Selasa, 28 April 2015
Kamis, 23 April 2015
Selasa, 21 April 2015
Selasa, 14 April 2015
Mendidik Islami Ala Luqman Al-Hakim
- “Dan (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi nasehat kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar ….. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”. (Luqman: 13-19)
Surat Luqman secara umum, terutama ayat 13-19 difahami sebagai surat yang harus dibaca saat prosesi aqiqah atau kesyukuran atas kelahiran seorang anak, dengan harapan bahwa sang ayah nantinya dapat meneladani tokoh Luqman yang diabadikan wasiatnya dan sang anak juga dapat mengikuti petuah dan nasehat seperti halnya anak Luqman. Tentu pemahaman ini dapat diterima, mengingat secara tekstual ayat-ayat ini memang berbicara secara khusus tentang pesan Luqman dalam konteks mendidik anak sesuai dengan pesan Al-Qur’an. Apalagi pesan Luqman dalamLuqman yang dimaksud dalam ayat-ayat ini menurut Ibnu Katsir adalah Luqman bin Anqa’ bin Sadun. Ia adalah anak dari seorang bapak yang Tsaaran. Pengabadian kisah Luqman memang berbeda dengan pengabdian tokoh lain yang lebih komprehensif. Pengabadian Luqman hanya berkisar seputar nasehat dan petuahnya yang sangat layak dijadikan acuan dalam mendidik anak secara Islami.
Tentu masih banyak lagi cara Islami dalam mendidik anak berdasarkan ayat-ayat atau hadits Rasulullah saw yang lain. Namun paling tidak, pesan Luqman ini bukan sekedar pesan biasa umumnya seorang bapak kepada anaknya, namun merupakan pesan yang penuh dengan sentuhan kasih sayang dan sarat dengan muatan ideologis serta tersusun berdasarkan skala prioritas dari pesan agar mengesakan Allah dan tidak menmpersekutukannya sampai pada pesan untuk bersikap tawadu’ dan santun yang tercermin dalam cara berjalan dan berbicara. Kedua jenis pesan dan nasehat tersebut ternyata tidak keluar dari dua prinsip utama dalam ajaran Islam yaitu ajaran tentang akidah dan akhlak.
Menurut Sayid Quthb, rangkaian ayat-ayat berbicara tentang Luqman dan nasihatnya yang diawali dengan anugerah hikmah kepada Luqman di ayat 12 merupakan pembahasan kedua dari pembahasan surat Luqman yang masih sangat terkait dengan pembahasan episode pertama, yaitu persoalan akidah. Pesan Luqman sendiri pada intinya adalah pesan akidah yang memiliki beberapa konsekuensi; di antaranya berbakti dan berbuat ma’ruf kepada kedua orang tua sebagai bukti rasa syukur atas kasih sayang dan pengorbanan mereka merupakan tuntutan atas akidah yang benar kepada Allah swt. Senantiasa merasakan kehadiran dan pengawasan Allah dalam setiap langkah dan perbuatan merupakan aktualisasi dari keyakinan akan sifat Allah Yang Mengetahui, Maha Mendengar dan Maha Mengawasi. Serta menjalankan aktifitas amar ma’ruf dan nahi munkar yang disertai dengan sikap sabar dalam menghadapi segala rintangan dan tantangan merupakan bukti akan keluatan iman yang bersemayam di dalam hati sanubari, hingga pada pesan untuk senantiasa bersikap tawadu’ dan tidak sombong, baik dalam bersikap maupun dalam berbicara. Semuanya tidak lepas dari ikatan dan tuntutan akidah yang benar.
Dominasi pembahasan seputar akidah dalam
Terlepas dari pro kontra siapa Luqman sesungguhnya; apakah ia seorang nabi ataukah ia hanya seorang lelaki shalih yang diberi ilmu dan hikmah, yang jelas jumhur ulama lebih cenderung memilih pendapat yang mengatakan bahwa ia hanya seorang hamba yang shalih dan ahli hikmah, bukan seorang nabi seperti yang diperkatakan oleh sebagian ulama. Gelar Al-Hakim di akhir nama Luqman tentu gelar yang tepat untuknya sesuai dengan ucapannya, perbuatan dan sikapnya yang memang menunjukkan sikap yang bijaksana. Allah sendiri telah menganugerahinya hikmah seperti yang ditegaskan dalam ayat sebelumnya:
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji“. (Luqman: 12)
Yang menarik disini bahwa ternyata sosok Luqman bukanlah seorang yang terpandang atau memiliki pengaruh. Ia hanya seorang hamba Habasyah yang berkulit hitam dan tidak punya kedudukan sosial yang tinggi di masyarakat. Namun hikmah yang diterimanya menjadikan ucapannya dalam bentuk pesan dan nasehat layak untuk diikuti oleh seluruh orang tua tanpa terkecuali. Hal ini terungkap dalam riwayat Ibnu Jarir bahwa seseorang yang berkulit hitam pernah mengadu kepada Sa’id bin Musayyib. Maka Sa’id menenangkannya dengan mengatakan: “Janganlah engkau bersedih (berkecil hati) karena warna kulitmu hitam. Sesungguhnya terdapat tiga orang pilihan yang kesemuanya berkulit hitam, yaitu Bilal, Mahja’ maula Umar bin Khattab dan Luqman Al-Hakim”.
Rangkaian pesan dan nasehat Luqman yang tersebut dalam 7 ayat di atas secara redaksional dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu bentuk larangan yang berjumlah 3 ayat dan redaksi perintah yang berjumlah 3 ayat. Sedangkan yang mengapit antara keduanya adalah pesan untuk senantiasa muraqabtuLlah karena Allah Maha Mengetahui apa yang dilakukan oleh setiap hambaNya tanpa terkecuali meskipun hanya sebesar biji zarrah dan dilakukan di tempat yang sangat mustahil diketahui oleh siapapun melainkan oleh Allah swt. Tiga larangan yang dimaksud adalah larangan mempersekutukan Allah, larangan menta’ati perintah kedua orang tua dalam konteks kemaksiatan, serta larangan bersikap sombong. Sedangkan nasehat dalam bentuk perintah diawali dengan perintah berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tua dalam keadaan apapun mereka yang diringi dengan mensyukuri Allah atas segala anugerah dan limpahan rahmatNya dalam beragam bentuk, perintah untuk mendirikan shalat, memerintah yang ma’ruf dan mencegah yang munkar serta perintah bersikap sederhana dalam berjalan dan bersuara (berbicara).
Dalam menjelaskan secara aplikatif tafsir ayat 15 dari surat Luqman ini, Ibnul Atsir dalam kitab Usudul Ghabah ( 2: 216) menukil riwayat Thabrani yang mengetengahkan kisah seorang anak yang bernama Sa’ad bin Malik yang tetap berbakti menghadapi ibundanya yang menentang keras keislamannya dengan melakukan aksi mogok makan beberapa hari lamanya sehingga terlihat kepenatan menimpa ibundanya. Namun dengan tegas dan tetap menunjukkan baktinya Sa’ad berkata dengan bijak kepada ibundanya: “Wahai ibu, sekiranya engkau memiliki seratus nyawa. Lalu satu persatu nyawa itu keluar dari jasadmu agar aku meninggalkan agama (Islam) ini maka aku tidak akan pernah menuruti keinginanmu. Jika engkau sudi silahkan makan makanan yang telah aku sediakan. Namun jika engkau tidak berkenan, maka tidak masalah.”
Akhirnya ibu Sa’ad pun memakan makanan yang dihidangkannya, karena merasa bahwa upaya yang cukup ekstrim itu tidak akan meluluhkan keteguhan hati anaknya dalam agama Islam. Tentu sikap yang bijak yang ditunjukkan oleh seorang anak terhadap sikap memaksa kedua orang tuanya yang digambarkan dalam ayat ke 15 tidak akan hadir secara instan tanpa didahului oleh pemahaman yang benar akan akidah Islam, terutama akidah kepada Allah.
Kisah di atas jelas merupakan sebuah kisah yang sangat menarik dan berat untuk difahami dalam konteks kekinian. Bagaimana secara sinergis seorang anak tetap mampu menghadirkan sikap bakti kepada orang tua dengan tetap mempertahankan ideologi dan keyakinan yang dianutnya yang berbeda dengan keyakinan kedua orang tuanya. Pada ghalibnya seorang anak akan merasakan kesukaran dan keberatan untuk menimbang antara ketaatan kepada perintah orang tua dan bersikap ihsan serta berbakti kepada keduanya. Menurut Ibnu Katsir berbakti kepada kedua orang tua adalah dalam konteks bersilaturahim, mendoakan dan memberikan bantuan yang semestinya yang harus dibedakan dengan ketaatan yang berujung kepada bermaksiat kepada Allah. Tentang hal ini, Sufyan bin Uyainah pernah berkata :
“Barangsiapa yang menegakkan shalat lima waktu berarti ia telah mensyukuri Allah dan barangsiapa yang senantiasa berdoa untuk kedua orang tuanya setiap selesai shalat, maka berarti ia telah mensyukuri kedua orang tuanya.”
Sungguh sebuah sikap yang matang dan bijak yang tentu berawal dari model pendidikan yang bernuansa ‘akidi dan akhlaqi’ dengan tetap memperhatikan kebutuhan dan tuntutan kekinian yang seimbang dengan landasan prinsip dalam berIslam secara baik dan benar. Anak-anak sekarang sangat mendambakan nasehat orang tua yang memperkuat, bukan memanjakan karena memang mereka hidup untuk zaman yang berbeda dengan zaman kedua orang tuanya seperti yang diisyaratkan oleh Rasulullah dalam haditsnya:
“Pilihlah tempat nuthfahmu untuk dibuahkan. Karena sesungguhnya anak-anakmu dilahirkan untuk zaman mereka yang berbeda dengan zamanmu.”
Demikian nasehat dan pesan Luqman dalam mendidik anaknya yang didahului oleh pendidikan akidah tentang keEsaan Allah dan pengetahuanNya yang absolut yang akan melahirkan sikap mawas diri, hati-hati dan muraqabatuLlah dalam bersikap dan bertindak. Kekuatan dan kemantapan akidah tersebut akan terespon dan termanifestasikan dalam berakhlak dan berperilaku kepada orang lain, terutama sekali terhadap kedua orang tua. Sungguh satu upaya yang serius dari seorang Luqman yang bijak untuk mendekatkan dan memperkenalkan seorang anak sejak dini dengan RabbNya yang berdampak pada kebaikan dan kesejahteraan lahir dan bathin, serta menjadikannya memiliki tingkat imunitas dan pertahanan diri yang kokoh menghadapi beragam godaan kehidupan yang dirasa kian melalaikan dan menjerumuskan. Allahu a’lam
YANG BERJATUHAN DI JALAN DA'WAH
Oleh : Fathi
Yakan
I.
PENDAHULUAN
Da'wah
merupakan perjalanan panjang yang penuh dengan duri dan rintangan. Kemenangan
da'wah akan diperoleh apabila para anggota-anggotanya komitmen dan teguh dalam
menapaki jalan da'wah.
Sudah
menjadi sunnatullah bahwa akan ada anggota da'wah yang berjatuhan, baik
bentuknya penyelewengan, penyimpangan, pengunduran diri dan sebagainya, sebelum
meraih kemenangan. Fenomena ini tidak bisa dihindari, sehingga ada sebagian
orang memandang hal ini sebagai suatu fenomena yang wajar / sehat guna
memperbaharui sel-sel intinya, dan membebaskan da'wah dari segala hal yang
memberatkan dan menghambat pergerakan.
II.
FENOMENA
YANG BERJATUHAN DI ZAMAN NABI
Pada
zaman Rasulullah saw, sudah terjadi fenomena pembelotan para anggota jama’ah
untuk melepaskan tanggung jawab ataupun sekedar bermalas-malasan dalam
berda’wah. Beberapa peristiwa berjatuhan di jalan da'wah yang sempat terjadi
adalah:
a.
Kelompok
mutakhollifin (orang-orang yang tidak berangkat) pada perang Uhud, diantaranya:
Ka’ab bin Malik, Muroroh Ibnu ‘Ar-Rabi’ dan Hilal bin Umayyah. Namun mereka
bertiga ini kemudian diterima taubatnya oleh Allah swt, dan penerimaan taubat
mereka diabadikan di dalam Al Qur’an dalam surat al Bara-ah, dan karena
pertaubatan besar inilah surat ini juga dinamakan surat at-Taubah.
b.
Pembocoran
rahasia negara oleh Hathib bin Abi Balta’ah. Namun mengingat kebaikan masa
lalunya, yaitu keikut sertaannya dalam perang Badar yang merupakan yaumul
furqan, Rasulullah saw mengampuni dan tidak menghukumnya.
c.
Haditsul
Ifki (berita kebohongan
besar) terhadap Ummul Mukminin ‘Aisyah ra. Diantara orang-orang yang
terlibat dalam penyebaran berita ini, ada tiga sahabat nabi, mereka telah
mendapatkan hukuman had, yaitu masing-masing di dera 80 kali, dan setelah
itu merekapun bertaubat. Mereka itu adalah: Hassan bin Tsabit, Hamnah binti
Jahsy dan Misthah bin Utsatsah.
d.
Pengkhianatan
Abu Lubabah yang membocorkan rahasia hukum yang akan diterapkan kepada
orang-orang Yahudi Bani Quraizhah. Dia telah menyatakan taubat kepada Allah swt
dan Rasul-Nya, dan Allah swt-pun telah menerima taubatnya.
e.
Peristiwa
berdirinya masjid dhirar.
III.
SEBAB-SEBAB
BERJATUHAN
a.
Sebab-sebab
yang berhubungan dengan pergerakan
1.
Lemahnya
segi pendidikan.
2.
Tidak
menempatkan personal dalam posisi yang tepat.
3.
Distribusi
penugasan yang tidak merata pada setiap individu.
4.
Tidak
adanya monitoring personal secara baik.
5.
Tidak
menyelesaikan berbagai urusan dengan cepat.
6.
Konflik
intern. Konflik intern ini disebabkan oleh:
-
Lemahnya
kepemimpinan.
-
Adanya
tangan tersembunyi dan kekuatan luar yang sengaja menyebar fitnah.
-
Perbedaan
watak dan kecenderungan individu.
-
Persaingan
dalam memperebutkan kedudukan.
-
Tidak
adanya komitmen dan penonjolan tingkah laku individu.
-
Kevakuman
aktifitas dan produktifitas.
Dalam
sejarah, konflik yang pernah terjadi antar ummat Islam adalah pada peristiwa
konflik golongan Aus dan Khazraj. Dalangnya (provokatornya) adalah orang-orang
Yahudi, yaitu Syammas bin Qais. Atas prakarsa Rasulullah saw maka golongan Aus
dan Khazraj bersatu kembali. Hal tersebut terbukti dengan turunnya QS Ali
Imran: 100 – 105.
7.
Kepemimpinan
yang tidak ahli dan qualified. Sebabnya antara lain:
-
Kelemahan
dalam kemampuan idiologi.
-
Kelemahan
dalam kemampuan organisatoris.
Oleh
karena itu, seorang pemimpin yang diangkat haruslah memiliki syarat:
-
Mengenal
da'wah.
-
Mengenal
diri sendiri.
-
Pengayoman
yang kontinyu.
-
Teladan
yang baik.
-
Pandangan
yang tajam.
-
Kemauan
yang kuat.
-
Kharisma
kepribadian yang fitri.
-
Optimisme.
b.
Sebab-sebab
yang berhubungan dengan individu
Yaitu
berjatuhannya anggota disebabkan oleh atau bersumber pada pribadi anggota.
Yang
termasuk dalam hal ini adalah:
1.
Watak
yang tidak disiplin, sehingga menyebabkan dia tidak bisa menyesuaikan diri
dengan organisasi / jama’ah.
2.
Takut
terancamnya diri dan periuk nasinya (QS 4 : 120, QS 3 : 175).
Tersebut
dalam hadits:
حُفَّتِ الْجَنَّةُ
بِالْمَكَارِهِ، وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ (رواه أحمد ومسلم والترمذي).
“Syurga dipagari dengan
hal-hal yang tidak menyenangkan, dan neraka dikelilingi oleh segala hal yang
menyenangkan”. (HR Ahmad, Muslim dan At-Tirmidzi).
3.
Sikap
ekstrim dan berlebih-lebihan.
Tersebut
dalam hadits:
“Hendaklah
kamu menjauhi sikap ekstrim dalam agama. Sesungguhnya orang yang sebelum kamu
binasa karena ekstrim dalam beragama”. (HR Ahmad dan An-Nasai).
4.
Sikap
terlalu memudah-mudahkan dan meremehkan.
Tersebut
dalam hadits:
“Sesungguhnya
kamu melakukan pekerjaan-pekerjaan dosa menurut pandangan mata kamu lebih halus
dari rambut. Di masa Rasulullah saw, kami menggolongkan perbuatan itu termasuk al
muubiqoot (hal-hal yang menghancurkan)”. (HR Bukhari).
5.
Tertipu
kondisi gemar menampilkan diri (QS 28 : 83).
6.
Kecemburuan
terhadap orang lain / kedengkian. (QS 5 : 27 – 30).
7.
Bencana
senajata / penggunaan kekuatan.
Syarat-syarat
penggunaan kekuatan:
-
Habis
segala usaha dengan jalan lain.
-
Urusannya
dipegang oleh pimpinan dan jama’ah Islam dan bukan oleh individu.
-
Tidak
menjurus pada pengrusakan dan bencana.
-
Tidak
boleh keluar dari ketentuan syara’.
-
Penggunaan
kekuatan sesuai skala prioritas.
-
Penggunaan
senjata harus mempunyai persiapan yang matang dan cermat.
-
Hati-hati
akan pancingan berbagai reaksi.
-
Tidak
boleh menjerumuskan ummat Islam bila posisi kekuatan tidak seimbang.
c.
Tekanan
Luar
1. Tekanan dari suatu cobaan (QS 3 : 175).
2.
Tekanan
keluarga dan kerabat (QS 9 : 24).
3.
Tekanan
Lingkungan.
4.
Tekanan
gerakan agitasi (penyebaran kritik dan keragu-raguan).
5. Tekanan figuritas (QS 7 :
12).
Selasa, 07 April 2015
Pengertian dan Jenis-jenis Awan
A.PENGERTIAN AWAN
Awan adalah sekumpulan tetesan air/kristal es di dalam atmosfer yang terjadi karena pengembunan/pemadatan uap air yang terdapat dalam udara setelah melampaui keadaan jenuh.
B.PROSES TERBENTUKNYA AWAN
Udara selalu mengandung uap air. Apabila uap air ini meluap menjadi titik-titik air, terbentuklah awan. Peluapan ini boleh berlaku dengan cara :
- Apabila udara panas, lebih banyak uap terkadung di dalam udara karena air lebih cepat menyejat. Udara panas yang sarat dengan air ini akan naik tinggi, hingga tiba di satu lapisan dengan suhu yang lebih rendah, uap itu akan mencair dan terbentuklah awan, molekul-molekul titik air yang tak terhingga banyaknya.
- Apabila awan telah terbentuk, titik air dalam awan akan menjadi semakin besar dan awan itu akan menjadi semakin berat, dan perlahan-lahan daya tarikan bumi menariknya ke bawah. Hinggalah sampai satu peringkat titik-titik itu akan terus jatuh ke bawah. Hingalah sampai satu peringkat titik-titik itu akan terus jatuh ke bawah dan turunlah hujan.
- Namun jika titik-titik air tersebut bertemu udara panas, titik-titik itu akan menguap dan lenyaplah awan itu. Inilah yang menyebabkan awan itu selalu berubah-ubah bentuknya. Air yang terkandung di dalam awan silih berganti menguap dan mencair. Inilah juga yang menyebabkan kadang-kadang ada awan yang tidak membawa hujan.
Awan |
C.KLASIFIKASI AWAN
Pada tahun 1894, Komisi Cuaca Internasional membagi bentuk awan menjadi 4 kelompok utama, yaitu awan tinggi, awan sedang, awan rendah, dan awan dengan perkembangan vertikal.
1.Kelompok Awan Tinggi
Pada kawasan tropis, awan ini terletak di ketinggian 6-18 km, pada kawasan iklim sedang awan ini terletak pada ketinggian 5-13 km, sedangkan di kawasan kutub terletak pada 3-8 km.
Awan yang tergolong ke dalam awan tinggi adalah :
a.Awan Sirrus (Ci)
Awan Sirrus |
- Awan ini halus, dan berstruktur seperti serat dan bentuknya mirip bulu burung.Awan ini juga sering tersusun seperti pita yang melengkung di langit, sehingga seakan-akan tampak bertemu pada satu atau dua titik horizon
- Awan ini tidak menimbulkan hujan.
- Awan ini terdiri daripada halbor air yang terjadi disebabkan suhu terlalu dingin pada atmosfer.
- Awan Sirus ini ditiupkan angin timuran yang bergelora. Awan ini berwarna putih dengan pinggiran tidak jelas.
b.Awan Sirostratus (Ci-St)
Awan Sirostratus |
- Bentuknya seperti kelembu putih yang halus dan rata menutup seluruh langit sehingga tampak cerah, bisa juga terlihat seperti anyaman yang bentuknya tidak teratur.
- Awan ini juga menimbulkan hallo(lingkaran yang bulat) yang mengelilingi matahari dan bulan yang biasanya terjadi di musim kemarau.
c.Awan Sirokumulus(Ci-Cu)
Awan Sirokumulus |
Awan ini bentuknya seperti terputus-putus dan penuh dengan kristal-kristal es sehingga bentuknya seperti sekelompok domba dan sering menimbulkan bayangan.
2.Kelompok Awan Sedang
Pada kawasan tropis awan ini terletak di ketinggian 2-8 km, pada kawasan iklim sedang terletak di ketinggian 2-7 km, sedangkan pada kawasan kutub terletak di ketinggian 2-4 km.
Yang termasuk dalam awan sedang antara lain :
a.Awan Altokumulus(A-Cu)
Awan Altokumulus |
- Awan ini kecil-kecil, tapi jumlahnya banyak
- Awan Altokumulus berwarna kelabu atau putih dilihat pada waktu senja.
- Biasanya berbentuk seperti bola yang agak tebal. Awan ini bergerombol dan sering berdekatan sehingga tampak saling bergandengan.
- Tiap-Tiap elemen nampak jelas tersisih aantara satu sama lain dengan warna keputihan dan kelabu yang membedakannya dengan Sirokumulus.
b.Awan Altostratus(A-St)
Awan Altostratus |
- Awan Altostratus berwarna kekelabuan dan meliputi hampir keseluruhan langit.
- Awan ini menghasilkan hujan apabila cukup tebal.
- Awan-awan di atas terbentuk pada waktu senja dan malam hari dan menghilang apabila matahari terbit di awal pagi.
3.Kelompok Awan Rendah
Awan ini terletak pada ketinggian kurang dari 3 km, yang tergolong ke dalam awan rendah antara lain :
a.Awan Stratokumulus(St-Cu)
Awan Stratokumulus |
- Awan ini berbentuk seperti bola-bola yang seringg menutupi daerah seluruh langit, sehingga tampak seperti gelombang.
- Lapisan awan ini tipis dan tidak menghasilkan hujan.
- Awan ini berwarna kelabu/putih yang terjadi pada petang dan senja apabila atmosfer stabil.
b.Awan Stratus(St)
Awan Stratus |
- Awan ini cukup rendah dan sangat luaas. Tingginya di bawah 2000 m.
- Lapisannya melebar seperti kabut dan berlapis.
c.Awan Nimbostratus(Ni-St)
Awan Nimbostratus |
- Bentuknya tidak menentu ddengan pinggir compang-camping.
- Di Indonesia awan ini hanya menimbulkan gerimis.
- Awan ini berwarna putih gelap yang penyebarannyaa di langit cukup luas.
4.Kelompok Awan Dengan Perkembangan Vertikal
Awan ini terletak antara 500-1500 m, yang tergolong dalam awan dengan perkembangan vertikal antara lain :
a.Awan Kumulus(Cu)
Awan Kumulus |
- Merupakan awan tebal dengan puncak yang agak tinggi. Terlihat gumpalan putih atau cahaya kelabu yang terlihat seperti bola kapas mengambang, awan ini berbentuk garis besar yang tajam dan dasar yang datar.
- Dasar ketinggian awan ini umumnya 1000 m dan lebaar 1 km.
b.Awan Kumulonimbus(Cu-Ni)
Awan Kumulonimbus |
- Berwarna putih/gelap.
- Terletak pada ketinggian kira-kira 1000 kaki dan puncaknya punya ketinggian lebih dari 3500 kaki. Awan ini menimbulkan hujan dengan kilat dan guntur.
- Awan ini berhubungan erat dengan hujan deras, petir, tornado, dan badai.
Sedangkan berdasarkan bentuknya, Awan terbagi menjadi 3 yaitu :
- Kumulus, yaitu aawan yang bentuknyaa bergumpal-gumpal dan dasarnya horizontal.
- Stratus, yaitu awan yang tipis dan tersebar luas sehinga menutupi langit secara merata.
- Sirrus, yaitu awan yang berbentuk halus dan berserat seperti bulu ayam. Awan ini tidak dapat menimbulkan hujan.
Langganan:
Postingan (Atom)