Pengertian Amal Jama'i
'Amal berarti bekerja, berbuat atau menghasilkan. Bagi seorang muslim,
beramal berarti berbuat, mengerjakan dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat
bagi dirinya, umat dan agama. Karenanya bekerja menjadi kewajiban bagi setiap
muslim.
Jama'i berasal dari kata jama'ah. Jama'ah adalah suatu rerkumpulan
orang-orang untuk mencapai hal-hal tertentu. Yang disebut dengan jama'ah
sedikitnya terdiri dari dua orang. Sesuai dengan sabda Rosulullah SAW.
"Barang siapa yang ingin mendapatkan pahala berjama'ah maka shalatlah
bersamanya.” [Dikeluarkan oleh Ahmad, Daraimi, Tirmidzi, Hakim, Baihaqi, dan
Ibnu Hazm dari hadist Abu Sa'id Al-Khudri] "Shalat berjama'ah itu lebih besar
pahalanya 27 tingkat dari shoIat sendirian." [Muttafaq ‘alaih dari hadist
Ibnu Umar]
Amal Jama'i atau kerja bersama adalah kegiatan yang merupakan produk
suatu keputusan jama'ah yang selaras dengan manhaj (sistem) yang lelah
ditentukun bersama, untuk mencapai tujuan tertentu.
Pentingnya Amal Jama'i
Manusia, seranjang
zaman, secara fitrah tidak dapat hidup sendirian. Ia selalu membutuhkan manusia
lain untuk mencapai tujuan hidupnya. Lihat kisah:
· Fir'aun
[26:34-37]
· Ratu
Balqis [27:32-33]
· Nabi
Musa AS [20:29-32]
· Kaum
kafir Makkah [8:30]
Bagi manusia muslim,
Allah telah mengarahkan agar da1am melaksanakan aktifitasnya dengan beramal
jama'i [61:4, 3:104]. Realitas yang ada juga mengharuskan bahwa kerja yang
sukses harus dilakukan secaru kolektif. Sebab tangan sebelah tidak bisa
bertepuk. Lidi, jika hanya sebatang, tidak dapat membersihkan daun-daun di
halaman.
Untuk menegakkan Islam di hati kaum muslimin, menghadapi kemungkaran
yang terjadi dan melawan tipu daya musuh, diperlukan kerja jama'ah. Dari sini
amal jama'i menjadi wajib. Karena kaidah ushul fi'qih menyatakan: "Sesuai
kewajiban yang tidak sempurna pelaksanaannya dengannya, maka ia adalah
wajib". Selain itu, Islam bukan agama individu, melainkan agama satu umat,
satu tanah air dan satu tubuh. Islam menyeru kepada kesatuan kaum muslimin.
Allah berfirman: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (angama) Allah,
dan janganlah kamu bercerai berai” [3:103].
Ciri-ciri Amal Jama'i
1.
Aktifitas yang akan dijalankan harus bersumher dari
keputusan atau rerseluruhan jama'ah
2.
Jama'ah yang dimaksud harus mempunyai visi dan misi,
serta struktur organisasi yang tersusun rapi.
3.
Setiap tindakan dan aktifitasnya harus sesuai dengan
dasar dan strategi atau pendekatan yang telah digariskan oleh
jama'ah.
4.
Seluruh tindakannya harus bertujuan untuk mencapai
cita-cita yang telah ditetapkan bersama.
KEORGANISASIAN ISLAM
Definisi
Organisasi adalah wadah
orang-orang atau sekelomrok orang untuk kerjasama dalam mencapai tujuan tertentu
yang diinginkan.
Mengapa Berorganisasi?
· Fitrah. Kecenderungan untuk berkumrul [39:72-75]
· Ash-shulthon. Untuk menggalang kekuatan [55:33]
· An-Ni'mah. Merupakan nikmat dari Allah [3:103,
8:62-63]
· Dalam rangka menghadari musuh Islam [8:73,
61:4]
"Kebenaran yang
tidak teroganisir akan dikalahkan oIeh kebatilan yang
teroganisir.” [Ali bin Abi
Thalib]
Syarat tegaknva
organisasi secara umum organisasi akan tegak jika terdapat pengelolaan atau
unsur-unsur manajemen:
· Planning, perencanaan yang matang .
· Oganizing, konsep yang baik .
· Actuating, pelaksanaan
· Controling, pengawasan dan pengendalian yang
baik.
Perbedaan Organisasi Islam dan yang Bukan
No
|
ISLAM
|
BUKAN
|
1.
|
Ibarat satu
tubuh
|
Ibarat satu
mobil
|
2.
|
Berkumpul karena
ibadah
|
Berkumpul karena
bekerja
|
3.
|
Tuntutan
Syar’i
|
Kebutuhan
|
4.
|
Orientasi
menyeluruh
|
Orientasi
parsial
|
5.
|
Kerjasama
|
Sama-sama
kerja
|
Tujuan dan Asas Organisasi Islam
Tujuan : Menggapai
Ridho Allah (Mardhotillah) [2:207] Asas : Taqwa [9:109].
Syarat-Syarat Organisasi lslam
1. Gerakan yang konstan (Harokatul Mustamiroh)
[2:195]
2. Tujuan yang benar (Al-Ghoyatus Shohihah) [2:207]
3. Metode dan Sistem Yang Jelas (Al-Minhajul
Wadhiah) [12:108]
4. Pemimpin yang lkhlas (Al-Qiyadatul Mukhlishoh)
[48:5]
5. Pengikut yang taat setia (Al-Jundiyatul
Muthii'ah) [3:79, 3:146-148]
Organisasi lslam harus
berdiri diatas prinsip: Islamisasi sebelum Organisasi (Islamiyah Qobla
Jam'iyyah). Maksudnya, di dalam organisasi Islam perlu ditanamkan bahwa setiap
muslim harus mempelajari dan memahami Islam dengan sebaik-baiknya. Kemudian
memacu dirinya dengan amal-amal Islam semaksimal mungkin sebelum memasuki
kehidupan berjamaah. Sebab kehidupan berjama'ah akan berfungsi baik dan Islami
jika setiap muslim yang terdapat di dalamnya memiliki komitmen moral dan
operasional kepada Islam secara baik dan benar. Karena itu di dalam sebuah
organisasi Islam diperlukan situasi pembinaan yang berja!an di a tas metode
(manhaj) Islam.
Sikap yang Dibutuhkan dalam Berorganisasi Islam
· Sikap Moral, yaitu iman. Keimanan merupakan
landasan Allah bertindak dan berbuat.
· Sikap Operasional, yaitu Islam. Pekerjaan yang
dilakukan selalu berada dalam kerangka tuntunan dan ajaran Islam.
· Sikap Hasil, yaitu Ihsan. Pekerjaan dilaksanakan
dengan sungguh-sungguh, teratur, berencana, berdasarkan ilmu, dan tidak
asal-asalan, dilakukan berorientasi pada hasil yang baik
Ciri-ciri Pengikut
atau anggota yang taat dan setia:
· Iman yang dalam
· Ikhlas
· Keberanian dan semangat
|
|
Struktur Organisasi
Sebuah organisasi harus
memiliki struktur, agar:
· Seseorang mempunyai wewenang atau kekuasaan yang
jelas .
· Hubungan kerja antar anggota teratur.
Dasar Struktur
Organisasi
· Pembagian Kekuasaan/wewenang
(authority)
· Tanggung jawab (responsibility).
AMAL
JAMA’I
‘Amal jama’i
merupakan proses dakwah yang terekam dengan kuat di dalam al-Quran dan
as-Sunnah, baik eksplisit maupun implicit yaitu:
- “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. 3:103-104)
- “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharap perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Q.S. 18:28)
- “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Q.S. 61:4)
- “Sesungguhnya serigala memakan kambing yang sendirian”
- “Al-Mukmin lil mukmin kalbunyani yasyuddu ba’dhuhum ba’dha. Mukmin yang satu dengan mukmin yang lain seperti bangunan yang saling topang satu sama lain”
Contoh Beramal Jama’I :
n Rasulullah dalam ber’amal jama’i
ü Rasulullah tidak menganggap orang-orang yang berada di sekelilingnya adalah muridnya, tetapi sahabat. Ini tandanya orang-orang yang ada di sekeliling nabi disiapkan untuk menjadi sahabat dalam ber-’amal jama’i. Dalam perjalanannya sahabatnya itu dijadikan teman untuk memecahkan berbagai masalah, yaitu:
ü Rasulullah saw meminta saran para sahabatnya dalam menentukan cara mengajak kaum muslimin untuk menunaikan shalat. Yang akhirnya pendapat Bilal bin Rabah yang disetujui yaitu dengan azan.
ü Rasulullah saw meminta saran dan pendapat sahabat-sahabatnya dalam menerima tawaran tebusan tawanan perang Badar.
ü Dalam perang Khandaq (Ahzab), Rasulullah saw meminta pendapat Sa’ad dalam proses perjanjian damai dengan suku Ghathafan dengan balasan setengah dari hasil kebun kota Madinah.
ü Rasulullah saw meminta masukan dari pasukannya dalam kasus pembagian ghanimah (harta rampasan perang) Hawazin seusai perang Hunain. Ketika itu, utusan dari suku Hawazin dating kepada Rasulullah saw untuk meminta jatah ghanimah. Beliau melontarkan masalah ini kepada pahlawan perang untuk dimusyawarahkan. Diambil keputusan bersama dan Rasulullah pun menyetujuinya.
ü Ketika Rasulullah hijrah terjadi peristiwa ‘amal jama’I yang kentara sekali, yaitu Rasulullah bersama dengan keluarga Abu Bakar. Keluarga Abu Bakar yang terdiri dari Asma binti Abu Bakar, Aisyah binti Abu Bakar, Abdullah bin Abu Bakar, Penggembalanya Abu Bakar, dan Abu Bakar sendiri telah berbagi peran untuk satu tujuan menjaga keselamatan Rasulullah saw. Asma bertugas mengantarkan makanan ke Gua Tsur. Aisyah bertugas menyiapkan logistik. Abdullah pembawa kabar dari Makkah untuk Rasulullah saw. Sementara Penggembala bertugas mengapus jejak Rasulullah, Abu Bakar, dan Abdullah oleh jejak kambing gembalaannya serta dimanfaatkan susunya untuk minum Rasulullah dan Abu Bakar.
ü Rasulullah saw mengutus Mushab bin Umair untuk berdakwah di Madinah, yang hasilnya adalah cikal bakal kaum Anshar—yang menolong kaum Muhajirin—ketika hijrah di Madinah. Jadi Mushab terlibat dalam ‘amal jama’I dengan Rasulullah saw dalam penyiapan hijrahnya.
ü Rasulullah saw mengutus beberapa orang sahabat berhijrah ke Habasah (Etiophia).
n Para Salafush-shalih dalam ber’amal jama’I
ü Dalam proses pembukuan al-Quran banyak melibatkan para sahabat, sebagai nara sumber, interviewer, dan pencatat.
ü Khalid bin Walid adalah seorang sahabat yang siap untuk beramal jama’i. Dia siap berperan apa saja dalam dakwah. Dia siap menjadi panglima, dan dia siap pula menjadi prajurit. Khalid bin Walid siap menjadi panglima pada masa Rasulullah hidup, kemudian pada masa Abu Bakar, dan terakhir masa Umar bin Khattab. Dan Khalid bin Walid siap menjadi prajurit. Dia tidak kecewa bahkan terus ikut berperang walau berstatus sebagai prajurit. Ketika menjadi prajurit Khalid bin Walid menikmatinya, katanya, “Dulu aku (ketika menjadi panglima) sangat berhati-hati dalam menjaga keselamatan diriku, karena kematian seorang panglima tidaklah sama dengan kematian prajurit biasa. Adapun sekarang, aku adalah seorang prajurit biasa yang tidak mengkhawatirkan jika kematian menimpa dirinya.” Dalam perkataan yang lain, “Tidaklah ada ruginya bagi kita jika salah seorang menjadi panglima sedangkan yang lain menjadi prajurit.”
Lawan dari ‘amal jama’i
adalah ‘amal infiradi (kerja individualistis). Ada perbedaan
yang mencolok dari keduanya (lihat tabel)
|
‘Amal Jama’i
|
‘Amal Infiradi
|
1
2
3
4
|
Tujuan bersama
‘Amal individu bernilai
bersama
Memunculkan kekuatan
bersama
Mengandalkan kekuatan
sistem
|
Tujuan individu
‘Amal individu bernilai
individu
Memunculkan kekuatan
individu
Mengandalkan kekuatan
individu
|
Pengertian
0 komentar:
Posting Komentar