaminya mati atau ia ditalak, lalu ingin 

menikahinya. Atau bisa jadi pula ada yang punya kekuasaan atau pemerintahan 

yang besar, ia sangat berharap seandainya raja atau penguasa tersebut mati saja 

biar kekuasaan tersebut berpindah padanya.

Tingkatan hasad kedua ini sama haramnya, tetapi lebih ringan dari yang pertama.

3. Tidak punya maksud pada nikmat orang lain, tetapi ia ingin orang lain tetap 

dalam keadaannya yang miskin dan bodoh. Hasad seperti ini membuat 

seseorang akan mudah merendahkan dan meremehkan orang lain.

4. Tidak menginginkan nikmat orang lain hilang, tetap ia ingin orang lain tetap 

sama dengannya. Jika keadaan orang lain lebih dari dirinya, barulah ia hasad 

dengan menginginkan nikmat orang lain hilang sehingga tetap sama 

dengannya. Yang tercela adalah keadaan kedua ketika menginginkan nikmat 

saudaranya itu hilang.

5. Menginginkan sama dengan orang lain tanpa menginginkan nikmat orang 

lain hilang. Inilah yang disebut dengan ghib-thah sebagaimana terdapat dalam 

hadits ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah SAW

الَحَسَدَإِالَِّفِى اثْنَتَيْنِرَجُلٌآتَاهُاللَِّهُمَاالًفَسُلِِّطَعَلَى هَلَكَتِهِفِى الْحَقِِّ، وَرَجُلٌآتَاهُاللَِّهُ,bersabda

فَهْوَيَقْضِى بِهَا وَيُعَلِِّمُهَا

الْحِكْمَةَ،

“Tidak boleh hasad (ghibtoh) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah

anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang

yang Allah beri karunia ilmu (Al-Qur’an dan As-Sunnah), ia menunaikan dan

mengajarkannya.”

(HR. Bukhari, no. 73 dan Muslim, no. 816)

وَفِي ذَلِكَفَلْيَتَنَافَسِالْمُتَنَافِسُونَ,Inilah maksud berlomba-lomba dalam kebaikan

“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.”

(QS. Al-Muthaffifin: 26)

Ini adalah ringkasan dari Fiqh Al-Hasad karya Syaikh Musthafa Al-

‘Adawi hafizhahullah.

MENGHADAPI DAMPAK BURUK ORANG YANG HASAD

Pertama: Bertawakal kepada Allah.

وَمَنْيَتَوَكَِّلْعَلَى اللَِّهِفَهُوَحَسْبُهُ,Allah Ta’ala berfirman

“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan

(keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 3)

Kedua: Bertakwa kepada Allah.

يَضُرَُّكُمْك يْدُهُمْشَيْئًاۗ إِنََّالل َّهَبِمَا يَعْمَلُونَمُحِيطٌ,Allah Ta’ala berfirman

وَإِنْتَصْبِرُوا وَتَتََّقُوا ل ا

“Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sediki tpun tidak

mendatangkan kemudaratan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui

segala apa yang mereka kerjakan.”

(QS. Ali ‘Imran: 120)

Ketiga: Meminta perlindungan kepada Allah dari kejahatan orang yang hasad.

Dari hadits Mu’adz bin ‘Abdillah bin Khubaib dari bapaknya, ia berkata, “Kami pernah 

keluar pada malam yang hujan dan sangat gelap. Kami meminta Rasulullah SAW agar 

mau mendoakan kebaikan untuk kami. Kami pun mendapati beliau. Beliau berkata, 

‘Ucapkanlah’. Aku tidak mengucapkan apa pun. Beliau berkata lagi, ‘Ucapkanlah’. Aku 

pun tidak mengucapkan apa pun. Beliau berkata lagi, ‘Ucapkanlah’. Aku lantas 

قُلْ)هُوَاللَِّهُأَحَدٌ( وَالْمُعَوِِّذَتَيْنِحِنيَتُمْسِى وَتُصْبِحُثَالَثَمَرَِّاتٍتَكْفِيكَمِنْكُلِِّشَىْءٍ,bertanya, “Apa yang mesti aku ucapkan?’ Beliau menjawab

‘Bacalah: surah Al-Ikhlas, lalu surah al-mu’awwidzatain (surah Al-Falaq dan AnNaas) ketika petang dan pagi sebanyak tiga kali, maka itu akan mencukupimu

dari segala sesuatu.’”

(HR. Tirmidzi, 3575. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan sanad hadits ini hasan).

Syaikh Musthafa Al-‘Adawi hafizhahullah mengatakan, “Benteng yang paling kuat 

untuk melindungi diri dari kejahatan orang yang hasad adalah dengan berpegang 

pada Al-Qur’an dan ajaran Nabi Muhammad SAW, lalu meminta perlindungan kepada 

Allah Rabb semesta alam.” 

Allah Ta’ala berfirman

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan

cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada

permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang

baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan

tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai

keuntungan yang besar. Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu

gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah

yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

(QS. Fussilat: 34-36).

أُولَۚ ئِكَيُؤْتَوْنَأَجْرَهُمْمَرَِّتَيْنِبِمَا صَبَرُوا وَيَدْرَءُونَبِالْحَسَنَةِالسَِّيِِّئَةَوَمِمَِّا رَزَقْنَاهُمْيُنْفِقُونَ,Juga dalam ayat

“Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka, dan mereka

menolak kejahatan dengan kebaikan, dan sebagian dari apa yang telah Kami

rezekikan kepada mereka, mereka nafkahkan.”

(QS. Al-Qasas: 54)

Bagaimana sikap para nabi ketika mereka disakiti dan dizalimi oleh kaumnya?

فَإِنَِّهُمْالَيَعْلَمُونَ,Nabi SAW sendiri saat perang Uhud malah berdoa

اللَِّهُمَِّاغْفِرْلِقَوْمِى

“Ya Allah ampunilah kaumku karena mereka sejatinya tidak mengetahui.” 

(HR. Bukhari, no. 3477 dan Muslim, no. 1792). 

Doa ini mengandung pelajaran bagaimanakah keburukan dibalas dengan kebaikan 

اِسْتِعْطَافُهُلَهُمْبِإِضَافَتِهِمْإِلَيْهِأَحَدُهَا عَفْوُهُعَنْهُمْوَالثَِّانِي اِسْتِغْفَارُهُلَهُمْالثَِّالِثُاِعْتِذَارُهُعَنْهُمْبِأَنَِّهُمْالَيَعْلَمُوْنَالرَِّابِعُ:dalam empat bentuk

1. Memaafkan.

2. Memintakan ampun untuk yang berbuat zalim.

3. Memberikan uzur pada mereka karena mereka tidak tahu.


4. Para nabi itu begitu sayang dan simpati pada kaumnya sendiri karena mereka 

tetap menyatakan itu kaumnya.

Empat hal di atas disampaikan oleh Ibnul Qayyim dalam Badai’ Al-Fawaid.

Kesembilan: Segera bertaubat atas dosa.

Kesepuluh: Orang yang hasad itu mandi dan airnya disiramkan pada orang yang kena 

hasad.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah SAW bersabda,

الْقَدَرَسَبَقَتْهُسَابَقَشَىْءٌالْعَيْنُكَانَوَلَوْحَقٌِّالْعَيْنُوَإِذَا اسْتُغْسِلْتُمْفَاغْسِلُوا

“‘Ain itu benar adanya. Segala sesuatu terjadi dengan takdir, termasuk pula ‘ain terjadi

dengan takdir. Apabila kalian diminta untuk mandi (karena memberi dampak ‘ain),

maka mandilah.” (HR. Muslim, no. 2188. Lihat Syarh Shahih Muslim tentang hadits ini).

Kesebelas: Lakukan ruqyah syariyyah.

Kedua belas: Memiliki iman dan tauhid yang kuat.

Cara menghadapi hasad ini diringkas dari kitab karya Syaikh Musthafa Al-‘Adawi 

yaitu At-Tashiil li Ta’wil At-Tanziil Juz ‘Amma fii Sual wa Jawab, hlm. 723-740.

SEBAB TERJADINYA HASAD

1. Permusuhan dan kebencian.

2. Cinta dunia terutama terkait dengan kekuasaan dan kepemimpinan.

3. Pelit membagi kebaikan pada orang lain.

4. Lemahnya iman.

5. Kesombongan.

6. Tidak ingin dikalahkan yang lain.

7. Takut disaingi.

8. Takut diejek orang lain.

Rabu, 07 Agustus 2024

TETAP SETIA DI MASA SULIT

 





Oleh: Aunur Rafiq Saleh



  الَّذِيْنَ  اتَّبَعُوْهُ  فِيْ  سَا عَةِ  الْعُسْرَةِ   


"... orang-orang yang mengikuti Nabi pada masa sulit..." (QS. At-Taubah: 117)


Penggal ayat ini mengajarkan sejumlah nilai tarbiyah dan dakwah, diantaranya:


1- Tidak ada yang bisa selamat dan sukses menghadapi masa-masa sulit dan ujian berat dalam kehidupan dan perjuangan dakwah kecuali orang-orang yang memiliki hubungan yang kuat dengan Allah dan hubungan sosial yang baik dengan sesama manusia. Firman Allah:


ضُرِبَتْ  عَلَيْهِمُ  الذِّلَّةُ  اَيْنَ  مَا  ثُقِفُوْۤا  اِلَّا  بِحَبْلٍ  مِّنَ  اللّٰهِ  وَحَبْلٍ  مِّنَ  النَّا سِ  


"Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia..."(QS. Ali 'Imran: 112)


2- Orang-orang yang benar dan jujur di jalan dakwah tetap setia, taat dan patuh kepada pimpinan dakwah ketika menghadapi situasi sulit. Sebagaimana sikap para sahabat Nabi saw seusai perang Uhud; mereka merespons seruan Nabi saw dengan segera berangkat ke Hamra' al-Asad sekalipun dalam keadaan terluka. Bahkan sahabat yang lukanya lebih parah bertopang kepada sahabat yang lukanya lebih ringan, dalam rangka menaati seruan Nabi saw untuk berangkat ke Hamra' al-Asad.


3- Ungkapan ayat ساعة / "pada masa sulit", mengisyaratkan: Apa pun ujian berat dan kesulitan yang dihadapi para da'i sesungguhnya ujian berat atau masa-masa sulit itu hanya sebentar dan akan segera berlalu. Ini bisa meringankan penderitaan yang dirasakan oleh jiwa dan memberikan sentuhan kelembutan kepada hati para da'i dalam menghadapi masa-masa sulit di jalan dakwah.


4- Masa-masa sulit dalam dakwah harus dihadapi dan diisi dengan amal bukan berbantahan; saling menyatu dan menjaga soliditas bukan saling mencela dan menyalahkan; patuh dan tunduk bukan menggerutu dan membangkang. Sikap ini ditunjukkan para sahabat Nabi saw di perang Uhud sekalipun mereka menghadaoi ujian berat. Ibnu Hisyam menyebutkan dalam bukunya (as-Sirah an-Nabawiyah): "Tidak ada dua orang sahabat yang saling mencela dalam peristiwa tersebut".


5- Ujian berat seharusnya menempa jiwa para dai dan mendorong mereka untuk bangkit memikul beban-bebannya, bukan menghindarinya. Karena pengalaman menghadapi berbagai kesulitan ini bisa meningkatkan kemampuan mereka untuk menghadapi peluang-peluang dan tantangan-tantangan yang lebih besar di masa mendatang. 


6- Berbagai kesulitan dalam dakwah bisa mengungkap berbagai rahasia yang tersembunyi di dalam hati. Orang yang ikhlas akan menghadapi berbagai kesulitan dengan ringan hati dan ridha. Orang yang tidak ikhlas akan banyak berkeluh kesah, mencela dan menyalahkan sana-sini.

Senin, 05 Agustus 2024

Menjauhi sikap ujub

 




 

Ujub, sebuah kata yang berasal dari bahasa Arab, memiliki makna yang dalam dan kompleks dalam konteks psikologi dan spiritualitas. Istilah ini sering kali diartikan sebagai rasa bangga yang berlebihan terhadap diri sendiri, menyebabkan seseorang merasa lebih baik dari orang lain.

 

Namun, ujub memiliki dimensi yang lebih luas daripada sekadar kesombongan semata. Mari kita eksplorasi lebih jauh mengenai arti, sifat, serta implikasi dari konsep ujub.

 

Perbedaan Takabbur dan Ujub

Takabur adalah perbuatan yang merasa dirinya lebih unggul, lebih utama, lebih mulia, lebih hebat, lebih pandai, atau tak terkalahkan. Orang yang takabur senantiasa membesarkan diri. Ini sama halnya dia mensifati dirinya seperti sifat Allah Yang Maha Besar.

Perilaku takabur akan memandang orang lain rendah, remeh, sepele, dan pantas untuk tak dipedulikan. Merasa tak butuh orang lain. Justru orang lainlah yang membutuhkannya. Takabur sama artinya dengan tinggi hati. Lawan katanya yaitu tawaduk yang berarti rendah hati.

Contoh perilaku takabur yaitu suka memuji diri sendiri tapi sangat mudah menyalahkan orang lain. Meski cuma di dalam batin atau tidak diwujudkan melalui mimik muka maupun kata-kata, tetaplah disebut sebagai takabur. Seakan dirinya berhak sebagai penghakim.

 

Orang-orang yang diberi nasihat lantas menolak dengan sikap angkuh juga ciri dari takabur. Dia tidak mau tunduk pada kebenaran tapi malah mengingkarinya. Disebabkan karena gengsi, fanatik, perasaan paling benar sendiri, dan tidak menyadari kesalahannya.

Sombong adalah jubah Allah. Siapapun tidak boleh memakainya. Biasanya jubah kesombongan itu digunakan manusia untuk merendahkan makhluk lainnya. Di mana, takabur adalah kesombongan yang ditampilkan. Sedangkan ujub "sombong" yang disembunyikan.

Ujub membuat orang menggampangkan urusan. Baginya terasa mudah. Serta merasa punya andil besar pada sesuatu. Sedang takabur membuat seseorang merasa bahwa orang lain tak mampu, lamban, dan tak beres menyelesaikan urusan seperti halnya dirinya.

Orang yang ujub merasa bahwa kekayaan dan karir yang digapai lantaran kepintaran dan pengalamannya. Padahal Allah SWT yang telah mentakdirkan dia kaya. Ia telah lupa. Buktinya banyak sekali orang pintar melebihi dia tapi nyatanya karir dan kekayaan yang dimiliki tak sebanding.

Adapun orang takabur merasa bahwa kekayaan dan karir yang dimiliki telah melampaui dari apa yang dipunyai orang lain. Padahal masih banyak orang yang jauh lebih hebat, kaya, dan melejit karirnya daripada dia. Terdapat langit di atas langit.

Ujub adalah perilaku membanggakan diri sendiri tanpa perlu melibatkan dan membandingkan dengan orang lain. Cukup melihat diri sendiri. Perbedaannya dengan takabur yaitu sikap takabur masih perlu merendahkan orang lain lebih dulu lalu meninggikan diri sendiri.

Berawal dari sikap ujub inilah yang kemudian melahirkan takabur. Dalam artian ujub merupakan penyebab munculnya takabur. Misalnya merasa dirinya telah berbuat baik, sudah sholeh, sudah ikhlas, dan perasaan bangga diri atau kepuasan pada diri sendiri lainnya.

Orang yang ujub selain berbangga pada diri sendiri juga bangga, senang, serta kagum pada amalannya. Menganggap itu semua karena dia orang baik tanpa mengakui adanya peran Allah SWT. Dia lupa bahwa Allah SWT yang telah memberi karunia padanya.

Ujub termasuk penyakit hati yang dapat menghapuskan pahala amal ibadah. Hal tersebut disebabkan dia melupakan Allah SWT saat berniat, melakukan, maupun di akhir ibadahnya. Seharusnya dia meluruskan niat dan mensyukuri atas hasil yang dicapai.

Perbedaan ujub dengan takabur lainnya ialah sikap ujub merupakan perbuatan akhlak buruk pada Allah. Lebih merusak batin sendiri. Menyebabkan Allah SWT murka. Tapi tidak membuat manusia lain marah karena ujub hanya dipendam dalam hati.

Sifat ujub mampu membuat amal seseorang tidak diterima oleh-Nya. Lebih parah bahkan bisa dikategorikan berbuat syirik. Lantaran dia mengabaikan Allah SWT dan lebih memandang dirinya yang lebih berhak memilih jalan hidupnya.

Ujub merupakan perilaku yang tak tahu diri, tak sadar diri, dan tak tahu malu pada Sang Maha Pemurah. Telah melupakan bahwa apa-apa yang dia miliki dan diraih merupakan pemberian dan bentuk kasih dari-Nya. Tentu dia juga tak punya sifat tawakal.

 

 

Memahami Arti Ujub dalam Islam

Ujub, kesombongan yang berlebihan terhadap diri sendiri, merupakan persoalan yang harus ditangani dengan serius dalam ajaran Islam. Islam mendorong umatnya untuk memerangi sikap ujub dan menggantinya dengan sikap rendah hati yang lebih sesuai dengan ajaran agama. Berikut adalah langkah-langkah praktis yang diajarkan oleh Islam untuk mengatasi ujub:

 

1. Tadabbur (Meditasi) atas Ayat Al-Qur'an

Meditasi atau tadabbur atas ayat-ayat Al-Qur'an merupakan salah satu cara terbaik untuk memahami hikmah dan pesan yang terkandung dalam kitab suci Islam. Al-Qur'an sering kali menekankan pentingnya rendah hati dan mengingatkan manusia bahwa segala anugerah berasal dari Allah SWT. Merenungkan ayat-ayat ini dapat membantu mengurangi sikap ujub.

2. Berzikir dan Berdoa

Berzikir, mengingat dan memuji Allah, serta berdoa untuk diberikan ketundukan hati dan kekuatan untuk mengatasi sikap ujub adalah langkah penting dalam ajaran Islam. Dengan merenungkan kebesaran Allah dan meminta pertolongan-Nya, seseorang dapat menumbuhkan rasa syukur dan merendahkan diri di hadapan-Nya.

3. Introspeksi dan Tawadhu (Rendah Hati)

Introspeksi diri adalah kunci untuk mengatasi ujub. Memeriksa diri sendiri secara jujur, mengakui kelemahan, dan memahami bahwa semua kelebihan yang dimiliki adalah anugerah Allah merupakan langkah awal untuk mengatasi kesombongan. Tawadhu, sikap rendah hati, juga penting untuk dipraktikkan dalam setiap interaksi dengan orang lain.

4. Menjaga Hubungan dengan Orang Lain

Islam mendorong umatnya untuk menjaga hubungan yang baik dengan sesama. Berbagi pengetahuan, membantu orang lain, serta berinteraksi dengan sikap terbuka dan rendah hati dapat membantu seseorang untuk mengurangi sikap ujub. Mengakui kontribusi orang lain dalam kehidupan kita juga merupakan bagian dari mendekatkan diri kepada nilai-nilai Islam.

5. Belajar dari Kehidupan Rasulullah SAW

Meneladani kehidupan Rasulullah SAW adalah contoh terbaik dalam mengatasi ujub. Beliau merupakan sosok yang sangat rendah hati meskipun memiliki kedudukan yang tinggi di mata Allah. Memahami bagaimana Rasulullah SAW bersikap rendah hati, sabar, dan menghormati orang lain dapat menjadi inspirasi untuk mengatasi ujub.

Mengatasi ujub dalam Islam adalah bagian dari perjalanan spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan langkah-langkah praktis seperti tadabbur Al-Qur'an, berzikir, introspeksi diri, menjaga hubungan baik, dan meneladani kehidupan Rasulullah SAW, seseorang dapat menemukan jalan menuju kesempurnaan spiritual yang lebih baik dalam Islam. Rendah hati adalah kunci utama dalam mencapai ketenangan hati dan keselarasan dengan ajaran agama.