Nama lengkap beliau ra.: 'Umar bin
Khaththab bin Nufail
bin 'Abdul 'Uzza bin Rabah bin Qurth bin
Razah bin Ady bin Ka'ab bin
Luay.
'Umar ra. lahir 13 tahun setelah Tahun
Gajah, sebagaimana dikatakan
oleh Imam Nawawi. Beliau ra. termasuk orang
paling mulia di kalangan
Suku Quraisy. Beliau ra. masuk Islam pada
tahun keenam kenabian saat
berumur 27 tahun, sebagaimana ditulis oleh
Adz-Dzahabi. Saat itu
telah masuk Islam 40 orang laki2 dan 11
wanita, atau dalam riwayat
lain 39 laki-laki dan 23 wanita. Islam
semakin kokoh saat ke-Islam- annya. Beliau juga termasuk salah seorang dari 10
sahabat ra. yang
dijamin masuk surga. Dan telah diriwayatkan
darinya 539 hadits,
menurut Imam Suyuthi. 'Umar ra. adalah
khalifah pertama yang
mendapat gelar 'amirul mukminin.
Berkata Ibnu 'Umar: "Dia adalah
seorang laki-laki dengan kulit putih
bersih dengan kemerah-merahan. Postur
tubuhnya tinggi, kepalanya
botak dan beruban." Berkata Ubaid bin
Umar: 'Umar berpostur tinggi
jauh melampaui umumnya manusia."
Berkata Abi Raja' Al-
Athari: "...kedua tulang pipinya
menonjol, bagian depan jenggotnya
besar dan di ujungnya ada warna hitam
kemerah-merahan."
Dari Ibnu Sa'ad dari Dzakwan, dia berkata:
Saya bertanya
kepada 'Aisyah: "Siapa yang menggelari
'Umar bin Khaththab dengan Al- Faruq?" Dia berkata:
"RasuluLlah."
Beliau ra. adalah ayah dari isteri
RasuluLlah saw., Hafshah ra.,
sehingga 'Umar ra. adalah juga merupakan
mertua RasuluLlah saw.
MASUK ISLAMNYA 'UMAR RA.
Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu 'Umar
bahwa RasuluLlah saw.
Berdoa:
"Ya Alllah, muliakanlah Islam dengan
salah satu dari dua orang yang
Engkau cintai dengan Abu Jahal bin Hisyam
atau 'Umar bin Khaththab."
Dalam riwayat yang panjang dari Ibnu Sa'ad
dari Abu Ya'la, Al-Hakim
serta Al-Baihaqi dari Anas ra. bahwa
(ma'nawi) 'Umar keluar
menyandang pedang dengan tujuan membunuh
RasuluLlah saw. Di tengah
jalan ia bertemu dengan seseorang yang
memberitahukan bahwa adiknya,
Fathiman binti Khaththab ra. dan suaminya,
Said bin Zaid ra. (salah
seorang dari 10 sahabat ra. yang dijamin
masuk surga), telah masuk
Islam. Kemudian 'Umar ra. berbelok ke rumah
adiknya, saat adik dan
suaminya sedang membaca surat Thaha. Saat
itu 'Umar berkata: "Apakah
kalian telah berganti agama?" Iparnya
menjawab: "Wahai 'Umar, jika
kebenaran ternyata di luar agamamu!"
(Ma'nawi) Mendengar jawaban ini 'Umar
melompat dan mencekik iparnya
dan adiknya yang ingin membantu suaminya
dipukulnya hingga berdarah.
Dengan nada marah adiknya mengatakan:
"Jika kebenaran tidak berada
bersama agamamu maka Asyhadu allaa ilaaha
illaLlah wa asyhadu anna
Muhammadan 'abduhu wa RasuluHu."
Kemudian 'Umar meminta kitab yang dibaca
adik dan iparnya tadi.
Setelah berwudhu (karena adiknya
memerintahkannya untuk berwudhu
sebelum membacanya), maka ia membaca Surat
Thaha hingga ayat 14:
"Sesungguhnya aku ini adalah Allah,
tidak ada Tuhan (yang hak)
selain Aku, Maka sembahlah Aku dan
dirikanlah shalat untuk mengingat
Aku."
'Umar berkata: "Antarkan saya kepada
Muhammad!" Dan beliau ra. pun
masuk Islam (Untuk riwayat lengkapnya
silakan merujuk ke `Tarikh
Khulafa', karya Imam Suyuthi atau 'Rakhiqul
Makhtum', karya Al- Mubarakfury, dll.).
Ibnu Sa'ad dan Thabrani meriwayatkan dari
Ibnu Mas'ud ra. dia
berkata: "Islamnya 'Umar adalah sebuah
kemenangan besar, sedangkan
hijrahnya adalah keuntungan.
Kepemimpinannya adalah rahmat. Saya
telah melihat sendiri bagaimana kami tidak
mampu melakukan shalat di
BaituLlah sebelum 'Umar menyatakan
ke-Islam-annya. Tatkala 'Umar
masuk Islam, dia menyatakan perang kepada
mereka sehingga mereka
membiarkan kami melakukan shalat dengan
bebas."
HIJRAHNYA 'UMAR RA.
Ibnu Asakir meriwayatkan dari 'Ali ra., dia
berkata: "Saya tidak
mengenal seorang pun yang melakukan hijrah
kecuali dia akan
melakukannya dengan cara sembunyi-sembunyi
kecuali 'Umar bin
Khaththab. Saat 'Umar melakukan hijrah dia
menyandangkan busur
panahnya, dia mengeluarkan beberapa anak
panah yang dia pegang di
tangannya. Dia mendatangi Ka'bah, saat
orang-orang Quraisy sedang
berada di halamannya. Dia melakukan thawaf
selama tujuh kali. Dia
melakukan shalat dua raka'at di Maqam
Ibrahim. Kemudian dia
mendatangi kelompok-kelompok orang Quraisy
satu demi satu sambil
berkata, "Wahai wajah yang tidak
bersinar, barangsiapa yang mau
ibunya kehilangan anaknya, dan anaknya
menjadi yatim, atau isterinya
menjadi janda, temuilah di belakang lembah
itu." Namun tidak ada
seorang pun yang mengikutinya.
BEBERAPA KEUTAMAAN 'UMAR RA.
Seluruh Sahabat ra., Salafush Shalih dan
seluruh Ahlus Sunnah
sepakat bahwa 'Umar adalah orang (kedua)
terbaik dalam umat ini
setelah (RasuluLlah saw. dan) Abu Bakar ra.
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari
Sa'ad bin Abi Waqqash ra.,
dia berkata, RasuluLlah saw. bersabda:
"Wahai Ibnul Khaththab, demi Dzat Yang
jiwaku ada di Tangan Nya,
sekali-sekali syetan tidak akan melalui
suatu jalan yang akan engkau
lewati."
Abu Hurairah ra. berkata, bahwa RasuluLlah
saw. bersabda:
"Di antara umat-umat sebelum kamu ada
orang-orang yang muhaddats
(mendapat ilham), jika orang tersebut ada
pada umatku, pasti dia
adalah 'Umar." (HR. Bukhari)
Dari Ibnu 'Umar ra. bahwa RasuluLlah saw.
bersabda: "Sesungguhnya Allah menjadikan kebenaran di lidah dan hati
'Umar."
(HR. Tirmidzi)
Imam Tirmidzi dan Al-Hakim –dia menyatakan
bahwa riwayat ini shahih–
meriwayatkan dari 'Uqbah bin Amir dia berkata,
RasuluLlah saw.
bersabda:
"Andaikata setelah aku ada nabi
pastilah dia 'Umar."
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Ibnu Abbas
ra. Dia berkata: RasuluLlah
saw. bersabda:
"Tidak ada satu malaikat pun di langit
yang tidak menghormati 'Umar,
dan tidak ada satu syetan pun yang ada di
atas bumi kecuali dia akan
takut kepada 'Umar."
Imam Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan
dari Said Al-Khudri ra.,
dia berkata, Saya mendengar RasuluLlah saw.
bersabda:
"Di saat aku sedang tidur, kuihat
orang-orang ditampakkan kepadaku.
Mereka memakai baju, ada yang sebatas dada
dan ada yang di bawah
itu . Ditampakkan kepadaku 'Umar, dia
memakai baju yang panjang dan
menyeretnya." Para Sahabat bertanya:
"Apa takwilnya, wahai
RasuluLlah?" RasuluLlah saw. Menjawab:
"Agama."
Diriwayatkan pula oleh Bukhari dan Muslim,
bahwa RasuluLlah saw.
bersabda:
"Tatkala saya tidur, saya bermimpi
minum susu hingga saya melihat
dalam mimpiku air mengalir dari
kuku-kukuku, lalu saya minumkan air
itu kepada 'Umar." Para sahabat ra.
bertanya: "Apa takwilnya, wahai
RasuluLlah?" RasuluLlah saw. Menjawab:
"Ilmu."
Imam Bukhari meriwayatkan dari 'Umar ra.,
dia berkata: "Pendapatku
bersesuaian dengan Kehendak Allah dalam
tiga hal: Pertama, saya
pernah berkata kepada RasuluLlah, anadaikata
kita menjadikan Maqam
Ibrahim sebagai tempat shalat. Lalu
turunlah ayat Allah:
"...dan Jadikanlah sebahagian maqam
Ibrahim[1] tempat shalat...."
(Q. S. Al-Baqarah : 125)
[1] Ialah tempat berdiri Nabi Ibrahim a.s.
diwaktu membuat Ka'bah.
Kedua, saya katakan kepada RasuluLlah, Yaa
RasuluLlah, orang yang
baik dan buruk perangainya masuk ke dalam
rumah isteri-isterimu,
alangkah baiknya jika kau perintahkan
mereka untuk berhijab.
Kemudian turunlah ayat hijab. Dan ketiga,
para isteri RasuluLlah
saw. Berkumpul karena dilandasi rasa
cemburu. Maka saya katakan
semoga Allah menceraikan kalian semua dan
Dia menggantinya dengan
isteri-isteri yang lain yang lebih baik
dari kalian. Lalu turunlah
firman Allah tentang hal ini."
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dalam Tafsirnya
dari Anas, dia
berkata: 'Umar berkata: "Saya
melakukan empat hal yang sesuai dengan
kehendak Allah. Tatkala turun ayat:
"Dan Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah." (Q. S. Al-Mu'minuun
: 12)
Saya katakan: "Maka Maha Suci Allah,
Pencipta Yang Paling Baik,"
maka turunlah ayat:
"...Maka Maha Suci Allah, Pencipta
Yang Paling Baik." (Q. S. Al- Mu'minuun : 14)
KEKHILAFAHAN DAN KEADILAN 'UMAR RA.
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari
AbduLlah bin 'Umar dan Abu
Hurairah keduanya berkata, RasuluLlah saw.
Bersabda:
"Tatkala saya tidur, saya bermimpi
diriku berada di pinggir sebuah
sumur yang di atasnya ada sebuah timba.
Kemudian saya menimba dari
sumur itu beberapa kali timbaan sesuai yang
dikehendaki Allah,
kemudian Abu Bakar mengambilnya, kemudian
dia mengambil air darinya
beberapa timba atau dua timba dan salah
satu tarikan timba itu
berisi separuh saja. Allah mengampuninya.
Kemudian setelah itu
datang 'Umar bin Khaththab, dia menimba air
itu dan dia menggunakan
timba yang besar. Dan saya tidak melihat
seorang pun yang melakukan
pekerjaan seperti apa yang dia kerjakan
hingga semua manusia sama- sama puas meminum airnya."
Imam Nawawi dalam Tahdzib nya berkata: Para
ulama menyatakan bahwa
hadits ini menunjukkan masa khilafah Abu
Bakar dan 'Umar, banyaknya
pembukaan kota-kota serta munculnya Islam
di masa pemerintahan 'Umar.
Az-Zuhri berkata: 'Umar menjadi khalifah di
hari meninggalnya Abu
Bakar. Yakni pada hari Selasa tanggal 22
Jumadil Akhir (HR. Al- Hakim). Terjadi pada tahun 13H. Pada masanya terjadi
banyak
pembukaan wilayah-wilayah, seperti Damaskus
(dengan damai), th 14H,
Yordania (dengan perang), th 15H, kecuali
wilayah Thabariyyah. Pada
th 16H, Sa'ad melakukan Shalat Jumat di
Istana Kisra Persia. Pada th
16H, 'Umar safar untuk membuka Baitul
Maqdis, dll.
Pada jaman 'Umar ra. ditetapkan penanggalan
tahun Hijriyah atas
usulan 'Ali bin Abi Thalib ra. Dan pada th
17H, Masjid Nabawi
diperluas. Tahun ini juga terjadi 'Tahun
Paceklik', hingga
diriwayatkan bahwa perut beliau ra.
berbunyi karena lapar dan
seringnya 'Umar ra. makan minyak. Lalu
'Umar memohon hujan dengan
melalui perantaraan 'Abbas ra., paman
RasuluLlah saw.
Malik mentakhrij dari Sa'id bin Musayyib,
bahwa ada orang Muslim dan
Yahudi yang bertengkar, lalu keduanya
mengadu kepada 'Umar bin
Khaththab. Setelah memeriksa masalahnya,
'Umar berpendapat bahwa
yang lebih berhak atas kasus di antara
mereka berdua adalah orang
Yahudi...
'Umar ra. adalah orang yang pertama kali
membangun Baitul Mal,
memerintahkan Shalat Tarawih berjama'ah,
memerintahkan hukuman bagi
orang yang menghujat, membangun
kantor-kantor administrasi,
mengangkat para hakim di kota-kota dan
lain-lain. 'Umar ra. juga
mengatur tentara untuk pulang tiap 3-4
bulan sekali untuk dapat
memenuhi hak2 para isteri, dll.
Aslam berkata: 'Umar berdoa: "Yaa
Allah, karuniailah hamba gugur di
Jalan Mu sebagai syahid dan jadikanlah
kematian hamba di negara
utusan Mu (Madinah)." (HR. Bukhari),
dan Allah Swt. berkenan
mengabulkannya. Beliau ra. syahid dibunuh
oleh seorang bernama Abu
Lu'lu'ah (diriwayatkan bahwa dia seorang
majusi), saat mengimami
Shalat Subuh di Masjid Nabawi, Madinah.
Sebelum meninggalnya beliau ra. meminta
agar pemilihan khalifah
berikutnya dimusyawarahkan oleh 6 orang,
yaitu: 'Utsman
bin 'Affan, 'Ali bin Abi Thalib, Zubair bin
Awwam, 'AbdurRahman
bin 'Auf, Sa'ad bin Abi Waqqash, Thalhah
bin Ubaidillah, dan
kemudian mengkerucut menjadi tiga.
BEBERAPA KARAMAH 'UMAR RA.
Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi, Abu Nu'aim,
Al-Lalaka'i, dari
Ibnu 'Umar, dia berkata: 'Umar mengirim
satu pasukan yang dipimpin
oleh seorang laki-laki bernama Sariyyah,
tatkala 'Umar sedang
khuthbah di atas mimbar dia memanggil,
"Wahai Sariyyah, ke gunung!
Ke gunung! Ke gunung!" Kemudian
setelah itu datanglah utusan pasukan
Islam menemui 'Umar. 'Umar menanyakan
kondisi pasukan. Utusan itu
berkata, "Wahai Amirul Mu'minin, kami
telah terdesak kalah. Namun
tatkala kami berada dalam kondisi demikian,
kami mendengar teriakatn
yang memerintahkan, "Wahai Sariyyah,
ke gunung!" Ucapan itu kami
dengar sebanyak tiga kali. Oleh sebab itulah
kami menyandarkan
punggung kami ke gunung. Lalu Allah
hancurkan musuh kami"...
Abu Syaikh berkata dalam kitab al-`Azhamah:
Telah berkata kepada
kami Abu Thayyib, telah berkata kepada kami
Abdullah bin Shalih,
telah berkata kepada kami Ibnu Lahi'ah dari
Qais bin al-Hajjaj dari
orang yang mengatakan kepadanya dia
berkata: Tatkala Mesir dibuka
oleh kaum muslimin, penduduk Mesir datang
menemui `Amr bin al-`Ash
ra. pada saat sudah masuk salah satu bulan
yang dianggap sakral oleh
penduduk setempat. Orang-orang Mesir itu
berkata, "Wahai gubernur,
sesungguhnya Nil ini (maksudnya sungai Nil)
memiliki kebiasaan di
mana dia tidak akan mengalir kecuali dengan
sebuah tradisi." `Amr
bin al-`Ash ra. berkata, "Tradisi
apakah itu?" "Jika masuk tanggal
sebelas bulan ini, kami akan mencari
perawan ke rumah orang tua
mereka. Lalu kami minta kedua orangtuanya
untuk memberikan perawan
itu kepada kami dengan suka rela. Kami
hiasi perawan itu dengan baju
dan hiasan yang paling indah, kemudian kami
lemparkan dia ke sungai
Nil ini," jawab penduduk. "Ini
tidak mungkin dilakukan di dalam
Islam. Karena sesungguhnya Islam menghapus
tradisi lama," kata `Amr
bin al-`Ash ra.
Lalu mereka melaksanakan apa yang dikatakan
oleh `Amr bin al-`Ash.
Ternyata sungai Nil itu kering dan tidak
mengalirkan air sedikit
pun. Hingga kebanyakan penduduk berencana
untuk melakukan hijrah.
Tatkala melihat kondisi demikian, `Amr bin
al-`Ash ra. menulis surat
kepada `Umar bin al-Khaththab ra. Dalam
surat itu dia menerangkan
bahwa mereka ditimpa musibah akibat yang
`Amr bin al-`Ash ra.
katakan, di mana beliau ra. mengatakan
bahwa Islam telah menghapus
tradisi lama (yang berlaku pada masyarakat
di sekitar sungai Nil
tersebut).
`Umar ra. menulis kepada `Amr bin al-`Ash
ra. yang di dalamnya ada
sebuah nota kecil. Dalam surat itu `Umar
menulis: "Sesungguhnya saya
telah mengirim kepadamu dalam suratku satu
nota kecil, maka
lemparlah nota kecil itu ke sungai
Nil." Tatkala surat `Umar ra.
sampai di tangan `Amr bin al-`Ash ra., dia
mengambil nota kecil itu
dan membukanya. Ternyata di dalamnya berisi
tulisan sebagai berikut:
"Dari Hamba Allah, Amirul Mukminin,
`Umar bin al'-Khaththab. Amma
ba'du.
Jika kamu mengalir karena dirimu sendiri,
maka janganlah engkau
mengalir. Namun jika yang mengalirkan airmu
adalah Allah, maka
mintalah kepada Allah Yang Maha Kuasa untuk
mengalirkanmu kembali."
`Amr bin al-`Ash ra. kemudian melemparkan
nota kecil itu ke sungai
Nil. Allah Swt. mengalirkan air sungai Nil
dengan kadar enambelas
dzira' dalam satu malam. Dengan peristiwa
itu, Allah Swt. telah
menghancurkan tradisi jahiliyyah dari
penduduk Mesir tersebut hingga
sekarang.
'Umar bin Khaththab ra. pernah berkata:
"Akan ada dari keturunanku
seorang anak yang di wajahnya ada bekas
luka. Dia memenuhi dunia
dengan keadilan." (Diriwayatkan oleh
Imam Tirmidzi). Saat 'Umar
bin 'Abdul 'Azis (beliau masih keturunan
'Umar bin Khaththab ra.
dari jalur ibu) masih kanak-kanak, wajahnya
pernah ditendang
binatang. Pada saat menghapus darahnya,
ayahnya berkata: "Jika kamu
adalah orang yang terluka di kepalanya dari
kalangan Umayyah, maka
engkau akan menjadi orang yang
bahagia." (Diriwayatkan oleh Ibnu
Asakir)
ZUHUD 'UMAR RA.
Dikatakan: 'Umar membawa geriba di atas
pundaknya, lalu demikian itu
dia ditegur, dia menjawab:
"Sesungguhnya jiwaku merasa hebat
terhadapku, maka aku bermaksud hendak
menghinakannya."
Dari Al-Miswar bin Makhramah, dia berkata:
"'Umar menerima sejumlah
harta yang diletakkan di masjid. Kemudian
dia keluar menuju masjid
untuk melihat dan memeriksanya. Seketika
itu pula kedua mata 'Umar
meneteskan air mata." "Apa yang
membuat kamu menangis, wahai Amirul
Mukminin?" tanya 'AbdurRahman bin
'Auf, "Demi Allah, sesungguhnya
yang demikian ini termasuk hal yang perlu
disyukuri." 'Umar
berkata: "Demi Allah, yang demikian
ini tidak diberikan kepada suatu
kaum melainkan justru dapat menimbulkan
permusuhan dan kebencian di
antara mereka." (Diriwayatkan oleh
Imam Ahmad)
Dari Yahya bin Jad'ah, dia berkata, bahwa
'Umar pernah
berkata: "Kalau bukan karena tiga hal,
tentu aku lebih suka bersua
Allah 'Azza wa Jalla, yaitu: Sekiranya aku
tidak dapat meletakkan
keningku karena Allah, duduk di berbagai
majelis yang di sana
dipilih perkataan yang baik sebagaimana
buah-buahan yang dipilihi,
dan keluar di Jalan Allah."
(Diriwayatkan oleh Imam Ahmad)
Dari 'AbduLlah bin Isa, dia berkata:
"Pada wajah 'Umar bin Khaththab
ada dua garis kehitam-hitaman karena bekas
tangisan." (Diriwayatkan
oleh Imam Ahmad)
Beliau bernama Al-Faruq (sang pembeda) Umar bin
Khattab –semoga Allah meridloinya-, lahir pada tahun 13 setelah tahun gajah,
dan beliau berasal dari keluarga yang terhormat dikalangan suku Quraisy.
Sebelum masuk Islam beliau terkenal dengan sosok yang
paling keras permusuhannya terhadap Rasulullah saw dan sahabatnya, beliau
menyangka bahwa nabi Muhammad telah memecah belah manusia dengan membawa agama
baru, karena itulah saat hati beliau sudah semakin resah dan gelisah, beliau
mengambil pedangnya untuk membunuh Rasulullah saw, namun ditengah perjalanannya
beliau bertemu dengan seseorang, dan berkata sambil bertanya kepadanya :
“Hendak kemana engkau wahai Umar ?” dia berkata : “Saya ingin membunuh
Muhammad.” Orang itu berkata lagi : “Apakah kamu akan merasa aman jika engkau
membunuhnya akan datang tuntutan dari Bani Hasyim dan Bani Zuhrah ?” dia
berkata lagi : “Saya tidak peduli dengan itu, kecuali jika engkau telah keluar
dan meninggalkan agamamu yang lama”. orang itu berkata lagi : “Maukah engkau
aku tunjukkan kabar yang menakjubkan dari itu ?” dia menjawab : “Apa itu “? Dia
berkata : “Saudaramu dan suaminya telah tercelup dan meninggalkan agamamu yang
sekarang ini”.
Maka Umarpun berang dan mengalihkan mukanya, lalu
pergi menuju rumah saudaranya Fatimah untuk mendapatkan klarifikasi keabsahan
kabar yang didengarnya, dan saat dia sampai, dirumahnya ada Khobbab bin Al-Irt
–semoga Allah meridloinya-. Umarpun langsung mendorong pintu dan mendengar
percakapan mereka yang sedang membaca Al-Qur’an, lalu dia berkata sambil
mencibir : “Suara apa ini yang sama sekali saya tidak memahaminya dari bacaan
kalian”? kemudian Said bin Zaid –suami dari saudara Umar- berkata : “Adalah
Al-Quran yang sedang kami bicarakan/diskusikan antara kami.” Umar berkata :
“kelihatannya kalian telah terpengaruh.” Lalu said berkata lagi : “Apa pendapat
kamu wahai Umar jika kebenaran datang dari selain agamamu”? mendengar ucapan
itu Umarpun menghampirinya dan langsung memukulnya, maka datanglah saudaranya
menghadang Umar dan mendorongnya hingga jauh dari suaminya, maka beliaupun
menamparnya hingga darah mengalir dari wajahnya, lalu diapun berkata : “Wahai
Umar, jika kebenaran bukan dari agamamu, maka saya bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Ketika Umar merasa putus akan
keteguhan suami istri, beliaupun berkata : “Berikan kepada saya kitab yang ada
di tangan kalian agar saya baca”. Saudaranya berkata : “Sesungguhnya kamu najis
dan kitab ini tidak boleh disentuh kecuali orang yang suci, maka beliau disuruh
mandi dan berwudlu, dan beliaupun diajarkan bagaimana caranya berwudlu, lalu
umarpun berwudlu kemudian mengambil kitab tersebut dan membaca ayat-ayat
pertama dari surat Thoha, setelah itu beliau berkata kepada keduanya : “Tunjukkan
saya dimana Muhammad !”
Setelah Khobab mendengar ucapan Umar beliaupun keluar
dari persembunyiannya, dan berkata : “Bergembiralah wahai Umar, saya berharap
engkaulah yang dimaksud dari doa Rasulullah saw kemarin malam : “Ya Allah,
muliakanlah Islam dengan Umar bin Khattab atau Amru bin Hisyam”. Telah
dikabulkan Allah, kamudian Khobbab dan Umarpun keluar menuju Dar el-Arqom di
bukit Shofa, dimana saat itu Rasulullah saw sedang bersama sahabatnya.
Setelah keduanya mendekat dari rumah yang dituju,
terdapat disana Hamzah bin Abdul Mutthalib –semoga Allah meridloinya- dan
Tholhah bin Ubaidillah dan sebagian sahabat lainnya –semoga Allah meridloi
mereka- berada didepan pintu, setelah mengetahui yang datang Umar, Hamzah
berkata kepada mereka yang berada disekelilingnya : “Inilah Umar, jika Allah
berkehendak darinya kebaikan maka berilah salam dan tuntunlah menghadap nabi
saw, namun jika selain itu maka bunuhlah secara hati-hati, kemudian keluarlah
Rasulullah saw hingga Umar menghampirinya, lalu beliau mengambil baju Umar dan
bersabda : “Tidaklah diberikan hidayah kepada engkau wahai Umar hingga Allah
menurunkan kepadamu dari kehinaan dan kenistaan yang tidak diberikan kepada
Al-Walid bin Al-Mughirah”. Umarpun berkata : “Saya bersaksi bahwa Engkau adalah
utusan Allah, dia bersaksi dengan penuh ketulusan dan kebenaran, maka kaum
muslimin yang ada disekitarnya pun bertakbir hingga terdengar disepanjang jalan
kota Mekkah.
Setelah itu Umar berkata kepada Rasulullah saw : “Wahai Rasulullah, kenapa kita harus menyembunyikan agama kita padahal kita berada dalam kebenaran, sedangkan mereka menampakkan agama mereka padahal berada dalam kebatilan ?”
Rasulullah saw menjawab : “Wahai Umar, jumlah kita saat ini masih sedikit, seperti yang engkau lihat saat ini”. Umarpun berkata lagi : “demi Dzat yang telah mengutusmu dengan hak, tidak akan ada suatu majlis saat saya masih kafir kecuali –mulai saat ini- akan saya tampakkan keimanan saya”.
Setelah itu Umar berkata kepada Rasulullah saw : “Wahai Rasulullah, kenapa kita harus menyembunyikan agama kita padahal kita berada dalam kebenaran, sedangkan mereka menampakkan agama mereka padahal berada dalam kebatilan ?”
Rasulullah saw menjawab : “Wahai Umar, jumlah kita saat ini masih sedikit, seperti yang engkau lihat saat ini”. Umarpun berkata lagi : “demi Dzat yang telah mengutusmu dengan hak, tidak akan ada suatu majlis saat saya masih kafir kecuali –mulai saat ini- akan saya tampakkan keimanan saya”.
Kemudian Umar keluar dan melakukan thawaf di Ka’bah,
melewati sekumpulan orang-orang Quraisy yang sedang duduk-duduk dan merekapun
memperhatikan beliau, maka Abu Jahal berkata kepada Umar : “Si Fulan telah
menuduh kamu telah terpengaruh ?” lalu Umar berkata kepadanya : “Saya bersaksi
tiada Tuhan selain Allah yang maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan
sesungguhnya Muhammad adalah hamba-Nya dan Utusan-Nya. Mendengar ucapan beliau
sebagian kaum musyrikin menjadi berang dan langsung menyerangnya, namun Umarpun
membalas memukul mereka, dan tidak ada salah seorangpun yang bisa mendekat
kecuali beliau berhasil menangkap tangan Ba’tah bin Rabi’ah dan memukulnya
sampai babak belur, kemudian beliaupun pergi menghadap Rasulullah saw dan
mengabarkan kejadian yang dialaminya, dan meminta kepadanya untuk diizinkan
mengiklankan/mengumumkan keislaman beliau dan para sahabat dihadapan kaum
musyrikin Mekkah, hingga akhirnya nabi saw dan para sahabatnya keluar melakukan
Thawaf dan shalat Dzuhur di depan ka’bah, semenjak saat itu beliau dijuluki
dengan “Al-Faruq” karena beliau telah berhasil memisahkan antara yang hak dan
yang bathil. (Ibnu Sa’ad).
Umar adalah sosok yang ikhlas dan jujur dihadapan
Tuhannya, sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya, karena itu beliau selalu
bersama Rasulullah saw dan tidak pernah berpisah selamanya. Sebagaimana Beliau
dan Abu Bakar Ash-Shiddiq selalu berjalan bersama Nabi kemana saja beliau
berjalan, dan berada disampingnya dimana saja beliau berada, seakan-akan
keduanya seperti dua menteri baginya, lalu Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya
Allah SWT telah memberikan kebenaran atas lisan Umar dan hatinya”. (Ahmad,
Turmudzi dan Abu Dawud) dan kemudian berkata lagi : “Kalau saja ada seorang
nabi setelah aku maka dialah Umar”. (Ibnu Abdul Bar)
Rasulullah saw juga memberikan kabar kepadanya dengan
surga, dan sebagai salah seorang dari sepuluh sahabat yang akan dimasukkan ke
dalam surga tanpa hisab lebih dahulu, beliau bersabda : “Saya telah masuk
kedalam surga, atau saya telah mendatanginya dan saya melihat ada istana, maka
sayapun bertanya : “Untuk siapakah istana ini dipersiapkan ?” mereka (para
malaikat) berkata : “Untuk Umar bin Khattab. Lalu sayapun berkeinginan
memasukinya, merekapun tidak mencegahnya karena saya mengetahui betul
kecemburuanmu terhdadap agama”. Lalu Umarpun berkata : “Wahai Rasulullah, demi
bapak dan ibu saya wahai nabi Allah, atau atas engkau aku cemburu”. (Muttafaqun
‘alaih)
Saat Rasulullah saw mengijinkan para sahabtnya untuk
berhijrah ke Madinah, mereka melakukannya dengan sembunyi-sembunyi karena
khawatir dicegat oleh kaum Quraisy, maka Umar dan Abbas bin Abi Rabi’ah
Al-Mahzumi dan Hisyam bin Al-‘Ash berjanji berhijrah, mereka bersepakat bertemu
di suatu tempat yang jauh dari Mekkah sepanjang 6 Mil, dan barangsiapa yang
tidak melakukannya maka hendaknya berhijrah dengan orang lain, maka Umar dan
Abbas bertemu ditempat yang telah dtentukan, adapun Hisyam tertangkap oleh
kaumnya dan mereka memenjarakannya.
Akhirnya Umar dan Abbas melakukan Hijrah ke Madinah,
dan setelah Rasulullah saw hijrah kesana, beliau mempersaudarakan antara kaum
muhajirin dan Anshor, dan dipersaudarakanlah Umar bin Khattab dengan Utban bin
Malik –semoga Allah meridloi keduanya-.
Ketika masyarakat Islam terbentuk disana, dan dimulai
fase baru; jihad dalam Islam, Umarpun mengangkat bendera kebenaran dan
menggenggam pedengnya untuk membela agama Allah –Yang Maha Perkasa dan Agung-,
hingga datang perang pertama dalam sejarah Islam anatara kaum muslimin dengan
musyrikin; perang Badr, dan kemenangan besar diraih oleh kaum muslimin. Saat
kaum muslimin menawan sejumlah pasukan dari pihak musyrikin, Nabi saw
mengadakan musyawarah bersama para sahabatnya ; Umar berpendapat agar dibunuh
saja tawanan perang tersebut, adapun Abu Bakar berpendapat mengambil ganti
rugi, dan akhirnya nabipun memilih pendapat yang paling mudah diantara dua
pendapat yang jatuh pada pendapatnya Abu Bakar, maka setelah itu Jibril –AS-
turun kepada Nabi saw untuk membacakan ayat Al-Quran yang mendukung pendapatnya
Umar bin Khattab –RA-, Allah berfirman : “Tidak patut, bagi seorang Nabi
mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya dimuka bumi. Kamu
menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat
(untukmu). Dan Allah Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kalau sekiranya tidak ada
ketetapan yang telah terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang
besar karena tebusan yang kamu ambil”. (QS. Al-Anfal : 67-68) setelah
mendengar ayat tersebut maka Rasulullah saw dan Abu Bakarpun menangis, kemudian
Umar datang dan menanyakan sebab mereka berdua menangis lalu keduanya
memberitahukannya.
Al-Faruq Umar bin Khattab mengikuti seluruh peperangan
bersama Rasulullah saw, berjihad dengan pedangnya dijalan Allah; untuk
meninggikan kalimat (agama) Allah. Dan dalam perang Uhud beliau berdiri
disamping Rasulullah saw melingunginya setelah kaum muslimin mengalami
kekalahan.
Setelah Rasulullah saw meninggal dunia, Umar bin
Khattab membai’at Abu Bakar menjadi khalifah, sebagaimana kaum Muhajirin dan
Anshor membai’atnya, dan Umarpun berdiri disampingnya memperkokoh kepemimpinan
Abu Bakar, tidak pelit dalam berbuat dan berjihad membela kebenaran dan
meninggikan agama Islam, karena itulah beliau bersama-sama memerangi
orang-orang yang murtad dan membangkang membayar zakat dan orang yang
mengaku-ngaku sebagai nabi, dan perkara yang besar yang pernah dilakukan
olehnya adalah penyusunan kembali Al-Quran.
Saat Abu Bakar menjelang wafat, beliau mewasiatkan
kekhalifahan kepada Umar, agar dia mau mengemban amanat yang berat, belaiu
selalu mengadukannya kepada Umar sepanjang hidupnya, namun siapa lagi yang akan
mampu mengembannya kecuali Umar, karena beliau adalah Al-Faruq, hamba yang
taat, hamba yang zuhud dan imam yang adil.
Akhirnya Umar memegang amanah khilafah, dimana beliau menjadi tauladan yang baik dalam menegakkan keadilan dan kasih sayang sesama kaum muslimin, sedangkan pedang siap memenggal para pendurhaka dari perintah Allah dan kaum msuyrikin, namun beliau sangat mengasihi saat berbelas kasih dan keras saat keadaan keras (perang).
Akhirnya Umar memegang amanah khilafah, dimana beliau menjadi tauladan yang baik dalam menegakkan keadilan dan kasih sayang sesama kaum muslimin, sedangkan pedang siap memenggal para pendurhaka dari perintah Allah dan kaum msuyrikin, namun beliau sangat mengasihi saat berbelas kasih dan keras saat keadaan keras (perang).
Suatu ketika beliau keluar bersama pembantunya Aslam
dimalam hari yang gelap gulita dan dingin guna mengadakan infeksi kondisi
rakyatnya, dan saat keduanya sampai disuatu tempat dekat kota Madinah, Umar
melihat ada api menyala, lalu beliaupun berkata kepada pembantunya : “Wahai
Aslam, disana ada sesuatu yang aneh mari kita menuju kesana. Melihat apa
sebenarnya yang terjadi, maka keduanyapun bertolak menuju asal api tadi, dan
didapati disampingnya ada seorang wanita tua dan dua anak kecil, dan periuk
yang diletakkan diatas api, sedangkan kedua anaknya menangis karena kelaparan,
maka beliapun mendekat dan bertanya kepadanya : “Sedang apa kalian saat ini”.
Wanita itu menjawab : “Kami sedang melewati malam dan dingin”, beliau berkata :
“Kenapa kedua anak itu berteriak menangis ?!” wanita itu berkata : “Karena
kelaparan” Umar berkata lagi : “Dan apa sebaenarnya yang kamu letakkan diatas
api ?” wanita menjawab : “hanya air, saya mengelabuinya sampai mereka tertidur,
hanya Allah yang tahu antara kami dan Umar”.
Mendengar penuturan wanita tersebut Umarpun menangis
lalu pergi kerumahnya dan mengambil gandum dan minyak samin lalu berkata kepada
pembantunya : “Wahai Aslam, letakkan barang itu diatas pundak saya untuk saya
bawa !” Aslam berkata : “Biarkan saya yang membawanya.” Umar berkata : “apakah
engkau mau menanggung dosa saya dihari Kiamat nanti?!” akhirnya beliaupun
membawanya menuju tempat wanita tersebut, kemudian meletakkannya dihadapan
wanita lalu mengeluarkan sebagian gandum darinya dan meletakkannya dalam periuk
untuk dimasak, setelah itu beliau meletakkan minyak samin serta meniup api
dibawahnya hingga terbakar dan masakan menjadi matang dan siap disantap,
setelah beliau berkata : “Berikan kepada saya sebuah piring, kemudian dia
meletakkan makanan diatas piring tersebut dan meletakkannya dihadapan dua anak
kecil tadi, lalu beliau berkata : “Makanlah kalian !” akhirnya merekapun
memakannya sampai kenyang, kemudian wanita mendoakannya dengan kebaikan, saat
itu beliau masih tinggal disitu hingga akhirnya kedua anak itu tertidur lelap,
kemudian beliaupun meninggalkan mereka sambil menangis, lalu berkata kepada
pembantunya : “Wahai Aslam, karena kelaparan yang membuat mereka begadang dan
menangis.
Pada suatu hari yang lain Umar keluar untuk melihat
keadaan masyarakat, dan beliau, mendapati seorang wanita yang akan melahirkan
sambil menangis, sedangkan suaminya tidak memiliki harta, maka Umarpun bergegas
kembali kerumahnya dan bekata kepada istrinya : “Wahai Ummu Kultsum binti Ali
bin Abi Thalib, apakah engkau menginginkan ganjaran yang dikhususkan kepadamu ?
lalu dia memberitahukan kabar yang dilihatnya, maka diapun menjawab : “Tentu
saja saya mau” akhirnya Umar membawa gandum dan minyak samin dipundaknya,
sedangkan istrinya membawa peralatan untuk melahirkan, setelah sampai, Ummu
Kultsum masuk ke tempat wanita yang dimaksud sedangkan Umar Umar duduk
disamping suaminya sambil mengajaknya menyiapkan makanan, akhirnya wanita itu
melahirkan seorang anak laki-laki, dan Ummu Kultsum berkata kepada Umar :
“Wahai Amirul Mu’minin berilah kabar gembira kepada sahabatmu akan anak
laki-laki yang baru lahir ini. Setelah mendengar apa yang diucapkan oleh istri
Umar, lelaki itupun menaruh hormat kepadanya sambil memohon maaf, namun Umar
berkata : “Tidak mengapa dan tidak ada dosa atasmu, akhirnya beliau memberikan
uang secukupnya kepadanya lalu pergi.
Diriwayatkan bahwa Umar bin Khattab melihat seorang
kakek non muslim yang berada dalam perlindungan Islam meminta makanan kepada
orang lain, lalu berliau bertanya kepadanya : “Orang ini adalah berasal dari
keluarga yang dilindungi namun telah lanjut usianya dan tubuhnya sudah lemah,
maka Umarpun memberikan baginya al-jizyah, kemudia berkata : “Kalian telah
memberikan kepadanya jizyah namun setelah dia lemah kalian tinggalkan
meminta-minta ? akhirnya beliau memberikan tanggungan yang diambil dari baitul
mal sepuluh Dirham.
Pada masa khilafah Umar daulah Islam meluas
kearah Timur dan Barat dunia, kemenangan-kemenangan banyak diraihnya, saat
pemerintahan beliaulah negeri Syam, Iraq, Iran, Adzerbijan, Mesir dan Libya
dikuasai, sebagaimana baliau juga mendapatkan kunci Baitul Maqdis, pada masa
beliau harta kekayaan negara berlimpah ruah hingga baitul mal penuh dengan
harta, tidak ada negeri Islam yang merasakan masa keagungan kecuali pada masa
kekhalifahan Umar bin Khattab.
Namun walaupun negara menjadi kaya karenanya
beliau tetap hidup sebagai orang yang zuhud, menjaga dirinya dan keluarganya
dari menggunakan harta kekayaan tersebut, dan memberikan kelonggaran untuk kaum
muslimin dan orang-orang fakir.
Beliau tidak pernah makan kecuali dengan makanan
berupa roti yang keras,dan tidak pernah menggabungkan antara dua makanan
pengiring (lauk pauk), belaiu memakai pakaian yang tidak lebih dari 12 potongan
kulit, tidak gentar dan tidak takut kepada siapapun dalam menegakkan keadilan,
setiap berhukum beliau menegakkan keadilan, hingga merasa aman, tentram dan
tidur tidak merasa takut kecuali kepada Allah SWT.
Umar menjadikan perjalanan hidup Rasulullah saw dan
sahabatnya –Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai tauladan bagi dirinya yang selalu
menerangi jalannya, berjalan sesuai dengan petunjuknya dan memberikan
peringatan bagi masyarakat sekitarnya dengan nasehatnya yang jelas, karena itu
diantara perkataan belaiu yang harum sampai saat ini : “Hisablah diri kalian
sebelum kalian dihisab, dan timbanglah amal-amal kalian sebelum neraca
timbangan berada dihadapan kalian”.
Beliau juga pernah berkata : “Celakalah bagi hakim
di dunia dari hakim yang ada dilangit saat mereka berjumpa nanti, kecuali bagi
siapa yang melakukan keadilan dan berhukum secara benar, dan tidak berhukum
sesuai dengan hawa nafsunya dan karena kerabatnya, bukan karena kecintaan dan
kebencian, dan menjadikan kitabullah cermin yang selalu hadir dihadapan kedua
matanya”.
Umar juga terkenal tegas terhadap para pembantunya di
pemerintahan, beliau selalu memerintahkan mereka untuk selalu berlaku adil dan
kasih sayang terhadap manusia, memotivasi mereka untuk menuntut ilmu, dan
beliau tidak pernah memberikan amanat kepada siapapun kecuali kepada seseorang
yang memiliki keteguhan dalam kebaikan dan terkenal dengan kesholihan dan
ketaqwaannya, sebagimana beliau selalu memerintahkan mereka demikian dan
memberitahukan akan tugas mereka sebenarnya, jika ada diantara mereka yang
melanggarnya maka beliau langsung mengisolirnya kemudian digantikan kepada yang
lainnya, beliau akan mencelanya dan menghisab perbuatannya.
Diriwayatkan bahwa seseorang dari Mesir datang kepada
Umar ingin mengadukan sesuatu, dia berkata : “Wahai amirul Mu’minin, saya mohon
perlindungan darimu akan perbuatan dzalim”, Umar berkata kepadanya :
“Perlindungan apa yang kau inginkan ?” dia berkata lagi : “Saya berlomba dengan
anaknya Amru bin Ash dan saya memenanginya, namun dia memukul saya dengan
pecutnya, sambil berkata : “saya adalah anak dari keluarga terhormat.” Umar
lalu menulis surat kepada Amru dan anaknya untuk datang menghadap kepadanya.
Akhirnya keduanyapun datang, lalu Umar berkata : “Dimana orang Mesir tadi ?”
maka dia datang, setelah Umar berkata kepadanya : “Ambil pecut dan pukullah dia
!” diapun memukulnya dengan pecut, dan setelah itu berkata : “pukullah anak
orang terhormat ini !” lalu beliau berkata lagi kepada warga Mesir tadi :
“Letakkan diatas pundak Amru !” penduduk Mesir itu berkata : “Wahai Amirul
mukminin sesungguhnya yang memukul saya adalah anaknya seperti yang telah saya
ceritakan. Lalu Umar menolehkan pandangannya kepada Amru dengan muka masam dan
sinis, dan berkata kepadanya : “Sejak kapan kalian memperhamba manusia, padahal
mereka dilahirkan dalam keadaan merdeka?” kemudian Amru berkata : “Saya tidak
tahu, dan tidak akan saya ulangi lagi.”
Umar hidup dengan cita-cita mendapatkan
syahadah di jalan Allah, dimana, suatu hari dia naik keatas mimbar, dan
berpidato : “Sesungguhnya di dalam surga ‘Adn ada istana yang memiliki 500
pintu, dan setiap pintu terdiri dari 5000 bidadari yang cantik, tidak ada yang
dapat memasukinya kecuali nabi, kemudian dia menoleh ke kubur Rasulullah saw,
dan berkata : “berbahagialah bagimu wahai penghuni kubur ini”, kemudian berkata
lagi : atau orang yang jujur, kemudian dia menoleh ke kubur Abu Bakar, dan
berkata : “Berbahagialah bagimu wahai Abu bakar. kemudian dia berkata lagi :
“Atau orang yang syahid. Dan baliau menoleh kepada dirinya sendiri dan berkata
: “Semoga engkau mendapatkan syahadah wahai Umar ?!” kemudian beliau mengakhiri
pidatonya : “Sesungguhnya orang yang mengusir saya dari Mekkah ke Madinah sudah
dianggap telah menjadikan saya sebagai syahid”.
Akhirnya Allah mengabulkan doanya dan
merealisasikan apa yang dicita-citakan, ketika beliau keluar rumah hendak
manunaikan shalat Fajar (Subuh) dihari Rabu tanggal 26 Dzul Hijjah tahun 23
Hijriyyah, Abu lu’luah menguntitnya, saat beliau sedang shalat dan akan
bersujud, Abu lu’luah menikamnya dengan pisau yang ada ditangannya, kemudian
dia manikam 12 jamaah, sedang lainnya dan yang maninggal hanya 6 orang, dan
setelah itu sang majusi menikam dirinya sendiri hingga mati.
Akhirnya Al-Faruq Umar mengisyaratkan untuk
melanjutkan shalat kepada Abdur Rahman bin Auf, kemudian setelah shalat kaum
muslimin membawa Umar kerumahnya, namun sebelum meninggal beliau memilih 6
orang dari sahabat; agar dipilih salah seorang dari mereka untuk menjadi
khalifah, yang diadakan tidak boleh lebih dari 3 hari setelah kematiannya
kecuali telah dipilih di antara mereka khalifah kaum muslimin, akhirnya
Al-Faruq menghembuskan nafasnya yang terkahir, dan dimakamkan disamping kubur
Abu Bakar dan di sisi kubur Rasulullah saw.
0 komentar:
Posting Komentar