Selasa, 16 Juni 2015

JADILAH NASSAABAH


Dalam catatan sirah nabi Muhammad saw, tertulislah nama Abu Bakar Ash-Shiddiq RadhiyaLlahu anhu sebagai lelaki pertama yang menerima dawah nabi saw. Bahkan dia menerima dawah ini tanpa talakku (tanpa sedikitpun ada keraguan).
Minimal ada tiga hal yang menyebabkan Abu Bakar Ash-Shiddiq RadhiyaLlahu ahu dengan mudah menerima, beriman dan bergabung ke dalam barisan Rasul dawah Rasulullah saw:
1.     Karena faktor Rasulullah saw sendiri. Beliau saw adalah seseorang yang tidak pernah berbohong atau berdusta sekalipun, penuh amanah, dan bahkan mendapatkan gelar Al Amiin dari orang-orang Makkah. Salah satu bukti kuat atas hal ini adalah pengakuan orang-orang Makkah sendiri. Yaitu sewaktu Rasulullah saw mengumpulkan mereka di bukit Shafa. Disana beliau saw bertanya: Kalau seandainya saya katakan kepada kalian bahwa di balik bukit ini ada satu pasukan yang akan menyerbu kalian, adakah kalian membenarkan informasi saya ini?. Sepakat mereka menjawab: Kami akan membenarkannya, sebab tidak pernah sekalipun kami menemukan kasus engkau berdusta kepada kami!
2.     Karena faktor kedekatan Abu Bakar kepada beliau saw. Karena kedekatannya inilah dia tahu persis segala perilaku dan akhlaq beliau saw secara pribadi.
3.     Karena Abu Bakar Ash-Shiddiq RadhiyaLlahu anhu adalah orang yang sangat menguasai sosial kultural masyarakat Makkah. Penguasaan sosio kultural inilah yang oleh para ahli sirah dan sejarawan dikenal dengan nama Nassaabah. Dengan kemampuan ini, bukan saja Abu Bakar mengetahui pribadi Rasulullah saw, akan tetapi juga mengetahui garis nasab beliau saw, kesucian garis keturunan beliau dan keagungan  sirah mereka. Semua ini membawa kesimpulan kepadanya bahwa Rasulullah saw seorang manusia yang agung.
Dalam perjalanan selanjutnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq RadhiyaLlahu anhu berhasil mengislamkan beberapa orang, yang pada kemudiannya menjadi sahabat-sahabat besar (beberapa diantaranya dijamin masuk surga). Yaitu: Utsman bin Affan, Az-Zubair bin Al Awwam, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi Waqqash dan lain-lain).
Kalau kita mencoba bertanya kenapa bisa begitu cepat mengislamkan orang?
Salah satu jawabannya adalah karena dia adalah seorang Nassaabah (ahli sosio kultural).
Saudara-saudaraku yang dimulyakan Allah
Sebagai Partai Dawah, Partai Keadilan berusaha untuk mengimplementasikan nilai-nilai dan patokan-patokan dawah, baik dalam manhaj (pegangan dan konsep), wasa-il (sarana) ataupun asalib (metodologi).
Salah satu kaidah dawah adalah mendekati manusia berdasarkan tingkat intelektualitas mereka, sebagaimana dikatakan Ali bin Abi Thalin RadhiyaLlahu anhu:
حَدِّثُوا النَّاسَ بِمَا يَعْرِفُونَ (رواه البخاري)
Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan pengetahuan mereka. (R Bukhari).
Ada lagi pendekatan yang harus kita pergunakan dalam berdakwah, yaitu pendekatan sosial, sebagaimana pesan Rasulullah saw:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: أَمَرَنَا رَسُوْلُ اللّهِ صلى اللّه عليه وسلم أَنْ نُنَزِّلَ النَّاسَ مَنَازِلَهُمْ (رواه مسلم في المقدمة تعليقا، ورواه أبو داود في سننه)
Rasulullah saw memerintahkan kepada kami untuk menempatkan orang sesuai dengan tingkat dan kedudukan mereka (R Muslim dalam Mukaddimah secara muallaq, juga diriwayatkan oleh Abu Daud).
Dalam berdawah kita juga harus mempergunakan pendekatan budaya. Salah satu yang terpenting dari budaya itu adalah bahasa. Artinya, dalam berdawah, kita harus mempergunakan bahasa masyarakat yang kita dawahi.. Allah swt berfirman:
وما أرسلنا من رسول إلا بلسان قومه ليبين لهم (إبراهيم : 4)
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul melainkan dengan bahasa kaumnya supaya memberikan penjelasan kepada mereka (QS Ibrahim: 4).
Pengertian bahasa di sini tidaklah sekedar Jawa, Sunda, Batak, Minang, Makasar, Indonesia, Arab dan semacamnya, akan tetapi juga mencakup bahasa masyarakat bawah, menengah, pekerja dan semacamnya.
Tiga model pendekatan yang diisyaratkan oleh atsar dan ayat ini semuanya dimiliki oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq RadhiyaLlahu anhu. Sehingga wajarlah bila dia menjadi semacam lokomotif, yang dengan Islam-nya, berbarislah dibelakngnya sahabat-sahabatnya sebagai muslimin.
Barangkali karena menyadari urgensi Nassaabah yang sedemikian rupa, saat Hasan Al Banna ditempatkan di kota Ismailiyyah oleh pemerintah Mesir, sebagai guru sekolah dasar, yang pertama kali dia lakukan adalah mengelilingi setiap seluk beluk kota itu, membaca apa saja yang ada pada masyarakatnya, memetakannya secara baik, lalu menyusun langkah-langkah strategis untuk melakukan perubahan di dalamnya, menyusun nominasi (aulawiyyat) langkah-langkah itu dan mulailah dia melakukan gerakan dawahnya.
Dalam buku-buku dawah tercatat bahwa apa yang dilakukan oleh Hasan Al Banna itu kemudian membuahkan hasil yang sangat gemilang, yang menyinarkan kembali cahaya Islam di atas bumi ini, setelah hampir saja padam, dan tercatat pulalah bahwa bangunan yang dimulainya sangatlah kokoh kuat yang memberikan harapan kembali akan kejayaan Islam dan peradabannya di masa yang akan datang insya Allah.
Saudara-saudaraku yang dimulyakan Allah
Sebagai kader Partai Dakwah mulailah belajar menjadi Nassaabah mulailah membaca, dan menginventarisir segala hal yang ada di lingkungan kalian, petakanlah semua itu dengan baik, susunlah langkah-langkah perubahan sebagaimana yang dikehendaki Islam, nominasi dan urutkan langkah-langkah itu, dan mulailah berdawah, sambil terus memohon kepada Allah swt akan meluruskan langkah-langkah kita, memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita dan terus membimbing kita ke jalan yang benar, insya Allah, kita akan berhasil mendapatkan sedikit dari yang pernah didapat oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq RadhiyaLlahu anhu, yaitu terhidayahinya beberapa orang di sekeliling kita untuk komitmen kepada Islam, amiiin.
Sebagai penutup taujih ini, marilah kita renungkan kembali sabda Rasulullah saw kepada Ali bin Abi Thalib RadhiyaLlahu anhu:
لأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ (متفق عليه)
Sungguh, Allah memberikan hidayah kepada satu orang karena kamu, itu lebih baik bagimu daripada harta kekayaan yang paling berharga (Muttafaqun alaih).
HadanaLlahu wa iyyakum ajmain, amiiiin.

(Musyaffa, Dep. Kaderisasi DPP PK).

0 komentar:

Posting Komentar