Jumat, 11 Juli 2025

Kompak Mentarbiyah Anak


Syaikh Abdurrahman Dahy dalam kitab Taurits Al-Iltizam menyatakan, di antara faktor pembangun keberhasilan tarbiyah untuk anak-anak adalah kerja sama yang baik antara ayah dan ibu. Keduanya harus kompak dalam visi, tujuan, motivasi dan orientasi kehidupan.


Harus dipastikan, suami dan istri kompak dalam kebaikan. Kompak dalam visi yang benar dalam mentarbiyah anak-anak. Bukan kompak dalam kejahatan dan pelanggaran. Bukan kompak dalam pengabaian terhadap tarbiyah anak.


Keluarga Abu Lahab dan Ummu Jamil adalah contoh keluarga kompak. Yaitu kompak dalam kekufuran dan kejahatan. Kelak keduanya diazab Allah di akhirat. Mereka kompak dunia akhirat (QS. Al-Lahab: 1-5).  Kita tidak boleh menjadi kompak seperti keluarga Abu Lahab. 


Sedangkan kisah Nabi Nuh dan Wahilah serta Nabi Luth dan Wa’ilah, adalah profil dua keluarga yang tidak kompak dari sisi ketaatan dan kebaikan. Keluarga dengan suami salih, namun istri jahat dalam bentuk kekafiran dan berkhianat. Kelak mereka berpisah di akhirat (QS. At-Tahrim: 10).


Kisah Fir’aun dan Asiyah binti Muzahim, juga profil keluarga yang tidak kompak dari sisi ketaatan dan kebaikan. Keluarga dengan suami jahat dan zalim, namun istri salihah dan kuat dalam keimanan. Kelak mereka juga berpisah di akhirat (QS. At-Tahrim : 11).


Kompak dalam tarbiyah anak, bisa kita contoh dari Nabi Ibrahim dan Siti Hajar. Beliau adalah profil keluarga kompak dari sisi ketaatan dan kebaikan. Keluarga dengan suami salih, istri salihah, serta anak yang kuat dalam adab serta keimanan. Kelak mereka berkumpul di surganya Allah. Kompak dunia akhirat (QS. Ash-Shaffat : 102).


Keluarga Imran adalah contoh keluarga mulia dalam sejarah kemanusiaan. Imran bukan Nabi dan bukan Rasul. Maryam juga bukan Nabi dan bukan Rasul. Namun Allah memilih keluarga Imran untuk menjadi teladan kebaikan bagi keluarga lainnya (QS. At-Tahrim : 12 dan QS. Ali Imran: 33 - 34).


Dan teladan utama kita adalah Nabi saw beserta keluarga beliau. Mengajarkan kebaikan dalam interaksi sehari-hari antara suami istri, dan orangtua dengan anak. Keluarga yang kelak akan menempati surga tertinggi.


Selanjutnya Syaikh Abdurrahman Dahy menyatakan, “Salah satu dari kedua orangtua tidak boleh memiliki tujuan atau rencana tertentu dalam menarbiyah anak tanpa melibatkan pasangannya; karena yang demikian akan menyebabkan kegagalan”.


Mari bersemangat mentarbiyah anak-anak kita. Semoga Allah bimbing kita semuanya ke jalan yang diberkahiNya.


Akhukum, Cahyadi Takariawan.



0 komentar:

Posting Komentar