Kamis, 14 Desember 2023

Gairah Cinta dan Kelesuan Ukhuwah"

 


Setiap kita akan senantiasa diuji oleh Allah SWT pada titik-titik kelemahan kita.

Orang yang lemah dalam urusan uang namun kuat terhadap fitnah jabatan dan wanita, tidak akan pernah diuji dengan wanita atau jabatan.

Tetapi orang yang lemah dalam urusan wanita namun kuat dalam urusan uang, tidak akan pernah diuji dengan masalah keuangan.

Orang yang mudah tersinggung dan gampang marah akan senantiasa dipertemukan oleh Allah dengan orang yang akan membuatnya tersinggung dan marah sampai ia bisa memperbaiki titik kelemahannya itu sehingga menjadi tidak mudah tersinggung dan tidak pemarah.

Orang yang selalu berlambat-lambat menghadiri pertemuan forum dakwah karena alasan istri, anak, mertua, atau tamu akan senantiasa dipertemukan dengan perkara ‘mertua datang,
tamu datang silih berganti’ di saat ia akan berangkat .. terus begitu sampai ia memilih prioritas bagi aktivitasnya apakah kepada dakwah atau kepada perkara-perkara lain.

Kita semua harus memahami dan mengatasi segala kelemahan diri di jalan dakwah ini. Ingatlah, mushaf Al-Quran tidak akan pernah terbang sendiri kemudian datang dan memukuli orang-orang yang bermaksiat.

Sungguh teramat merugi... mereka yang mengikuti hawa nafsu kemudian pergi meninggalkan kebersamaan dlm dakwah ilallah, tanpa mau bersabar sebentar dalam ujian keimanan. Tanpa mau mencoba bertahan sebentar dalam dekapan ukhuwah..

Dan sungguh, Kecewa itu biasa dan 'manusiawi' yang luar biasa, siapa saja yang mampu beristighfar dan lalu berlapang dada serta bertawakkal pada-Nya.

Memang... Dakwah ini berat... karenanya ia hanya mampu dipikul oleh mereka yang :

1. Memiliki hati sekuat baja.

2. Memiliki kesabaran lebih panjang dari usianya.

3. Memiliki kekuatan yang berlipat.

4. Memiliki keihklasan dalam beramal yang meninggi.

5. Memiliki ketabahan seluas lautan, memiliki keyakinan sekokoh pegunungan.

jalan dakwah ini... mengarungi jalan perjuangan... kecuali dengan KESABARAN!!!

Karenanya... Tetaplah disini... dijalan ini...bersama kafilah dakwah ini. Seberat apapun perjalanan yang harus ditempuh... Sebesar apapun pengorbanan untuk menebusnya...tetaplah disini...

Buanglah hawa nafsu dalam mengarungi perjalanannya, karena telah banyak yang bergugugran karenanya.

Gandenglah selalu iman kemana saja kita melangkah, karena iman akan menjagamu setiap waktu. Seburuk apapun, sekeruh apapun kondisi kapal layar kita, jangan lah sekali2 mencoba untuk keluar dari kapal layar ini dan memutuskan berenang seorang diri... karena pasti kau akan kelelahan dan memutuskan menghentikan langkah yang pada akhirnya tenggelam disamudra kehidupan...

Jika bersama dakwah saja... kau serapuh itu...Bagaimana mungkin dengan seorang diri?? Sekuat apa kau jika seorang diri...???
(Semoga bermanfaat)

Kamis, 30 November 2023

Jadwal Debat Capres Cawapres 2024

 

Coblos nomor 1 ANIES - MUHAIMIN


Berikut jadwal debat capres-cawapres:

1. Selasa, 12 Desember 2023
2. Jumat, 22 Desember 2023
3. Minggu, 7 Januari 2024
4. Minggu, 14 Januari 2024
5. Minggu, 4 Februari 2024


















Selasa, 28 November 2023

Pangan Murah, Kerja Gampang, Sehat Mudah

 

Akhmad Fadli (JURKAMNAS PKS & PASANGAN AMIN)



Pangan Murah : 

  • masyarakat miskin mendapatkan bantuan pangan kota melalui program Kartu Mataram Bahagia (KMB)
  • Masyarakat miskin  mendapatkan  layanan manfaat: 
  • beasiswa sd/smp/sma dan kuliah, bantuan rumah tidak layak huni (rtlh), Bpjs gratis, santunan kematian dll


Kerja Gampang : 

  • memberdayakan 888 wirausaha baru & 888 Rombong kepada calon usahawan baru...
  • Memberikan 888 orang akses pelatihan ketrampilan, pendampingan oleh pengusaha sukses, perijinan gratis dari dinas Umkm, pemasaran digital Marketing & pemodalan.


Sehat Mudah 

  • Memberikan akses untuk mrndapatkan BPJS secara gratis bagi rakyat miskin ... 
  • Pengadaan 8 ambulance gratis bagi masyarat miskin.

Sabtu, 11 November 2023

PETUNJUK PENCOBLOSAN PEMILU 2024


1. TANGGAL 14 Februari 2024 PADA SAAT PEMILU Anda akan diberikan 5 surat suara :





2. COBLOS SALAH SATU CALEG AGAR SUARA ANDA SAH 

  



3. MASUKKAN SURAT SUARA KE KOTAK SUARA YANG TELAH DISIAPKAN






































Jumat, 10 November 2023

KALENDER 2024










BAGI YANG INGIN DESAIN SERTA CETAK KALENDER 2024
HUBUNGI KAMI SEGERA ...



HP/WA   : 087864197009 (FADLY)
email      : shaffanengineering@gmail.com

Sabtu, 04 November 2023

DAFTAR CALEG TETAP PEMILU 2024 DAN MODEL SURAT SUARA RESMI PADA PEMILU 2024

 

Akhmad Fadli, ST ... JURKAMNAS PKS dan Pasangan Anies-Muhaimin



DCT  PEMILU 2024


KPU sudah merilis Daftar Caleg Tetap untuk Pemilu 2024.

Silahkan cek melalui link berikut ini.

👇🏽👇🏽👇🏽



DCT DPR-RI

👇🏽 silahkan klik 

CALEG DPR RI



DCT DPRD - Provinsi

👇🏽 silahkan klik 

CALEG DPRD PROVINSI



DCT DPRD - Kota/Kabupaten

👇🏽 silahkan klik 

CALEG DPRD KOTA/KABUPATEN


DCT ANGGOTA DPD RI

👇🏽 silahkan klik 

DPD RI



MODEL SURAT SUARA RESMI 2024


1. TANGGAL 14 FEBRUARI 2024 PADA SAAT 

    PEMILU Anda akan diberikan 5 surat suara :



2. Surat suara Pilpres 2024



Model surat suara pilpres 2024 ... coblos nomor 1 ANIES-MUHAIMIN ( AMIN )





3. Surat suara DPR RI, DPRD PROVINSI & DPRD 
     KOTA/KABUPATEN berukuran 40 x 82 cm

Gambaran besarnya Surat Suara


Model Surat suara Pemilu 2024 setelah dibuka



Contoh surat suara bagian belakangnya



Caleg DPRD  provinsi  NTB DAPIL NTB 1
 [KOTA MATARAM] Pilih
 TGH ACHMAD MUCHLIS






CALEG DPRD KOTA MATARAM DAPIL KOTA MATARAM 3 [KEC AMPENAN] PILIH 
H FITRAH SAPUTRA



4. Surat suara DPD RI


model surat suara DPD RI dapil NTB ...
coblos nomer 14. MULYADI, SP 


Kamis, 02 November 2023

HATI BERSIH HIDUP BAHAGIA

 


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alohumma sholli ala sayyidia Muhammad wa'ala aali sayyidina Muhammad


*



1 . Jangan cari kesalahan orang. Kesalahan sendiri banyak pun kita tidak sadar .


2 . Jangan hina orang. Allah tidak pernah hina kita .


3 . Jangan buka aib orang. Allah simpan aib kita sampai hari akhirat .


4 . Jangan meremehkan orang. Allah hargai setiap usaha hambaNya.


5 . Jangan menjelek-jelekkan orang. Mana tau orang tersebut, yang akan menolong kita dalam kesusahan.


6 . Jangan sakitkan hati orang. Do'a orang yang teraniaya itu makbul.


7 . Jangan bangga dengan amal ibadah kita. Hanya Allah yang tahu amal tersebut diterima atau tidak.


8 . Jangan sombong dengan apa yang kita punya. Allah bisa mengambilnya kapan saja.


9 . Jangan bandingkan orang lain dengan kita. Allah memberi rezeki setiap orang itu berbeda.


10 . Jangan sedih dengan kekurangan kita. Allah tahu apa yang terbaik untuk hambaNya.



"Jangan pernah melihat dosa orang lain, lihatlah dosa sendiri."


"BUTAKAN matamu melihat aib orang lain, BUKAKAN mata hatimu melihat aibmu sendiri."


"Jangan pernah merasa lebih baik dari orang lain agar kita sibuk dalam memperbaiki diri sendiri."


Jika hati mencintai kebaikan, maka butalah hati itu jika tidak mencintai Rasulullah Sallallahu'Alaihi Wasallam.


Kerana Bagindalah insan terbaik dan paling banyak menabur kebaikan.


Jika hati mencintai keindahan, maka matilah hati itu jika tidak jatuh cinta kepada keindahan Rasulullah sallallahu'Alaihi Wasallam.


Senyuman, sapaan, teguran,  bahkan marahnya sekalipun tetap indah..


يالله بالتوفيق حتى نفيق ونلحق الفريق⁣

Mudah-mudahan kita mendapat taufiq sehingga kita bisa di golongkan dengan orang-orang sholeh. Aamiin


SEMOGA BERMANFAAT

Selasa, 03 Oktober 2023

Berupaya Membangun Kerjasama Lintas Sosial,Budaya & Politik

 




Kemajuan dan kemunduran umat Islam berkaitan erat

dengan kegiatan dakwah yang dilakukan. Apabila aktivitas dakwah

yang dilakukan semakin profesional, terencana, gencar, aktual,

tepat dan kreatif, maka tercapilah tujuan dari dakwah. Moh. Ali

Aziz dalam bukunya Ilmu Dakwah menyebutkan bahwa ketepatan

dan keberhasilan dakwah akan dapat terwujud dengan baik apabila

komponen-komponen dakwah terpenuhi. (Aziz, 2004 : 75).

 

Islam merupakan agama yang terbaik dan mendapatkan

tempat di sisi Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya :

Sesungguhnya agama yang paling mulia di sisi Allah adalah agama Islam”

(QS. Ali Imran : 19). A

 

Pandangan Islam Terhadap Sosial Budaya Masyarakat

Islam merupakan ajaran yang diturunkan untuk manusia

agar bersosialisasi kepada masyarakat lainnya. Kemudian melahirkan

suatu keSosial Budayaan dalam masyarakat tersebut. Sebagai ajaran yang

datang dari Allah, Islam tidak bertentangan dengan manusia karena

Allah merupakan sumber ajaran dan pencipta manusia dan alam

seisinya. Islam memandang masyarakat sebagai komunitas social

dan wahana aktualisasi amal saleh. Banyak ayat al-Qur’an yang

membahas peranan manusia di tengah manusia lain menempatkan

Islam sebagai agama yang paling manusiawi di bandingkan agama

lainnya (Aripudin, 2012:55).

 

Pada tradisi saling menghormati dan menghormati pada

masyarakat, ucapan salam, permisi, kulo nuwun, punten, campurrasun

dan merendahkan badan terkadang dipraktikan silih berganti dan

saling mengisi satu sama lain, itu semua merupakan kearifan lokal yang

selama ini kita lakukan dalam kehidupan kita. Bentuk penghormatan

tersebut dipandang masyarakat yang mempunyai perilaku dan tatanan

Sosial Budaya yang luhur, dan dalam hal ini Islam juga mengajarkan Sosial Budaya

yang saling menghormati, Sosial Budaya toleransi, Sosial Budaya saling tegur sapa

serta Sosial Budaya silaturrahmi saling mengunjungi diantara kita. Dengan

demikian Islam juga memandang kehidupan yang baik ini selalu kita

tingkatkan untuk menuju suatu kehidupan yang baik, aman tentram

dan selalu harmoni.

 

Pandangan Islam tentang kehidupan BerSosial Budaya

Untuk memahami Islam sebagai system nilai diperlukan

pengetahuan dan pemahaman yang memadai perihal keyakinan

dan pandangan dasar Islam mengenai kehidupan. Tujuan utama

diturunkan al-Qur’an adalah mempengaruhi dan member pedoman

bagi tingkah laku manusia. Senada dengan itu menurut Fazlur

Rahman, tidak heran kalau al-Qur’an berulang-ulang mengecam

tindakan menyembah selain Allah atau menyekutukan Allah. Empat

hal utama yang berkenaan dengan sifat Allah, terutama penciptaan,

rezeki, petunjuk dan penilaian. Penciptaan alam merupakan

pagelaran kasih sayang Allah karena alam semesta tidak mungkin ada

dengan sendirinya. Tanpa kasih sayang Allah alam semesta hanyalah

kehampaan murni tanpa keanekaragaman makhluk di dalamnya.

Keberadaan manusia di muka bumi juga membuktikan terwujudnya

kehidupan dimana manusia juga membutuhkan interaksi sesama

manusia untuk membangun peradaban antar Sosial Budaya.

 

Mewujudkan Dakwah Antar Sosial Budaya

Seiring berjalannya waktu dengan berbagai perkembangan

manusia, maka komunikasi yang sebelumnya menjadi alat bantu

bagi manusia untuk menyampaikan gagasan dan keinginan, mulai

berkembang menjadi ilmu pengetahuan yang bersifat multi-disipliner.

Komunikasi yang efektif menjadi keinginan semua orang. dengan

komunikasi efektif tersebut, pihak-pihak yang terlibat di dalamnya

memperoleh manfaat sesuai yang diinginkan sebagaimana firman

Allah (QS.An-Nahl, 6 :125) yang artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan

Allah dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan

cara yang bijaksana. Sesungguhnya Allah dialah yang lebih baik mengetahui

tentang siap yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah y

ang lebih mengetahui dari

orang-orang yang mendapat petunjuk ”(Aang, 2009:5).

 

Sebagai makhluk yang berSosial Budaya, maka misi dakwah melalui

pendekatan dakwah antar Sosial Budaya manusia selalu hidup bersama

dan tidak dapat hidup sendiri dalam memenuhi kebutuhannya. Sejak

lahir manusia selalu berinteraksi dengan orang lain. ini dapat dilihat

dalam kehidupan kita sehari-hari, semua kegiatan yang dilakukan

manusia selalu berhubungan dengan orang lain. Bayi yang baru lahir

perlu interaksi dengan ibu, begitu juga dalam perkembangannya

selalu dibantu oleh anggota keluarga lain. Interaksi manusia dengan

manusia tersebut menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial

yang punya Sosial Budaya dan selalu hidup bersama serta tidak dapat hidup

sendiri dalam memenuhi kebutuhannya.

 

Kekuatan nilai-nilai dakwah antar Sosial Budaya maupun segala

sumber daya Sosial Budaya yang ada akan membentuk dan mempengaruhi

pula tingkah laku. Oleh karena setiap individu memiliki lingkungan

sosial antar Sosial Budaya yang saling berbeda dengan yang lain, maka

situasi ini menghasilkan karakter sosial Sosial Budaya setiap individu

bersifat unik, khusus, dan berbeda dengan orang lain dan itu yang

kita sebut Dakwah dalam perspektif dakwah antar Sosial Budaya, meskipun

berasal dari keluarga yang sama, karakter seseorang tidaklah

sama persis dengan anggota keluarga lainnya karena lingkungan

Sosial Budayanya tidak terbatas pada keluarga, melainkan mencakup teman

sebaya, masyarakat, sekolah, media massa, dan sebagainya. Para ahli

antropologi memiliki kesamaan pendapat mengenai tiga karakteristik

Sosial Budaya: Pertama, Sosial Budaya bukan pembawaan sejak lahir melainkan

dipelajari. Kedua, berbagai bentuk Sosial Budaya saling berhubungan kalau

salah satu aspek Sosial Budaya tersentuh, yang lain ikut berpengaruh. Ketiga,

dimiliki bersama oleh anggota kelompok dan menjadi pembatas

antara kelompok yang berbeda.

 

Untuk mewariskan Sosial Budaya tersebut, proses dakwah dilakukan

melalui tiga upaya yang saling kait mengait, yaitu:

(1) pembiasaan (habit formation),

(2)  proses dakwah dan nasihat baik, dan

(3)  keteladanan (role model).

 

Manusia adalah pengemban Sosial Budaya (culture bearer), dan dia

akan mewariskan keSosial Budayaan tersebut kepada keturunannya. Proses

dakwah tidak lain merupakan proses transformasi nilai-nilai sosial

Sosial Budaya, yakni proses untuk mewariskan keSosial Budayaan kepada generasi

muda. Pengertian berdakwah jauh lebih luas dari pengertian nasehat.

Proses dakwah bukan hanya sebagai pengalihan pengetahuan dan

keterampilan kepada masyarakat dakwah tetapi juga pengalihan

nilai-nilai sosial dan Sosial Budaya (transmission of social and culture values and

norms).

 

Bagaimana Cara Kita Supaya Bisa Bemasyarakat Sama Dalam Keberagaman

Keberagaman di lingkungan masyarakat mencakup perbedaan jenis kelamin, agama, ras, etika, nilai-nilai, latar belakang Sosial Budaya, kemampuan, dan pendidikan. Termasuk bagaimana seseorang mengidentifikasi diri sendiri, cara pandang orang lain terhadap masyarakatnya, . 

Keberagaman akan mendorong kita lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan masyarakat yang cepat berubah. kita juga tidak akan kesulitan menjalin komunikasi dengan masyarakat, a maupun kolega. Mengingat pentingnya keberagaman, kamu harus bisa menyesuaikan diri dan berbaur dengan kita lainnya. Adapun cara agar kamu bisa bemasyarakat sama dalam keberagaman, antara lain sebagai berikut.

1. Menghargai Perbedaan 

Di dunia, kamu akan bertemu dengan banyak orang dari berbagai daerah dan latar belakang. Bukan hal mudah untuk menghargai perbedaan. Bahkan, perbedaan dapat menjadi salah satu alasan terbesar terjadinya konflik di tempat masyarakat. Namun, hal ini harus dilakukan agar kamu bisa berinteraksi dan menjalin hubungan baik dengan orang lain.

Sikap saling menghargai di lingkungan masyarakat akan menghindarkan kamu dari konflik ketika memiliki perbedaan pendapat dengan masyarakat lain. Tak hanya itu saja, menghargai perbedaan juga membantu kamu melancarkan komunikasi untuk mengopmasyarakatalkan kinerja

2. Menghormati Orang Lain 

Menghormati orang lain sama dengan menghormati diri sendiri. Kamu bisa menunjukkan rasa hormat dengan menjaga sikap dan bertutur kata sopan. Ketika masyarakat masyarakat mengalami kesulitan, jangan ragu untuk memberikan dukungan dan bantuan sesuai kemampuan. Hal kecil ini akan membuat orang lain menilai kamu sebagai sosok yang menyenangkan. 

Menanamkan rasa hormat kepada orang lain di lingkungan  akan menumbuhkan profesionalitas. Kamu juga akan dikenal sebagai pribadi yang baik, beretika, dan bersimpati terhadap orang lain.

3. Menumbuhkan Toleransi 

Menumbuhkan toleransi adalah bagaimana cara kita supaya bisa bemasyarakat sama dalam keberagaman. Tak jarang, perbedaan jabatan, sikap, cara pandang, dan pola pikir kerap memicu pertengkaran kecil. Meskipun tampak sepele, hal ini menyebabkan ketidaknyamanan yang berdampak buruk pada produktivitas. Namun, hal ini dapat dihindari apabila kamu memiliki rasa toleransi. Toleransi yang tinggi dapat menurunkan risiko terjadinya permusuhan sesama masyarakat masyarakat.

Pada dasarnya, toleransi merupakan gambaran mengenai cara kamu memperlakukan orang lain, menjaga pikiran tetap terbuka ketika berinteraksi, menerima perbedaan, dan bagaimana sikap kamu terhadap kebiasaan orang lain. Toleransi tidak hanya mendorong rasa hormat, melainkan juga menciptakan komunikasi terbuka, sikap jujur, kepercayaan, dan loyalitas. Seluruh hal tersebut merupakan poin penting untuk menciptakan ikatan kekeluargaan yang erat. 

Rasa toleransi yang tinggi akan membuat kamu lebih menghargai keberadaan masyarakat masyarakat dan atasan. Ketika orang lain menyukai sesuatu yang tidak kamu sukai, kamu akan bersikap biasa dan menghargai perbedaan tersebut. Kamu juga akan menghormati pemeluk agama lain untuk melakukan ibadah atau merayakan hari besar keagamaan. Bahkan, kamu tak segan memberikan ucapan dan turut bersukacita. 

4. Berkomitmen Untuk Satu Tujuan 

Untuk bertahan di lingkungan  dibutuhkan lebih dari sekadar kemampuan beradaptasi. Kamu harus memiliki tekad kuat dan belajar mencintai pemasyarakatan. Kamu juga harus bisa bemasyarakat sama dengan masyarakat lain. Namun, hal ini bukan perkara mudah. Pasalnya, setiap orang memiliki gaya masyarakat dan cara pandang yang berbeda. Tak jarang, perbedaan ini menyebabkan sedikit gesekan yang membuat hubungan merenggang. 

Supaya hal tersebut dapat dihindari, mulailah menjalin hubungan baik dengan masyarakat. Pegang teguh komitmen untuk mengerahkan seluruh kemampuan demi kemajuan dakwah. Berfokus pada komitmen yang sama mampu meleburkan segala perbedaan. Hal ini akan memudahkan kamu berbaur dan bemasyarakat dengan masyarakat lainnya. Suasana di lingkungan pun akan makin nyaman. 

5. Berkomunikasi Dengan Baik 

Komunikasi di lingkungan masyarakat bertujuan untuk membangun solidaritas dan masyarakat . Komunikasi yang baik akan memudahkan kamu melakukan koordinasi dengan lainnya. Ketika terjadi masalah mendesak, kamu dan masyarakat mampu menyelesaikannya dengan tepat dan cepat.

Mengingat menjalin hubungan baik sangat diperlukan di lingkungan masyarakat, mulailah mencari teman sebanyak-banyaknya. Kamu bisa mengasah kemampuan berkomunikasi dengan membuka obrolan ringan. Bicaralah dengan santai menggunakan bahasa yang sopan dan berikan senyum tulus. Ketika kamu melakukan kesalahan, jangan takut untuk berkata jujur. Mengakui kesalahan memang sulit, tetapi hal ini akan membuat orang lain lebih menghargai kamu. 

 

Rabu, 26 Juli 2023

Tafsir Surat At-Taubah, ayat 17-24

 




Tafsir Surat At-Taubah, ayat 17-18

{مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللَّهِ شَاهِدِينَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ (17) إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ (18) }

Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedangkan mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka. Yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah. Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
Allah Swt. menyebutkan bahwa tidaklah layak bagi orang-orang musyrik memakmurkan masjid-masjid Allah yang dibangun atas nama-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya.
Sebagian ulama ada yang membacanya masjidallahi (dalam bentuk tunggal). Makna yang dimaksud ialah Masjidil Haram, masjid yang paling mulia di bumi ini, yang sejak pertama dibangun untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Orang yang membangunnya adalah kekasih Tuhan Yang Maha Pemurah, yaitu Nabi Ibrahim a.s.
Sedangkan mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir, yakni keadaan dan ucapan mereka mengungkapkan kekafiran mereka. As-Saddi telah mengatakan, "Seandainya Anda tanyakan kepada seorang Nasrani, 'Apakah agamamu?' Niscaya dia menjawab, 'Nasrani.' Dan seandainya Anda tanyakan kepada seorang Yahudi, 'Apakah agamamu?' Niscaya dia menjawab. 'Yahudi.' Dan terhadap orang sabiin, niscaya dia menjawab bahwa dia adalah pemeluk agama sabiah, dan terhadap orang musyrik dia akan menjawab sebagai seorang musyrik."

{أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ}

Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya. (At-Taubah: 17)
karena kemusyrikan mereka.

{وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ}

Dan mereka kekal di dalam neraka. (At-Taubah: 17)
Dalam ayat lain Allah Swt. berfirman:

{وَمَا لَهُمْ أَلا يُعَذِّبَهُمُ اللَّهُ وَهُمْ يَصُدُّونَ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَا كَانُوا أَوْلِيَاءَهُ إِنْ أَوْلِيَاؤُهُ إِلا الْمُتَّقُونَ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ}

Mengapa Allah tidak mengazab mereka, padahal mereka menghalangi orang untuk (mendatangi) Masjidil Haram, dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak menguasainya? Orang-orang yang berhak menguasainya hanyalah orang-orang yang bertakwa, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Al-Anfal: 34)
itulah Allah Swt. berfirman:

{إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ}

Yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. (At-Taubah: 18)
Allah Swt. mempersaksikan keimanan orang-orang yang memakmurkan masjid-masjid, seperti yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa:

حَدَّثَنَا سُرَيْجٌ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، عَنْ عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ؛ أَنَّ دَرَّاجًا أَبَا السَّمْحِ حَدَّثَهُ، عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِذَا رَأَيْتُمُ الرَّجُلَ يَعْتَادُ الْمَسْجِدَ فَاشْهَدُوا لَهُ بِالْإِيمَانِ؛ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: {إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ}

telah menceritakan kepada kami Syuraih, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, dari Amr ibnul Haris, bahwa Darij —yakni Abus Samah—pernah menceritakan kepadanya, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id Al-Khudri, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila kalian melihat seorang lelaki biasa pergi ke masjid, maka saksikanlah oleh kalian bahwa dia beriman. Allah Swt. telah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian.” (At-Taubah: 18)
Imam Turmuzi, Ibnu Murdawaih, dan Imam Hakim di dalam kitab Mu.stadrak-nya telah meriwayatkannya melalui hadis Abdullah ibnu Wahb dengan sanad yang sama.
Abdur Rahman ibnu Humaid telah mengatakan di dalam kitab Musnad-nya bahwa:

حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا صَالِحٌ الْمُرِّيُّ، عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ، عَنْ مَيْمُونِ بْنِ سِيَاهٍ، وَجَعْفَرِ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّمَا عُمَّارُ المساجد هم أهل الله"

telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Saleh Al-Murri, dari Sabit Al-Bannani, dari Maimun ibnu Siyah dan Ja'far ibnu Zaid, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya orang-orang yang memakmurkan masjid-masjid itu adalah orang-orang yang beriman kepada Allah.

وَرَوَاهُ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ، عَنْ عَبْدِ الْوَاحِدِ بْنِ غِيَاثٍ، عَنْ صَالِحِ بْنِ بَشِيرٍ الْمُرِّيِّ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: "إنما عُمَّارُ الْمَسَاجِدِ هُمْ أَهْلُ اللَّهِ"

Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar meriwayatkannya dari Abdul Wahid ibnu Gayyas, dari Saleh ibnu Basyir Al-Murri, dari Sabit, dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya orang-orang yang memakmurkan masjid-masjid itu adalah orang-orang yang beriman kepada Allah.
Kemudian Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, "'Kami tidak mengetahuinya diriwayatkan dari Sabit selain oleh Saleh."
Imam Daruqutni di dalam kitab Ifrad-nya telah meriwayatkannya melalui jalur Hikamah binti Usman ibnu Dinar, dari ayahnya, dari saudaranya—yaitu Malik ibnu Dinar—dari Anas secara marfu':

"إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ عَاهَةً، نَظَرَ إِلَى أَهْلِ الْمَسَاجِدِ، فَصَرَفَ عَنْهُمْ"

Apabila Allah menghendaki azab atas suatu kaum, maka Dia memandang kepada ahli masjidnya (orang-orang yang memakmurkan masjid-masjid); maka Allah berpaling dari mereka (tidak jadi mengazab mereka).
Kemudian Imam Daruqutni mengatakan bahwa hadis ini garib.
Al-Hafiz Al-Baha’i di dalam kitab Al-Mustaqsa telah meriwayatkan dari ayahnya berikut sanadnya sampai kepada Abu Umayyah At-Tarsusi, bahwa telah menceritakan kepada kami Mansur ibnu Safir, telah menceritakan kepada kami Saleh Al-Murri, dari Sabit, dari Anas secara marfu', bahwa Allah Swt. telah berfirman:

إِنِّي لَأَهِمُّ بِأَهْلِ الْأَرْضِ عَذَابًا، فَإِذَا نَظَرْتُ إِلَى عُمَّارِ بُيُوتِي وَإِلَى الْمُتَحَابِّينَ فِيَّ، وَإِلَى الْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ، صَرَفْتُ ذَلِكَ عَنْهُمْ"

Demi keagungan dan kebesaran-Ku, sesungguhnya Aku hendak menimpakan azab kepada penduduk bumi. tetapi apabila Aku memandang kepada orang-orang yang memakmurkan rumah-rumahKu dan memandang kepada orang-orang yang saling menyukai karena Aku, dan memandang kepada orang-orang yang memohon ampun di waktu sahur, maka Aku palingkan azab itu dari mereka.
Kemudian Ibnu Asakir mengatakan bahwa hadis ini berpredikat garib.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا رَوْحٌ، حَدَّثَنَا سَعِيدٌ، عَنْ قَتَادَةَ، حَدَّثَنَا الْعَلَاءُ بْنُ زِيَادٍ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ؛ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ الشَّيْطَانَ ذِئْبُ الْإِنْسَانِ، كَذِئْبِ الْغَنَمِ يَأْخُذُ الشَّاةَ الْقَاصِيَةَ وَالنَّاحِيَةَ، فَإِيَّاكُمْ وَالشِّعَابَ، وَعَلَيْكُمْ بالجماعة والعامة والمسجد"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Rauh, telah menceritakan kepada kami Sa'id, dari Qatadah, telah menceritakan kepada kami Al-Ala ibnu Ziyad, dari Mu'az ibnu Jabal, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya setan itu adalah serigala manusia, sama halnya dengan serigala kambing: ia memangsa kambing yang jauh dan kambing yang memisahkan diri. Karena itu, hati-hatilah kalian terhadap perpecahan, berpeganglah kalian kepada jamaah (persatuan), publik, dan masjid.
Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimun Al-Audi yang mengatakan bahwa ia sempat menjumpai masa sahabat Nabi Muhammad Saw., sedangkan mereka sering mengatakan bahwa masjid-masjid itu adalah rumah-rumah Allah yang ada di bumi, dan sesungguhnya sudah merupakan hak Allah memuliakan orang-orang yang menziarahi-Nya di dalam masjid-masjid itu.
Al-Mas'udi telah meriwayatkan dari Habib ibnu Abu Sabit dan Addi ibnu Sabit, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan, "Barang siapa yang mendengar seruan azan salat, kemudian ia tidak memenuhinya dan tidak mendatangi masjid, lalu ia mengerjakan salat (di rumahnya), maka tidak ada salat baginya, dan ia telah berbuat durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya." Allah Swt. telah berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang memakmurkan masjid-masjid itu adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. (At-Taubah: 18), hingga akhir ayat.
Asar ini diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih. Ia telah meriwayatkannya pula secara marfu' melalui jalur lain, dan asar ini mempunyai syahid (bukti) yang menguatkannya, diriwayatkan melalui jalur-jalur lain yang bukan dalam kitab ini pembahasannya.

*******************

Firman Allah Swt.:

{وَأَقَامَ الصَّلاةَ}

dan mendirikan salat. (At-Taubah: 18)
Salat merupakan ibadah badaniah yang paling besar.

{وَآتَى الزَّكَاةَ}

dan menunaikan zakat. (At-Taubah: 18)
Zakat adalah amal yang paling utama, manfaatnya mengalir sampai kepada orang lain dalam bentuk santunan.
Firman Allah Swt.:

{وَلَمْ يَخْشَ إِلا اللَّهَ}

dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah. (At-Taubah: 18)
Yakni tidak takut dan tidak gentar kecuali hanya kepada Allah Swt.

{فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ}

maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (At-Taubah: 18)
Ali Ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang memakmurkan masjid-masjid Allah adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. (At-Taubah: 18) Yakni orang yang menauhidkan Allah dan beriman dengan adanya hari kemudian, yakni beriman kepada apa yang diturunkan oleh Allah. dan mendirikan salat. (At-Taubah: 18) Yaitu salat lima waktu. dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah. (At-Taubah: 18) Maksudnya, tidak menyembah kecuali hanya kepada Allah. Kemudian Allah Swt. berfirman: maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (At-Taubah: 18) Yakni sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang berbahagia, seperti pengertian yang terkandung di dalam firman Allah Swt. kepada NabiNya:

{عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا}

mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Al-lsra: 79)
Yaitu syafaat. Semua lafaz 'asa yang terdapat di dalam Al-Qur'an mengandung arti "hal yang pasti'.
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar mengatakan bahwa 'asa (mudah-mudahan) yang dari Allah mengandung nal yang pasti.

Tafsir Surat At-Taubah, ayat 19-22

{أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الْحَاجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَوُونَ عِنْدَ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (19) الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ (20) يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُمْ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ لَهُمْ فِيهَا نَعِيمٌ مُقِيمٌ (21) خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ (22) }

Apakah (orang-orang ) yang memberi minum kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil Haram, kalian samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah, dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zalim. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah, dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari-Nya, keridaan, dan surga; mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lahpahala yang besar.

Al-Aufi sehubungan dengan tafsir ayat ini telah meriwayatkan di dalam kitab Tafsir-nya melalui Ibnu Abbas yang mengatakan, "Sesungguhnya orang-orang musyrik mengatakan bahwa memakmurkan Baitullah dan mengurus air minum untuk orang-orang haji adalah lebih baik daripada orang-orang yang beriman dan berjihad. Mereka membanggakan tanah sucinya dan bersikap angkuh karenanya dengan perasaan bahwa mereka adalah pemilik dan yang memakmurkannya. Maka Allah menyebutkan perihal ketakaburan mereka dan berpalingnya mereka dari keimanan."

Untuk itu, Allah Swt. berfirman kepada penduduk Tanah Suci dari kalangan orang-orang musyrik:

قَدْ كانَتْ آياتِي تُتْلى عَلَيْكُمْ فَكُنْتُمْ عَلى أَعْقابِكُمْ تَنْكِصُونَ مُسْتَكْبِرِينَ بِهِ سامِراً تَهْجُرُونَ

Sesungguhnya ayat-ayat-Ku (Al-Qur'an) selalu dibacakan kepada kamu sekalian, maka kamu selalu berpaling ke belakang, dengan menyombongkan diri terhadap Al-Qur’an itu dan mengucapkan perkataan keji terhadapnya di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari. (Al-Mu’minun: 66-67)

Artinya, mereka selalu membanggakan dirinya dengan tanah suci mereka, mereka mempergunjingkannya di malam hari dan mengucapkan kata-kata yang keji terhadap Al-Qur'an dan Nabi Saw. Maka Allah lebih mengutamakan iman dan jihad bersama Nabi Saw. daripada memakmurkan Baitullah dan mengurusi air minum jamaah haji yang dilakukan oleh orang-orang musyrik, karena amal tersebut tidaklah bermanfaat bagi mereka selagi mereka masih dalam keadaan musyrik, sekalipun mereka memakmurkan Baitullah dan menghormatinya.

*******************

Firman Allah Swt.:

لَا يَسْتَوُونَ عِنْدَ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zalim. (At-Taubah: 19)

Yakni orang-orang yang menduga bahwa diri mereka adalah ahli memakmurkan masjid. Allah menyebut mereka sebagai orang-orang yang zalim karena kemusyrikan mereka, maka tiada manfaatnya amal mereka barang sedikit pun.

Ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Al-Abbas ibnu Abdul Muttalib ketika ia ditawan dalam Perang Badar. Al-Abbas mengatakan, "Jikalau kalian mendahului kami karena Islam, hijrah, dan jihad, maka sesungguhnya kami adalah orang-orang yang memakmurkan Mesjidil Haram, memberi minum orang-orang haji, dan membebaskan (mengentaskan) kemiskinan." Maka Allah Swt. berfirman: Apakah (orang-orang) yang memberi minum kepada orang-orang yang mengerjakan haji kalian jadikan. (At-Taubah: 19) Sampai dengan firman-Nya: dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zalim. (At-Taubah: 19) Maksudnya, hal tersebut dilakukannya ketika ia masih dalam keadaan musyrik, karena Allah tidak mau menerima amal yang dilakukan dalam kemusyrikan.

Ad-Dahhak ibnu Muzahim mengatakan bahwa orang-orang muslim datang menemui Al-Abbas dan teman-temannya yang tertawan dalam Perang Badar dengan maksud mengecam mereka atas kemusyrikan mereka. Maka Al-Abbas berkata, "Ingatlah, demi Allah, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang memakmurkan Masjidil Haram, mengentaskan kemiskinan, mengurus Baitullah, dan memberi minum orang-orang yang haji." Maka Allah Swt. berfirman: Apakah (orang-orang) yang memberi minum kepada orang-orang yang mengerjakan haji kalian jadikan. (At-Taubah: 19), hingga akhir ayat.

Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Uyaynah, dari Ismail, dari Asy-Sya'bi yang mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Ali dan Al-Abbas mengenai pembicaraan mereka tentang hal tersebut.

Ibnu Jabir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Ibnu Luhai'ah, dari Abu Sakhrah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan bahwa Talhah ibnu Syaibah dari kalangan Bani Abdud Dar, Abbas ibnu Abdul Muttalib, dan Ali ibnu Abu Talib saling membanggakan diri. Talhah berkata, "Saya adalah pengurus Baitullah, kuncinya berada padaku. Jika aku suka, aku dapat menginap di dalamnya." Al-Abbas berkata.”Aku adalah pengurus Siqayah dan yang mengaturnya. Jika aku suka, aku dapat menginap di dalam masjid." Ali r.a. berkata, "Aku tidak mengerti apa yang kalian katakan. Sesungguhnya aku telah salat menghadap ke arah kiblat sejak enam bulan sebelum orang lain melakukannya, dan aku adalah ahli jihad." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Apakah kalian jadikan orang-orang yang memberi minum kepada orang-orang yang mengerjakan haji. (At-Taubah: 19), hingga akhir ayat.

Hal yang sama telah dikatakan oleh As-Saddi, hanya dia menyebutkan bahwa orang-orang yang saling membanggakan dirinya adalah Ali, Al-Abbas, dan Syaibah ibnu Usman, sedangkan teks lainnya sama.

وَقَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ عَمْرٍو عَنِ الْحَسَنِ قَالَ: نَزَلَتْ فِي عَلِيٍّ وعباس وعثمان وشيبة تَكَلَّمُوا فِي ذَلِكَ، فَقَالَ الْعَبَّاسُ: مَا أَرَانِي إلا أني تَارِكٌ سِقَايَتَنَا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «أَقِيمُوا عَلَى سِقَايَتِكُمْ فَإِنَّ لَكُمْ فِيهَا خَيْرًا»

Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Amr, dari Al-Hasan yang mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Ali, Abbas, Usman, dan Syaibah. Mereka membicarakan masalah tersebut. Lalu Abbas berkata, "Menurutku sebaiknya aku harus meninggalkan jabatan siqayahku." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Uruslah oleh kalian jabatan siqayah kalian, karena sesungguhnya dalam jabatan ini terkandung kebaikan bagi kalian.

Muhammad ibnu Saur meriwayatkannya dari Ma'mar, dari Al-Hasan, lalu ia menyebutkan hal yang semisal.

Sehubungan dengan tafsir ayat ini telah disebutkan sebuah hadis marfu' yang harus disebutkan di sini.

Abdur Razzaq mengatakan telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Yahya ibnu Abu Kasir, dari An-Nu'man ibnu Basyir r.a., bahwa ada seorang lelaki mengatakan, "Saya tidak akan mempedulikan suatu amalan apa pun sesudah Islam kecuali memberi minum orang-orang yang mengerjakan haji." Orang lainnya mengatakan, "Saya tidak mempedulikan suatu amalan pun sesudah Islam kecuali memakmurkan Masjidil Haram." Dan lelaki yang ketiga mengatakan, "Berjihad di jalan Allah lebih utama daripada apa yang telah kalian katakan itu." Maka Umar r.a. menghardik mereka seraya berkata, "Janganlah kalian mengangkat suara di hadapan mimbar Rasulullah Saw.!" Saat itu adalah hari Jumat. Setelah menyelesaikan salat Jumat, kami masuk menemui Nabi Saw. dan menanyakan hal tersebut. Maka turunlah firman-Nya: Apakah (orang-orang) yang memberi minum kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil Haram kalian jadikan. (At-Taubah: 19) Sampai dengan firman-Nya: Mereka tidak sama di sisi Allah. (At-Taubah: 19)

Jalur lain, Al-Walid ibnu Muslim mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Mu'awiyah ibnu Salam, dari kakeknya (yaitu Abu Salam Al-Aswad), dari An-Nu'man ibnu Basyir Al-Ansari yang menceritakan bahwa ketika ia berada di dekat mimbar Rasulullah Saw. bersama sejumlah sahabatnya, maka seseorang dari mereka berkata, ”Saya tidak mempedulikan lagi suatu amalan pun karena Allah sesudah Islam kecuali memberi minum orang-orang yang mengerjakan haji." Orang lainnya mengatakan, "Tidak, bahkan memakmurkan Masjidil Haram." Dan orang yang lainnya lagi mengatakan, "Tidak, bahkan berjihad di jalan Allah adalah lebih baik daripada apa yang kalian katakan itu." Maka Umar r.a. menghardik mereka dan mengatakan.”Jangan kalian keraskan suara kalian di hadapan mimbar Rasulullah Saw." Saat itu adalah hari Jumat.  Setelah mengerjakan salat Jumat, saya masuk menemui Rasullulah Saw. dan meminta fatwa kepadanya tentang apa yang diperselisihkan oleh mereka. Maka pada saat itu juga turunlah firman Allah Swt.: Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil Haram kalian jadikan. (At-Taubah: 19) Sampai dengan firman-Nya: dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zalim. (At-Taubah: 19)

Hadis ini merupakan riwayat Imam Muslim di dalam kitab Sahih-nya, dan diriwayatkan pula oleh Imam Abu Daud dan Ibnu Jarir; apa yang disebutkan di atas menurut lafaz yang ada pada Imam Muslim. Ibnu Murdawaih dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya di dalam kitab tafsir masing-masing, sedangkan Ibnu Hibban meriwayatkannya di dalam kitab Sahih-nya.

Tafsir Surat At-Taubah, ayat 23-24

May 24, 2015

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا آباءَكُمْ وَإِخْوانَكُمْ أَوْلِياءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الْإِيمانِ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَأُولئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (23) قُلْ إِنْ كانَ آباؤُكُمْ وَأَبْناؤُكُمْ وَإِخْوانُكُمْ وَأَزْواجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوالٌ اقْتَرَفْتُمُوها وَتِجارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسادَها وَمَساكِنُ تَرْضَوْنَها أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفاسِقِينَ (24)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian jadikan bapak-bapak dan saudara-saudara kalian pemimpin-pemimpin (kalian), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kalian yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpin, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Katakanlah, "Jika bapak-bapak, anak-anak. saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (daripada) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.

Allah Swt. memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar memiliki sikap yang berbeda dengan orang-orang kafir, sekalipun mereka adalah bapak-bapak dan anak-anaknya. Dan Allah melarang orang-orang mukmin menjadikan mereka sebagai pemimpin, jika mereka lebih menyukai kekafiran daripada keimanan. Allah Swt. mengancam orang mukmin yang berani melakukannya, seperti yang disebutkan oleh firman Allah Swt.:

{لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ} الْآيَةَ

Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. Dan dimasuk-kan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (Al-Mujadilah: 22), hingga akhir ayat.

Al-Hafiz Al-Baihaqi telah meriwayatkan melalui hadis Abdullah ibnu Syaizab yang mengatakan bahwa ayah Abu Ubaidah ibnul Jarrah dalam Perang Badar menyebut-nyebut nama berhala-berhalanya kepada anaknya, lalu anaknya (yakni Abu Ubaidah) menjauh darinya. Tetapi setelah ayahnya banyak mengeluarkan darah dari luka-lukanya, Abu Ubaidah datang kepadanya dan membunuhnya. Maka Allah Swt. menurunkan ayat ini berkenaan dengan peristiwa tersebut, yaitu firman-Nya: Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya. (Al-Mujadilah: 22), hingga akhir ayat.

Kemudian Allah Swt. memerintahkan kepada Rasul-Nya mengancam orang yang lebih mementingkan keluarga, kerabat, dan sanak familinya daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:

(قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا)

Katakanlah, "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan. (At-Taubah: 24)

Maksudnya, harta benda yang merupakan hasil jerih payah kalian.

(وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا)

perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai. (At-Taubah: 24)

Yakni rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai karena keindahan dan kenyamanannya. Dengan kata lain, jika semuanya itu:

(أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا)

lebih kalian sukai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (daripada) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah  (At-Taubah: 24)

Yakni tunggulah apakah yang akan menimpa kalian dari siksaan dan pembalasan-Nya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

(حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ)

sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (At-Taubah: 24)

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ، عَنْ زُهْرَةَ بْنِ مَعْبَدٍ، عَنْ جَدِّهِ قَالَ: كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ آخِذٌ بِيَدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، فَقَالَ: وَاللَّهِ لَأَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلَّا مِنْ نَفْسِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ نَفْسِهِ". فَقَالَ عُمَرُ: فَأَنْتَ الْآنَ وَاللَّهِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ: "الْآنَ يَا عُمَرُ"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Ibnu Luhai'ah, dari Zahrah ibnu Ma bad, dari kakeknya yang mengatakan bahwa kami bersama Rasulullah Saw., pada saat itu beliau Saw. sedang memegang tangan Umar ibnul Khattab. Umar ibnul Khattab "berkata, Demi Allah, wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau lebih aku sukai daripada segala sesuatu kecuali diriku sendiri." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Tidaklah beriman (dengan iman yang sempurna) seseorang di antara kalian sebelum aku lebih dicintai olehnya daripada dirinya sendiri. Lalu Umar ibnul Khattab berkata, "Sekarang engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri." Dan Rasulullah Saw. bersabda, "Memang begitulah seharusnya, hai Umar."

Imam Bukhari mengetengahkan hadis ini secara munfarid. Dia meriwayatkannya dari Yahya ibnu Sulaiman, dari Ibnu Wahb, dari Hauwah ibnu Syuraih, dari Abu Aqil Zahrah ibnu Ma'bad, bahwa ia pernah mendengar kakeknya (yaitu Abdullah ibnu Hisyam) menceritakan hadis ini dari Nabi Saw.

Di dalam hadis yang sahih telah disebutkan dari Rasulullah Saw. bahwa beliau Saw. pernah bersabda:

"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ"

Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaanNya, tidaklah beriman seseorang di antara kalian sebelum diriku ini lebih dicintai olehnya daripada orang tuanya, anak-anaknya, dan semua orang.

Imam Ahmad dan Imam Abu Daud telah meriwayatkan hadis ini berdasarkan lafaz yang ada pada Imam Abu Daud, melalui hadis Abu Abdurrahman Al-Khurrasani, dari Ata Al-Khurrasani, dari Nafi', dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

"إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ، وَأَخَذْتُمْ بِأَذْنَابِ الْبَقَرِ، وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ، وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ، سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ"

Apabila kalian melakukan transaksi barang dagangan, dan kalian mengikuti ekor sapi, serta kalian puas dengan pertanian, sedangkan kalian meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menguasakan kehinaan atas kalian yang tidak dapat dicabut, kecuali jika kalian kembali kepada agama kalian.

Imam Ahmad telah meriwayatkan pula hal yang semisal dari Yazid ibnu Harun, dari Abu Hubab, dari Syahr ibnu Hausyab, bahwa ia mendengar Abdullah ibnu Amr, dari Rasulullah Saw., hadis yang semisal. Hadis ini menjadi syahid yang menguatkan hadis di atas.