Jalan da’wah adalah jalan yang penuh
berkah. Sungguh bagi seorang daiyah tidaklah masalah apakah da’wah itu yang
menjadi bagian kita, ataukah justru kita yang menjadi bagiannya. Tetapi yang
pasti, kehidupan tidak akan bernilai dan terasa hampa jika kita jauh dari
da’wah.
Da’wah itu akan senantiasa berjalan dan
berlangsung dengan atau tanpa kita (الدعوة ستسير بنا
أو بغيرنا).
Bila kita tidak bersama da’wah, kita
tidak akan dapat mencari yang selainnya dan jika da’wah tidak menjadi bagian
kita, ia akan bersama yang selain kita (إنك إن لم تكن بهم فلن تكون بغيرهم وإن لم يكونوا
بك فسيكونون بغيرك).
1.
Pandangan yang jelas (الرؤية الواضحة)
Pertama kali
yang harus dimiliki oleh seorang daiyah adalah pandangan yang jelas terhadap
jalan da’wah, mengenal petunjuk-petunjuknya serta seluruh yang berkait
dengannya. Hal ini membuat ia memiliki kejelasan jalan sejak langkah pertama. Sebaliknya, ketidakjelasan pandangan akan menjadikan ragu
dan sangsi terhadap keselamatan perjalanannya. Bahkan akan menyebabkan
ia dilanda kegoncangan yang menyebabkan terjadinya penyimpangan
dan takut meneruskan perjalanan.
Kejelasan itu
meliputi:
► Tujuan (الغاية): الله غايتنا
► Sasaran (الهدف): تمكين دين الله à الدولة الإسلامية العالمية
►
Pemahaman terhadap Islam dengan pemahaman yang menyeluruh dan bersih (الشامل والصحيح)
►
Metode (المنهاج) dalam mencapai sasaran (5:48
شرعة ومنهاجا) à
3 asas Daulah Islamiyah:
·
kekuatan aqidah dan iman (قوة العقيدة والإيمان)
·
kekuatan persatuan dan persaudaraan (قوة الوحدة والأخوة)
·
kekuatan fisik dan senjata (قوة الجسد والسلاح)
►
Internasionalisasi gerakan (
عالمية الحركة)
Manfaat
pandangan jelas:
·
memperjelas bahwa beramal dalam satu
jama’ah memiliki syarat, janji dan komitmen
·
melahirkan kepercayaan dan kemantapan
ketika berhadapan dengan tribulasi da’wah
·
memperjelas bahwa bersama rintangan dan
ujian terdapat liku-liku perjalanan yang rawan sehingga melahirkan kewaspadaan
·
melindungi dari penyimpangan
(ketergesa-gesaan dan fenomena orang yang lebih terikat pada pribadi dari pada
jama’ah) atau kelewat batas
·
menjadikan pilihan orang mantap
2.
Kesinambungan (الإستمرارية)
Kenapa banyak lembaga da’wah, jama’ah,
organisasi atau parpol tumbuh kuat tapi kemudian melemah dan bubar bahkan tidak
sedikit yang bubar sebelum tumbuh kuat? Sebab-sebabnya antara lain:
·
tidak orisinal dan tidak memiliki kemampuan bertahan
·
salah urus dan buruk manajemen
·
tidak ada jaminan kesinambungan
·
tidak memiliki kemampuan menghadapi tipu
daya musuh
·
lemah mengantisipasi berbagai
konspirasi, dll.
Kesinambungan yang dimaksud di sini adalah:
·
tetap adanya orang yang memikul beban da’wah
·
berusaha mewujudkan sasaran-sasarannya
·
mewariskannya kepada orang lain.
Faktor-faktor yang menyebabkan ketidaksinambungan adalah:
a. Faktor
Eksternal: konspirasi musuh-musuh Islam, dengan cara:
·
pendangkalan (التشكيك)
·
melemparkan tuduhan (التهمة) jahat
·
mendorong beberapa perkumpulan Islam menentang jama’ah dan menyebarkan
pertentangan serta mengadu domba antar afrad
Yang harus diingat: kesinambungan da’wah dalam
tahap ujian dan cobaan merupakan kemenangan, sedang tidak adanya kesinambungan
berarti suatu kekalahan.
b. Faktor Internal
·
melalaikan aspek tarbiyah dan ruhiyah; jika
da’wah dan jihad diibaratkan sebatang pohon, maka tarbiyah dan tazkiyah ruhiyah
adalah humus dan pupuknya
·
perselisihan dan pertentangan di dalam
Shaff
Sebab-sebab
perselisihan dan pertentangan:
1.
perbedaan pemahaman dalam Islam
2.
perbedaan uslub amal dan harakah dan di sekitar interaksi dengan kondisi
dan situasi yang berlaku
3.
bersumber dari urusan pribadi di antara afrad jama’ah akibat dijerumuskan
oleh syaitan
4.
ta’ashub kepada seseorang, kota, daerah dan ta’ashub jahiliyah lainnya
·
munculnya perasaan sia-sia di kalangan aktivis ketika dilanda kekalahan menghadapi
pertarungan dengan musuh
3.
Pertumbuhan dan kekuatan (النمو والقوة)
Setelah
terjaminnya kesinambungan, pertumbuhan dan kekuatan gerakan merupakan qadhiyah
asasiyah.
Kesinambungan
yang dikehendaki ialah disertai perluasan medan
gerakan yang kontinyual dan kuantitas afrad dan simpanan gerakan yang semakin
berkembang serta kekuatan struktur harakah, afrad, dan pirantinya yang semakin
meluas.
Untuk menjaga keseimbangan dan
keselarasan antara hasil manuver dan kemampuan mentarbiyah: lebih baik
melakukan penguran volume manuver dari pada hasil manuver da’wah yang banyak
tetapi jelek disebabkan rendahnya kualitas tarbiyah.
Pertumbuhan
dan perkembangan harus mencakup semua unsur: terbentuknya individu muslim,
keluarga muslim dan masyarakat muslim à
terbentuknya basis yang kokoh (قاعدة الصلبة). Dan ini dilakukan
secara bertahap (التدرج).
Kekeliruan
dalam masalah pembentukan masyarakat Muslim:
- seluruh anggotanya harus berkualitas seorang aktivis. Yang benar: wujudnya sejumlah individu dan keluarga
Muslim ideal yang cukup di dalam masyarakat tersebut, sedangkan selebihnya
terdiri dari anggota-anggota masyarakat biasa yang shalih dan memberikan respon
positif terhadap harakah Islammiyah dan sasarannya serta menerima hukum-hukum
Allah (3:104).
- Memandang masyarakat Muslim di negeri-negeri Muslim bukan
sebagai masyarakat Muslim, tapi masyarakat jahiliyah à merupakan sikap hantam
kromo
Pertumbuhan dan perkembangan hendaknya dibarengi kekuatan
agar tidak lemah dan lembek. Sarana paling utamanya: terbiyah dan praktek
lapangan (تدريب العمل).
Kekuatan ada 2: kekuatan asasi (aqidah, wihdah, dan
silah) dan kekuatan dharuri (ilmu, dana, publikasi, kepribadian, dll)
4.
Menjaga orisinalitas (المحافظة على الأصالة)
Agar harakah terjamin berada di jalan yang benar menuju
sasaran, maka ia harus menjaga dan memelihara orisinalitasnya. Sebab
sekecil-kecilnya penyimpangan atau berkurangnya orisinalitas pasti akan
melahirkan penyimpangan yang semakin besar sejalan dengan kesinambungan,
pertumbuhan dan kekuatan yang terus semakin berkembang. Untuk melindungi
pemahaman yang benar, Imam Syahid Hasan Al-Banna meletakkan 20 Prinsip (أصول العشرين).
Tidak dapat dibayangkan sasaran besar (tegaknya agama
Allah di bumi dan Daulah Islmiyah Alamiyah yang dipimpin sistem khilafah) akan
tercapai, kendati dengan mempersembahkan nyawa dan mengorbankan apa saja,
dengan pemahaman yang salah terhadap Islam.
Contoh praktis dalam menjaga orisinalitas pemahaman:
ketika Ikhwan dilanda mihnah, muncul dua arus perubahan: ada yang menghendaki
pembatasan aktifitas dan permasalahan serta pemahaman hanya terhadap beberapa
aspek Islam yang tidak menimbulkan kecurigaan pemerintah dan mengundang
berbagai kesukaran seperti persoalan hukum, perundangan dan jihad; ada satunya
lagi yang suka mengkafirkan kaum muslimin umum secara serampangan. Imam Hasan
Al-Hudhaibi menyelesaikannya dengan bijak dengan menerbitkan buku “Kita Du’at
bukan Hakim” (نحن دعاة لا قضاة).
Memelihara orisinalitas berarti:
1.
menjaga orisinalitas pemahaman terhadap Islam dibarengi dengan pemeliharaan
orisinalitas sasaran
2. perhatian
terhadap tarbiyah dan aspek ruhiyah
3. beriltizam
dengan jalan da’wah dan tahapan-tahapannya, kendati jalan yang kita tempuh
panjang
4.
menjaga dan menata wujudnya prinsip syura
5.
menekankan aktifitas produktif dengan tenang dan tidak boleh dikalahkan
oleh kepentingan diri
6.
memelihara sifat da’wah yang takamul dan I’tidal serta a’lamiyyah
6.
Perencanaan dan pengembangan (التخطيط والتطوير)
Untuk
mencapai sasaran, Amal Islami harus berjalan dengan perencanaan yang teliti,
tidak boleh asal-asalan, spontanitas atau reaksioner.
Tugas
utama perencanaan:
-
menentukan sasaran, kemudian membagi sasaran antaranya dan menentukan skala
prioritasnya
-
mengkaji kondisi yang berkembang, mengetahui segala potensi yang dimiliki
dan potensi apa yang sudah terpenuhi dan yang harus terpenuhi
-
menentukan langkah dan program dalam mewujudkan setiap sasaran, menentukan
sarana, prasarana dan aparat serta personil pelaksananya
-
menentukan materi yang cocok untuk
sempurnya pelaksanaan, membuat asumsi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi
yang kadang-kadang mempengaruhi pelaksanaan program dan cara menghadapinya
serta menentukan alternatif-alternatifnya
-
melakukan perombakan unsur terkait, bila perlu
-
menentukan pengawas yang terdiri dari kalangan pakar dan orang-orang yang
berpengalaman dalam bidangnya untuk menjamin jalannya pelaksanaan berada dalam
jalan yang benar tanpa ada penyimpangan
Terdapat perbedaan besar antara perencanaan da’wah dan
perencanaan dalam lembaga-lembaga umum dan pemerintahan di dalam lapangan
kehidupan materi. Perencanaan bidang materi lebih mudah dan dapat dikalkulasi
melalui statistik, masa, perkiraan dan kemungkinan-kemungkinan. Sedang di
lapangan da’wah terus-menerus mengalami perubahan karena umumnya berinteraksi
dengan jiwa dan hati manusia.
Memang, semua urusan di dalam genggaman Allah. Tetapi hal
ini tidak boleh dipertentangkan dengan perencanaan. Sebab Allah SWT memerintahkan
berusaha dan mencari sebab-sebab.
Pengembangan
,pembaharuan dan pemanfaatan hal-hal baru harus terkendali oleh kaidah-kaidah
yang bersumber dari ajaran-ajaran Islam serta adab-adabnya, agar dapat
melahirkan kebaikan bagi manusia. Aqidah Islam, nilai-nilai, prinsip, akhlak,
dan seluruh asas-asas yang id atasnya dibangun masyarakat utama bersifat tetap,
tidak pernah mengalami perubahan. Sedangkan sarana dan prasarana, setiap saat
harus dilakukan pengembangan dan pembaharuan untuk memenuhi tuntutan zaman.
7.
Kesatuan pandangan (جمع كلمة المسلمين)
Realita kaum Muslimin: terkotak-kotak dan berserakan
dalam berbagai parpol dan perkumpulan keagamaan. Jalan pertama untuk
menyatukan: usaha menghidupkan akidah Islamiyah di dalam diri dan
membangkitkan keimanan di dalam hati. Kemudian memperkenalkan kaum Muslimin
akan hakikat agama Islam, keagungan dan kesyumulannya. Untuk mencapainya
diperlukan kesabaran dan keteguhan dan menghindari penggunaan agitasi
dan pemberontakan.
Berkenaan dengan perkumpulan keagamaan yang bekerja untuk
mewujudkan satu atau beberapa aspek Islam, kita menghadapinya laksana seorang
dokter atau sebatang pohon (mangga) dan berusaha menyatukan pandangan dan
barisan dengan berpadukan kaidah: “kita bekerja sama dalam hal-hal yang
sama-sama kita sepakati dan saling menghargai terhadap hal-hal yang di antara
kita berbeda (نتعاون فيما اتفقنا عليه ويعذر
بعضنا بعضا فيما إختلفنا فيه)”.
Kewajiban kita untuk menyatukan kaum Muslimin:
-
taat asas terhadap arahan-arahan Islam
-
selalu menghindari setiap yang dapat
melahirkan buruknya hubungan antara kita dan para aktifis lainnya di lapangan
da’wah
-
mendorong pemimpin-pemimpin jama’ah
untuk melakukan koordinasi, saling memahami dan sedapat mungkin menyatukan
sikap sebagai prolog bagi kesatuan perkumpulan mereka
8. Bekerja
dalam lapangan da’wah (العمل في مجال
الدعوة)
Karakter
da’wah Islam: lebih mementingkan segi amaliyah dari pada di’ayah (kampanye) dan
propaganda.
Urutan daerah da’wah: khayal à kata-kata à amal à jihad dan amal yang serius
Untuk memikul beban dan melaksanakan aktifitas da’wah
yang medannya semakin luas dan aktifitasnya semakin beragam serta membutuhkan
waktu dan tenaga besar, diperlukan orang yang memusatkan seluruh hidupnya untuk
da’wah dan siap menghadapi berbagai kesulitan perjalanan da’wah. Ingat bahwa
seorang da’iyah adalah orang yang hati dan pikirannya selalu sibuk dengan
urusan da’wah (الداعية: اشتغال العقول والقلوب بالدعوة).
Setiap pribadi Muslim dituntut bekerja dalam lapangan
da’wah, selain dituntut mengerjakan pekerjaan-pekerjaan lain sebagai mata
pencaharian untuk membiayai hidupnya dan kehidupan keluarga dan rumah
tangganya. Setiap kita harus selalu mengaitkan urusan yang berhubungan dengan
aktifitas kehidupan, kerumahtanggan, mata pencaharian dan lain-lainnya dengan
kepentingan da’wah.
Pokoknya kita harus mengerahkan harta kita untuk
mendukung amal Islami, kendati harta yang kita miliki merupakan sebagian dari
keperluan kita. Amal Islami memerlukan dana besar, karena itu tidak cukup dari
harta lebih.
Ada dua tipe
manusia:
-
kehidupannya sangat didominasi oleh amal
da’wah
-
kehidupannya sangat didominasi oleh tugas-tugas rutin mata pencahariannya
Pola kehidupan yang lurus dan ideal: mendekati pola
kehidupan yang pertama setelah dilakukan perbaikan di dalamnya, dengan
mendudukan amal kehidupannya secara benar (seimbang). Penyebab terjadinya
ketidakseimbangan antara amal da’wah dan pekerjaan lainnya:
-
banyaknya aktifitas da’wah yang
dilakukan
-
kegemaran berda’wah yang luar biasa
semangatnya
-
menumpuknya kegiatan dan beban akaibat
buruknya manajemen atau perencanaan
-
tidak cukup persiapan pendukung
Orang
yang mencukupkan dirinya dengan pekerjaan pokoknya dan memberikan waktu dan
tenaga sisanya untuk da’wah, akan diberkahi Allah dalam harta, kesehatan,
isteri dan anak-anaknya.
8. Pewarisan
dan regenerasi (التوريث والتحام الأجيال )
Sasaran
besar yang sudah dicanangkan pencapaiannya tidak cukup hanya melalui satu
generasi, tetapi melalui beberapa generasi. Untuk mencapainya jelas memerlukan
pentahapan dan beberapa fase. Karena itu pewarisan da’wah adalah sangat
penting. Pewarisan itu mencakup: tujuan, sasaran, wasilah, seluruh orisinalitas
dan pengalamannya secara utuh dari generasi ke generasi, tanpa perubahan atau
penyimpangan.
Setelah
Daulah Utsmaniyah runtuh muncul berbagai khilaf dan peperangan antar-sesama
pemerintahan Islam. Dunia Islam mengalami perubahan berupa kemorosotan menuju
kehancuran yang cepat. Allah SWT kemudian memunculkan para du’at yang kemudian
membentuk gerakan-gerakan Islam seperti Ikhwanul Muslimin. Dewasa ini muncul pemuda dan pemudi Muslim yang konsisten
dengan Islam.
Pewarisan da’wah mendorong terjadinya perubahan dalam
arena aktifitas da’wah yang lebih baik. Ini tidak akan berjalan mulus hanya
dengan buku dan risalah-risalah. Tapi harus dengan mu’ayasyah (koeksistensi)
dan regenerasi antar setiap generasi. Sehingga setiap generasi akan tahu dan
memahami karakter jalan dan rambu-rambu generasi sebelumnya.
Di bawah naungan mu’ayasyah dan regenerasi kebijakan dan
pengalaman orang tua dakan menyatu dengan dinamika dan kekuatan pemuda.
Muncullah pribadi-pribadi yang memiliki kekuatan semangat pemuda (حماسة الشباب) dan kebijakan orang tua (حكمة الشيوخ).
Pada dasarnya setiap generasi akan mendapatkan pengalaman
dan pelajaran baru pada zamannya yang tidak didapat oleh generasi sebelumnya.
Artinya aset generasi berupa pengalaman, eksperimen dan pelajaran akan semakin
bertambah bersamaan dengan perjalanan generasi tersebut. Atas dasar ini kita
mengharapkan generasi berikutnya akan lebih baik dan lebih banyak aktifitasnya
serta lebih teguh iltizamnya dari pada generasi sebelumnya.
Semestinya setiap generasi mempersiapkan generasi
berikutnya untuk memikul tanggung jawab dan menegakkan kewajiban dalam
marhalahnya. Karena itu generasi baru harus dilatih tanggung jawab. Jika
terjadi kekeliruan harus diperbaiki ketika itu juga. Kekeliruan dan kesalahan
dalam latihan jauh lebih baik dari pada tidak sama sekali.
Langkah-langkahnya:
-
melibatkan setiap anggota untuk turut memikirkan urusan da’wah
-
dilibatkan dalam proses pengambilan
keputusan
-
dilibatkan dalam manuver-manuver amal dan gerakan
-
dilatih membuat perencanaan, evaluasi dan memahami positif dan negatifnya
Yang perlu diperhatikan dalam pewarisan:
-
harus dihindari pemusatan tanggung jawab
dan beban kepemimpinan hanya pada anggota tertentu untuk waktu yang lama
-
memperhatikan fiqh amal jama’I (syarat,
kewajiban, uslub di dalam berinteraksi dan ta’awun serta mempertegas seluruh
qadhiyah asasiyah sebelumnya)
-
menekankan tsiqah
-
memahami benar sejarah perjalanan
jama’ah
-
memperhatikan dimensi ruh dan bekal
perjalanan