“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya
pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami
berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. (Al-Isra:1)
Wahai umat
Islam…
Wahai umat
manusia seluruhnya…
Wahai para
penguasa dan pemimpin semuanya…
Ketahuilah
bahwa masjid Al-Aqsha merupakan kiblat pertama bagi umat Islam; yang dibangun
dimuka bumi yang di dalamnya penuh dengan kebarkahan untuk seluruh alam;
bumi para nabi, tempat diturunkannya risalah dan bumi jihad dan persatuan
hingga hari pembalasan.
Dan masjid
Al-Aqsha juga merupakan salah satu dari tiga masjid yang ditekankan untuk
dikunjungi; seperti yang disebutkan oleh Abu Hurairah dia berkata bahwa nabi
saw bersabda:
لا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلا إِلَى
ثَلاثَةِ مَسَاجِدَ : الْمَسْجِدِ
الْحَرَامِ ، وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ ، وَمَسْجِدِ الأَقْصَى
“Janganlah ditekadkan untuk berkunjung (rihlah)
kecuali kepada tiga tempat; Masjid Haram, Masjidku (masjid Madinah) dan masjid
Al-Aqsha”.
Sebagaimana masjid
Al-Aqsha juga merupakan pintu langit dan tempat pertemuan para nabi; yang di
dalamnya terdapat ikrar yang agung dalam muktamar pengakuan
akan kepemimpinan nabi Muhammad saw terhadap para nabi lainnya pada saat malam
Isra dan Mi’raj; karena bai’at yang dilakukan oleh mereka merupakan
penegasan akan janji para nabi dan para rasul yang harus
ditunaikan dan menjadi ikatan perjanjian sumpah yang diambil oleh
Allah atas mereka. Seperti yang termaktub dalam firman Allah:
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ
النَّبِيِّينَ لَمَا آَتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ
رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ
أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ
فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil Perjanjian
dari Para nabi: “Sungguh, apa saja yang aku berikan kepadamu berupa kitab dan
Hikmah kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada
padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”
Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang
demikian itu?” mereka menjawab: “Kami mengakui”. Allah berfirman: “Kalau begitu
saksikanlah (hai Para Nabi) dan aku menjadi saksi (pula) bersama kamu”. (Ali Imran:81)
Isra
memberikan pernyataan akan hak kita atas bumi Palestina
Tentunya
telah sama-sama kita ketehui bahwa pertikaian yang terjadi di seputar bumi yang
penuh berkah ini akan terus terjadi disepanjang zaman dan masa, dan setiap umat
akan terus mengklaim hak kepemilikian terhadap bumi tersebut, hak merasa ingin
menguasai dan mengambil alih pengelolaannya, dengan alasan sesuai dengan
keyakinan agama mereka; karena Nabi mereka -seperti yang mereka duga-
diturunkan di bumi tersebut dan mereka menginjakkan kakinya disana, dan sejarah
menjadi saksi akan kebenaran peristiwa tersebut.
Bukankah
telah kita saksikan sajarah perang salib yang berlangsung lama dan bahkan masih
terus berlangsung hingga saat ini, mereka berusaha mengambil kembali rumah
mereka yang menjadi saksi tempat lahirnya nabi Isa al-masih!! Dan tidakkah kita
telah menyaksikan kebiadan dan keberingasan para zionis yang ngotot untuk
kembali ke negara mereka dengan mengklaim sebagai tempat haekal nabi
Sulaiman. Sebagaimana seluruh umat Islam dan Arab khususnya mengklaim sebagai
pemilik bumi tersebut, dan tidak ada yang berhak bagi yang lainnya mengaku
sebagai pemilik.
Dan
sesungguhnya Islam mewajibkan atas umatnya menjadikan bumi
Palestina berada di bawah kekuasaan umat Islam dan berada dibawah
perlindungan mereka; sehingga jalan menuju masjid Al-Aqsha menjadi aman dan
terbuka bagi yang lainnya, sebagai tempat yang ditekankan untuk dikunjungi, dan
tidak ada seorangpun yang boleh menghalangi orang lain yang ingin berknjung ke
tempat tersebut, dan bagi mereka –kristen dan yahudi- terhadap tempat yang
suci tersebut ingin mengagungkannya dan berkunjung ke tempat tersebut; maka
Islam akan menghormatinya, melindunginya dan tidak menghalangi mereka; baik
sejak dahulu hingga saat ini dan bahkan selamanya tidak akan menghalangi
mereka; karena Islam adalah agama yang satu yang berusaha hidup damai dengan
penganut agama lainnya, tanpa ada paksaan untuknya terhadap apa yang
diyakini dan memberikan toleransi untuk menjalankan dan menunaikan syiar-syiar
agama yang dianutnya. Walaupun selain Islam tidak pernah memandang orang
lain secara baik kecuali hanya pada dirinya sendiri, karena itu mereka berusaha
menghantam dan memerangi setiap umat yang memusuhinya dan berseberangan
dengannya.
Tauladan
bagi dunia
Bahwa posisi
menjadi imam dihadapan para nabi di bumi quds pada saat malam Isra merupakan
petunjuk penyerahan kepemimpinan untuk umat ini (umat Islam). karena jika para
nabi saja mengikuti nabi kita Muhammad saw dan menunaikan shalat dibelakangnya;
maka bagi para pengikutnya –jika mereka benar-benar jujur dalam keimanan mereka
terhadap nabi dan menjadi pengikut mereka- harus mengikuti nabi saw dan
menjadikannya sebagai imam; apalagi kitab-kitab yang ada di tangan mereka telah
memberikan pernyataan dan kabar gembira melalui lisan nabi Isa bin Maryam:,
وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِن
بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ
“Dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang
Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” (As-Shaff:6)
Dan dunia,
juga hendaknya mengetahui dan mendengar bahwa umat manusia seluruhnya akan
hidup dalam kedamaian dan ketenangan serta ketentraman saat berada dibawah
naungan Islam oleh karena keadilannya, kebebasannya, kesamarataannya dan
rahmatnya yang tidak membedakan antara manusia dalam bentuk keyakinan dan
jenis, warna dan tingkatannya, dan seluruh manusia dihadapan islam adalah sama,
sehingga seluruhnya dapat menikmati apa yang mereka keyakinan, tenang dan
nyaman untuk tidur dipembaringannya yang empuk, tidak ada air mata yang
mengalir di pipi dan wajah mereka dan tidak ada darah yang mengalir di
jalan-jalan.
Dan pada
masa mendatang, boleh jadi dunia tidak akan mengenal kata-kata istiqrar
(stabilitas) dan amn (kedamaian), selama bumi Palestina belum kembali
kepada pemiliknya -yaitu Islam-, dan selama kepemimpinan dunia berada ditangan
orang-orang kotor yang mengabaikan akan nilai-nilai kemanusiaan dan akhlak
mulia, yang hanya melakukan ketenangan hidup untuk kemaslahatan diri
sendiri dan sedikit sekali diantara mereka yang mau bekerja untuk kemaslahatan
bangsa dan umatnya sekalipun dikecam oleh umat lainnya.
Kurangnya
Perhatian Al-Quds Merupakan Tanda Iman Yang Terluka
Bahwa bumi
Palestina dan Al-Quds merupakan bagian dari aqidah umat islam; selama
hayat masih di kandung badan dan roda kehidupan masih berjalan dimuka bumi ini,
walaupun harus berhadapan dengan berbagai rintangan dan ujian. Dan al-quds
merupakan bagian dari sejarah umat Islam yang masih memiliki ikatan yang erat
terhadap akidah yang terpatri di dalam hati dan jiwa; sehingga menjadikan
al-Quds terpatri dalam jiwa yang mendalam dan mengalir di dalam tubuh seperti
halnya darah yang mengalir dalam tubuh manusia sepanjang hari. Sebagaimana juga
al-quds merupakan bagian dari kemenangan umat Islam dan berbagai kemenangan
yang tidak berhenti insya Allah.
Dan jika
al-Quds merupakan hak bagi kaum muslimin seperti yang termaktub
dalam nash Al-Qur’an; maka mengabaikan isi yang ada di dalamnya merupakan
pengabaian terhadap kitab Allah dan peradaban umat serta aqidah dan turatsnya,
dan menyerahkan seluruh isinya kepada Yahudi dan yang lainnya,
walaupun hanya sekedar diam dan berupa pengakuan saja terhadap hak-hak yang
diambil oleh orang lain yang tidak memiliki hak atas kepemilikan terhadap
perseorangan, lembaga atau negara, setelah Allah menyerahkannya kepada umat Islam dan
bahkan telah menetapkannya seluruhnya dari apa-apa yang terdapat
di dalamnya, dan jika diserahkan kekuasaan terhadap orang lain selain
Islam, maka hal tersebut merupakan penistaan terhadap bumi Quds dan
dianggap telah mengabaikan hak umat Islam atas bumi tersebut dan bahkan
merupakan sejarah bagian dari memadamkan cahaya matahari pada siang
bolong, sehingga akan menjadi sarana penistaan terhadap akidah umat
Islam yang tidak sudi berada dibawah kehinaan. Dan mereka yang setuju dengan
kondisi tersebut dan tidak memiliki usaha untuk merebut kembali hak yang
telah dirampas, atau berusaha untuk membebaskan negeri tersebut dari najis
penjajahan zionis yang keji, yang di dukung oleh kekuatan Amerikan yang jahat,
zhalim dan pembantai.
Hak-hak Kita
Tidak Boleh Lepas Walau Hanya Melalui Ketetapan PBB
Hendaknya
umat Islam dan orang-orang beriman meyakini bahwa mengembalikan bumi yang
disucikan, dan menjaga kehormatan dan darah dari tangan-tangan najis zionis,
yang mana hal tersebut tidak akan sempurna dengan hanya melalui kesepakatan
yang dibuat oleh PBB dan melalui perundingan-perundingan; karena zionis tidak
mengenal kata damai kecuali hanya dengan kekuatan, dan tidak akan kembali
dari kesesatan dan kezhaliman mereka kecuali jika dengan merebut al-quds kembali
dari tangan mereka. Dan tentunya hal tersebut tidak akan terwujud kecuali
dengan jihad yang suci dan pengorbanan yang paripurna.
Pada suatu
saat kita semua harus meyakini bahwa kita akan berjalan menuju itu, mengangkat
bendera jihad di jalan Allah, tentunya dengan maju ke medan perang
(jihad), untuk mendapatkan syahadah dan kenikmatan surga yang luasnya melebihi
luasnya langit dan bumi. Dan niscaya pada suatu saat hal tersebut akan terwujud
di tengah-tengah kita. Sedangkan zionis dan kelompok dan negara yang menyokong
dan membantunya harus menyadari bahwa kita akan menuju kesana
–al-quds- untuk mengembalikan hak-hak umat; sehingga ketakutan dan rasa
cemas akan terus menyelemuti jiwa mereka dan pulang menuju asal mula
mereka datang, dan sehingga bumi Palestina bersih dari najis, kejahatan dan
kerusakan mereka, dan tidak ada yang menetap disana kecuali penduduk dan warga
Palestina yang asli; baik yang beragama Islam, Masehi (Kristen) dan
Yahudi; yang semuanya dilindungi oleh adanya keadilan Islam, persamaan
hak dan kebebasan berkeyakinan.
وَاللّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ
وَلَـكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ
”Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi
kebanyakan manusia tiada mengetahuinya”. (Yusuf:21)
Al-Quds; bencana
dan cita-cita
Bahwa
Al-Quds saat ini merupakan sumber bencana, namun juga merupakan cita-cita umat
pada hari esok, dan kejatuhan Al-Quds di tangan para penjajah merupakan
puncak bencana atas bangsa arab dan umat Islam, sebagaimana juga
merupakan puncak kehinaan dan kelemahan, namun pada waktu yang bersamaan -hal
tersebut- merupakan cita-cita bagi yang berpegang teguh pada kesatuan juhud
(perjuangan) umat; melalui jalur keimanan kepada Allah dan jihad di jalan-Nya;
sehingga ditulis baginya kemenangan yang nyata, dan Allah telah menjanjikan kepada
kita untuk masuk ke masjid Al-Aqsha dengan aman :
وَلِيَدْخُلُواْ الْمَسْجِدَ كَمَا
دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُواْ مَا عَلَوا تَتْبِيْرًا
“Dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana
musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan
sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai”. (Al-Isra:7)
Sebagaimana
Allah juga menjanjikan kepada kita akan kemenangan yang nyata:
وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ
الْمُؤْمِنِينَ
“Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang
yang beriman”.
(Ar-Ruum:47)
Adakah
Keberanian Bangsa Arab dan Kemarahan Umat Islam Terhadap Musuh?
Sungguh
menakjubkan akan permasalahan blokade terhadap umat Islam di perkampungan Abu
thalib; karena selain tidak disetujui oleh sebagian pemuka Arab dan para pembesarnya
yang memiliki keberanian dan wibawa; sehingga mereka berusaha mendobrak
kepungan dan memberikan kepada keluarga mereka makanan dan pakaian, dan bahkan
salah seorang dari mereka bergerak memberikan semangat kepada para lelakinya
dan simpul-simpul Arab untuk tidak boleh menyerah sehingga mampu
menghancurkan blokade. Namun apakah ada dari para penguasa dunia yang maju
menyuarakan hak umat kepada bangsa Arab sebelum Islam?! dan apakah kita
mendengar dari pemuka umat Islam dan pemimpin dunia yang merdeka mengiklankan
diri untuk membebaskan warga dari blokade di Gaza dan membawakan kepada mereka
bekal makanan, memberikan obat-obatan dan pakaian serta bahan bakar untuk
memasak dan juga membantu mereka untuk kembali mendapatkan hak mereka dari para
perampas?!
Dari
blockade menuju Isra
Dari
peristiwa isra dapat kita ambil pelajaran penting sehingga mampu mendorong kita
untuk tsabat dan membangkitkan cita-cita pada ikhwan kita di
Palestina; karena ketika orang-orang musyrik sudah putus asa untuk
bisa mengalahkan Rasulullah saw dan orang-orang yang bersamanya, dan tidak
mampu mengembalikan mereka pada kekufuran; mereka berfikir untuk melakukan
blockade terhadap umat Islam, dan pada selanjutnya Allah membukakan untuknya
pintu langit, sehingga bisa pergi ke Al-Quds dan naik ke atas langit, dan
tidak berjalan dalam waktu yang lama sampai Islam menjadi negara yang ditakuti
dan disegani serta diperhitungkan:
حَتَّى إِذَا اسْتَيْئَسَ الرُّسُلُ
وَظَنُّوا أَنَّهُمْ قَدْ كُذِبُوا جَاءَهُمْ نَصْرُنَا
“Sehingga apabila Para Rasul tidak mempunyai harapan
lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah
didustakan, datanglah kepada Para Rasul itu pertolongan Kami”. (Yusuf:110)
Bahwa hal
demikian merupakan seruan bagi ikhwah kita di Palestina untuk terus bersabar
dan teguh terhadap cobaan blockade, sekalipun masanya panjang namun pada
akhirnya nanti zionis Yahudi dan Amerika akan jatuh beserta orang-orang
yang mengambil keputusan terburu-buru karena takut musibah menimpa mereka atau
khawatir terkalahkan. Sebagaimana hal tersebut juga merupakan kabar gembira
bahwa lembaran-lembaran blockade pasti akan dicabik-cabik dan dirobek-robek
oleh Allah dan kekuasaan-Nya, dan kemudian dengan keteguhan dan jihad kalian,
akan terwujud kemenangan Allah yang dijanjikan, dan tamkin (kejayaan)
bagi agama Allah dengan syarat adanya ubudiyah kepada Allah dan tidak
mensyirikan bersama-Nya seorangpun :
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا
مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا
اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي
ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا
يَعْبُدُونَنِي لاَ يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ
فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang
beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-
sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan
bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar
akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman
sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu
apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka
mereka Itulah orang-orang yang fasik”. (An-Nuur:55)
Sesungguhnya
umat Islam saat ini membutuhkan untuk kembali kepada
Allah secara kaffah (totalitas) dan bersegera menuju iman yang
jujur dan benar, sebagaimana mereka juga membutuhkan jiwa yang besar pada
penghindaran diri dari pertikaian dan perpecahan, dengan saling bersatu
diantara mereka dan berpegang teguh dengan kitab Allah, mengenali musuh-musuh
mereka yang ada disekitarnya, membuat peta dan sterategi untuk menghadapi
permusuhan mereka; berdasarkan pada tsawabit iman dan nawamis
(undang-undang) kemenangan yang tidak bisa berubah dan berganti.
Dan
hendaknya kita semua kembali kepada risalah yang akan datang isnya Allah.
Allah akbar
dan segala puji hanya milik Allah..
Dan segala
puji sekali lagi hanya miliki Allah Tuhan semesta alam.
0 komentar:
Posting Komentar