Berdasarkan beberapa survei dan kajian, yang dirilis Kompas.com 17 agustus 2018, generasi yang lahir setelah tahun 1990 memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Kecanduan Internet
Pada perilaku ini, ARC (Alvara Research Center) membagi menjadi 2 kategori kecanduan internet yakni penetrasi pengguna internet di Indonesia dan pola penggunaan fitur-fitur smartphone.
Di kategori penetrasi pengguna internet di Indonesia menunjukkan grafik paling tinggi sebesar 85,4 persen ada pada generasi milenial berumur 17-25 tahun.
Sebaliknya responden berusia 46-65 tahun cenderung hanya menggunakan fitur telepon, wa dan SMS saja dalam smartphone nya.
Sementara, responden berusia 17-25 tahun lebih memprioritaskan menggunakan fitur games, browsing, sosial media, dan messaging.
Generasi milenial mengonsumsi internet rata-rata di atas 7 jam sehari.
2. Mudah Berpaling ke Lain Hati
Dalam perilaku ini, tingkat loyalitas milenial kepada merek/perusahaan/institusi lebih rendah dibanding generasi lebih tua, mereka akan dengan mudah pindah ke merek lain.
Dalam beberapa obrolan memang generasi ini tidak terlalu suka dengan keterikatan dan formalitas organisasi bahkan dalam batas tertentu mereka juga tidak suka terikat dengan agama formal, meskipun mereka tidak anti agama atau anti Tuhan.
3. Dompet Tipis
ARC juga melakukan survei mengenai perilaku pembayaran yang paling disukai oleh generasi milenial.
Hasilnya, sebanyak 76,8 persen generasi milenial lebih menyukai transaksi secara nontunai yakni menggunakan kartu debit, internet banking atau yang sejenisnya.
Jadi dompet milenial tidak tebal dipenuhi dengan uang cash karena semuanya bisa dilakukan melalui gawai.
4. Kerja Cerdas dan Cepat
menunjukkan generasi milenial tidak cocok pada pekerjaan yang mengutamakan kehadiran secara kuantitas.
Generasi milenial lebih cocok dengan pekerjaan yang dominan dengan kecanggihan teknologi yang dikerjakan atau diselesaikan dimana saja selama ada jaringan internet.
milenial bukan generasi pemalas, mereka pintar beradaptasi dan bisa bekerja lebih efektif dibanding generasi sebelumnya.
5. Bisa Apa Saja
Survei ARC juga menggali informasi seputar perilaku ini dengan melakukan riset tentang konsumsi media milenial di Indonesia.
Diperoleh sebanyak 97,1 persen generasi milenial mengonsumsi televisi dan diikuti 83,4 persen memilih internet.
Milenial bisa melakukan 2-3 aktivitas sekaligus, tercermin dari media yang diakses antara internet dan televisi, sama-sama tinggi.
Bahkan disaat bersamaan generasi milenial bisa menonton televisi sambil berselancar di internet.
Generasi ini bahkan bisa belajar dan mahir berenang melalui internet.
6. Liburan? Kapan Saja dan Dimana Saja!
Dari survei juga diketahui, 1 dari 3 milenial Indonesia pasti melakukan liburan minimal sekali dalam setahun.
ARC mengatakan, aku liburan maka aku ada. Itulah kredo generasi milenial, travelling seolah olah menjadi kebutuhan primer untuk menunjukkan jatidiri.
7. Cuek dengan Politik
ARC juga menemukan bahwa generasi milenial dan Gen Z menganggap politik adalah dunianya generasi yang lebih tua. Sehingga mereka acuh terhadap berbagai proses politik.
Hal ini tergambar pada segmentasi pemilih di Indonesia yang terbagi menjadi empat, yakni rasional, konservatif, swing (belum menentukan pilihan), dan apatis.
Diantara keempat segmen tadi, pemilih milenial paling banyak ada di pemilih apatis dan swing.
Begitu juga dalam hal perbincangan yang dilakukan sehari-hari. Generasi milenial dan Gen Z cenderung lebih asyik mengobrol tentang musik/film, olahraga, dan teknologi informasi.
Dalam hal ini, politik lebih digagas oleh generasi sebelumnya yakni responden yang berusia 35-49 tahun.
8. Suka Berbagi
Generasi milenial juga memiliki kemurahan hati untuk berbagi pada aktivitas sosial dan sharing, baik konten offline maupun online.
ARC mengkategorikan perilaku ini menjadi 3 jenis:
A. Two Faces of Solidarity
Mengindikasikan milenial dan Gen Z peduli dengan masalah-masalah sosial. Namun, sikap tersebut masih sebatas euforia dan belum masif.
B. Sharing is Better
Artinya milenial saat ini senang berbagi pengetahuan, ketrampilan, dan wawasan lainnya.
C. Followers is Family
Milenial dan Gen Z memiliki solidaritas yang tinggi, terutama pada pengikutnya.
Nah, dengan memahami karakteristik diatas kita bisa menilai, apakah program yang kita buat sudah cocok dan menjawab kebutuhan mereka atau belum? Bagaimana juga approach nya?
Apakah cara-cara lama yang dulu sukses merekrut generasi muda (Periode 1980 s/d 2010) masih akan sukses bila digunakan merekrut generasi milenial?
Juga pertanyaan, apakah nderek selling yang sukses tahun 2004 masih akan ampuh bila digunakan tahun 2024?
Wallahua'lam bi shawab
0 komentar:
Posting Komentar