Manusia adalah makhluq Allah yang terdiri
dari ruh dan jasad yang dilengkapi dengan potensi dan kelebihan dibandingkan
makhluq lainnya, yaitu hati, akal dan jasadnya. Dengan hati manusia dapat
ber’azam, denga akal dapat berilmu dan dengan jasad manusia dapat beramal.
Kelebihan dan kemuliaan manusia ini disediakan oleh Allah untuk menjalankan
amanah yaitu ‘ibadah dan khilafah di muka bumi. Peranan dan tugas yang
diamalkan ini akan mendapatkan balasan yang setimpal.
Hasiyah :
¨ Manusia (insan)
Dalil : tanah
(QS. 32 : 7-8, 15 : 28), ruh (QS. 32 : 9, 15 : 29)
üÏ%©!$# z`|¡ômr& ¨@ä. >äóÓx« ¼çms)n=yz ( r&yt/ur t,ù=yz Ç`»|¡SM}$# `ÏB &ûüÏÛ ÇÐÈ ¢OèO @yèy_ ¼ã&s#ó¡nS `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ä!$¨B &ûüÎg¨B ÇÑÈ
7. Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan
sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
8.
Kemudian dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.
¨ Hati (qalb)
Dalil : manusia
membentuk kemauan/keputusan berdasarkan keyakinan (QS 17 :36), kehendak (QS. 18
: 29). Kebebasan memilih (QS. 90 : 10)
wur ß#ø)s? $tB }§øs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ íOù=Ïæ 4 ¨bÎ) yìôJ¡¡9$# u|Çt7ø9$#ur y#xsàÿø9$#ur @ä. y7Í´¯»s9'ré& tb%x. çm÷Ytã Zwqä«ó¡tB ÇÌÏÈ
36. Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu
tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
¨ Akal
Dalil : mampu
membentuk pengetahuan (QS. 17 : 36, 67 : 10)
¨ Jasad
Dalil : untuk
beramal (QS. 9 : 105)
È@è%ur (#qè=yJôã$# uz|¡sù ª!$# ö/ä3n=uHxå ¼ã&è!qßuur tbqãZÏB÷sßJø9$#ur ( cruäIyur 4n<Î) ÉOÎ=»tã É=øtóø9$# Íoy»pk¤¶9$#ur /ä3ã¥Îm7t^ãsù $yJÎ/ ÷LäêZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÉÎÈ
105. Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka
Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan
kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan.
¨ Amanah
Dalil : manusia
diberi amanah untuk menjalankan ibadah (QS. 83 : 72) & fungsi kekhilafahan
(QS. 2 : 31).
¨ Balasan
Dalil : manusia
menerima balasan pahala (QS. 84 : 25, 16 : 97, 95 :8)
E.2. HAKIKATUL INSAN
Sasaran :
þMemahami kedudukan manusia sebagai makhluq
yang lemah dan bagaimana dengan kelemahan itu dapat digapai kemuliaan.
þMemahami tugas yang dibebankan kepada
manusia, pilihan yang benar dalam tugas tersebut dan tanggung jawab bagi
pelaksanaannya atau pengingkarannya.
Sinopsis :
Hakikat manusia - menurut Allah selaku
Khaliq - adalah sebagai makhluq, dimuliakan, diberikan beban, bebas memilih dan
bertanggung jawab. Manusia sebagai makhluq bersifat fitrah : lemah, bodoh dan
faqir.
Manusia diberikan kemuliaan karena mamiliki
ruh, keistimewaan dan ditundukkannya alam baginya. Manusia juga dibebankan
Allah swt untuk beribadah dan menjalankan peranan sebagai khalifah di bumi yang
mengatur alam dan seisinya.
Manusia pada hakikatnya diberikan
kesempatan memilih antara beriman atau kafir, tidak seperti makhluq lainnya
yang hanya ada satu pilihan saja yaitu hanya berislam. Manusia bertanggung
jawab atas pelaksanaan bebanan yang diberikan baginya berupa : surga bagi yang
beramal islami atau neraka bagi yang tidak beramal islami.
Hasiyah :
Hakikat manusia :
¨ Yang diciptakan.
Dalil : berada
dalam fitrah (QS. 30 : 30), bodoh (QS. 33 : 72), lemah (QS. 4 : 28) dan fakir
(QS. 35 : 15).
¨ Yang dimuliakan
Dalil :
ditiupkan ruh (QS. 32 : 9), memiliki keistimewaan (QS. 17 : 70), ditundukkannya
alam baginya (QS. 45 : 12, 2 : 29, 67 : 15).
¨ Yang menanggung beban
Dalil : ibadah
(QS. 51 : 56), khilafah (QS. 2 : 30, 11 : 62).
¨ Yang bebas memilih
Dalil : bebas
memilih iman atau kufur (QS. 90 : 10, 76 : 3, 64 : 2, 18 : 29).
¨ Yang mendapat balasan
Dalil :
bertanggung jawab (QS. 17 : 36, 53 : 38-41, 102 : 8), berakibat syurga (QS. 32
: 19, 2 : 25, 22 : 14) atau neraka (QS. 32 : 20, 2 : 24).
E.3. TOKOH INSAN
Sasaran :
þMemahami bahwa potensi pendengaran,
penglihatan dan hati (akal) akan dimintai pertanggungjawaban dalam melaksanakan
ibadah.
þMemahami bahwa melaksanakan tugas ibadah akan
mempertahankan posisi kekhilafahannya.
þMemahami dan menyadari bahwa khianat/tidak
melaksanakan tugas ibadah akan berakibat kepada diri sendiri
Sinopsis :
Potensi manusia yang terdiri dari
pendengaran, penglihatan dan hati (akal) merupakan instrumen yang diberikan
oleh Allah untuk dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab yang dibebankanNya.
Sebab dengan semuanya itu manusia dapat memperoleh kelebihan-kelebihan sehingga
dapat menjalankan amanah : beribadah dan manjalankan fungsi kekhilafahan.
Dengan kekhilafahan ini, manusia mendayagunakan potensinya tersebut untuk
membimbing alam. Bagi mereka yang khianat terhadap segenap potensi yang
diberikanNya tersebut, ia akan mendapat kerugian dan Allah swt memberi julukan
kepada mereka : bagaikan hewan ternak, seperti anjing, seperti monyet, seperti
babi, seperti kayu, seperti batu, seperti laba-laba dan seperti keledai.
Hasiyah :
¨ Potensi manusia
Dalil :
pendengaran, penglihatan dan hati (akal)
¨ Mas’uliyah
Manusia dengan
segenap potensi dan kelebihan-kelebihan harus bertanggung jawab dan menyadari
perannya. Tugas/amanah yang dibebankan sebagai refleksi atas potensi dan
kelebihan-kelebihan yang telah diterimanya itu adalah beribadah, tetapi tidak
semua manusia bersedia menerima amanah ini dan sebagian menolaknya.
Dalil : dengan
ketiga potensi dan kelebihan-kelebihan lainnya manusia mendapat tugas beribadah
(QS. 2 : 21, 51 : 56)
¨ Khilafah
Bagi yang
menyadari potensi-potensi yang telah diberikan dan beribadah kepada Allah
(berislam) maka status khilafah disandangnya. Khilafah bukan berarti pemilik
asal, tetapi ia hanya bertindak selaku pemelihara alam yang Allah telah
ciptakan. Maka mendayagunakan alam dan menjalankan fungsi kekhilafahan harus
selaras dengan kehendak Sang Pemilik Alam dan tidak menentangNya.
Dalil :
§ menjadikan kewajiban, bersikap amanah,
memperoleh kedudukan khilafah (QS. 24 : 55, 48 : 29)
§ makna khilafah bukan berarti pemilik asal,
tetapi hanya pemelihara (QS. 35 : 13, 40 : 24-25, 53)
§ mendayagunakan alam dan menjalankan fungsi
kekhilafahan harus selaras dengan kehendak Sang Pemilik Alam (QS. 76 : 30, 26 :
68)
§ tidak menentang terhadap aturanNya (QS. 100
: 6-11)
¨ Lalai
Mereka yang
lalai tidak menyadari potensi yang telah diberikan kepadanya dan tidak
bertanggung jawab, akan mendapatkan kerugianyang amat besar, bahkan dianggap
setara dengan makhluq yang lebih rendah derajatnya; tidak bernilai di sisi
Allah swt.
¨ Dalil : lalai dari kewajiban, bersikap
khianat berarti
§ bagaikan hewan ternak (QS. 7 : 179, 45 : 2,
25 : 43-44)
§ seperti anjing (QS. 7 : 176)
§ seperti monyet (QS. 5 : 60)
§ seperti babi (QS. 63 : 4)
§ seperti kayu (QS. 2 : 74)
§ seperti batu (QS. 29 : 41)
§ seperti laba-laba (QS. 62 : 5)
§ seperti keledai
E.4. NAFSUL INSAN
Sasaran :
þMemahami kedudukan ruh dan hawa nafsu yang
mempengaruhi jiwa manusia hingga menimbulkan kondisi-kondisi kejiwaan.
þMemahami bahwa dzikir, akal atau syahwat
dapat menimbulkan tiga nafsu jiwa : muthmainnah, lawwaamah dan amarah.
þTermotivasi untuk meningkatkan keimanan dan
ruhul jihad sehingga menggapai nafsu muthmainnah.
Sinopsis :
Nafsu manusia senantiaa berubah-ubah
bergantung kepada sejauh mana kekuatan ruh saling tarik dengan hawa nafsu.
Pertempuran selalu berlaku bagi keduanya. Manusia yang ruh (islam)nya dapat
menekan hawa nasunya dengan dzikrullah, maka ia memiliki nafsul muthma’innah.
Hasiyah :
Nafsu manusia
Dalil : nafsu
manusia (QS. 91 : 7-10)
Ruh di atas hawa nafsu
Dalil : ruh
menguasai hawa nafsu (QS. 29 : 45)
berorientasi
dzikr (QS. 3 : 191, 13 : 28)
jiwa
yang tenang (QS. 89 : 27-30)
Ruh tarik menarik dengan hawa nafsu
Dalil : ruh
senantiasa tarik menarik dengan hawa nafsu (QS. 4 : 137, 143)
berorientasi
akal/akal-akalan (QS. 2 : 9)
jiwa
yang selalu menyesali dirinya (QS. 75 : 2)
Ruh di bawah pengaruh hawa nafsu
Dalil : ruh
dibawah pengaruh dan dikuasai hawa nafsu (QS. 25 : 43, 45 : 23)
berorientasi
syahwat (QS. 3 : 14)
jiwa
yang selalu menyuruh kepada kejahatan (QS. 12 : 53)
E.5. SIFATUL INSAN
Sasaran :
þMemahami dua jalan yang diberikan Allah
kepada manusia melalui jiwanya.
þMemahami bahwa untuk meningkatkan kualitas
taqwa ia harus beribadah dengan senantiasa mensucikan jiwa.
þTermotivasi untuk meninggalkan sifat buruk
yang membawa kepada maksiat.
Sinopsis :
Jiwa manusia diberi dua jalan pilihan :
taqwa dan fujur. Manusia bertaqwa adalah manusia yang selalu membersihkan
dirinya (tazkiatun nafs) sehingga
muncul pada diri mereka sifat syukur, shabar, penyantun, penyayang, bijaksana,
taubat, lemah lembut, jujur dan dapat dipercaya, lalu berakhir kepada kejayaan.
Manusia yang menempuh jalan fujur, dominan dalam memperturutkan syahwatnya,
cenderung bersifat tergesa-gesa, berkeluh kesah, gelisah, dusta, bakhil, kufur,
berbantah-bantahan, zalim, jahil, merugi dan bermuara kepada kefatalan.
Hasiyah :
¨ Nafsul insan
Dalil : jiwa
manusia diberi dua jalan pilihan (QS. 90 : 10, 91 : 8, 76 : 3, 64 : 2, 18 : 29)
¨ Taqwa
Dalil :
tazkiatun nafz (QS. 91 : 8, 87 : 14-15, 62 : 4) akan memperoleh kejayaan (QS.
87 : 14-15)
¨ Fujur
Dalil :
§ mengotori jiwa (QS. 91 : 10)
§ memperturut ketergesa-gesaan (QS. 17 : 11, 21 : 37)
§ berkeluh kesah (QS. 70 : 19)
§ gelisah (QS. 70 : 20)
§ dusta (QS. 17 : 100)
§ bakhil (QS. 14 : 34)
§ kufur (QS. 14 : 13)
§ susah payah (QS. 90 : 4)
§ berdebat (QS. 18 : 54)
§ berbantah-bantahan
§ zalim
§ jahil
§ merugi
§ bermuara kepada kefatalan
E.6. HAKIKATUL IBADAH
Sasaran :
þMemahami hakikat beribadah kepada Allah.
þMemahami makna dan tujuan ibadah sebagai
tujuan kehidupan manusia.
þTermotivasi untuk menjadikan selurh aspek
kehidupannya untuk diabdikan kepada Allah.
Sinopsis :
Hakikat beribadah kepada Allah adalah
meng-ilah-kan Allah dan mengingkari thaghut; ini adalah tugas bagi kehidupan
manusia. Motivasi beribadah adalah mensyukuri atas seluruh nikmat yang telah
diberikanNya kepada kita dan merasakan keagungan Allah swt melalui ciptaanNya
di alam semesta.
Ibadah yang dilakukan bertujuan menghinakan
diri, kecintaan dan ketundukan. Ibadah dilakukan dengan penuh harap dan rasa
takut.
Hasiyah :
¨ Sumber pelaksanaan ibadah
Dalil
:merasakan banyaknya nikmat Allah swt (QS. 16 : 18, 55 : 13, 18, 21, 23, 25,
28, 30, 32, 34, 31 : 20, 14 : 7) dan merasakan keagungan Allah swt (QS. 7 : 54,
67 : 1)
¨ Ibadah
Dalil : Ibadah
bertujuan merendahkan diri (QS. 7 : 55), kecintaan (QS. 2 : 165), ketundukan
(QS. 4 : 125)
¨ Takut dan harap
Dalil : Ibadah
dilakukan dengan takut (QS. 7 : 55-56, 9 : 13, 33 : 39, 2 : 41) & harap
(QS. 21 : 90, 94 : 8)
E.7. SYUMULIYATUL IBADAH
Sasaran :
þMemahami integralitas ibadah dalam Islam.
þDapat menyebutkan bentuk-bentuk ibadah
tersebut secara garis besar dalam berbagai lapangan kehidupan.
þTermotivasi menjadikan seluruh gerak hidupnya
sebagai pengabdian kepada Allah.
Sinopsis :
Ibadah dalam Islam bersifat integral dan
komprehensif, karena memiliki beberapa aspek yang merangkum berbagai persoalan
kehidupan.
Ibadah dalam Islam mencakup seluruh
permasalahan diin, seperti masalah yang wajib, mandub, mubah, dsb.
Ibadah dalam Islam mencakup seluruh
permasalahan kehidupan seperti ‘amal shalih, membangun bumi, menegakkan diin.
Ibadah dalam Islam juga mencakup selurh
keadaan manusia yang berkaitan dengan hati, akal dan anggota tubuh.
E.8. QOBULUL IBADAH
Sasaran :
þMemahami syarat-syarat dikabulkannya
ibadah.
þDapat melaksanakan syarat-syarat tersebut.
þTermotivasi untuk senantiasa mengikuti
minhaj.
Sinopsis :
Agar dikabukan/diterima Allah swt., ibadah
harus memenuhi beberapa persyaratan. Ibadah terbagi menjadi dua bagian : ibadah
mahdhah (ritual) dan ibadah ghairu mahdhah (non ritual). Ibadah mahdhah adalah
ibadah khusus dengan syarat : niat yang benar, disyari’atkan, dengan berpedoman
pada cara tertentu. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah memiliki ciri-ciri : niat
ikhlash, tergolong aktivitas amal shalih, wajib mengikuti pedoman (As Sunnah)
tetapi dalam segi cara perlu berlandaskan pula kepada situasi dan keadaan..
Hasiyah :
1. Ibadah
a) Ibadah mahdhah
Dalil :
syarat-syaratnya adalah
§ niat yang benar (QS. 98 : 5, 39 : 11, 14)
§ disyariatkan (QS. 59 : 7)
§ mengikuti cara (As Sunnah)
§ wajib ittiba’ dalam konsep maupun caranya
(QS. 7 : 157)
b) Ibadah ghairu mahdhah
Dalil :
syarat-syaratnya adalah
§ niat yang benar (QS. 98 : 5, 39 : 11, 14)
§ termasuk ‘amal shalih (QS. 103 : 3, 95 : 8)
§ wajib ittiba’ dalam konsep (QS. 3 : 31)
E.9. NATAIJUL IBADAH
Sasaran :
þMemahami makna ibadah salimah.
þMemahami unsur-unsur yang dihasilkan dan
wajib diwujudkan dalam beribadah secara benar.
þMemahami hubungan antara ibadah salimah
dengan taqwa.
Sinopsis :
Nataijul ibadah (buah/hasil dari ibadah)
adalah taqwa. Bagaimana cara agar ibadah-ibadah yang kita lakukan berbuah taqwa
? Prinsip-prinsip yang harus diwujudkan : iman kepada Allah, berislam,
bertindak ihsan, tawakal atas segala urusan, cinta kepada Allah dan rasulNya,
menumbuhkan harap atas ibadah yang dilakukannya, ibadah diiringi rasa taku
kepadaNya, mengiringi ikhtiar dengan do’a, ibadah dilakukan dengan khusyu’.
Ibadah dengan melaksanakan prinsip-prinsip sedemikian insya Allah mendapatkan
hasil taqwa.
Dalil : ibadah salimah dapat menghantarkan kepada buah
taqwa apabila pencapaiannya melalui
§ iman (QS. 4 : 136)
§ islam (QS. 2 : 112)
§ ihsan (QS. 16 : 97, 2 : 195)
§ tawakal (QS. 11 : 88)
§ cinta (QS. 2 : 165)
§ berharap (QS. 2 : 218, 18 : 110)
§ taat (QS. 76 : 7)
§ berdo’a (QS. 25 : 77)
§ khusyu’ (QS. 2 : 45-46)
E.10. NATAIJUT TAQWA
Sasaran :
þMemahami makna taqwa dan jalan untuk
mencapainya.
þMemahami keutamaan yang diperoleh di dunia
dan di akhirat bagi orang yang bertaqwa.
þTermotivasi untuk menggapai derajat taqwa
dengan melaksanakan perintahNya dan menajuhi laranganNya.
Sinopsis :
Ibadah menghasilkan taqwa. Sedangkan taqwa
akan menghasilkan kebaikan di dunia di antaranya adalah ‘izzah, furqan,
keberkahan, jalan keluar, rizqi, kemudahan. Hasil kebaikan di akhirat bagi
orang bertaqwa meliputi dihapuskannya kesalahan, diberi ampunan dan pahala yang
besar.
Hasiyah :
¨ Furqan
Dengan taqwa,
Allah swt akan memberikan kepada kita furqan yaitu kemampuan membedakan dan
memisahkan antara yang haq dengan yang batil, mana yang perlu diikuti dan mana
yang tidak.
Dalil : furqan
(QS. 98 : 29)
¨ Barakah
Bagi orang yang
beriman dan bertaqwa, Allah swt akan melimpahkan barakah, yaitu kehidupan yang
memiliki faedah bagi makhluq disekelilingnya sehingga menjadikan hidup tenang
dan tenteram.
Dalil : barakah
(QS. 7 : 96)
¨ Makhraja
Jalan keluar
(makhraja) adalah juga sesuatu yang dilimpahkan Allah swt kepada orang yang
beriman dan bertaqwa. Setiap kesulitan hidup yang dijumpainya dapat teratasi
dengan hadirnya petunjuk jalan keluar dari Allah swt. Kemudahan ini hanya
diperoleh bagi mereka yang bertaqwa, bersungguh-sungguh dan bertawakkal.
Dalil :
makhraja (QS. 65 : 2)
¨ Rizqi
Rizqi yang
halal akan dirasakan nikmat sebagai balasan bagi mereka yang bertaqwa. Bila
sedikit akan bershabar atau jika banyak malah bersyukur, sehingga kesemuanya
bukanlah fitnah yang menyulitkan.
Dalil : rizqi
(QS. 65 :3)
¨ Kemudahan
Kemudahan akan
ditampakkan sebagai balasan bagi mereka yang bertaqwa. Dengan bertaqwa kepada
Allah swt, bisa saja diturunkan secara langsung ataupun dihadirkan dalam bentuk
ketenangan jiwa dan kedamaian berislam, sehingga kesemuanya dirasakan bukanlah
sebagai masalah.
Dalil :
kemudahan (QS. 65 : 9)
¨ Kebaikan di dunia
Kebaikan dan
kenikmatan di dunia bagi orang yang bertaqwa adalah barakah, jalan keluar,
rizqi dan kemudahan.
Dalil :
kebaikan di dunia (QS. 2 : 200)
¨ Kebaikan di akhirat
Kebaikan dan
kenikmatan di akhirat bagi orang yang bertaqwa adalah dihapuskannya kesalahan
yang dikerjakan, diampuni dosanya dan ganjaran pahala yang besar.
Dalil :
kebaikan di akhirat , ampunan dan pahala yang besar (QS. 6 : 65)
E.11. TAWAZUN
Sasaran :
þMemahami bahwa peranan fitrah manusia dalam
memelihara pribadi sangat ditentukan oleh sikap tawazun yang diatur dalam
Islam.
þMenyadari perlunya pemenuhan konsumsi ruh,
akal dan jasad secara seimbang sesuai bimbingan Allah.
þTermotivasi untuk meningkatkan keimanan,
pengetahuan dan kesehatan dengan aktif di dunia da’wah serta dunia ilmu
pengetahuan dan dunia usaha yang islami.
Sinopsis :
Manusia diciptakan Allah dalam keadaan
fitrah yang bersifat hanif kepada Islam. Salah satu sifat fitrah itu adalah
menjaga keseimbangan antara ruh, akal dan jasad.
Keperluan jasad adalah makan, istirahat dan
olah raga. Memenuhi keperluan jasad berarti menyeimbangkan konsumsi jasad agar
tidak sakit. Keperluan akal adalah ilmu. Memenuhi keperluan akal berarti
menuntut ilmu agar tidak bodoh dan merugi. Sedangkan keperluan ruh adalah
dzikrullah.
Ketiganya harus dikelola sescara seimbang
agar mendapatkan kenikmatan lahir dan batin.
Hasiyah :
¨ Fitrah hanif
Allah swt
menciptakan manusia secara fitrah dan diberikan kecenderungan yang hanif kepada
sesuatu yang baik, sehingga dapat menilai mana yang baik dan man yang buruk
khususnya kepada nilai-nilai yang universal. Fitrah sedemikian ini perlu dijaga
dan jangan sampai tertutup kepada maksiat dan dosa sehingga firahnya tak lagi
berfungsi dengan baik dalam menilai.
Dalil : manusia
fitrah (QS. 30 : 30, 7 : 712, 75 : 14) lurus (QS. 30 : 30)
¨ Tawazun
Allah swt
menciptakan alam tanpa ada satupun yang tidak seimbang (tidak proporsional).
Keseimbangan manusia adalah proporsionalnya konsumsi dan fungsi ruh, akal dan
jasad.
Dalil :
seimbang (QS. 55 : 7, 9)
¨ Jasad
Manusia
diperintahkan mengkonsumsi makanan yang baik yang dibutuhkan jasad dan menjauhi
makanan yang haram dan merusak jasad. Arahan ini adalah agar jasad dapat
difungsikan dengan optimal bagi ibadah.
Dalil : gizi
tubuh, makanan dan kesehatan (QS. 2 : 168)
¨ Akal
Allah swt
menyuruh kita untuk mendayagunakan akal fikiran untuk :
merespon ilham
dari peristiwa alam
mendekatkan
diri kepada Allah
Dalil : akal,
gizi akal, ilmu (QS. 96 : 1, 55 : 1-4)
¨ Ruh
Ketenteraman
dan kedamaian ruh adalah hasil dari mengkonsumsi gizi ruh : dzikrullah.
Dalil : ruh,
gizi ruh, dzikrullah (QS. 73 : 1-20, 13 : 28, 3 : 191)
¨ Nikmat
Terpenuhinya
konsumsi ketiga hal tersebut bagi manusia menakibatkan hadirnya kenikmatan
zhahir dan batin
Dalil : dengan
terpenuhinya konsumis ketiganya akan didapat nikmat zhahir dan batin (QS. 31 :
20).
E.12. RISALATUL INSAN
Sasaran :
þMemahami bahwa tugas khilafah adalah imarah
dan ri’ayah dengan ber-amar ma’ruf nahi munkar; mampu menyebutkan bagaimana
menumbuhkannya.
þMemahami unsur-unsur yang dipelihara dalam
tugas-tugas kekhilafahan sehingga mampu menyebutkan contoh-contoh
perbandingannya dengan konsep jahiliyah.
þMampu menyebutkan syarat-syarat umum untuk
mencapai fungsi khilafah.
Sinopsis :
Manusia diciptakan Allah swt untuk
beribadah kepadaNya sehingga dari ibadah itu muncul ketaqwaan. Dengan taqwa,
seorang mu’min memperoleh izzah bagi peranan khilafah alam dan manusia.
Tugas khalifah di muka bumi adalah
membangun (al imarah) dan memelihara (ar ri’aayah) - dengan cara amar ma’ruf
nahi munkar - atas 5 hal : diin, nafs, akal, maal dan nasl.
Syarat untuk menggapai fungsi kekhilafahan
: kekuatan aqidah, kekuatan akhlaq, kekuatan jama’ah, kekuatan ilmu, kekuatan
maal dan kekuatan jihad.
E.13. BINAUL IZZAH
Sasaran :
þMemahami bahwa menegakkan fungsi khilafah
harus dengan mewujudkan kekuatan aqidah, kekuatan akhlaq, kekuatan jama’ah,
kekuatan ilmu, kekuatan maal dan kekuatan jihad.
þMemahami cara penumbuhan dan pemeliharaan
setiap bagian dari kekuatan itu secara benar dan terarah.
þTermotivasi untuk begabung dengan jama’ah
Islam dalam rangka merealisasikan terwujudnya kekuatan ini.
Sinopsis :
Membangun prestise (binaa-ul ‘izzah) perlu dilakukan dengan cara menjelaskan dan
membangkitkan perkara-perkara yang ada pada manusia, individu muslim dan ummat
islam.
Sebagai manusia, kita harus memiliki
kelebihan yang dapat dibanggakan; kebanggaan yang meninggikan derajat manusia
dibandingkan makhluq lainnya, seperti : kemuliaan dari Allah, diutamakan oleh
Allah, diberikan amanah oleh Allah.
Sebagai individu muslim, aqidah adalah
kebanggaannya dan ibadah dengan hasil taqwa adalah penampilannya sehingga Allah
swt memberikan status mulia disisiNya.
Sebagai ummat islam, izzah jama’ah akan
diperoleh bila ummat islam memiliki iman, shidq, , tsiqah, wala’, tha’at,
iltizam, barakah dan quwwah. Sikap izzah akan melahirkan independensi, kreatif,
percaya diri dan agresif dalm mengembangkan diri.
Allah menghendaki agar kita tak boleh lemah
dan berduka, sebab kita adalah orang-orang yang berprestise jika kita beriman.
Dalil :
‘Izzah adalah milik Allah, rasulNya dan orang mu’min
(QS. 63 : 8, 3 : 139)