Rabu, 21 Oktober 2015

BERITA DUNIA ISLAM

Sepinya Pemilu & Tanda-tanda People Power di Mesir
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTKNIje_cX33qxtbNwMptfgLgaLv6hQ4N9FcYfaixluNaxP_n8BzwuQyInHJfcz0AdKxm6vqW2tz7PKDIk5FwtzE3CdLsFrO_7SXOjzVUg7Ey3xq_dpt7Pjj7nWyijnZ8I3ughib3UXDY/s1600/mesir.jpg

Oleh Chandra HafizunAlim

Disitus
 middleeastmonitor.com menyebutkan tingkat partisipasi rakyat Mesir dalam mengikuti pemilu parlemen baru-baru ini hanya sebesar 2,27% dari 27 juta pemilih atau hanya sekitar 612 ribuan yang ikut mencoblos.

Keadaan ini sangat jauh berbeda ketika pemilu parlemen untuk pertama kalinya pasca tumbangnya Mubarak (Pemilu 2011-2012). Di mana Ikhwanul Muslimin memenangkan pemilu parlemen pada saat itu; masyarakat berbondong-bondong memilih wakil rakyatnya. (Partai Ikhwan FJP FJP meraih 47,18% suara)

Para peneliti politik di seluruh dunia sudah mafhum, kondisi rendahnya partisipasi publik dalam pemilu adalah bukti paling kuat rendahnya kepercayaan publik terhadap pemerintah atau partai yang ada.

Kondisi di Mesir saat ini sangat mengherankan sekali. Betapa pemerintahan kudeta As Sisi yang selama ini mengaku-ngaku mendapatkan dukungan rakyat, nyatanya tidak mempunyai dukungan atau legitimasi dari rakyatnya sendiri.

Dari sini terlihat bahwa rakyat Mesir sedang menghukum As Sisi. Dan kudeta yang dilakukan As Sisi terhadap Mursi semakin menunjukkan bahwa kudeta tersebut hanyalah dusta dan manipulasi.

Kondisi Mesir saat ini ibarat
 bom waktu yang siap meledak. Ledakan tersebut tercipta bergantung pada kerjasama semua elemen masyarakat, tidak terkecuali militer di dalamnya. Bercermin dari kesuksesan gerakan People Power yang berlangsung secara damai di Filipina, di mana semua elemen masyarakat ikut terlibat di dalamnya. Bahkan pembelotan militer pun terjadi. Kelompok pro-Mursi tidak bisa mengabaikan satu elemen People Power, dalam hal ini militer, walaupun militerlah yang menyiksa mereka secara kejam. Saya percaya tidak semua militer di Mesir seperti As Sisi cs.

Dalam sejarah, setidaknya ada
 tiga kelompok militer ketika di dalam negaranya dipimpin oleh orang zalim: Pertama, menjadi pendukung bagi pemimpin zalim tersebut. Mereka datang menyiksa lawan-lawan politik pemimpin zalim tersebut. Biasanya mereka adalah perwira-perwira papan atas yang haus harta, tahta, dan wanita.

Kedua, kelompok militer yang diam menyaksikan kezaliman tersebut. Mereka diam karena tidak ingin terlibat dalam kezaliman itu namun disisi lain mereka tidak punya kemampuan untuk menghentikan kezaliman itu. Mereka berharap akan ada pemimpin lainnya yang berani menggerakkan rakyat untuk melawan pemimpin zalim itu. Ketika kemenangan rakyat di depan mata, mereka tampil sebagai penguat atau melegitimasi kemenangan tersebut.

Ketiga, mereka yang menentang pemimpin zalim tersebut secara terang-terangan. Kebanyakan mereka bukan dari perwira papan atas. Pengaruh mereka tidak begitu besar dikalangan militer tapi dapat dijadikan penggerak revolusi dan melakukan pendekatan kepada kalangan militer lainnya.

Dari ketiga kelompok militer di atas, setidaknya dua kelompok militer dapat diajak kerjasama. Hanya saja perlakuannya berbeda. Untuk kelompok militer ketiga sudah jelas. Sedangkan untuk kelompok militer kedua, karena mereka diam, mereka juga harus diajak secara diam-diam. Maka permainan intelejen harus dijalankan agar dapat menggerakan mereka.

Saya merasa yakin bahwa revolusi di Mesir akan terjadi, melihat dari situasi dan kondisi yang terjadi di Mesir saat ini. Dapat dilihat dari tanda-tandanya, selain rendahnya partisipasi rakyat dalam pemilu sebagai faktor politik, juga karena faktor perekonomian Mesir yang semakin terpuruk.
 Almesryoon.commelaporkan, krisis ekonomi di Mesir telah memburuk menempatkan masa depannya beresiko dan menjurus kepada kebangkrutan.[]


Intifadhah Pisau: Kekalahan Memalukan Israel
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHO0hprVHrSENsBRRIyxEsZ7QtQQVo8LHhVqx_TNsRoNN0_DkiY5U1OZeggCKfzETtH9pox-puP6dnCf8Qqzbx4d05DCIP9259FNU-mO5Dl0Tm1cvIomCnpY2NqzGdB3z7bIxEWRGr-o4/s1600/ShowImage.ashx.jpg

By: Nandang Burhanudin

(1) Bangsa Palestina, bangsa yang tidak mengenal kata MUSTAHIL. Intifadhah I, sukses memaksa Israel ke meja perundingan Oslo I. Intifadhah II, membuat Israel menarik mundur dari jalur Gaza. Intifadhah III melahirkan 6 kesuksesan sekaligus.

(2) Pertama: Intifadhah III sukses mempersatukan barisan Palestina di wilayah-wilayah teritori yang selama ini terisolir, baik letak geografis maupun administrasi. Tepi Barat, Jalur Gaza, Al-Quds, dan area 1948 kini satu suhu.

(3) Kedua: Intifadhah III mengindikasikan suksesnya Al-Harakah Al-Islamiyyah di bawah komando Syaikh Raid Shalih, Al-Harakah Al-Islamiyyah yang baru divonis penjara 11 tahun 3 bulan dengan tuduhan "provokator kerusuhan."

(3) Syaikh Raid Shalih, salah seorang pimpinan Ikhwanul Muslimin di Palestina. Dikenal sebagai Syaikh Al-Aqsha. Israel menyebutnya dengan julukan "Sayyidul Haram". Al-Harakah Al-Islamiyyah adalah gerakan Islam di dalam negeri Israel.

(4) Ketiga: Intifadhah III berhasil menghadirkan senjata perlawanan baru, yang mudah didapat yaitu pisau. Senjata yang ternyata sangat menakutkan Israel, yang anggaran militernya baru dinaikkan 4 kali lipat.

(5) Keempat: Intifadhah III melahirkan generasi baru perlawanan. Generasi yang nampak semakin siap dan matang melakukan perlawanan bersenjata melawan Israel. Hal yang membuat nyali militer kecut dan surut.

(6) Kelima: Intifadhah III menjadi warning bagi Israel, dimana rakyat Palestina memiliki kemampuan melakukan operasi bersenjata langsung di wilayah-wilayah yang dikuasai Isarel.

(7) Melihat Israel tak berdaya. Ban Kin Moun, Sekjen PBB langsung datang berkunjung. Satu indikasi bahwa Israel kalah. Sepanjang sejarah Israel berdiri, tidaklah pejabat AS-UE-atau PBB datang menajadi penengah, melainkan Israel dalam kondisi tak berdaya.

(8) Intifadhah III membalikkan keadaan. Israel yang selalu mendikte, kini harus menerima kenyataan bahwa anak muda Palestina sadar perdamaian palsu dan demonstrasi damai, hanya bagian dari kehinaan.

(9) Israel boleh bangga dengan rudal canggih terbaru dari AS. Tapi rudal dan alat tempur canggih itu tak mampu menjamin keselamatan warganya dari ancaman tikaman pisau.

(10) Intifadhah Pisau benar-benar membuat mati kutu intelejen Israel. Mereka tidak mampu melakukan cegah tangkal. Sebab pelakunya bisa siapa saja. Bisa sosok aktivis jihadis, bisa juga ABG sekularis, atau bisa kaum terpelajar bisa tidak.

(11) Mari menjadi saksi sejarah
 The Pampers Army. Mereka menghadapi bangsa yang mencintai kematian, sebagaimana mereka mencintai kehidupan. Itulah bangsa Palestina, yang kini membuat malu dunia Islam dan dunia Arab.

(12) Seandainya saja bangsa Arab terbuka hatinya. Senjata yang dimiliki negara kecil Kuwait, cukup untuk mengalahkan Israel asal yang berjuangnya seberkualitas pasukan HAMAS dan jihad Islam.


0 komentar:

Posting Komentar