Sabtu, 23 April 2022

I’TIKAF

 


I’tikaf Berdiam Diri di Masjid, Ketahui Hukum, Rukun dan Syarat yang Harus Dikerjakan

Bulan Ramadan adalah bulan penuh pahala, di mana setiap amalan ibadah akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT. Selain itu, di bulan Ramadan ada suatu malam di mana setiap amalan ibadah akan lebih baik dari pada ibadah selama seribu bulan. Malam itu disebut lailatulqadar, yang disebutkan ada di 10 hari terakhir. Selama 10 hari terakhir Ramadan, beberapa orang biasanya memaksimalkan amal ibadahnya dengan melakukan i’tikaf di masjid. 

Di artikel ini kita akan bahas mengenai serba-serbi itikaf mulai dari Itikaf apa artinya hingga tata cara, hukum dan siapa saja yang boleh melaksanakan itikaf. 

I’tikaf Apa Artinya

Itikaf merupakan kegiatan amalan berdiam diri di masjid dan melakukan kegiatan amalan lainnya di dalam masjid seperti tadarus Al-Qur’an hingga qiyamulail shalat malam.  Sebenarnya i’tikaf dapat dilakukan setiap saat, tetapi khususnya di bulan Ramadan i’tikaf lebih dianjurkan. Itikaf di bulan Ramadan dianjurkan terutama di sepuluh malam terakhir.

Hadis Rasulullah SAW menyebutkan bahwa itikaf di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan bagai beritikaf dengan beliau (Rasulullah SAW).

مَنِ اعْتَكَفَ مَعِي فَلْيَعْتَكِفَ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ

“Siapa yang ingin beri’tikaf bersamaku, maka beri’tikaflah pada sepuluh malam terakhir.” (HR Ibnu Hibban).

Hukum, Rukun, Syarat hingga Tata Cara I’tikaf

Dikutip dari website Nahdlatul Ulama, islam.nu.or.id, dalam pelaksanaan i’tikaf ada beberapa sayarat dan rukun yang harus dijalani. Selain itu, kamu juga harus mengetahui hukum dari pelaksanaan i’tikaf di masjid bagaimana, berikut ini penjelasannya:

1. Hukum I’tikaf

Hukum itikaf asalnya sunnah, tetapi dapat menjadi wajib jika dinazarkan oleh seseorang. Hukum itikaf juga dapat menjadi haram apabila dilakukan oleh seorang istri tanpa izin suaminya. Hukum itikaf menjadi makruh jika dilakukan oleh berperilaku atau berdandan sehingga mengundang perhatian orang lain sehingga bisa mengundang fitnah walaupun telah disertai izin.

2. Rukun I’tikaf

Adapun 4 rukun i’tikaf yang harus dikerjakan di saat melaksanakannya, 

1. Niat

2. Berdiam diri di masjid (sekurang-kurangnya selama tuma’ninah shalat)

3. Masjid, namun di mazhab hanafi bagi perempuan dibolehkan untuk i’tikaf di rumah

4. Orang yang beri’tikaf

3. Syarat I’tikaf

Syarat orang yang melaksanakan itikaf:

1. Islam

2. Berakal Sehat

3. Bebas dari Hadas Besar

Jadi, orang yang melaksanakan itikaf tetapi tidak memenuhi syarat-syarat yang disebutkan di atas, maka dianggap tidak sah. Itikaf di bulan Ramadan membantu kita untuk mengevaluasi diri. Dengan itikaf kita akan berfokus pada diri kita dan menjauhi kesombongan.

Keutamaan I’tikaf

Kenapa I’tikaf ini sangat dianjurkan? Karena ada beberapa keutamaan pada saat menjalankannya. Mulai dari memperbanyak pahala hingga mendapatkan malam seribu bulan atau lailatulqadar. Berikut ini adalah keutamaan dari menjalankan i’tikaf di 10 hari terakhir bulan Ramadan.

1. Menggapai Lailatulqadar

Salah satu keutamaan menjalankan amalan itikaf adalah mendapatkan lailatulqadar yang dipercaya hadir pada 10 hari terakhir bulan Ramadan. Siapa pun yang mengerjakan amal ibadah di saat lailatulqadar, maka akan mendapatkan pahala yang jumlahnya sama dengan ibadah selama seribu bulan.

Ada hadis yang disebutkan oleh Ibnu Hajar Al Asqolani dalam kitab beliau Bulughul Marom, yaitu hadis no. 699 tentang permasalahan itikaf.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ:- أَنَّ اَلنَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَعْتَكِفُ اَلْعَشْرَ اَلْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ, حَتَّى تَوَفَّاهُ اَللَّهُ, ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam biasa beritikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau di wafatkan oleh Allah. Lalu istri-istri beliau beritikaf setelah beliau wafat. (HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172)

2. Mendapatkan Pahala Setiap Saat

Berdiam diri di masjid dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah bisa juga dengan mendirikan shalat, tilawah, zikir, berdoa, bermunajat, tadabbur, tafakur atau mengkaji ilmu. Bahkan dalam kondisi tidur pun, orang yang beritikaf mendapatkan pahala yang besarnya tidak bisa didapatkan oleh orang yang tidur di rumah. Sebab tidurnya itu termasuk rangkaian itikaf.

3. Sunnah Rasul

Itikaf pada 10 hari terakhir Ramadan merupakan sunnah Rasulullah SAW. Bahkan di Ramadan terakhir sebelum wafat, Rasulullah beritikaf selama 20 hari. Demikian pula istri beliau dan para sahabat Nabi. Mereka beritikaf 10 hari terakhir Ramadan. Setelah Rasulullah wafat, istri-istri beliau juga melaksanakan itikaf pada 10 hari terakhir Ramadan. 

Manfaatkan 10 Hari Terakhir Ramadan dengan Memperbanyak Amal Ibadah

Di 10 malam terakhir Ramadan ini bisa menjadi kesempatan bagi kamu untuk memperbanyak kegiatan amal ibadah. Sebab di 10 malam terakhir ini dan bahkan di malam-malam ganjil, Allah akan menurunkan malam lailatulqadar, malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Ada berbagai macam kegiatan amal ibadah yang bisa kamu lakukan untuk memperbanyak pahala. Seperti membaca Al-Qur’an dan bersedekah membantu sesama. 

1. Membaca Al-Qur’an

Membaca Al-Qur’an merupakan amalan yang sangat dianjurkan di bulan Ramadan. Sebab, bulan Ramadan ini merupakan bulan diturunkannya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW, tepatnya pada malam 17 Ramadan. Nah, untuk mempermudah kamu membaca dan mengamalkan tadarus atau membaca Al-Qur’an kapan pun dan di mana pun – sesuai dengan adab yang benar – ALAMI Mobile App kini tersedia Al-Qur’an digital. 

Dengan Al-Qur’an ALAMI Mobile App kamu bisa membacanya setiap saat seperti di sela-sela pekerjaanmu, mengantre atau sedang dalam transportasi menuju tempat bekerja. Al-Qur’an digital yang ada di ALAMI Mobile App lebih mudah dengan pembagian per juz. Jadi jika kamu ingin mengkhatamkan Al-Qur’an bisa dimulai per juz. 

2. Infak dan Sedekah 

Amalam yang tak kalah penting lainnya adalah memperbanyak infak dan sedekah. Selain menambah pahala, infak dan sedekah juga bisa memberikan kebahagiaan bagi orang lain. 

Selain itu infak dan sedekah merupakan amalan yang pahalanya tak terputus dan terus mengalir meskipun sudah meninggal. 


Jumat, 15 April 2022

Nuzulul Qur’an

 



Dalam tradisi Islam, Nuzululqur'an terjadi pada 610 M, saat Nabi Muhammad menerima wahyu pertama dari Malaikat Jibrīl, sebagai awal dari turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. Peristiwa ini terjadi di Gua Hira, di kaki Jabal Nur, dekat Makkah.[1] Pendapat terkenal menyatakan bahwa peristiwa ini terjadi pada 17 Ramadan.[2] Namun menurut Mubarakpuri, tanggal peristiwa ini terjadi pada 21 Ramadan sebelum Matahari terbit (10 Agustus 610) – saat Nabi Muhammad berusia 40 tahun, 6 bulan, dan 12 hari Hijriah, atau 39 tahun, 3 bulan, dan 22 hari Masehi.[3]

Selasa, 12 April 2022

Surah At-Taghabun Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

 











Kandungan Surah At-Taghabun Ayat 1-4 ini, sebelum membahas kandugan ayat terlebih dahulu kita mengetahui isi kandungan surh. Surah ini dibuka dengan pemberitahuan bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan bumi selalu menyucikan Allah dari segala hal yang tidak pantas disandangkan kepada-Nya, bahwa kerajaan dan pujian hanya milik-Nya, dan bahwa Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Kemudian diikuti dengan menyebutkan beberapa tanda yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaan dan pengetahuan Allah.


Surah ini mengajak manusia untuk beriman kepada Allah, Rasul-Nya dan cahaya yang telah diturunkan kepadanya yaitu al-Qur’ân mengingatkan mereka akan hari ketika manusia dikumpulkan untuk ditampakkan segala kesalahan. Saat itu orang-orang yang beriman dan beramal saleh akan memperoleh keberuntungan yang besar, sedangkan orang-orang kafir akan menjadi penghuni neraka yang merupakan tempat terburuk.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah At-Taghabun Ayat 1-4

Surah At-Taghabun Ayat 1
يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلۡأَرۡضِ لَهُ ٱلۡمُلۡكُ وَلَهُ ٱلۡحَمۡدُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيرٌ

Terjemahan: “Bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi; hanya Allah lah yang mempunyai semua kerajaan dan semua pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Tafsir Ibnu Katsir: Surah ini merupakan surah terakhir yang diawali dengan tasbih. Telah dikemukakan sebelumnya mengenai tasbih yang dilakukan oleh makhluk kepada Pencipta dan Rajanya. Oleh karena itu Allah berfirman: لَهُ ٱلۡمُلۡكُ وَلَهُ ٱلۡحَمۡدُ (“Hanya Allah lah yang mempunyai semua kerajaan dan semua puji-pujian.”) maksudnya Dia lah yang mengurus semua makhluk. Dia Yang Mahaperpuji atas segala ciptaa yang telah diciptakan-Nya dan ditetapkan-Nya.

Firman-Nya: وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيرٌ (“Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.”) maksudnya apapun yang Dia kehendaki pasti akan terjadi, dengan tidak ada satupun yang dapat menghalangi dan merintangi. Dan apa yang tidak Dia kehendaki maka tidak akan pernah terjadi.

Surah At-Taghabun Ayat 2
هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَكُمۡ فَمِنكُمۡ كَافِرٌ وَمِنكُم مُّؤۡمِنٌ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٌ

Terjemahan: “Dialah yang menciptakan kamu maka di antara kamu ada yang kafir dan di antaramu ada yang mukmin. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

Tafsir Ibnu Katsir: هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَكُمۡ فَمِنكُمۡ كَافِرٌ وَمِنكُم مُّؤۡمِنٌ (“Dia lah yang menciptakanmu, maka di antara kamu ada yang kafir dan di antara kamu ada yang beriman.”) maksudnya Dia lah yang telah menciptakan kalian dengan sifat demikian dan Dia pula yang menghendaki adanya orang mukmin dan orang kafir. Dan Dia mengetahui orang-orang yang berhak mendapatkan petunjuk dan orang-orang yang berhak mendapatkan kesesatan.

Dia Maha melihat segala amal perbuatan hamba-hamba-Nya, dan Dia akan memberikan ganjaran kepada mereka atas amal itu dengan pahala yang sempurna. Oleh karena itu Allah berfirman: وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٌ (“Dan Allah Mahamelihat apa yang kamu kerjakan.”)


Surah At-Taghabun Ayat 3
خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ بِٱلۡحَقِّ وَصَوَّرَكُمۡ فَأَحۡسَنَ صُوَرَكُمۡ وَإِلَيۡهِ ٱلۡمَصِيرُ

Terjemahan: “Dia menciptakan langit dan bumi dengan haq. Dia membentuk rupamu dan dibaguskan-Nya rupamu itu dan hanya kepada Allah-lah kembali(mu).

Tafsir Ibnu Katsirخَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ بِٱلۡحَقِّ (“Dia menciptakan langit dan bumi dengan [tujuan] yang benar.”) yakni dengan penuh keadilan dan hikmah. وَصَوَّرَكُمۡ فَأَحۡسَنَ صُوَرَكُمۡ (“dan Dia yang membentuk rupa dan dibaguskan-Nya rupamu itu.”) yakni dalam bentuk yang paling bagus. وَإِلَيۡهِ ٱلۡمَصِيرُ (“dan hanya kepada-Nya lah kembali [mu].”) yakni tempat kembali.


Surah At-Taghabun Ayat 4
يَعۡلَمُ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَيَعۡلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعۡلِنُونَ وَٱللَّهُ عَلِيمٌۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ

Terjemahan: “Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati.

Tafsir Ibnu Katsir: kemudian Allah memberitahukan tentang penguasaan ilmu-Nya atas semua makhluk ciptaan-Nya, baik yang ada di langit maupun di bumi, bahkan yang ada di dalam diri. Dia berfirman: يَعۡلَمُ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَيَعۡلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعۡلِنُونَ وَٱللَّهُ عَلِيمٌۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ (“Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah Mahamengetahui segala isi hati.”)


Surah At-Taghabun Ayat 5
أَلَمۡ يَأۡتِكُمۡ نَبَؤُاْ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَبۡلُ فَذَاقُواْ وَبَالَ أَمۡرِهِمۡ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Terjemahan: “Apakah belum datang kepadamu (hai orang-orang kafir) berita orang-orang kafir terdahulu. Maka mereka telah merasakan akibat yang buruk dari perbuatan mereka dan mereka memperoleh azab yang pedih.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman seraya mengabarkan tentang umat-umat terdahulu dan adzab serta siksaan yang menimpa mereka akibat tindakan mereka menyalahi para Rasul dan mendustakan kebenaran, dimana Allah berfirman:

أَلَمۡ يَأۡتِكُمۡ نَبَؤُاْ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَبۡلُ (“Apakah belum datang kepadamu [hai orang-orang kafir] berita orang-orang kafir terdahulu?”) yakni berita tentang mereka dan apa yang menimpa mereka. فَذَاقُواْ وَبَالَ أَمۡرِهِمۡ (“Maka mereka telah merasakan akibat yang buruk dari perbuatan mereka.”) maksudnya akibat dusta mereka dan buruknya perbuatan mereka, sehingga mereka mendapatkan siksaan dan hinaan di dunia.

وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌ (“dan mereka memperoleh adzab yang pedih.”) yakni di alam akhirat.


Surah At-Taghabun Ayat 6
ذَٰلِكَ بِأَنَّهُۥ كَانَت تَّأۡتِيهِمۡ رُسُلُهُم بِٱلۡبَيِّنَٰتِ فَقَالُوٓاْ أَبَشَرٌ يَهۡدُونَنَا فَكَفَرُواْ وَتَوَلَّواْ وَّٱسۡتَغۡنَى ٱللَّهُ وَٱللَّهُ غَنِىٌّ حَمِيدٌ

Terjemahan: “Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-Rasul mereka membawa keterangan-keterangan lalu mereka berkata: “Apakah manusia yang akan memberi petunjuk kepada kami?” lalu mereka ingkar dan berpaling; dan Allah tidak memerlukan (mereka). Dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

Tafsir Ibnu Katsir: Sebagai kelanjutan dari siksaan yang telah mereka rasakan di dunia. Kemudian Allah Ta’ala memberikan alasan atas keputusan tersebut seraya berfirman: ذَٰلِكَ بِأَنَّهُۥ كَانَت تَّأۡتِيهِمۡ رُسُلُهُم بِٱلۡبَيِّنَٰتِ (“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-Rasul mereka [membawa] keterangan-keterangan.”) yakni dengan hujjah-hujjah, dalil-dalil serta bukti-bukti.

فَقَالُوٓاْ أَبَشَرٌ يَهۡدُونَنَا (“Lalu mereka berkata:’Apakah manusia yang akan memberi petunjuk kepada kami?’”) maksudnya mereka menganggap tidak mungkin risalah ini berada di tangan manusia yang sama dengan mereka. فَكَفَرُواْ وَتَوَلَّواْ (“Lalu mereka ingkar dan berpaling.”) yakni mereka mendustakan kebenaran dan menolak untuk mengamalkannya. وَّٱسۡتَغۡنَى ٱللَّهُ (“dan Allah tidak memerlukan.”) artinya tidak membutuhkan mereka, وَٱللَّهُ غَنِىٌّ حَمِيدٌ (“Dan Allah Mahakaya lagi Mahaterpuji.”)


Surah At-Taghabun Ayat 7
زَعَمَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَن لَّن يُبۡعَثُواْ قُلۡ بَلَىٰ وَرَبِّى لَتُبۡعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلۡتُمۡ وَذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ

Terjemahan: “Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: “Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman seraya mengabarkan tentang orang-orang kafir, orang-orang musyrik, dan orang-orang atheis, dimana mereka mengaku bahwa mereka tidak akan dibangkitkan: زَعَمَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَن لَّن يُبۡعَثُواْ قُلۡ بَلَىٰ وَرَبِّى لَتُبۡعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلۡتُمۡ (“Tidak demikian, demi Rabbku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”) maksudnya seluruh amal perbuatan kalian pasti akan diberitahukan kepada kalian, amalan baik maupun buruk, kecil maupun besar.

وَذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ (“yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”) maksudnya pembangkitan diri kalian dan pemberian balasan terhadap kalian [adalah mudah bagi-Nya].


Surah At-Taghabun Ayat 8
فَـَٔامِنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَٱلنُّورِ ٱلَّذِىٓ أَنزَلۡنَا وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٌ

Terjemahan: “Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al-Quran) yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Allah berfirman: فَـَٔامِنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَٱلنُّورِ ٱلَّذِىٓ أَنزَلۡنَا (“Maka berimanlahkamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya [al-Qur’an] yang telah Kami turunkan.”) yakni al-Qur’an. وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٌ (“Dan Allah Mahamengetahui apa yang kamu kerjakan.”) maksudnya tidak ada sesuatu pun dari amal perbuatan kalian yang tersembunyi dari-Nya.


Surah At-Taghabun Ayat 9
يَوۡمَ يَجۡمَعُكُمۡ لِيَوۡمِ ٱلۡجَمۡعِ ذَٰلِكَ يَوۡمُ ٱلتَّغَابُنِ وَمَن يُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ وَيَعۡمَلۡ صَٰلِحًا يُكَفِّرۡ عَنۡهُ سَيِّـَٔاتِهِۦ وَيُدۡخِلۡهُ جَنَّٰتٍ تَجۡرِى مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ

Terjemahan: “(Ingatlah) hari (dimana) Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan, itulah hari dinampakkan kesalahan-kesalahan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan beramal saleh, niscaya Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.

Tafsir Ibnu Katsirيَوۡمَ يَجۡمَعُكُمۡ لِيَوۡمِ ٱلۡجَمۡعِ (“[ingatlah] hari [yang diwaktu itu] Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan.”) itulah hari kiamat. Disebut demikian karena pada hari itu semua orang yang hidup pertama maupun terakhir dikumpulkan dalam satu tempat, sehingga mereka bisa mendengar seruan dan dapat dijangkau oleh pandangan mata.
Dzaalika yaumut taghaabun ذَٰلِكَ يَوۡمُ ٱلتَّغَابُنِ (“Itulah hari at-taghaabun [ditampakkan kesalahan-kesalahan].”)


Surah At-Taghabun Ayat 10
وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ وَكَذَّبُواْ بِـَٔايَٰتِنَآ أُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِ خَٰلِدِينَ فِيهَا وَبِئۡسَ ٱلۡمَصِيرُ

Terjemahan: “Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.

Tafsir Ibnu Katsir: Ibnu ‘Abbas mengatakan: “At taghaabun merupakan salah satu nama hari Kiamat. Yang demikian itu karena penghuni surga menampakkan kesalahan para penghuni neraka.” demikian pula yang dikemukakan oleh Qatadah dan Mujahid. Sedangkan Muqatil bin Hayyan mengatakan: “Kejadian pada hari itu [yaitu penampakan kesalahan-kesalahan manusia] adalah lebih besar daripada masuknya penghuni surga ke dalam surga dan masuknya para penghuni neraka ke dalam neraka.”

Berkenaan dengan hal di atas, Ibnu Katsir mengatakan bahwa hal tersebut telah ditafsirkan melalui firman Allah yang artinya: “…dan Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan beramal saleh, niscaya Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya.

Itulah keberuntungan yang besar. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka Itulah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalmnya. dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (at-Taghaabun: 9-10)


Surah At-Taghabun Ayat 11
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِ وَمَن يُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ يَهۡدِ قَلۡبَهُۥ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيمٌ

Terjemahan: “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman seraya mengabarkan tentang apa yang telah dikabarkan dalam surah al-Hadiid: مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِ (“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah.”) Ibnu ‘Abbas megatakan: “Yakni dengan perintah Allah, atau dengan kata lain atas dasar ketetapan dan kehendak-Nya.”

وَمَن يُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ يَهۡدِ قَلۡبَهُۥ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيمٌ (“Dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Mahamengetahui segala sesuatu.”) maksudnya barangsiapa yang ditimpa musibah lalu ia menyadari bahwa hal itu terjadi atas gadla’ dan takdir Allah, lalu ia bersabar dan mengharapkan balasan pahala atas kesabarannya itu, serta menerima keputusan yang telah ditetapkan hatinya dan akan menggantikan apa yang telah hilang dari dirinya di dunia dengan petunjuk dan keyakinan di dalam hatinya. Terkadang, Allah Ta’ala mengganti apa yang telah diambil-Nya atau menggantinya dengan yang lebih baik darinya.


Surah At-Taghabun Ayat 12
وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ فَإِن تَوَلَّيۡتُمۡ فَإِنَّمَا عَلَىٰ رَسُولِنَا ٱلۡبَلَٰغُ ٱلۡمُبِينُ

Terjemahan: “Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul-Nya, jika kamu berpaling sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ (“Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul.”) Allah memerintahkan untuk mentaati Allah dan Rasul-Nya atas segala sesuatu yang disyariatkan serta mengerjakan apa yang diperintahkan dan meninggalkan segala yang dilarang-Nya.

Kemudian firman Allah: فَإِن تَوَلَّيۡتُمۡ فَإِنَّمَا عَلَىٰ رَسُولِنَا ٱلۡبَلَٰغُ ٱلۡمُبِينُ (“Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Rasul Kami hanyalah menyampaikan [amanat Allah] dengan terang.” Maksudnya jika kalian tidak mau mengerjakannya, maka yang menjadi tanggung jawab Rasul itu hanyalah menyampaikan saja, sedangkan yang menjadi tanggung jawab kalian adalah mendengar dan mentaatinya.


Surah At-Taghabun Ayat 13
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

Terjemahan: “(Dialah) Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Dan hendaklah orang-orang mukmin bertawakkal kepada Allah saja.

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Allah berfirman seraya mengabarkan bahwa Dia adalah Rabb Yang Mahaesa, seluruh makhluk bergantung kepada-Nya, yang tiada Ilah yang berhakk diibadahi selain Dia. Dia berfirman: اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ (“[Dia lah] Allah, tidak ada ilah [yang berhak diibadahi] selain Dia. Dan hendaklah orang-orang mukmin bertawakkal kepada Allah saja.”) yang pertama merupakan berita tentang tauhid dan mempunyai makna tuntutan. Maksudnya, Esakanlah peribadahan henya bagi-Nya dan ikhlaskanlah penyembahan hanya bagi-Nya, dan bertawakkallah kalian kepadanya.


Surah At-Taghabun Ayat 14
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِنَّ مِنۡ أَزۡوَٰجِكُمۡ وَأَوۡلَٰدِكُمۡ عَدُوًّا لَّكُمۡ فَٱحۡذَرُوهُمۡ وَإِن تَعۡفُواْ وَتَصۡفَحُواْ وَتَغۡفِرُواْ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Terjemahan: “Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman seraya mengabarkan tentang istri-istri dan anak-anak. Di antara mereka ada yang menjadi musuh suami dan ayah. Maksudnya, istri atau anak yang dapat menjadikan seseorang lalai dari berbuat amal shalih. Yang demikian itu sama seperti firman Allah yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa yaang melakukan hal tersebut, maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (al-Munafiquun: 9)

Oleh karena itu di sini Allah berfirman: فَٱحۡذَرُوهُمۡ (“Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka.”) Ibnu Zaid mengatakan: “Maksudnya, terhadap agama kalian.”)

Dan mengenai firman Allah: إِنَّ مِنۡ أَزۡوَٰجِكُمۡ وَأَوۡلَٰدِكُمۡ عَدُوًّا لَّكُمۡ (“Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu.”) Mujahid mengatakan: “Seorang laki-laki dapat terseret kepada pemutusan tali kekeluargaan atau juga durhaka kepada Rabbnya. Dan seorang laki-laki tidak mampu berbuat apa-apa karena hatinya telah dikuasai rasa cinta kepada seseorang selain menuruti semua yang diinginkannya.”

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, dan dia pernah ditanya tentang ayat ini: إِنَّ مِنۡ أَزۡوَٰجِكُمۡ وَأَوۡلَٰدِكُمۡ عَدُوًّا لَّكُمۡ فَٱحۡذَرُوهُمۡ (“Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka.”) dia mengatakan, mereka adalah orang-orang yang menyatakan diri masuk Islam dari kota Makkah, kemudian mereka hendak bertemu dengan Rasulullah saw., namun anak-anak dan istri-istri mereka menolaknya.

Setelah mereka mendatangi Rasulullah saw. mereka melihat orang-orang telah mendalami ilmu agama. Kemudian mereka bermaksud untuk memberikan hukuman kepada istri dan anak mereka, maka Allah Ta’ala menurunkan ayat ini: وَإِن تَعۡفُواْ وَتَصۡفَحُواْ وَتَغۡفِرُواْ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ (“Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni [mereka], maka sesungguhnya Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang.”


Surah At-Taghabun Ayat 15
إِنَّمَآ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَأَوۡلَٰدُكُمۡ فِتۡنَةٌ وَٱللَّهُ عِندَهُۥٓ أَجۡرٌ عَظِيمٌ

Terjemahan: “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah: إِنَّمَآ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَأَوۡلَٰدُكُمۡ فِتۡنَةٌ وَٱللَّهُ عِندَهُۥٓ أَجۡرٌ عَظِيمٌ (“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan [bagimu], di sisi Allah-lah pahala yang besar.”) Allah berfirman: “Sesungguhnya harta benda dan anak itu adalah fitnah.” Artinya harta dan anak itu akan menjadi bahan ujian dan cobaan dari Allah Ta’ala bagi makhluk-Nya agar Dia mengetahui siapakah hamba-hamba-Nya yang taat dan yang durhakan kepada-Nya.


Surah At-Taghabun Ayat 16
فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ مَا ٱسۡتَطَعۡتُمۡ وَٱسۡمَعُواْ وَأَطِيعُواْ وَأَنفِقُواْ خَيۡرًا لِّأَنفُسِكُمۡ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ

Terjemahan: “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ مَا ٱسۡتَطَعۡتُمۡ (“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.”) maksudnya berdasarkan usaha dan tenaga kalian, sebagaimana yang ditegaskan dalam kitab ash-Shahihain, dari Abu Hurairah dia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Jika aku perintahkan kalian untuk mengerjakan sesuatu, maka kerjakanlah semampu kalian, dan apa yang aku larang bagi kalian, maka tinggalkanlah.”

Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa sebagaimana yang diriwayatkan Imam Malik dari Zaid bin Aslam, bahwa ayat ini menaskh [menghapus] ayat yang terdapat dalam surah Ali ‘Imraan, yaitu firman Allah: (“Hai orang-orang ang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan benar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-sekali kamu mati melainkan dalam kedaan beragama Islam.”) (Ali ‘Imraan: 102)

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Sa’id bin Jubair mengenai firman Allah Ta’ala: (“Hai orang-orang ang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan benar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-sekali kamu mati melainkan dalam kedaan beragama Islam.”) dia mengatakan:“Setelah ayat ini turun, orang-orang gencar melakukan amal. Mereka melakukan shalat sampai kaki mereka bengkak dan kening mereka terluka. Lalu Allah Ta’ala menurunkan ayat ini sebagai keringanan bagi orang-orang muslim.

فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ مَا ٱسۡتَطَعۡتُمۡ (“Maka bertakwalah kemu kepada Allah menurut kesanggupanmu.”) dengan demikian ayat yang terdapat di dalam surah Ali ‘Imraan itu dihapuskan oleh ayat ini. Hal yang sama juga diriwayatkan dari Abul ‘Aliyah, Zaid bin Aslam, Qatadah, ar-Rabi’ bin Anas, as-Suddi, dan Muqatil bin Hayyan.

Dan firman Allah Ta’ala: وَٱسۡمَعُواْ وَأَطِيعُواْ (“Dengarlah serta taatlah.”) maksudnya, jadilah kalian tunduk patuh kepada apa yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepada kalian, dan janganlah kalian melakukan pembangkangan. Dan janganlah kalian lancang terhadap Allah dan Rasul-Nya, serta janganlah kalian berani melanggar apa yang telah diperintahkan kepada kalian, jangan pula kalian mengerjakan apa yang kalian telah dilarang mengerjakannya.

Firman Allah: وَأَنفِقُواْ خَيۡرًا لِّأَنفُسِكُمۡ (“dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu.”) maksudnya, dermakanlah sebagian rizky yang telah dianugerahkan Allah kepada kalian bagi kaum kerabat, fakir miskin, dan orang-orang yang membutuhkan. Dan berbuat baiklah kepada semua makhluk Allah, sebagaimana Allah Ta’ala berbuat baik kepada kalian, maka yang demikian itu lebih baik bagi kalian di dunia dan akhirat. Dan sebaliknya jika kalian tidak mengerjakannya, maka yang demikian itu akan menjadi keburukan bagi kalian di dunia dan di akhirat.

Firman Allah Ta’ala lebih lanjut: وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ (“Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.”) penafsiran penggalan ayat ini telah dikemukakan di surah al-Hasyr, yang disertai dengan hadits-hadits yang mempunyai makna sejalan dengan ayat tersebut.


Surah At-Taghabun Ayat 17
إِن تُقۡرِضُواْ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنًا يُضَٰعِفۡهُ لَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ وَٱللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ

Terjemahan: “Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: إِن تُقۡرِضُواْ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنًا يُضَٰعِفۡهُ لَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ (“Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipatgandakan [pembalasannya] kepadamu dan mengampunimu.”) maksudnya apapun yang kalian nafkahkan maka Allah akan memberikan gantinya.

Dan apapun yang kalian sedekahkan, maka balasannya tergantung kepada-Nya. yang demikian itu sejajar dengan pinjaman baginya, sebagaimana yang ditegaskan dalam kitab ash-shahihain: “Bahwa Allah Ta’ala telah berfirman: ‘Orang yang meminjamkan itu tidak aniaya dan tidak miskin.’” (HR Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu, Allah Ta’ala befirman bahwa Dia melipatgandakan pahala bagi kalian, sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya dalam surah al-Baqarah:(“Maka dia akan memberikan kelipatan baginya dengan kelipatan yang banyak.” (al-Baqarah: 245)

وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ (“Dan Dia akan memberikan ampunan kepadamu.”) maksudnya memaafkan segala kesalahan kalian. Oleh karen itu Allah berfirman: وَٱللَّهُ شَكُورٌ (“Dan Allah Mahapembalas jasa.”) yakni Dia akan membalas amal yang sedikit dan balasan yang banyak. حَلِيمٌ (“Lagi Mahapenyantun.”) yakni Dia memberikan maaf dan ampunan serta menutupi keburukan, menghapuskan dosa, kesalahan dan keburukan.


Surah At-Taghabun Ayat 18
عَٰلِمُ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ

Terjemahan: “Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Tafsir Ibnu Katsir: عَٰلِمُ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ (“Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”) dan ayat ini pun telah dijelaskan berberapa kali dalam pembahasan sebelumnya.