مَعْنَى عُلُوِّ الهِمَّة
ِ
•
الهِمَّةُ: هِيَ البَاعِثُ عَلَى الفِعْلِ، وَتُوْصَفُ بِعُلُوٍّ أَوْ
سُفُوْلٍ. وهي الإرادة والقصد والعزيمة على العمل .
•
عُلُوُّ الهِمَّةِ: اِسْتِصْغَارُ مَا دُوْنَ النِّهَايَةِ مِنْ مَعَالِي
الأُمُورِ (رسائل الإصلاح 2/86 للشيخ محمد الخضر حسين).
•
عُلُوُّ الهِمَّةِ: خُرُوجُ النَّفْسِ إِلَى غَايَةِ كَمَالِهَا الْمُمْكِنِ
لهَاَ فِي العِلْمِ وَالعَمَلِ (صيد
الخاطر لابن الجوزي: 189).
PENGERTIAN
ULUWWUL HIMMAH
• Himmah:
motivator kerja, dan ia dapat disifati tinggi atau rendah. Juga berarti kemauan, niat, dan tekad untuk melakukan
suatu pekerjaan.
•
uluwul himmah adalah menganggap kecil segala hal selain akhir dari
urusan-urusan mulia. (Rasailul Ishlah, Syaikh Muhammad Khudlor
Husain, 2/86)
•
ululwul himmah adalah
upaya jiwa menggapai puncak kesempurnaan yang mungkin dapat diraihnya dalam
urusan ilmu atau amal. (Shaidul khathir, Ibnul Jauzi, hal. 189)
وهي على ثلاث درجات
الدرجة الأولى
همة تصون القلب
عن وحشة الرغبة في الدنيا وعليها لأنها تحمل صاحبها على الرغبة فيما يبقى وهو الحق
سبحانه وتعالى وتخلصه من أمراض الفتور والتواني والتفريط
الدرجة الثانية
همة تورث انفة
من المبالاه بالعلل والنزول على العمل والثقة بالأمل ، لأن صاحبها علق همه بما هو
أعلى من ثقله الطين وجاذبية المادة فهو يأنف أن ينزل من القمة السامقة إلى الحضيض
الواطئ
الدرجة الثالثة
همة تتفاعل مع
الحياة تقرباً إلى الله تعالى لأن صاحبها يعلم أنه مستخلف ولن يرضى دون تحقيق ا
لهدف وكما أن الطائر يعلو بجناحيه فإن المرء يعلو بهمته
TINGKATAN
ULUWUL HIMMAH
Tingkatan
Pertama
Himmah
yang
dapat menjaga hati dari ganasnya keinginan untuk mendapatkan dunia dan
menguasainya. Sebab dengan himmah ini, pemiliknya terkondisikan untuk
berambisi mendapatkan yang kekal, yaitu Allah swt. serta terbebas dari berbagai
penyakit futur, malas, dan lengah.
Tingkatan
Kedua
Himmah
yang
menimbulkan keengganan memliki sikap apatis terhadap berbagai penyakit,
memotivasi untuk beramal, dan menumbuhkan keyakinan pada harapan. Sebab
pemiliknya menggantungkan obsesinya pada sesuatu yang lebih tinggi dari beban
berat tanah dan tarikan magnetis materi. Karena itu pemiliknya enggan
menjatuhkan diri atau terjatuh dari puncak yang tinggi menuju lembah yang
terinjak-injak.
Tingkatan
Ketiga
Himmah
yang
sinergi dengan kehidupan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Karena
pemiliknya menyadari bahwa dirinya diamanahi untuk mengelola bumi. Dan, ia
tidak akan perna rela sebelum dapat mencapai tujuan itu. Apabila burung terbang
tinggi dengan sayapnya, maka manusia akan membumbung tinggi dengan himmah-nya.
مِنَ القُرْآنِ الكَرِيمِ
.1
((قَدْ
أَفْلَحَ المُؤْمِنُون. الَّذِيْنَ هُمْ فِي صَلاَتِهِمْ خَاشِعُونَ))... إلى قوله
تعالى: ((أُولئكَ هُمُ الوَارِثُونَ. الَّذِيْنَ يَرِثُونَ الفِرْدَوْسَ هُمْ
فِيهَا خَالِدُونَ)). (المؤمنون: 1-11)
مِنَ السُّنَّةِ النَّبَوِيَّةِ
.2
((إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ أَعَدَّهَا اللَّهُ
لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ مَا بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ
السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ
فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ ...)) (رواه البخاري عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ)
“Sesungguhnya,
di surga ada seratus tingkatan yang disediakan untuk para mujahidin fi
sabilillah. Di mana jarak antara dua tingkatan seperti jarak langit dan bumi.
Apabila kamu memohon kepada Allah, maka mohonlah Surga Firdaus, karena ia
paling tengah dan paling tinggi.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah ra.)
عَنِ الحُسَينِ
بْنِ عَلِيٍّ رضي الله عنهما قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ r: ((إِنَّ اللهَ تَعَالَى يُحِبُّ مَعَالِيَ الأُمُورِ،
وَأَشْرَافَهَا، وَيَكْرهُ سَفْسَافَهَا)) (صحيح الجامع للألباني (1886)، وهو في
الصحيحة (1388)
Husain bin Ali ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw.
bersabda, “Sesungguhnya Allah swt. mencintai urusan-urusan mulia serta
terhormat, dan menbenci urusan-urusan rendah.” (Shahihul jami’, Al-Bani, hal.
1886. Dan, Hadits ini tercantum juga dalam kumpulan hadits shahih, hal. 1388)
مِنْ
أَقْوَالِ العُلَمَاءِ .3
وَيَصِفُ
ابْنُ الجَوْزِيّ هِمَّةَ المُؤْمِنِ فَيَقُولُ:
هِمَّةُ المُؤْمِنِ مُتَعَلِّقَةٌ
بِالآخِرَةِ فَكُلُّ مَا فِي الدُّنْيَا يُحَرِّكُهُ إِلَى ذِكْرِ الآخِرَةِ
فَإِنْ سَمِعَ صَوْتاً فَظِيعاً ذَكَرَ نَفْخَةَ الصُّورِ وَإِنْ رَأَى لَذَّةً
ذَكَرَ الجَنَّةَ.
(صيد الخاطر/ا بن
الجوزي ص 399(
Ibnul Jauzi menggambarkan himmah (obsesi) orang beriman
dengan ungkapan,
“Himmah mukmin terkait dengan akhirat. Karena itu segala
yang ada di dunia menggerakkannya untuk mengingat akhirat. Apabila ia mendengar
suara keras, maka ia teringat dengan tiupan sangkakala. Apabila
ia melihat kelezatan, maka ia teringat dengan surga.
وَيَصِفُ
الإِمَامُ البَنَّا ذَا الهِمَّةِ العَالِيَةِ قَائِلاً:
وَرَجُلُ
العَقِيدَةِ يَرَى الطَّرِيْقَ طَوِيْلَةً وَالغَايَةَ بَعِيدَةً وَالعَقَبَةَ
كَئُودًا فَهُوَ يُعِدُّ لَهَا صَبْرًا أَطْوَلَ وَهِمَّةً أَبْعَدَ لِيَجْتَازَ
هَذِهِ العَقَبَاتِ فِي رِضًا وَابْتِسَامٍ. (العقيدة وشخصية رجل العقيدة / الإمام
البنا ص 11).
Imam Al-Banna menggambarkan orang yang memiliki obsesi
tinggi dengan ungkapan,
“Orang yang ber-aqidah memandang jalan sangat panjang,
tujuan amat jauh, dan rintangan sangat sulit. Karena itu ia menyiapkan
kesabaran yang lebih panjang, obsesi yang lebih jauh, dan kendaraan yang lebih
memungkinkan untuk melintasi berbagai rintangan tersebut dalam keridlaan dan
senyuman ..”
وَيَجْتَازُ شَيْخُ الإِسْلاَمِ ابْنُ تَيْمِيَّة مَصَاعِبَ
الدَّعْوَةِ بِهِمَّتِهِ العَالِيَةِ قَائِلاً:
”مَا يَصْنَعُ بِي أَعْدَائِي، أَنَا
جَنَّتِي وَبُسْتَانِي فِي صَدْرِي، أَيْنَ رُحْتُ فَجَنَّتِي مَعِي، إِنَّ
حَبْسِي خَلْوَةٌ وَقَتْلِي شَهَادَةٌ وَنَفْيِي سِيَاحَةٌ . . (فدائيون في تاريخ
الإسلام / د . الشرباص ص 203).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berhasil melampui
kesulitan-kesulitan dakwah dengan obsesi tinggi, ia berkata,
“Apa yang dapat dilakukan
musuh-musuhku kepadaku. Surga dan
tamanku ada dalam dadaku. Ke mana pun aku pergi, maka surgaku selalu bersamaku.
Penahananku adalah menyendiri (berkhalwat), kematianku adalah kesyahidan, dan
pengasinganku adalah rekreasi ..” (Fidaiyyun fi
tarikhil Islam, Dr. Asy-Syarbashi, 203)
قال المتنبي: وَإِذَا كَانَتِ النُّفُوسُ كِبَاراً # تَعِبَتْ فِي مُرَادِهَا الأَجْسَامُ
Dan
apabila jiwa-jiwa itu besar, fisik lelah
mengikuti keinginannya
مَظَاهِرُ الهِمَّةِ العَالِيَةِ
1.
الجِدُّ فِي
العَمَلِ وَعَدَمُ التَّوَانِي وَالكَسَلِ
2.
الاِنْدِفَاعُ
إِلَى الْجِهَادِ فِي سَبِيْلِ اللهِ بِشَجَاعَةٍ وَنَشَاطٍ
3.
التَّطَلُّعُ
إِلَى الكَمَالِ وَالتَّرَفُّعُ عَنِ النَّقْصِ
4.
سَعْيُ
الإِنْسَانِ لِكَسْبِ رِزْقِهِ بِعَمَلِهِ، وَتَرَفُّعُهُ عَنْ أَنْ يَكُوْنَ
عَالَةً عَلَى غَيْرِهِ
5.
التَّرَفُّعُ عَنْ مُحَقِّرَاتِ اْلأُمُوْرِ وَصَغَائِرِهَا
وَنِشْدَانُ مَعَالِي اْلأُمُوْرِ وَكَمَالاَتِهَا وَالزُّهْدُ فِي الدُّنْيَا
6.
الأَخْذُ
بِالحَزْمِ فِي الأُمُورِ، وَالقِيَامُ بِمَا يَحْمِلُ وَيُحْسِنُ مِنْ أَعْمَالٍ
دُوْنَ تَسْوِيْفٍ وَلاَ تَأجِيْلٍ عِنْدَ القُدْرَةِ عَلَى التَّنْفِيذِ.
7.
اِشْتِغَالُ
الإِنْسَانِ بِمَا يَعْنِيْهِ وَانْصِرَافُهُ عَمَّا لاَ يَعْنِيْهِ.
INDIKASI
ULUWWUL HIMMAH
- Kesungguhan dalam amal, tidak leha-leha, dan tidak
bermalas-malasan
- Terdorong untuk berjihad di jalan Allah swt. dengan
penuh keberanian dan semangat
- Selalu berambisi menggapai kesempurnaan dan menghindari
berbagai kekurangan
- Bekerja keras mengais rizki
- Menjauhi urusan-urusan remeh dan hina, memburu
urusan-urusan mulia dan sempurna, serta zuhud terhadap dunia.
- Tegas dan sigap dalam berbagai urusan
- Menyibukkan diri dengan hal-hal yang berguna dan
berpaling dari hal-hal yang tidak bermanfaat.
الجِدُّ فِي
العَمَلِ وَعَدَمُ التَّوَانِي وَالكَسَلِ .1
•
بورك لأمتي في
بكورها (صحيح الجامع الصغير رقم 2738 جـ 3).
•
اللهم إني أعوذ
بك من العجز والكسل، وأعوذ بك من الجبن و البخل، وأعوذ بك من غلبة الدين وقهر
الرجال (صحيح الجامع الصغير 1295 ، 1296 ، 1297).
Kesungguhan
dalam amal
•
“Semoga umatku
diberkahi di pagi harinya.” (Shahihul jami’ish shaghir, 3/2738)
•
“Ya Allah, sesusungguhnya aku
berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, aku berlindung kepada-Mu
dari kepengecutan dan kebakhilan, aku berlindung kepada-Mu dari beban hutang
dan dominasi orang lain.” (Shahihul Jami’ Ash-Shaghir, 1295, 1296, 1297)
الاندفاع إلى الجهاد في سبيل الله بشجاعة
ونشاط. 2
•
وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْلاَ أَنَّ رِجَالاً مِنْ الْمُؤْمِنِينَ لاَ تَطِيبُ
أَنْفُسُهُمْ أَنْ يَتَخَلَّفُوا عَنِّي وَلاَ أَجِدُ مَا أَحْمِلُهُمْ عَلَيْهِ
مَا تَخَلَّفْتُ عَنْ سَرِيَّةٍ تَغْزُو فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِي نَفْسِي
بِيَدِهِ لَوَدِدْتُ أَنِّي أُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ أُحْيَا ثُمَّ
أُقْتَلُ ثُمَّ أُحْيَا ثُمَّ أُقْتَلُ ثُمَّ أُحْيَا ثُمَّ أُقْتَلُ
Semangat
Jihad
•
“Demi Dzat yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya,
andai bukan karena beberapa orang dari kalangan muslimin yang merasa sedih
karena tertinggal dariku, sementara aku tidak dapat mengangkut mereka, maka aku
tidak akan pernah tertinggal dari pasukan yang berperang di jalan Allah. Demi
Dzat yang jiwa dalam genggaman-Nya, sesungguhnya aku ingin terbunuh di jalan
Allah, kemudian dihidupkan kembali, kemudian terbunuh lalu dihidupkan kembali,
kemudian terbunuh lalu dihidupkan kembali, kemudian terbunuh.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
التَّطَلُّعُ إِلَى الكَمَالِ
وَالتَّرَفُّعُ عَنِ النَّقْصِ.
3
•
إِنَّ اللهَ
يُحِبُّ مَعَالِيَ اْلأُمُوْرِ وَيُبْغِضُ سَفْسَافَهَا
•
الْمُؤْمِنُ
الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي
كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجَزْ
وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا
وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ
الشَّيْطَانِ
Ambisi
menggapai kesempurnaan dan menghindari kekurangan
•
“Sesungguhnya Allah mencintai
urusan-urusan mulia dan membenci urusan-urusan rendah.” (Shahihul jami’
ash-shaghir, 1886)
•
“Mu'min yang kuat itu lebih baik dan
lebih dicintai Allah daripada mu'min yang lemah, meski dalam diri masing-masing
ada kebaikan. Berambisilah menggapai apa yang bermanfaat buatmu, mohonlah
pertolongan kepada Allah, dan jangan merasa tidak berdaya. Apabila sesuatu
menimpamu, maka jangan katakana, ‘Andai aku melakukan ini, maka akan begini dan
begitu.’ Tetapi katakanlah, ‘Ketentuan Allah dan apa yang dikehendaki-Nya pasti
terjadi.’ Sebab kata ‘Andai’ itu membuka kerja syetan.” (HR. Muslim)
سَعْيُ الإِنْسَانِ لِكَسْبِ رِزْقِهِ
بِعَمَلِهِ .4
مَا أَكَلَ
أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَإِنَّ
نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
َلأَنْ يَأْخُذَ
أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَأْتِيَ بِحُزْمَةِ الْحَطَبِ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَهَا
فَيَكُفَّ اللَّهُ بِهَا وَجْهَهُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ
أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُوهُ
Bekerja
keras mengais rizki
•
“Tidaklah seseorang memakan sesuatu
makanan pun yang lebih baik dari memakan hasil kerja tangannya. Sesungguhnya
nabi Allah Daud as. makan dari hasil kerja tangannya.” (HR. Bukhari)
•
“Sesungguhnya seorang dari kamu membawa
talinya ke gunung, kemudian membawa satu ikat kayu bakar di punggungnya, lalu
menjualnya hingga Allah memelihara wajahnya (dari rasa malu), itu lebih baik
daripada meminta-minta kepada orang lain, di mana terkadang dikasih atau
ditolak.” (HR. Bukhari)
التَّرَفُّعُ عَنْ
مُحَقِّرَاتِ اْلأُمُوْرِ وَنِشْدَانُ مَعَالِيها وَالزُّهْدُ فِي الدُّنْيَا
•
Sebab obsesinya yang tinggi telah
melampui dinding kenikmatan semua ini dan tergantung pada langit keabadian yang
membahagiakan.
•
zuhud yang dinginkan oleh keimanan pada
hari akhir adalah tidak tergantungnya hati dan jiwa pada kenikmatan dunia
beserta hiasannya, bukan meninggalkan upaya memakmurkan dunia, meninggikan
bangunan peradaban, meningkatkan sarana prasarana kehidupan, dan mengambil
manfaat dari berbagai potensi dunia.
• (Al-A’raf: 32-33)
الأَخْذُ بِالحَزْمِ فِي الأُمُورِ
.5
•
الْكَيِّسُ مَنْ
دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ
نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
•
اِغْتَنِمْ
خَمْساً قَبْلَ خَمْسٍ : حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ
، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ ، وَشَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ ، وَغِنَاكَ قَبْلَ
فَقْرِكَ
Tegas
dan sigap dalam berbagai urusan
•
“Orang cerdas adalah yang mampu
mengendalikan diri dan beramal untuk kehidupan setelah kematian. Sedangkan
orang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya dan hanya mengharap-harap
kepada Allah.” (HR. Turmudzi dan Ibnu Majah. Al-Bani melemahkan Hadits ini dan
menghimpunnya dalam Dlaiful jami’ ash-shaghir, 4130)
•
“Manfaatkanlah lima hal sebelum
datangnya lima hal; hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, waktu
luangmu sebelum sibuk, masa mudamu sebelum tua, dan kayamu sebelum fakir.”
(Shahihul jami’ ash-shaghir, 1088)
•
اِشْتِغَالُ
الإِنْسَانِ بِمَا يَعْنِيْهِ وَانْصِرَافُهُ عَمَّا لاَ يَعْنِيْهِ.
مِنْ حُسْنِ
إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ
•
“Di antara tanda bagusnya keislaman
seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak berguna baginya.” (HR. Malik
dan Ahmad dari Ali bin Husain, dengan sanad yang bagus)
•
Al-Furqan: 63)
MEDAN
PENERAPAN ULUWWUL HIMMAH
•
Uluwwul himmah dalam
menuntut ilmu
•
Ketinggian obsesi dalam dakwah ilallah
•
Uluwwul himmah dalam
jihad fi sabilillah
MANFAAT
ULUWWUL HIMMAH
- Hidayah Allah swt. buat orang-orang yang memiliki
obsesi tinggi, yang berjihad di jalan-Nya. (Al-Ankabut: 69)
- Pertolongan Allah swt. di dunia
dan akhirat. (Ghafir: 51)
- Orang memiliki obsesi tinggi mampu menanggung tugas dan
beban berat yang tidak dapat dipikul orang lain.
- Ia akan mampu mengubah realita pedih yang tidak mampu
dirubah oleh orang yang lemah obsesi.
- Orang-orang yang mempunyai obsesi tinggi dan
bermujahadah akan menjumpai balasan hakikinya, ketika jiwa mendapat
balasan atas yang dikerjakannya. (Al-Waqi’ah: 10-24)
- Tanda sempurnanya kepahlawanan dan keperwiraan
- Membuahkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
- Akhlak yang mengantar pada kecintaan Allah swt. dan
kecintaan manusia.
- Mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi individu
maupun masyarakat.
SEBAB-SEBAB
LEMAHNYA OBSESI
•
Lemahnya Iman. (Al-Maidah: 24)
• Cenderung Pada Dunia. (Ali Imran: 14), (Ghafir: 39)
•
Dosa dan Kemaksiatan.
•
Takut Rizki dan
Takut Gangguan. (Al-Baqarah: 155), (Al-Baqarah: 249)
• Tergesa-gesa Ingin Menang dan Panjang Angan-Angan.
(At-Taubah: 42)
• Tidak Direspon Masyarakat dan Sedikitnya Pendukung.
• Hinaan dan Ejekan. (Al-An’am: 10)
•
Penggembosan. (At-Taubah: 81)