Selasa, 02 Desember 2025

BERBUATLAH, WAKTU KITA CUMA HARI INI

 





قُلْ يٰقَوْمِ اعْمَلُوْا عَلٰى مَكَانَتِكُمْ اِنِّيْ عَامِلٌۚ فَسَوْفَ تَعْلَمُوْنَۙ 


"Katakanlah, “Wahai kaumku, berbuatlah sesuai kedudukanmu..! Maka kelak kamu akan mengetahui (siapa yang terbaik kedudukannya di sisi Allah)." (QS Az Zumar: 39)


*" Saya diberikan kenikmatan oleh Allah ilmu technology sehingga saya bisa membuat pesawat terbang, tapi sekarang saya tahu bahwa ilmu agama itu lebih bermanfaat untuk umat. Kalo saya disuruh memilih antara keduanya maka saya akan memilih ilmu Agama."* 

(Cuplikan ceramah BJ Habibie di Kairo).


*"Di manapun kamu berada, selalulah menjadi yang terbaik. Berikanlah apa yang terbaik yang bisa kau berikan...!"* 

(Wasiat BJ Habibie pada bangsa Indonesia jelang wafatnya)


Semasa hidupnya Habibie telah meraih begitu banyak penghargaan internasional dalam bidang sains, karena otaknya yang genius. Tapi di akhir hayatnya, berbagai penghargaan duniawi, ketenaran dan kekayaan melimpah itu, ternyata tak bisa membahagiakan jiwanya. 

 

Berikut cuplikan puisi Habibie, tentang kegundahan jiwanya, yang sempat terkuak oleh media.


*Sepi penghuni... istri sudah meninggal...*

*Tangan menggigil karena lemah...*

*Penyakit menggerogoti sejak lama...*

*Duduk tak enak, berjalan pun tak nyaman...* *Untunglah seorang kerabat jauh mau tinggal bersama menemani beserta seorang pembantu...*


*Tiga anak, semuanya sukses... berpendidikan tinggi sampai ke luar negeri...*

*Ada yang sekarang berkarir di luar negeri... »*

*Ada yang bekerja di perusahaan asing dengan posisi tinggi...*

*Dan ada pula yang jadi pengusaha ...*

*Soal Ekonomi, saya angkat dua jempol, semuanya kaya raya...*

*Begitu lama waktu ini bergerak, tatapannya hampa, jiwanya kosong, hanya gelisah yang menyeruak...*

*sepanjang waktu ....*

*Laki-laki renta itu, barangkali adalah Saya... atau barangkali adalah Anda yang membaca tulisan ini suatu saat nanti*

*Hanya menunggu sesuatu yg tak pasti...*

*yang pasti hanyalah KEMATIAN.*

*Rumah besar tak mampu lagi menyenangkan hatinya...*

*Anak sukses tak mampu lagi menyejukkan rumah mewahnya yang ber AC...*

*Cucu-cucu yang hanya seperti orang asing bila datang...*

*Asset-asset produktif yang terus menghasilkan, entah untuk siapa .?*

*Kira-kira jika malaikat "datang menjemput", akan seperti apakah kematian nya nanti.*

*Siapa yang akan memandikan ?*

*Dimana akan dikuburkan ??*


Habibie, ilmuwan dunia terkemuka itu telah menghadap Robbnya. 


Prestasi paling prestis yang ia sumbangkan bagi dunia dirgantara, adalah Crack Theory. 


Yakni teori fisika yang mampu  mendeteksi secara dini gejala awal keretakan yang terjadi pada badan pesawat terbang. 


Teori ini kini telah dipakai oleh seluruh maskapai penerbangan dunia. Dari karyanya itu, sejatinya Habibie telah berhasil mencegah terjadinya kecelakaan fatal pada pesawat, saat alat deteksi sebelumnya sulit mencari sumber keretakan dini pada badan pesawat.

 

Jasa besar Habibie dalam dunia dirgantara dan kegeniusannya, diakui oleh dunia internasional.  


Besarnya kontribusi Habibie dalam dunia dirgantara telah melejitkan sosoknya sebagai ilmuwan modern kharismatis. Namanya layak disejajarkan dengan ilmuwan terkemuka dunia lainnya, semisal Stephen Hawking, Alessandro Volta, Alfred Nobel, Bill Gates.


Ia sukses meraih  kharismatik duniawi. Penghargaan dan royalti terus mengalir pada dirinya. Hanya saja, ia merasa gagal meraih sukses *"kharismatik ukhrowi..!"*. 


Kegeniusannya sejatinya bisa ia manfaatkan untuk melejitkan syi'ar-syiar Islam. 


Dengan modal ilmu kedirgantaraan dan angkasa raya yang amat ia kuasai, ia semestinya bisa mendakwahkan pada orang lain tentang dahsyatnya ciptaan Allah di alam semesta. 


Sehingga kedudukannya yang amat prestis sebagai ilmuwan dan sekaligus pejabat negara, banyak sesungguhnya yang bisa ia perbuat untuk melejitkan pamor Islam di lingkungan birokrasi. 


Ia sejatinya dapat membangun pilar-pilar Islam dalam tata kelola berbangsa dan bernegara. Ia mampu membangun pilar Islam itu dalam keluarganya, dalam masyarakatnya. 


Masa keemasan itu berlalu, tanpa ia berhasil menorehkan prestasi dakwahnya melejitkan pamor Islam. Hingga ia gagal meraih kharisma ukhrowi, yang sesungguhnya hal itulah yang amat ia dambakan di hari tuanya. 


Boleh jadi, aspek kegagalan meraih sukses kharisma ukhrowi itulah,   yang menjadi faktor  penyesalan di penghujung hidup beliau. 


Ia sesungguhnya adalah sosok pejabat negara yang baik. Memiliki integritas kuat. 


Sukses mengantarkan anak-anaknya mengikuti jejak keberhasilan dunianya. Tapi boleh jadi ia menyesali, kenapa saat ia pernah berada di satu babak cemerlang awal-awal kehidupannya. 


Dimana ia  berada di posisi penting  dan terkenal,  di posisi strategis dan punya otoritas, momentum emas yang sesungguhnya bisa ia perbuat untuk melejitkan syi'ar Islam..? 


Tapi kenapa golden chance itu ia biarkan berlalu, tanpa ia torehkan karya monumental untuk Islam..? 


Allah memerintahkan Rosul mulia, agar umatnya  bekerja, berbuat dan berkarya. Tentu bukan bekerja yang ngasal. Tapi kerja-kerja berkualitas, berbasis rencana yang matang, agar menghasilkan karya terbaik bagi umat, bagi Islam. 


Umat Muhammad tak pantas mangkrak, alias tak berbuat apa-apa untuk bangsa dan negaranya. 


"Wahai umatku, bekerjalah kamu, sesungguhnya aku juga bekerja..!" perintah Nabi mulia pada umatnya dalam Al Qur'an. 


Saat ini, hari ini, di tempat ini, itulah waktu yang Allah sediakan untuk kita bekerja dan menorehkan karya terbaik. 


Jangan menunggu nanti-nanti, menunda hingga esok, lusa, pekan depan, apalagi bulan depan. Lakukan gagasan dan ide terbaik itu jadi kenyataan hari ini. 


Hari esok dan masa yang akan datang itu belum pasti milik kita. *"Tak ada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya esok hari..! "* (QS Lukman: 34)


Kawan dan sobat solih solihat..! 


Bekerjalah, berbuatlah, beramallah yang terbaik, saat nadi kita masih berdenyut, nafas masih mengalir dan jantung masih berdetak. 


Tak peduli posisi dan kedudukan kita, jangan kita tidak berbuat apapun untuk melejitkan pamor Islam. 


Sebab waktu kita cuma hari ini. Esok belum tentu milik kita. Wallahul Musta’an