Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad)
dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang
kamu mengetahui (Q.S. Al-Anfaal 27).
Ayat di atas mengaitkan orang-orang beriman dengan amanah atau larangan berkhianat. Bahwa di
antara indikator keimanan seseorang adalah sejauh mana dia mampu melaksanakan amanah.
Demikian pula sebaliknya bahwa ciri khas orang munafik adalah khianat dan melalaikan amanah-
amanahnya. Amanah, dari satu sisi dapat diartikan dengan tugas, dan dari sisi lain diartikan
kredibilitas dalam menunaikan tugas. Sehingga amanah sering dihubungkan dengan kekuatan.
Firman Allah,
Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang
yang kuat lagi dapat dipercaya" (Q.S. Al-Qhashash 26).
Oleh karena itu wahai ikhwah, kuatkanlah keimanan dan ruhiyah kalian Kuatkanlah ilmu dan
tsaqafah kalian, serta kuatkanlah fisik dan segala sarana yang dapat digunakan untuk memikul
amanah. Dan Allah memerintahkan kepada kita untuk mempersiapkan segala bentuk kekuatan.
(Q.S. 8:60)
Ikhwan dan akhwat fillah!
Hidup ini tidak lain adalah sebuah safari atau perjalanan panjang dalam melaksanakan amanah dari
Allah. Dalam hidupnya manusia dibatasi oleh empat dimensi, bumi tempat beramal, waktu atau
umur sebagai sebuah kesempatan beramal, nilai Islam yang menjadi landasan amal dan potensi diri
sebagai modal beramal. Maka orang yang bijak adalah orang yang senantiasa mengukur
keterbatasan-keterbatasan dirinya untuk sebuah produktivitas yang tinggi dan hasil yang
membahagiakan. Orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang senantiasa sadar bahwa
detik-detik hidupnya adalah karya dan amal shalih. Kehidupannya di dunia sangat terbatas sehingga
tidak akan disia-siakannya untuk hal-hal yang sepele, remeh, apalagi perbuatan yang dibenci
(makruh) dan haram.
ِِ Amanah pertama yang harus dilakukan adalah Amanah Fitrah manusia, dimana makhluk lain
enggan dan menolak menerimanya. Ia adalah amanah hidayah, ma’rifah dan iman kepada Allah atas
dasar niat, kemauan, usaha dan orientasi. Amanah berikutnya adalah Amanah Syahadah
(Kesaksian). Pertama, berupa kesaksian diri agar menjadi cermin bagi agamanya. Kedua, berupa
kesaksian dakwah agar menyampaikan agama kepada manusia. Ketiga, berupa kesaksian agar
menerapkan manhaj dan syariah Islam di bumi Allah.
Berkata Imam Syahid Hasan Al-Banna, “Wahai Muslimun! Ibadah kalian kepada Rabb kalian,
jihad di jalan pengokohan agama kalian dan kemuliaan Syariat kalian adalah tugas kalian dalam
hidup. Jika kalian melaksanakannya dengan benar, maka kalianlah orang yang sukses. Jika kalian 2
melaksanakannya hanya sebagian atau melalaikan semuanya, maka aku sampaikan firman Allah
Taala,
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-
main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? “ (QS Al-Mu’minun 115).
Dan amanah itu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Pertanyaan akan ditujukan atas
amanah yang dibebankan kepada kita. Barang siapa yang menunaikan amanah sekecil apapun,
niscaya akan dilihat Allah. Dan barang siapa yang melalaikan amanah sekecil apapun niscaya akan
dilihat. Manusia tidak akan dapat lari dari tanggung jawab itu. Karena tempat yang ditinggali adalah
bumi Allah, umur yang dimiliki adalah ketentuan Allah, potensi yang ada adalah anugerah Allah
dan nilai Islam adalah tolak ukur dari pelaksanaan amanah tersebut. Kemudian mereka akan datang
menghadap Allah.
Oleh karena itu sekecil apapun amanah yang dilaksanakan akan memiliki dampak positif berupa
kebaikan. Dan sekecil apapun amanah yang disia-siakan, niscaya memiliki dampak negatif berupa
keburukan. Dampak itu bukan hanya mengenai dirinya tetapi juga mengenai umat manusia secara
umum. Seorang mukmin yang bekerja mencari nafkah dengan cara yang halal dan baik akan
memberikan dampak positif berupa ketenangan jiwa dan kebahagiaan bagi keluarganya. Apalagi
bila dia mampu memberi sedekah dan infak kepada yang membutuhkan. Sebaliknya seorang yang
menganggur dan malas akan menimbulkan dampak negatif berupa keburukan, terlantarnya
keluarga, kekisruhan, keributan dan beban bagi orang lain.
Kesalahan kecil dalam menunaikan amanah seringkali menimbulkan bahaya yang fatal.
Bukankah terjadinya kecelakaan mobil ditabrak kereta, disebabkan hanya karena sopirnya lengah
atau sang penjaga pintu rel kereta tidak menutupnya? Bahaya yang lebih fatal lagi adalah jika
amanah dakwah tidak dilaksanakan sehingga kemaksiatan merebak, kematian hati, kerusakan moral
dan tatanan sosial serta kepemimpinan di pegang oleh orang yang bodoh dan zhalim.
Ikhwan dan akhwat fillah!
Perjalanan dakwah telah menorehkan pengalaman betapa kesalahan dalam melaksanakan
amanah mengakibatkan kerugian dan musibah. Pada saat perang Uhud, Rasulullah saw.
memerintahkan satu pasukan pemanah untuk tetap berjaga di bukit Uhud dan tidak meninggalkan
pos itu. Tetapi, ketika tentara Islam sudah di ambang kemenangan, dan sebagian yang lain bersorak
sambil memunguti rampasan perang, maka pasukan pemanah pun tergoda dan ikut-ikutan
mengambil rampasan perang itu. Akhirnya pasukan kafir berhasil memukul mundur pasukan umat
Islam, dan rampasan perang raib dari tangan mereka. Lebih tragis dari itu adalah darah segar
berceceran dari muka Rasulullah saw, akibat amanah yang dilalaikan.
Harta, wanita dan kekuasaan memang merupakan sarana yang paling ampuh digunakan setan
untuk menggoda orang beriman agar melalaikan amanah, bahkan meninggalkannya sama sekali.
Betapa sebagian dai yang ketika tidak memiliki sarana harta yang cukup dan tidak ada kekuasaan
yang disandangnya, begitu istiqamah menjalankan amanah dakwah. Tetapi setelah dakwah
menghasilkan harta dan kekuasaan, amanah dakwah itu ditinggalkan atau bahkan berhenti dari jalan
dakwah dan futur dalam barisan jamaah dakwah!
Oleh karena itu waspadalah terhadap harta, wanita dan kekuasaan! Itu semua hanya sarana
untuk melaksanakan amanah dan jangan sampai menimbulkan fitnah yang berakibat pada
melalaikan amanah. Di balik menunaikan amanah, terkadang ada bunga-bunga yang
mengiringinya, harta yang menggiurkan, wanita yang menggoda. Sehingga orang yang beriman
harus senantiasa menguatkan taqarrub illallah dan istianah billah.
Amanah adalah perintah dari Allah yang harus ditunaikan dengan benar dan disampaikan
kepada ahlinya. Allah Taala berfirman, 3
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.(QS An-Nisaa 58)
Amanah yang paling tinggi adalah amanah untuk berbuat adil dalam menetapkan hukum pada
kepemimpinan umat. Pahala yang paling tinggi adalah pahala dalam melaksanakan keadilan sebagai
pemimpin umat. Begitulah sebaliknya, bahaya yang paling tinggi adalah bahaya melakukan
kezhaliman pada saat memimpin umat. Kezhaliman pemimpin akan menimbulkan kehancuran dan
kerusakan total dalam sebuah bangsa. Maka kezhaliman pemimpin merupakan sikap menyia-
nyiakan amanah yang paling tinggi.
Dengan demikian orang-orang yang beriman harus benar-benar melaksanakan amanah
kepemimpinan umat dan tidak memberikannya kepada orang-orang yang bukan ahlinya. Orang
beriman adalah khairu ummah yang harus mengamankan amanah umat. Dan ketika amanah
kepemimpinan dipegang oleh orang yang bukan ahlinya, maka umat Islam harus melakukan jihad
dan amar ma’ruf nahi munkar. Rasulullah saw. bersabda:
“Seutama-utamanya jihad adalah kalimat yang benar kepada penguasa yang zhalim”(HR Ibnu
Majah, Ahmad, At-Thabrani, Al-Baihaqi dan An-Nasai). Hadits yang lain:
”Penghulu para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthallib dan seorang yang bangkit
menuju imam yang zhalim ia memerintahkan dan melarang sesuatu lalu ia dibunuh”(HR Al-
Hakim)
Ikhwan dan akhwat fillah
Hidup adalah pilihan-pilihan. Dan pilihan melaksanakan amanah adalah konsekuensi sebagai
manusia, konsekuensi sebagai muslim dan konsekuensi sebagai dai. Oleh karenanya sandaran yang
paling baik adalah Allah, teman yang paling baik adalah orang-orang yang shalih dan kelompok
yang paling baik adalah jamaah Islam. Maka kuatkan hubungan dengan Allah dan tingkatkan
ukhuwah Islamiyah, niscaya kita akan sukses melaksanakan amanah itu, sebesar apapun. Marilah
kita melaksanakan amanah yang diberikan Allah kepada kita dengan penuh keikhlasan dan
kesungguhan. Marilah kita melaksanakan amanah yang dibebankan jamaah kepada kita dengan
penuh kesabaran dan lapang dada. Marilah kita melaksanakan amanah umat dengan penuh
keseriusan dan tanggung jawab. Dan semuanya akan ditanya, siapkah kita? Jika tidak, maka akan
terjadi kehancuran dan kerusakan.
0 komentar:
Posting Komentar