Senin, 03 Juni 2013

Isra' Mi'raj




“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. (Al-Isra:1)
Wahai umat Islam…
Wahai umat manusia seluruhnya…
Wahai para penguasa dan pemimpin semuanya…
Ketahuilah bahwa masjid Al-Aqsha merupakan kiblat pertama bagi umat Islam; yang dibangun dimuka bumi yang di dalamnya penuh dengan kebarkahan  untuk seluruh alam; bumi para nabi, tempat diturunkannya risalah dan bumi jihad dan persatuan hingga hari pembalasan.
Dan masjid Al-Aqsha juga merupakan salah satu dari tiga masjid yang ditekankan untuk dikunjungi; seperti yang disebutkan oleh Abu Hurairah dia berkata bahwa nabi saw bersabda:
لا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلا إِلَى ثَلاثَةِ مَسَاجِدَ : الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ، وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ ، وَمَسْجِدِ الأَقْصَى
“Janganlah ditekadkan untuk berkunjung (rihlah) kecuali kepada tiga tempat; Masjid Haram, Masjidku (masjid Madinah) dan masjid Al-Aqsha”.
Sebagaimana masjid Al-Aqsha juga merupakan pintu langit dan tempat pertemuan para nabi; yang di dalamnya terdapat ikrar yang agung dalam muktamar pengakuan akan kepemimpinan nabi Muhammad saw terhadap para nabi lainnya pada saat malam Isra dan Mi’raj; karena bai’at yang dilakukan oleh mereka merupakan penegasan akan janji para nabi dan para rasul yang harus ditunaikan dan menjadi ikatan perjanjian sumpah yang diambil oleh Allah atas mereka. Seperti yang termaktub dalam firman Allah:
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آَتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil Perjanjian dari Para nabi: “Sungguh, apa saja yang aku berikan kepadamu berupa kitab dan Hikmah kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya” Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” mereka menjawab: “Kami mengakui”. Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai Para Nabi) dan aku menjadi saksi (pula) bersama kamu”.  (Ali Imran:81)
Isra memberikan pernyataan akan hak kita atas bumi Palestina
Tentunya telah sama-sama kita ketehui bahwa pertikaian yang terjadi di seputar bumi yang penuh berkah ini akan terus terjadi disepanjang zaman dan masa, dan setiap umat akan terus mengklaim hak kepemilikian terhadap bumi tersebut, hak merasa ingin menguasai dan mengambil alih pengelolaannya, dengan alasan sesuai dengan keyakinan agama mereka; karena Nabi mereka -seperti yang mereka duga- diturunkan di bumi tersebut dan mereka menginjakkan kakinya disana, dan sejarah menjadi saksi akan kebenaran peristiwa tersebut.
Bukankah telah kita saksikan sajarah perang salib yang berlangsung lama dan bahkan masih terus berlangsung hingga saat ini, mereka berusaha mengambil kembali rumah mereka yang menjadi saksi tempat lahirnya nabi Isa al-masih!! Dan tidakkah kita telah menyaksikan kebiadan dan keberingasan para zionis yang ngotot untuk kembali ke negara mereka dengan mengklaim sebagai tempat haekal nabi Sulaiman. Sebagaimana seluruh umat Islam dan Arab khususnya mengklaim sebagai pemilik bumi tersebut, dan tidak ada yang berhak bagi yang lainnya mengaku sebagai pemilik.
Dan sesungguhnya Islam mewajibkan atas umatnya menjadikan bumi Palestina berada di bawah kekuasaan umat Islam dan berada dibawah perlindungan mereka; sehingga jalan menuju masjid Al-Aqsha menjadi aman dan terbuka bagi yang lainnya, sebagai tempat yang ditekankan untuk dikunjungi, dan tidak ada seorangpun yang boleh menghalangi orang lain yang ingin berknjung ke tempat tersebut, dan bagi mereka –kristen dan yahudi- terhadap tempat yang suci tersebut ingin mengagungkannya dan berkunjung ke tempat tersebut; maka Islam akan menghormatinya, melindunginya dan tidak menghalangi mereka; baik sejak dahulu hingga saat ini dan bahkan selamanya tidak akan menghalangi mereka; karena Islam adalah agama yang satu yang berusaha hidup damai dengan penganut agama lainnya, tanpa ada paksaan untuknya terhadap apa yang  diyakini dan memberikan toleransi untuk menjalankan dan menunaikan syiar-syiar agama yang dianutnya. Walaupun selain Islam tidak pernah memandang orang lain secara baik kecuali hanya pada dirinya sendiri, karena itu mereka berusaha menghantam dan memerangi setiap umat yang memusuhinya dan berseberangan dengannya.
Tauladan bagi dunia
Bahwa posisi menjadi imam dihadapan para nabi di bumi quds pada saat malam Isra merupakan petunjuk penyerahan kepemimpinan untuk umat ini (umat Islam). karena jika para nabi saja mengikuti nabi kita Muhammad saw dan menunaikan shalat dibelakangnya; maka bagi para pengikutnya –jika mereka benar-benar jujur dalam keimanan mereka terhadap nabi dan menjadi pengikut mereka- harus mengikuti nabi saw dan menjadikannya sebagai imam; apalagi kitab-kitab yang ada di tangan mereka telah memberikan pernyataan dan kabar gembira melalui lisan nabi Isa bin Maryam:,
وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِن بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ
“Dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” (As-Shaff:6)
Dan dunia, juga hendaknya mengetahui dan mendengar bahwa umat manusia seluruhnya akan hidup dalam kedamaian dan ketenangan serta ketentraman saat berada dibawah naungan Islam oleh karena keadilannya, kebebasannya, kesamarataannya dan rahmatnya yang tidak membedakan antara manusia dalam bentuk keyakinan dan jenis, warna dan tingkatannya, dan seluruh manusia dihadapan islam adalah sama, sehingga seluruhnya dapat menikmati apa yang mereka keyakinan, tenang dan nyaman untuk tidur dipembaringannya yang empuk, tidak ada air mata yang mengalir di pipi dan wajah mereka dan tidak ada darah yang mengalir di jalan-jalan.
Dan pada masa mendatang, boleh jadi dunia tidak akan mengenal kata-kata istiqrar (stabilitas) dan amn (kedamaian), selama bumi Palestina belum kembali kepada pemiliknya -yaitu Islam-, dan selama kepemimpinan dunia berada ditangan orang-orang kotor yang mengabaikan akan nilai-nilai kemanusiaan dan akhlak mulia, yang hanya melakukan ketenangan hidup untuk kemaslahatan diri sendiri dan sedikit sekali diantara mereka yang mau bekerja untuk kemaslahatan bangsa dan umatnya sekalipun dikecam oleh umat lainnya.
Kurangnya Perhatian Al-Quds Merupakan Tanda Iman Yang Terluka
Bahwa bumi Palestina dan Al-Quds merupakan bagian dari aqidah umat islam; selama hayat masih di kandung badan dan roda kehidupan masih berjalan dimuka bumi ini, walaupun harus berhadapan dengan berbagai rintangan dan ujian. Dan al-quds merupakan bagian dari sejarah umat Islam yang masih memiliki ikatan yang erat terhadap akidah yang terpatri di dalam hati dan jiwa; sehingga menjadikan al-Quds terpatri dalam jiwa yang mendalam dan mengalir di dalam tubuh seperti halnya darah yang mengalir dalam tubuh manusia sepanjang hari. Sebagaimana juga al-quds merupakan bagian dari kemenangan umat Islam dan berbagai kemenangan yang tidak berhenti insya Allah.
Dan jika al-Quds merupakan hak bagi kaum muslimin seperti yang termaktub dalam nash Al-Qur’an; maka mengabaikan isi yang ada di dalamnya merupakan pengabaian terhadap kitab Allah dan peradaban umat serta aqidah dan turatsnya, dan menyerahkan seluruh isinya kepada Yahudi dan yang lainnya, walaupun hanya sekedar diam dan berupa pengakuan saja terhadap hak-hak yang diambil oleh orang lain yang tidak memiliki hak atas kepemilikan terhadap perseorangan, lembaga atau negara, setelah Allah menyerahkannya kepada umat Islam dan bahkan telah menetapkannya seluruhnya dari apa-apa yang terdapat di dalamnya, dan jika diserahkan kekuasaan terhadap orang lain selain Islam, maka hal tersebut merupakan penistaan terhadap bumi Quds dan dianggap telah mengabaikan hak umat Islam atas bumi tersebut dan bahkan merupakan sejarah bagian dari memadamkan cahaya matahari pada siang bolong, sehingga akan menjadi sarana penistaan terhadap akidah umat Islam yang tidak sudi berada dibawah kehinaan. Dan mereka yang setuju dengan kondisi tersebut dan tidak memiliki usaha untuk merebut kembali hak yang telah dirampas, atau berusaha untuk membebaskan negeri tersebut dari najis penjajahan zionis yang keji, yang di dukung oleh kekuatan Amerikan yang jahat, zhalim dan pembantai.
Hak-hak Kita Tidak Boleh Lepas Walau Hanya Melalui Ketetapan PBB
Hendaknya umat Islam dan orang-orang beriman meyakini bahwa mengembalikan bumi yang disucikan, dan menjaga kehormatan dan darah dari tangan-tangan najis zionis, yang mana hal tersebut tidak akan sempurna dengan hanya melalui kesepakatan yang dibuat oleh PBB dan melalui perundingan-perundingan; karena zionis tidak mengenal kata damai kecuali hanya dengan kekuatan, dan tidak akan kembali dari kesesatan dan kezhaliman mereka kecuali jika dengan merebut al-quds kembali dari tangan mereka. Dan tentunya hal tersebut tidak akan terwujud kecuali dengan jihad yang suci dan pengorbanan yang paripurna.
Pada suatu saat kita semua harus meyakini bahwa kita akan berjalan menuju itu, mengangkat bendera jihad di jalan Allah, tentunya dengan maju ke medan perang (jihad), untuk mendapatkan syahadah dan kenikmatan surga yang luasnya melebihi luasnya langit dan bumi. Dan niscaya pada suatu saat hal tersebut akan terwujud di tengah-tengah kita. Sedangkan zionis dan kelompok dan negara yang menyokong dan membantunya harus menyadari bahwa kita akan menuju kesana –al-quds- untuk mengembalikan hak-hak umat; sehingga ketakutan dan rasa cemas akan terus menyelemuti jiwa mereka dan pulang menuju asal mula mereka datang, dan sehingga bumi Palestina bersih dari najis, kejahatan dan kerusakan mereka, dan tidak ada yang menetap disana kecuali penduduk dan warga Palestina yang asli; baik yang beragama Islam, Masehi (Kristen) dan Yahudi;  yang semuanya dilindungi oleh adanya keadilan Islam, persamaan hak dan kebebasan berkeyakinan.
وَاللّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَـكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ
”Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya”. (Yusuf:21)
Al-Quds; bencana dan cita-cita
Bahwa Al-Quds saat ini merupakan sumber bencana, namun juga merupakan cita-cita umat pada hari esok, dan kejatuhan Al-Quds di tangan para penjajah merupakan puncak bencana atas bangsa arab dan umat Islam, sebagaimana juga merupakan puncak kehinaan dan kelemahan, namun pada waktu yang bersamaan -hal tersebut- merupakan cita-cita bagi yang berpegang teguh pada kesatuan juhud (perjuangan) umat; melalui jalur keimanan kepada Allah dan jihad di jalan-Nya; sehingga ditulis baginya kemenangan yang nyata, dan Allah telah menjanjikan kepada kita untuk masuk ke masjid Al-Aqsha dengan aman :
وَلِيَدْخُلُواْ الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُواْ مَا عَلَوا تَتْبِيْرًا
“Dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai”. (Al-Isra:7)
Sebagaimana Allah juga menjanjikan kepada kita akan kemenangan yang nyata:
وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman”. (Ar-Ruum:47)
Adakah Keberanian Bangsa Arab dan Kemarahan Umat Islam Terhadap Musuh?
Sungguh menakjubkan akan permasalahan blokade terhadap umat Islam di perkampungan Abu thalib; karena selain tidak disetujui oleh sebagian pemuka Arab dan para pembesarnya yang memiliki keberanian dan wibawa; sehingga mereka berusaha mendobrak kepungan dan memberikan kepada keluarga mereka makanan dan pakaian, dan bahkan salah seorang dari mereka bergerak memberikan semangat kepada para lelakinya dan simpul-simpul Arab untuk tidak boleh menyerah sehingga mampu menghancurkan blokade. Namun apakah ada dari para penguasa dunia yang maju menyuarakan hak umat kepada bangsa Arab sebelum Islam?! dan apakah kita mendengar dari pemuka umat Islam dan pemimpin dunia yang merdeka mengiklankan diri untuk membebaskan warga dari blokade di Gaza dan membawakan kepada mereka bekal makanan, memberikan obat-obatan dan pakaian serta bahan bakar untuk memasak dan juga membantu mereka untuk kembali mendapatkan hak mereka dari para perampas?!
Dari blockade menuju Isra
Dari peristiwa isra dapat kita ambil pelajaran penting sehingga mampu mendorong kita untuk tsabat dan membangkitkan cita-cita pada ikhwan kita di Palestina; karena ketika orang-orang musyrik sudah putus asa untuk bisa mengalahkan Rasulullah saw dan orang-orang yang bersamanya, dan tidak mampu mengembalikan mereka pada kekufuran; mereka berfikir untuk melakukan blockade terhadap umat Islam, dan pada selanjutnya Allah membukakan untuknya pintu langit, sehingga bisa pergi ke Al-Quds dan naik ke atas langit, dan tidak berjalan dalam waktu yang lama sampai Islam menjadi negara yang ditakuti dan disegani serta diperhitungkan:
حَتَّى إِذَا اسْتَيْئَسَ الرُّسُلُ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ قَدْ كُذِبُوا جَاءَهُمْ نَصْرُنَا
“Sehingga apabila Para Rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada Para Rasul itu pertolongan Kami”. (Yusuf:110)
Bahwa hal demikian merupakan seruan bagi ikhwah kita di Palestina untuk terus bersabar dan teguh terhadap cobaan blockade, sekalipun masanya panjang namun pada akhirnya nanti zionis Yahudi dan Amerika akan jatuh beserta orang-orang yang mengambil keputusan terburu-buru karena takut musibah menimpa mereka atau khawatir terkalahkan. Sebagaimana hal tersebut juga merupakan kabar gembira bahwa lembaran-lembaran blockade pasti akan dicabik-cabik dan dirobek-robek oleh Allah dan kekuasaan-Nya, dan kemudian dengan keteguhan dan jihad kalian, akan terwujud kemenangan Allah yang dijanjikan, dan tamkin (kejayaan) bagi agama Allah dengan syarat adanya ubudiyah kepada Allah dan tidak mensyirikan bersama-Nya seorangpun :
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لاَ يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik”. (An-Nuur:55)
Sesungguhnya umat Islam saat ini membutuhkan untuk kembali kepada Allah secara kaffah (totalitas) dan bersegera menuju iman yang jujur dan benar, sebagaimana mereka juga membutuhkan jiwa yang besar pada penghindaran diri dari pertikaian dan perpecahan, dengan saling bersatu diantara mereka dan berpegang teguh dengan kitab Allah, mengenali musuh-musuh mereka yang ada disekitarnya, membuat peta dan sterategi untuk menghadapi permusuhan mereka; berdasarkan pada tsawabit iman dan nawamis (undang-undang) kemenangan yang tidak bisa berubah dan berganti.
Dan hendaknya kita semua kembali kepada risalah yang akan datang isnya Allah.
Allah akbar dan segala puji hanya milik Allah..
Dan segala puji sekali lagi hanya miliki Allah Tuhan semesta alam.

0 komentar:

Posting Komentar