TAHUN 2024 sudah berlalu, tetapi semangat janganlah berlalu. Tekad menuju taqwa teruslah berlaku, tak kenal surut dan luluh.
Paling tidak ada tiga hal yang perlu dilakukan jika spirit keimanan tetap berlaku.
Pertama, jadilah muslim strategis. Kedua, jadilah muslim taktis. Dan yang ketiga, jadilah muslim 'Abid.
Semoga di tahun 2025 dan tahun-tahun selanjutnya kita dapat melakukan tiga tugas muslim ini secara kontinyu.
1. Menjadi MUSLIM STRATEGIS.
Sebagai muslim, kita perlu melakukan hal-hal strategis yang dampaknya jangka panjang bagi kebaikan Islam di masa depan, sekaligus bagi bangsa dan negara.
Tugas strategis muslim adalah bagaimana agar umat memahami Islam secara benar melalui sarana tarbiyah (pendidikan) yang istimroriyah (rutin) dan tajarud (sungguh-sungguh).
Disini peran strategis kita hanya dua, menjadi murid dalam sebuah taklim (liqo') dan/atau menjadi murobbi (guru) dalam sebuah taklim (liqo').
Slogannya adalah mentarbiyahkan masyarakat, dan memasyarakatkan tarbiyah.
"Jadilah kamu pribadi Robbani, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya!” (QS. Ali 'Imran : 79).
Mengapa tarbiyah merupakan tugas strategis muslim? Sebab tarbiyah merupakan SATU-SATUNYA CARA kebangkitan Islam seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad saw.
Beliau mentarbiyah aqidah para sahabat selama 13 tahun, lalu 10 tahun kemudian mentarbiyah ajaran Islam lainnya.
Hasilnya, para sahabat menjadi generasi terbaik karena pemahaman Islamnya kokoh dan benar, sehingga tak mudah tergoda dengan berbagai pernik dunia.
Sebaliknya, keterpurukan umat Islam saat ini karena ketidakpahaman banyak kaum muslimin terhadap Islam itu sendiri.
Jam belajar kebanyakan kaum muslimin untuk mempelajari Islam sangat sedikit. Lebih banyak jam belajar mereka untuk hal-hal keduniaan.
Jika umat paham Islam, sehebat apa pun makar yang dilakukan musuh-musuh Islam tak akan mempan untuk menghancurkan kekuatan umat. Itulah sebabnya Allah memerintahkan kita agar tidak meninggalkan tarbiyah, walau dalam situasi genting sekalipun.
"Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya" (Qs. At Taubah : 122).
Memang tarbiyah tidak menyelesaikan seluruh permasalahan umat, tapi semua permasalahan umat berawal dan berakhir dengan tarbiyah.
2. Menjadi MUSLIM TAKTIS.
Selain melakukan tugas strategis berupa memasyarakatkan tarbiyah, seorang muslim juga harus ikut serta menyelesaikan permasalahan umat yang up to date, seperti menolong saudaranya atau tetangganya, memberantas kemiskinan, melakukan kegiatan sosial politik, mencegah kerusakan moral atau memprotes penghinaan terhadap Allah dan Rasul-Nya, serta menolong saudara-saudara kita (berupa doa dan infaq) di belahan bumi lainnya, terutama di Palestina.
Bekerja mencari nafkah juga bisa disebut tugas muslim taktis karena memberi manfaat kepada masyarakat pada saat ini, walau ada juga bekerja yang cakupannya sebagai muslim strategis karena berdampak panjang ke masa depan.
Misalnya, mereka yang bekerja sebagai guru atau dosen dan ustadz atau pembimbing agama lainnya. Dengan catatan, asalkan pekerjaan tersebut bernilai dakwah yang strategis untuk kemanusiaan serta menjayakan Islam dalam jangka panjang.
Keliru besar jika seorang muslim maunya hanya taklim (liqo') saja dengan alasan menghindari kemudharatan yang lebih besar, namun abai terhadap permasalahan umat kekinian.
Bukankah tanpa menyelesaikan permasalahan taktis maka masalah tersebut akan semakin besar dan berat, lalu dalam jangka panjang akan menggulung eksistensi umat Islam itu sendiri?
Bukankah Rasulullah saw bersabda :
"Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka hendaknya dengan lisannya. Dan apabila tidak mampu lagi maka dengan hatinya, sesungguhnya itulah selemah-lemah iman” (HR. Muslim).
Bagaimana kita bisa menghilangkan kemungkaran kalau tidak turun tangan untuk mengatasinya?
Maukah kita disebut sebagai selemah-lemahnya iman jika hanya merubahnya dengan hati (diam saja)? Tentu tidak!
Oleh sebab itu, seorang muslim harus tetap turut serta menyelesaikan masalah-masalah taktis keumatan yang dampaknya jangka pendek, selain ia tetap fokus untuk melakukan tindakan strategis (tarbiyah) demi tercapainya pengkaderan umat yang kokoh.
Sebaliknya, jangan hanya sibuk menyelesaikan masalah taktis tapi kita lupa untuk ikut serta dalam gerakan strategis kebangkitan umat yakni mengikuti dan terlibat aktiv dalam tarbiyah
3. Menjadi MUSLIM 'ABID
Seorang muslim perlu meningkatkan kekhusyukan Ibadah khususnya (ibadah mahdhoh), sekaligus meningkatkan kuantitas ibadahnya.
Semakin khusyuk dan banyak melakukan shaum sunnah, sholat tahajud, membaca Al Qur'an, sholat duha, doa dan zikir. Kalau perlu membuat list (daftar) ibadah khusus harian apa saja yang perlu dilakukan lalu dievaluasi setiap periode tertentu.
Ingatlah, ibadah adalah kekuatan muslim dan syarat datangnya pertolongan Allah. Ketika Sholahuddin al Ayyubi ingin membebaskan al Aqsho beliau memeriksa kesiapan tentaranya, termasuk memeriksa siapa diantara tentaranya yang sholat tahajud.
Kekuatan ibadah membuat kemenangan itu diridhoi oleh Allah swt dan itulah yang diyakini oleh Sholahuddin al Ayyubi.
Jadi, menjaga spirit keimanan adalah menjaga rutinitas kita untuk menjadi muslim strategis, muslim taktis dan muslim 'abid. Dan ini harus dilakukan secara serentak dan simultan. Semuanya sama-sama penting dan tak ada yang lebih penting daripada yang lainnya.
Menjadi muslim' abid, tapi abai menjadi muslim strategis dan taktis adalah tindakan egois karena ingin masuk surga sendirian.
Walau ini juga patut dipertanyakan bisakah kita masuk surga tanpa kepedulian terhadap orang lain.
Yang lebih parah adalah jika kita tidak melakukan ketiganya, tidak menjadi muslim strategis, tidak menjadi muslim taktis, tidak juga menjadi muslim 'abid.
Lalu kita mau masuk surga dari pintu yang mana? Apa modal kita untuk masuk surga?? Padahal di dada kita belum ada catatan sebagai pembela Islam.
"Barangsiapa mati, sedang ia tidak pernah berjihad dan tidak mempunyai keinginan untuk jihad, ia mati dalam satu cabang kemunafikan” (Muttafaq Alaihi).
Semoga Allah memudahkan kita untuk menjadi muslim strategis, muslim taktis dan muslim 'abid. Amin ya Rabbal alamin