Minggu, 01 Juli 2018

TADHIYAH MALIYAH : PELAJARAN DARI PERANG TABUK




Ikhwati fillah …
Alhamdulillah, Allah swt memberikan berbagai kenikmatan yang diantara kenikmatan itu adalah nikmat berjamaah, bertemu melepas rindu dengan ikhwah, saling memancarkan cahaya dari wajah-wajah yang selalu terbasuh air wudhu, saling mendoakan dan berjabat tangan serta berpelukan. Semoga kenikmatan ini Allah jaga dan kita semua dikumpulkan bersama dengan orang-orang yang kita cintai di jannah-Nya. Aamiin.

Ikhwati fillah …
Jika kita kembali membuka lembaran sejarah perjuangan Rasulullah saw bersama dengan para sahabatnya, maka pada saat itu pula akan banyak pelajaran yang dapat kita ambil sebagai referensi kita dalam meneruskan perjuangan dakwah, menguatkan tekad dan keinginan untuk mengambil peran yang lebih maksimal dalam menyampaikan risalah Islam. Hal tersebut sangat kita butuhkan karena di dalam perjuangan disaat kondisi perjuangan mengalami berbagai ujian dan tantangan yang terkadang membuat kita lelah, merasa berat melaksanakan tugas dakwah bahkan berfikir ingin mundur dan tidak melibatkan diri bersama dakwah yang mulia ini. Allah swt berfirman:

وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman” (QS. Huud: 120)

Wahai Saudaraku....
Di Tahun 2020 kita akan menghadapi pilkada kota Mataram, semua hal tersebut merupakan agenda dakwah yang dimana jama’ah telah menetapkan target yang menjadi acuan kader di dalam bekerja, bekerja dan bekerja untuk pemenangan dakwah. Pekerjaan ini bukanlah hal yang mudah semua potensi harus dikerahkan termasuknya diantaranya adalah potensi pendanaan yang juga harus disiapkan. mungkin ada ikhwah yang bertanya, apakah agenda pilkada, pileg dan pemilihan presiden kader harus diminta kontribusi dana?, bukankah kita punya puluhan kepala daerah dan kurang lebih 1400 anggota legislatif dari tingkat pusat, provinsi sampai kota. Kenapa tidak mereka saja yang menanggung semua ini dan kader cukup bekerja tanpa harus diminta untuk memberikan dananya.

Wahai Ikhwah...
Apakah kita tidak ingat peristiwa perang Tabuk, disaat kondisi umat Islam sudah lebih kuat bahkan dilakukan setelah kaum muslimin menaklukkan kota Mekkah, apakah kemudian umat Islam pada saat itu sudah tidak lagi diminta kontribusi dananya. Tidak ya ikhwah sekalian, bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang langsung mengumumkan kepada para sahabat untuk berinfak, karena jarak yang akan ditempuh jauh dan kebutuhan dana untuk operasional perperangan sangat besar. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memotivasi para sahabat untuk berinfaq dalam perang Tabuk, dengan ganjaran yang besar di sisi Allah Ta’ala. Maka berinfaqlah para shahabat, seperti Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Abdurrahman bin Hubab menceritakan tentang infaq Utsman, beliau berkata:
“Aku menyaksikan Nabi Shallahu’alaihi wa sallam memotivasi para sahabat dalam Jaisy al’Usrah (perang Tabuk), maka Utsman bin Affan berdiri dan berkata, “Wahai Rasulullah! Aku akan memberikan 100 onta lengkap dengan muatan dan pelananya di jalan Allah!. Lalu Nabi Shallahu’alaihi wa sallam memotivasi lagi, dan Utsman kembali beridir dan berkata. “Wahai Rasulullah! Aku akan memberikan 200 onta lengkap dengan muatan dan pelananya di jalan Allah!. Lalu Nabi Shallahu’alaihi wa sallam memotivasi lagi, dan Utsman kembali beridir dan berkata. “Wahai Rasulullah! Aku akan memberikan 300 onta lengkap dengan muatan dan pelananya di jalan Allah!. Maka aku melihat Rasulullah turun dari mimbar dan berkata. “Tidak ada bagi Utsman sesuatu yang akan menimpanya setelah ini (yaitu jaminan surga atas Utsman bin Affan), tidak ada bagi Utsman sesuatu yang akan menimpanya setelah ini”. (Diriwayatkan oleh Tirmidzi 5/626)

Wahai saudaraku....
Adapun Umar bin Khattab, beliau bersadaqah dengan separuh hartanya, dan beliau mengira itu bisa mengalahkan Abu Bakar Radhiyallahu’anhuma. Umar sendiri yang menceritakan, beliau berkata:
Rasulullahu shallallahu’alahi wa salam memerintahkan kami pada suatu hari untuk bershadaqah, dan waktu itu aku tengah memiliki sejumlah harta, maka aku berkata, ”Kalau ada satu hari dimana aku bisa mengalahkan Abu Bakar, inilah harinya”. Maka aku datang dengan membawa separuh harta dari hartaku, maka Rasulullahu shallallahu’alahi wa salam bersabda, ”Apa yang engkau nafkahkan kepada keluargamu?, aku menjawab, ”Sejumlah itu (separuh dari hartanya)”. Kemudian datang Abu Bakar radhiyallahu’anhu membawa semua yang ia miliki, dan Rasulullahu shallallahu’alahi wa salam bertanya, ”Apa yang engkau nafkahkan kepada keluargamu?, Abu Bakar menjawab, ”Aku tinggalkan untuk mereka, Allah dan Rasul-Nya. Aku pun berkata, ”Tidak akan pernah aku mengalahkan Abu Bakar selama-lamanya”. (Sunan Abi Daud 2/312-313)
Diriwayatkan bahwa Abdurrahman bin Auf berinfaq dengan 2000 dirham, dan itu adalah separuh dari harta yang beliau miliki saat itu, untuk keperluan perang Tabuk (lihat As Sirah fi Dhau’ Al Mashadir Al Ushuliyah hal. 616)

Wahai Ikhwah...
Lihatlah bagaimana para sahabat berlomba berinfak sesuai dengan kemampuan, termasuk para sahabat  yang miskin. Mereka mengeluarkan harta yang tentu nominalnya tidak banyak dengan malu-malu karena terkadang diejekan oleh orang-orang munafik. Diantara mereka ada yang membawa satu sha’ kurma seperti Khaitsamah al-Anshâri Radhiyallahu anhu , ada juga yang membawa setengah sha’ kurma seperti Abu Uqail Radhiyallahu anhu .
Orang-orang munafik mencela infak mereka yang terlalu sedikit. Namun bukan saja para sahabat yang miskin yang menjadi sasaran celaan mereka, para sahabat yang kaya dan berinfak dengan harta yang banyak pun tidak luput dari celaan mereka. Mereka dituduh riya’ (pamer). Lalu Allâh Azza wa Jalla menurunkan ayat-Nya:
الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ ۙ سَخِرَ اللَّهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela kaum Mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allâh akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih”(At-Taubah: 79)

Wahai Ikhwah…
Bahkan sebagaian mereka yang tidak memiliki harta yang dapat disadaqahkan untuk berjihad, diantaranya ‘Ulbah bin Zaid, ia shalat malam dan menangis dalam shalatnya, beliau berkata, “Ya Allah sungguh Engkau telah perintahkan aku untuk berjihad, dan aku sangat ingin untuk itu, namun tidak Engkau jadikan di sisiku ini apa yang dapat membantuku dalam memperkuat kedudukan Rasul-Mu”. Maka hal ini pun sampai kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau mengabarkan bahwa ‘Ulbah telah diampuni. (diriwayatkan dari jalur yang lemah, namun terdapat beberapa syahid yang shahih, lihat Al Mujtama’ Al Madani lil ‘Umari hal. 235)
Ada pula sebagian shahabat yang menyumbangkan tenaga, dipimpin oleh Abu Musa Al Asy’ari meminta kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, sejumlah unta dan kendaraan agar dapat turut serta dalam jihad. Namun tidak ada unta yang dapat dinaiki dan berselang beberapa waktu, akhirnya mereka memperoleh tiga ekor unta. Mengenai segolongan kaum mukminin yang lemah, sakit, dan tidak mampu berangkat jihad, Allah Ta’ala berfirman :
لَيْسَ عَلَى الضُّعَفَاءِ وَلَا عَلَى الْمَرْضَىٰ وَلَا عَلَى الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ مَا يُنْفِقُونَ حَرَجٌ إِذَا نَصَحُوا لِلَّهِ وَرَسُولِهِ ۚ مَا عَلَى الْمُحْسِنِينَ مِنْ سَبِيلٍ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ وَلَا عَلَى الَّذِينَ إِذَا مَا أَتَوْكَ لِتَحْمِلَهُمْ قُلْتَ لَا أَجِدُ مَا أَحْمِلُكُمْ عَلَيْهِ تَوَلَّوْا وَأَعْيُنُهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ حَزَنًا أَلَّا يَجِدُوا مَا يُنْفِقُونَ
“Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. dan tiada (pula) berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: “Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu”. lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan.” (QS. At Taubah : 91-92)

Wahai saudaraku…
Begitu perlunya kita membaca kembali apa yang mereka telah lakukan di perang Tabuk, kesiapan mengorbankan apa yang mereka miliki dan sebagian dari mereka yang memiliki keterbatasan tidak menghalangi untuk mengambil peran. Insya Allah hal ini semakin membuat kita yakin dan termotivasi bahwa setiap perjuangan dalam menegakkan kalimat Allah swt, akan selalu membutuhkan pengorbanan. Imam Hasan al-Banna menegaskan dalam arkan baiah terkait dengan tadhiyah.
وَأُرِيْدُ بِالتَّضْحِيَّةِ:
بَذْلُ النَّفْسِ وَالْمَالِ وَالْوَقْتِ وَالْحَيَاةِ وَكُلِّ شَيْءٍ فِي سَبِيْلِ الْغَايَةِ
Yang saya maksud dengan tadhhiyah (pengorbanan) adalah pengorbanan jiwa, harta, waktu dan kehidupan demi mencapai tujuan akhir.
وَلَيْسَ فِي الدُّنْيَا جِهَادٌ لاَ تَضْحِيَةَ مَعَهُ
Tidak ada jihad yang tidak disertai pengorbanan
وَلاَ تَضِيْعُ فِي سَبِيلِ فِكْرَتِنَا تَضْحِيَةٌ وَإنَّمَا هُوَ الأَجْرُ الجَزِيْلُ وَالثَّوَابُ الجَمِيلُ
Tidak akan sia-sia pengorbanan apapun di jalan fikrah islamiyyah kita, yang akan diperoleh adalah ganjaran besar dan pahala yang indah.
ومَنْ قَعَدَ عَنِ التَّضْحِيَةِ فَهُوَ آثِمٌ.
Siapa yang tidak berkorban maka ia berdosa.
وبِذلِكَ تَعْرِفُ مَعْنَى هُتَافِكَ الدَّائِمِ: (وَالمَوْتُ فِي سَبِيلِ اللهِ أسْمَى أمَانِينَا).
Itulah makna syiar “Mati di jalan Allah adalah cita-cita tertinggi kami.”

Wahai saudaraku…
Siapakah yang siap menjadi Utsman bin Affan, Abu Bakar Ash Shidiq, Umar bin Khattab, Abdurrahman bin Auf, dan sahabat yang lainnya. Semoga Allah swt, memberikan kekuatan dan kemampuan untuk meneladani mereka dalam mengorbankan apa yang kita miliki untuk perjuangan dakwah ini.
Wallahu’alam bishowab.

0 komentar:

Posting Komentar