بسم
الله الرحمن الرحيم
الحمد
لله الذي ألف بين قلوبنا وجعلنا إخوانا متحابين عاملين داعين مجاهدين في سبيله
أحييكم
معاشر الإخوان والأخوات جميعا بالتحية الإسلام
السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
Ikhwan
dan akhwat sekalian yang saya cintai.
Alhamdulillah sampailah kita akhirnya
pada sesi terakhir dari election update yang telah kita mulai kemarin. Dan Saya
mengikuti acara ini dari awal sampai
akhir. Dan merasakan bahwa confidence kita kepercayaan diri kita secara
kolektif tumbuh jauh lebih bagus dari pada sebelumnya. Ini election update
terbaik yang pernah kita adakan dibanding yang pertama dan yang kedua. Kita juga
merasakan bahwa aura dari election
update yang ke tiga ini rasaya jauh lebih positif, jauh lebih cerah dan jauh lebih
percaya diri dari pada bulan-bulan sebelumnya.
Ikhwah
sekalian,
Pada
kesempatan ini ingin menyampaikan tiga hal. Yang pertama adalah pada awal-awal
saya diberi amanah sebagai presiden. Hampir semua taujih-taujih yang saya sampaikan,
saya menyampaikan satu hal yang sangat penting. Yaitu masalah almuayyasah al
‘amaliyah ma’al qur’aan. Bagaimana kita bermuayyasah secara amaliyah dengan
alqur’an sepanjang kita menghadapi semua
tantangan, semua badai yang sedang berlangsung. Karena ini adalah momentum yang paling bagus
untuk mentarbiyah diri kita semuanya. Baik
secara individu maupun secara jama’iy melalui cobaan-cobaan yang kita hadapi.
Begitu
juga –ikhwah sekalian- Saya menyampaikan beberapa surat untuk kita pelajari
secara lebih seksama. Dari setiap milestone saya menyebutkan surat-surat yang
kita pelajari itu semuanya. Dan Saya kira sedikit atau banyak kita semuanya sudah
mendapatkan banyak sekali inspirasi dari surat-surat itu.
Ikhwah
sekalian,
Dari
pengalaman kita baik dalam muayyasah dengan quran maupun dengan inspirasi yang
kita peroleh di lapangan. Saya kira setidak-tidaknya kita mendapatkan tiga hal;
Yang
pertama adalah semua tantangan yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita itu
adalah merupakan cara Allah SWT untuk meningkatkan
kadar keikhlasan ‘ubudiyah kita kepada-Nya. Atau ikhlaashul ‘ubuudiyah
lillaah. Supaya kita melakukan
reorientasi, memperbaiki niat kembali, memperbaiki arah hidup. Bahwa pada
akhirnya niat awal kita semuanya terlibat dalam pergerakan ini adalah niat
ibadah dan dakwah. Dan niat itu harus terus menerus kita pertahankan dalam
semua situasi yang kita hadapi.
Semua
cobaan-cobaan yang diberikan Allah SWT kepada kita bertujuan menyadarkan kita kita
tentang qudratullah (keMaha berdayaan Allah SWT) sekaligus juga kelemahan kita.
Oleh karena itu yang ingin dilihat oleh Allah SWT dari kita semuanya sebagai
hambaNya dalam situasi seperti ini adalah Al inkisaar. Al Inkisaar ini adalah
orang yang merasa seperti luluh lantak dihadapan Allah SWT. Supaya kita
merasakan bahwa pada akhirnya kita ini tidak punya apa-apa di hadapan Allah
SWT. Dan pada akhirnya semua daya kita itu adalah pemberian Allah SWT. Saya
kira penting masalah-masalah seperti ini untuk kita hadirkan terus menerus
dalam sepanjang jalan perjuangan kita semuanya. Supaya semua kelelahan yang
telah kita rasakan dalam perjuangan ini. Begitu juga semua pengorbanan yang sudah
kita keluarkan tidak hilang sia-sia. Karena dari awalnya kita sadar bahwa ini
semuanya untuk Allah SWT.
Yang
kedua ikhwah sekalian. Pada bulan-bulan inilah, kira-kira dari Februari sampai
Sekarang. Sepuluh bulan lamanya. Kita merasakan apa artinya sabar. Dan kalau
kita belajar dari qur’an –ikhwah sekalian- sifat yang paling banyak diulangi di
dalam qur’an itu adalah sabar. Antum bandingkan kata sabar dalam alqur’an
dengan semua akhlak yang lainnya, sabarlah paling banyak terulang. Sehingga
para ulama mengatakan sabar itu adalah Ummul Akhlaq (ibunya semua akhlak yang
terpuji).
Sabar
itu –ikhwah sekalian- dalam qur’an
misalnya berhubungan dengan kemampuan orang untuk survival, untuk bertahan.
Misalnya Allah SWT mengatakan :
{ وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ
مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ} [البقرة: 155]
Tanpi
antum perhatikan ikhwan-akhwat sekalian. Sebelum Allah sampai pada ayat
{وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ
قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ} [البقرة: 155، 156]
Allah
SWT mengatakan, antum perhatikan alqur’an menggunakan kata nakirah.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ
Dengan
sedikit, tidak banyak. Bi syai-in minal khauf. Rasa takut. Dan saya pikir-pikir
hampir kita semuanya sepanjang bulan-bulan ini seperti nasibnya Nabi Musa AS.
{فَأَصْبَحَ فِي الْمَدِينَةِ خَائِفًا يَتَرَقَّبُ } [القصص: 18]
Setelah
beliau membunuh orang, maka Nabi Musa berada dalam kota itu dalam keadaan takut dan waspada,
was-was. Bahkan ketika beliau mendapatkan berita bahwa beliau akan dibunuh.
Kalimat nya diulangi kembali oleh qur’an:
{فَخَرَجَ مِنْهَا خَائِفًا يَتَرَقَّبُ } [القصص: 21]
Jadi
nasib kita ini mirip. Berada dalam tekanan selama berbulan-bulan dan rasanya
tidak selesai sampai sekarang. Dan mungkin tidak akan selesai entah sampai
kapan. Tapi kita merasakan bahwa kita ada dalam kondisi jiwa yang sama
seperti itu. Dan ini yang dimaksud dalam
qur’an.. wanabluwakum bi syai-in minal
khaufi wal juu’iy. Kita juga
merasakan keterbatasan sumber daya. Saya
mengatakan kepada banyak ikhwah sepanjang kita melakukan jaulah. Yang ikut
beserta saya. Selama kita menghadapi musibah ini sebaiknya kita tidak meminta
tolong kepada orang lain. Karena muka kita lagi jelek. Kita atasi persoalan kita sendiri dengan cara
kita sendiri, dengan sumber daya kita sendiri, dengan kantong kita sendiri.
Sebab apa yang paling penting untuk kita tunjukkan dalam situasi seperti itu adalah menjawab pertanyaan mendasar sejauh
mana kita bisa bertahan dalam keadaan
dimana kita hanya benar-benar mengandalkan
kemampuan kita sendiri tanpa orang lain. Dan supaya kita membuktikan kepada
diri kita dan juga kepada orang lain. Bahwa kita ini serius menolong agama kita
sendiri. Serius menolong nilai-nilai perjuangan kita dan cita-cita kita
semuanya.
Kadang-kadang
ikhwah sekalian, ada situasi yang kita hadapi bukan hanya dalam politik,
dalam kehidupan dakwah secara umum. Tapi yang sekarang kita rasakan. Ada
situasi seperti yang dihadapi oleh nabi yunus. Terjebak dalam situasi dimana tidak
ada lagi yang bisa dilakukan oleh manusia. Coba antum bayangkan seandainya kita
berada dalam perut ikan seperti itu dan tidak ada lagi yang bisa kita lakukan.
Tapi tidak mati juga, Cuma kita ada dalam situasi seperti itu. Yang membuat orang bertahan dalam situasi
seperti itu adalah sabar dan tetap berharap. Karena itu kalau kita lihat
–ikhwah sekalian- doa nabi yunus itu adalah doa yang sangat sederhana.
{لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ}
[الأنبياء: 87]
Laa ilaaha ilaa
anta subhanaka inni kuntu minazhzhaalimiin.
Itu
bukan doa tapi pengakuan dosa. Jadi ada
situasi dimana seperti itu. Dan karena itu ikhwah sekalian, sabarlah
yang membuat orang itu bertahan hidup dan survive dalam situasi yang paling
sulit. Saya kira kita akan menghadapi tekanan jiwa dan tekanan finansial ini
dan juga kekurangan dukungan dst. Sampai kita pemilu. Tetapi kita mesti dari
sini mengukur kemampuan kita untuk bertahan. Tapi yang menarik –ikhwah
sekalian- sabar ini juga di dalam qur’an dihubungkan dengan kepemimpinan.
{وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا}
[السجدة: 24]
Kenapa
Ikhwah sekalian? Apa yang paling berat dalam politik itu adalah waktu kita
berada dalam satu situasi dimana satu-satunya hal yang paling bijak yang kita
lakukan pada saat itu adalah diam. Itu situasi yang sangat berat. Kita mau
bergerak tapi memang situasi menuntut kita diam. Dan itu yang membuat banyak
orang melakukan kesalahan dalam politik adalah ketika seharusnya dia diam, dia
bergerak. Dan dalam satu hadist Rasulullah saw mengatakan, “akan datang satu
fitnah kepada manusia…
الًقَاعِدُونَ
فِيْهَا خَيْرٌ مِنَ الْقَائِمِ وَ الْقَائِمُ فِيْهَا خَيْرٌ مِنَ الْمَاشِي
Yang
duduk pada waktu itu lebih baik dari pada yang berjalan. Dan yang berjalan pada
waktu lebih baik dari pada yang berdiri.
Jadi
ikhwah sekalian, Itu yg membuat orang menjadi pemimpin karena dia mampu
mengendalikan diri dalam situasi yang paling sulit seperti itu. Dalam situasi
serba kekurangan. Dan karena itu –ikhwah sekalian-, salah satu pengalaman
menarik secara spiritual itu adalah pada waktu Rasulullah SAW menghadapi embargo
selama tiga tahun. Begitu embargo itu selesai ikhwah sekalian, surat yang turun
itu adalah surat adh-dhuha dan surat al insyirah. Dua surat itu semuanya, itu
memperkuat nilai-nilai keyakinan Rasulullah SAW tentang hal ini.
Saya
merasa penting untuk mengungkap kembali hal ini
-ikhwah sekalian-. Karena kita akan memasuki tahapan-tahapan akhir dari
perjuangan kita ini. Dan ini membutuhkan energy yang jauh lebih besar, kesabaran yang jauh lebih besar. Dan disinilah
kita membuktikan apakah kita bisa memimpin atau benar-benar tidak bisa
memimpin.
Yang
ketiga ikhwah sekalian, kita juga merasakan bahwa salah satu sisi penting dari tarbiyah qur’aniyah itu
adalah menyadari apa dimaksud oleh quran itu dengan istilah taufik. Karena kita
juga tahu dalam politik itu momentum itu
nilai yang sangat penting (timing). Dan yang dimaksud taufik itu adalah
الْتِقاء
الإِرَادَةِ الإِلَهِية مَعَ الإِرَادَةِ البَشَرِيَة فِي الزَمَانِ المُنَاسِب وَ
الْوَقْتِ الْمُنَاسِبِ وَ الْمَكَانِ المُنَاسِبِ
iltiqaaul iraadah
ilaahiyah ma’al iraadah basyariyah fi zamaanil munaasib wal waqtil munaasib wal
makaanil munaasib.
Bertemunya
kehendak Allah daan harapan manusia pada waktu yang tepat dan tempat yang
tepat.
Kita
semua adalah orang yang percaya kepada takdir. Tetapi kita tidak pernah tahu apa yang ditakdirkan kepada
kita.Sehingga kita adalah orang yang terus menerus berusaha meraba, menemukan,
mencari tahu apa sesungguhnya takdir kita itu. Dan saya kira –ikhwah sekalian-
pelajaran yang paling penting sepanjang bulan-bulan ini yang saya rasakan
setidak-tidaknya secara pribadi adalah bahwa ternyata tingkat ketepatan kita itu
tidak pernah benar-benar bisa kita rencanakan. Jadi apa yang kita maksud dengan
terburu-buru atau terlambat, timing. Itu tidak pernah kita benar-benar bisa
tahu. Dan itu murni sepenuhnya adalah takdir Allah SWT. Sebab kita bergerak dalam situasi dimana sebagian besar komponen-komponen
perubahan itu tidak ada dalam kendali kita.
Dan satu-satunya cara untuk menghadirkan semua komponen-komponen seperti yang kita inginkan itu adalah
menyelesaikan apa yang menjadi kewajiban kita sebagai hamba dan sisanya menyerahkannya
kepada Allah SWT. Biarlah Dia yang mengaturnya dengan caranya sendiri.
Seperti
sekarang ketika selama dua hari ini kita membicarakan soal capres. Kita tidak
tahu apakah ini momentumnya tepat atau tidak. Tetapi yang bisa kita lakukan itu
adalah memfirasati zaman, memfirasati waktu. Dan berharap-harap bahwa kira-kira
yang ada dalam takdir Allah SWT juga akan begini jadinya. Tetapi masalah ini ikhwah sekalian, saya penting
menghadirkan makna ini kembali supaya dalam proses pengambilan keputusan kita
semuanya dan dalam cara kita melangkah. Kita menghadirkan tiga makna ini dalam satu
rangkaian sekaligus: Ikhlaashul
‘ubuudiyati lillaah, ash-shabru wal mushaabarah dan raja-ut taufiiq ilaahiy.
Karena nilai keputusan ini bisa dianggap tepat pada hari ini dalam pandangan
kasat mata kita. Tapi belum tentu tepat bagi kita. Sama seperti ketika orang
lain mungkin merencanakan makar kepada kita, dari situlah datangnya makar Allah
kepada mereka. Jadi makna-makna ini ikhwah sekalian adalah ma’aani ruuhiyyah. Makna-makna spiritual ini perlu kita hadirkan
kembali. Dan dengan makna-makna spiritual ini kita memberikan al-lamsar ruuhiyyah lil ‘amaliyatis siyaasiyyah.
Kita memberikan sentuhan spiritual yang kuat dalam seluruh kerja-kerja politik
kita. Dan kalau ada yang menjelaskan Mengapa pada dua hari ini kita tampak mempunyai
confinden yang jauh lebih bagus. Aura kita jauh lebih bagus. Saya kira karena
itu adalah bagian dari pengejawantahan tiga makna yang saya sebutkan tadi itu.
Ikhwah
sekalian,
Point
kedua yang ingin saya sampaikan adalah masalah sepanjang bulan-bulan ini juga.
Rasanya kita telah mengembangkan apa yang saya sebut dengan al-kafaa-ah siyaasiyyah, kemampuan politik kita. Baik dalam pemahaman
maupun dalam performan. Saya termasuk yang selalu percaya bahwa satu partai
yang ingin menjadi besar memang mesti menghadapi tantangan yang lebih besar.
Dan makin besar tantangan yang kita hadapi, itu juga berarti bahwa kita menghadapi
satu proses penggemblengan lapangan secara langsung yang mengupgrade kemampuan
kita bekerja. Jauh lebih baik dibanding ketika kita tidak menghadapi
tantangan-tantangan seperti ini.
Dan
salah satu manfaat dari musibah-musibah yang menimpa kita itu adalah dia
membuka mata kita kepada kelemahan-kelemahan kita. Tapi pada waktu yang sama,
dia juga membuka mata kita kepada kelebihan-kelebihan
dan kekuatan-kekuatan kita yang mungkin
selama ini kita tidak sadari. Kalau ada satu hal yang pantas kita catat suatu
waktu, lima, sepuluh tahun, dua puluh tahun yang akan datang tentang periode
ini. Menurut saya diantara bagian yang paling penting adalah bahwa kita
telah memberikan pelajaran kepada diri
kita sendiri dan kepada orang lain di luar sana. Bagaimana caranya untuk tetap
menjadi solid dan militan dalam keadaan yang paling sulit. Belum tentu dalam keadaan damai kita bisa menjadi
solid dan militan seperti sekarang. Tapi bulan-bulan ini kita belajar luar
biasa. Mengatasi semua keterbatasan kita, menghadapi masalah di dalam ,
menghadapi masalah di luar dan seterusnya. Dan kita bisa tetap menunjukkkan soliditas dan mengelola sebuah organisasi yang besar
dalam sebuah Negara yang besar. Dan bisa eksis dalam situasi seperti ini. Itu adalah
suatu pelajaran yang pantas untuk
dipelajari. Tidak sekarang tapi beberapa tahun yang akan datang. Insya Allah…
Dan
antum semua adalah bagian dari pelaku yang menciptakan pelajaran penting
itu. Saya selalu perlu mengulangi
persoalan ini. Karena kita ini, PKS ini tumbuh dengan tradisi kerendahan hati.
Karena itu biasanya kita juga terbiasa underestimate bahkan dengan diri kita
sendiri. Kemarin di babel saya menyampaikan ke ikhwah. Ini ada angka-angka yang
kalau konstruksi ini tidak gampang konstruksinya. Dihitung-hitung dalam situasi yang paling
buruk ini, dengan menang di dua pilkada besar untuk Gubernur. Total populasi
yang kita pimpin di republic ini itu 60 juta. Atau sama dengan 45% dari total
penduduk republic Indonesia. Kalau ini kita compare, bandingkan dengan
angka-angka yang lain. Kira-kira ini dua kalinya syiria, tiga kalinya irak,
hampir tiga kalinya Malaysia. Dan kalau seluruh Negara teluk digabung,
kira-kira sekitar tiga kali lipat . hampir sama dengan Iran wilayah ini. Hampir
sama dengan turki, hampir sama dengan mesir tidak terlalu jauh bedanya. Dua
kalinya Maroko, sepuluh kalinya Lybia, enam kalinya Tunisia.
Jadi
ikhwah sekalian antum ini tidak memimpin wilayah yang kecil. Tapi kita tidak
menyadari. Setiap hari kita mengkritik gubernur kita dan kita sendiri tidak
puas dengan performan mereka itu. Kita tidak merasa cukup besar. Jadi mengelola
satu organisasi yang besar seperti ini. Ini tidak gampang. Dalam situasi yang sangat
sulit seperti ini, kita bisa mempertahankan soliditas dan militansi seperti
yang kita rasakan sekarang ini. Menurut saya ini adalah bagian yang pantas
untuk kita pelajari dalam perjalanan organisasi kita ini beberapa tahun ke
depan. Dan sekali lagi antum semua adalah pelaku utama dari periode ini.
Begitu
juga ikhwah sekalian, pemahaman kita tentang politik ini jauh berkembang lebih
baik dari pada sebelumnya. Saya kira
kita mulai sampai pada satu keseimbangan, satu iklim baru tentang apa yang
selama ini kita pertentangkan. Misalnya antara idealisme dan pragmatisme. Saya
kira kita tidak pernah –Insyaa Allaah- kehilangan idealisme kita. Tapi yang
berkembang itu adalah fiqhul waaqi’
kita itu jauh lebih bagus dari pada tahun-tahun sebelumnya. Dan karena itu cara
kita melakukan mu’aalajatul waaqi’ itu juga jauh lebih bagus dari tahun-tahun
sebelumnya. Kita tidak berubah menjadi sangat pragmatis sebagaimana yang
mungkin kita tuduhkan kepada diri kita sendiri.
Tetapi kita menjadi jauh lebih realistis, jauh lebih sabar mengelola
situasi kita karena pengetahuan kita tentang realitas jauh lebih detil dari
pada tahun-tahun sebelumnya. Dan ini satu nilai ikhwah sekalian, yang sejak
lama dalam hampir semua ceramah saya. Dalam tulisan-tulisan saya. Konsep
tentang apa yang saya sebut dengan learning
organization. Organisasi pembelajar yang terus menerus belajar. Dan
dalam proses belajar itu kita mengalami proses jatuh bangun, jatuh bangun,
jatuh bangun. Ada gagal dan seterusnya. Tetapi yang muncul itu ikhwah sekalian
adalah satu mindset baru, satu kemampuan
berfikir baru yang tidak mungkin kita punyai kecuali kalau kita terjun
ke lapangan. Ini yang saya sebut dengan al-‘aqliyah
tajribiyah (akal empiris). Kita tumbuh dengan cara berfikir normative dan
salah satu kelemahan umat Islam itu adalah emosinya kepada idiologi terlalu kuat.
Tapi begitu dia mengalami benturan di lapangan. Dia berlari kembali kepada
normanya, dia meninggalkan lapangan. Kenapa? Karena ada yang kosong dalam
struktur pengetahuannya, dalam struktur pemikirannya yaitu bahwa dia tidak
mempunyai apa yang disebut dengan al-‘aqliyah
tajribiyah.
Pengalaman
itu ikhwah sekalian adalah sesuatu yang terbuka untuk dipelajari. Dan jangan
pernah mengharamkan diri kita untuk gagal pada suatu waktu. Karena kegagalan
itu sendiri adalah materi pembelajaran. Dan kalau ada hal yang lebih penting
menurut saya dalam proses pencapaian kita semuanya ini adalah tumbuhnya kemampuan berfikir empiric yang ada
dalam diri kita sekarang ini. Dan karena itu kita mulai bisa menerapkan ilmu
pengetahuan dalam hampir semua aspek cara kita bekerja. Mudah-mudahan dengan cara seperti ini, kita
mentransformasi diri kita secara perlahan-lahan menjadi salah satu model dari
apa yang sekarang disebut orang dengan knowledge
society (masyarakat berpengetahuan).
Yang menggunakan pengetahuannya sebagai sebuah fungsi untuk memperbaiki
kinerjanya dari waktu ke waktu.
Menurut
saya –ikhwah sekalian- pencapaian-pencapaian seperti ini dalam organisasi kita
dalam pertumbuhan jama’ah kita. Ini penting untuk terus menerus kita catat.
Karena ini mempunyai implikasi yang sangat panjang dalam daya tahan organisasi
ini melawan waktu yang panjang di masa yang akan datang. Dan saya kira dalam
hal ini kita mudah-mudahan insyaa Allah ada dalam on the track belajar secara jauh lebih
bagus dari proses-proses yang kita alami selama ini. Dan sekali lagi ikhwah
sekalian, nilai ini. Ini yang saya maksud dengan Peningkatan pada kafaa-ah siyaasiyah kita fahman
wa adaa-an. Baik dalam pemahaman, dalam pembentukan, penyempurnaan dan
struktur berfikir kita semuanya maupun dalam kemampuan kerja kita semuanya.
Saya kira ini adalah suatu prestasi yang pantas kita catat dan ini adalah
hikmah yang kita peroleh sepanjang bulan-bulan kita menghadapi
tantangan-tantangan berat ini.
Ikhwah
sekalian itu hal yang kedua yang ingin saya sampaikan.
Hal
yang ketiga yang ingin saya sampaikan ikhwah sekalian adalah tantangan kita ke
depan ini adalah itsbatut jadaaratil qiyaadiyah.
Mampukah kita membuktikan kemampuan kita
memimpin?.. Dalam mihwar muassasiy yang kita masuki ini. Setidak-tidaknya kita akan mengalami tiga tahap. Dua tahap
diantaranya sudah kita lalui, saya tidak
tahu apakah kita akan memasuki tahap ketiga dalam waktu dekat ini atau tidak.
Yang pertama adalah tahapan integrasi. Mengintegrasikan apa yang dulu disebut
orang sebagai organisasi tanpa bentuk, gerakan tarbiyah dan lain sebagainya. Ke
dalam system politik nasional. Itu yang
kita maksud dengan mihwar muassasiy itu.
Kita membentuk partai politik dan mengintegrasikan diri secara terbuka
dalam system politik nasional yang terbuka. Karena itu termasuk diantaranya
adalah terbuka untuk penilaian public. Tadinya kita adalah organisasi yang tidak
mungkin dievaluasi karena tidak ketahuan. Tetapi begitu kita masuk di dalam politik,
kita bermetamorfosis dari gerakan dakwah menjadi gerakan politik mengembangkan
sayap. Kita mengintegrasikan diri dalam politik nasional. Ini yang saya maksud
dengan periode yang pertama dan ini yang kita lakukan pada tahun 1998.
Selanjutnya,
kita masuk pada tahapan yang kedua. Tujuan utama pada tahapan pertama ini
adalah itsbatudz dzaat membuktikan eksistensi kita bahwa kita bisa eksis
sebagai sebuah kekuatan politik. Yang pada periode 2004/2005 yang lalu kita
jadikan electoral threshold sebagai ukuran eksistensi politik. Dan karena itu kita masuk pada tahapan kedua
sejak 2004 sesudahnya. 2004 ini yang saya sebut dengan menjadi bagian dari
mainstream. Jadi dari integrasi kita masuk ke mainstream. Menjadi bagian dari
kekuatan arus utama politik yang memimpin republic ini. Kita masuk dalam musyarakah fil hukumah, kita masuk berpartisipasi dalam pembentukan
pemerintahan. Kita menjadi bagian dari
pemerintahan SBY sejak 2004 dan 2009 sampai sekarang ini. Itu karena kita masuk di tahapan kedua. Maka
kita menjadi bagian dari kekuatan arus utama yang memimpin republic ini. Kita menjadi kekuatan arus utama walaupun
bukan kita yang benar-benar utama. Tetapi ada di arus utama yang memimpin negeri ini. Setidak-tidaknya sebagai salah satu bagian
dari kekuatan arus utama ini. Salah satu ukurannya adalah bahwa sebaiknya atau Jangan
sampai ada keputusan-keputusan penting
menyangkut negeri ini yang tidak
melibatkan kita dalam proses pengambilan keputusan itu. Kalau ada satu hal yang
bisa kita tunjukkan sebagai bukti bahwa kita adalah bagian dari arus utama.
Menurut saya salah satunya adalah beberapa keputusan penting yang kita ambil di
negeri ini salah satunya dalam soal-soal BBM. Kita merupakan bagian dari
kekuatan yang dipertimbangkan dalam proses itu.
Tapi
ikhwah sekalian, ini adalah tahapan kedua. Dan kita melalui tahapan kedua ini selama sepuluh tahun. Dua
periode koalisi. Periode ketiga ini, tahapan ketiga ini yang akan kita lalui di
mihwar siyasiy ini itu adalah leading. Jadi dari integrasi menjadi mainstream
kemudian masuk ke leading. Nah, ini yang tidak kita tahu. Kapan waktu nya
datang? 2014 atau 2019. Kita tidak boleh underestimate dengan diri kita
sendiri. Walaupun juga tidak boleh overestimate. Tetapi kita mesti bersiap-siap
terhadap satu keadaan. Seandainya keadaannya terbuka dan kita belum siap. Seandainya
peluangnya terbuka dan kita belum siap. Sebab kalau siap tapi peluangnya belum
terbuka itu juga tidak ada gunanya.
Tetapi
ikhwah sekalian, yang bisa menentukan apakah kita akan masuk ke leading dalam
tahun-tahun yang dekat ini atau kita masih akan menundanya dan tetap ada di
mainstream. Itu keputusannya sepenuhnya ada di tangan antum semuanya. Tetapi jika
alasan yang paling penting untuk
memenangkan pemilu 2014 yang akan datang. Itu adalah keputusan kita sendiri.
Apakah kita ingin leading atau belum? Masih mau menundanya. Itu sepenuhnya
adalah keputusan kita. Jika kita menginginkannya, saya kira kita bisa memfirasati zaman kita
sekarang ini untuk mencoba merasa-rasakan. Apakah ini timingnya atau bukan?. Tetapi bahwa kita ingin leading itu adalah
keniscayaan. Tapi menentukan waktunya, itu adalah keputusan kita semuanya. Dan
terutama antum semuanya dilapanganlah yang lebih tahu kapan waktu yang paling tepat untuk menentukan
proses shifting dari mainstream ke
leading sekarang ini. Antum yang lebih menentukannya. Antum yang bisa
menimbang-nimbangnya, bisa mengukur-ukur kemampuan kita memikul beban yang
lebih berat dari pada yang sekarang.
Jadi
kira-kira ikhwah sekalian kalau saya ingin membuat satu perumpamaan. Pada tahun
1999 itu kita adalah salah satu peserta dalam sebuah ruangan seperti ini. Duduk
dibawah. Kalau kita bicara, angkat
tangan untuk bicara. Kita ingin mewakili diri kita sendiri. Menyampaikan
pendapat kita sendiri, mewakili diri kita sendiri, mewakili pendapat kita,
mewakili kepentingan kita. Itu tahapan
integrasi. Kita ada dalam sidang, ikut sebagai peserta yang sah. Punya hak
bicara, punya hak suara.
Waktu
kita masuk musyarokah kita ada di pimpinan
sidang. Tapi belum memimpin sidang.
Seperti ustadz Taufik sekarang ini. Ada dibaris depan, tapi belum memimpin
sidang, Cuma punya hak bisik kepada pemimpin sidang. Marah-marah sedikit juga
boleh. Tidak harus angkat tangan untuk bicara. Bisa dengan bisik-bisik. Itu lah
musyarokah. Itu tahapan kedua.
Kalau
kita mau leading, kitalah yang memimpin sidang. Dan bedanya pemimpin sidang itu ikhwah
sekalian, dia tidak punya hak bicara
seperti peserta. Dialah yang mendistribusikan hak bicara. Dia harus mengelola
semua hak ini dengan baik. Yang paling terakhir
yang dia punya itu adalah palu. Dan karena itu ikhwah sekalian, begitu kita memutuskan untuk shifting dari musyarokah
ke leading ini. Dari mainstream ke leading. Hal pertama yang harus kita
masukkan di dalam mindset kita itu adalah bahwa kita sekarang ini tidak boleh
lagi berfikir sekedar merepresentasikan diri kita sendiri atau
merepresentasikan umat kita. Tetapi yang kita representasikan itu adalah the hall nation, seluruh bangsa ini. Dan itu menuntut semacam spektrumshif,
spectrum dalam cara kita berfikir dan juga cara kita berbicara kepada orang.
Tentang agenda yang kita angkat. Tentang apa yang kita angkat kepada orang,
yang kita sampaikan kepada orang. Itu
semuanya menentukan.
Saya
kira ikhwah sekalian, kalau kita membaca
riwayat politik partai-partai Islam di Indonesia. Yang saya rasakan sejak
kemerdekaan sampai sekarang. Kalau kita
membaca litelatur-litelatur yang ada. Yang dirasakan orang di republic ini
tentang partai-partai Islam itu termasuk sekarang ini adalah mereka merasa
bahwa partai-partai islam ini adalah kelompok yang mewakili dirinya sendiri dan
tidak pernah mewakili, merasa mewakili the hall nation seluruh bangsa ini.
Persepsi bahwa hanya satu kelompok yang mewakili the hall nation. Itu selalu
diberikan kepada kelompok nasionalis. Tidak pernah diberikan kepada kelompok
Islam. Kelompok islam ini adalah
kelompok yang definitive, segmen tertentu, yang kalau mereka bicara. Dia
mewakili dirinya sendiri. Dan persepsi
itu kuat, laten dalam pikiran orang. Dan
karena itu juga terbentuk satu pikiran dalam diri mereka. Salah satu sebab
kenapa kita tidak pernah mampu mewakili bangsa secara keseluruhan. Itu adalah
karena kita tidak cukup dalam memahami persoalan-persoalan bangsa.
Jadi
waktu kemarin hadir di forum rector di yogya. Jadi forum rector yang sebelumnya
di Jawa Tengah mengundang Megawati dan Prabowo. Yang kedua ini mengundang saya
dan hatta rajasa. Komentar pertama ketika sedang ngobrol di lobi dari ketua
forum rector ini pak Laode Kamaluddin. Sambil
bercanda dia bilang begini,” AAkh. Kita cuma mau tahu apakah PKS sudah
nasionalis, atau masih islam saja?”. Kita tidak perlu tersinggung, itu adalah
akumulasi dari persepsi yang terbentuk selama ini di kepala orang. Saya kira
sedikit atau banyak Pak Adang jug punya persepsi sama tentang PKS sebelum gabung dengan PKS. Dan kalau antum
lihat kasus bagaimana caranya ikhwan di mesir itu diblok di media, juga seperti ini. Dia hanya
mewakili irsyad, hanya mewakili ikhwan. Dia
tidak mewakili mesir. Walaupun kita sudah kerja keras untuk itu. Tapi
ini persepsi. Jadi sekali kita memutuskan untuk melakukan shifting dalam
tahapan ini. Yang paling penting itu adalah shifting dalam mindset kita
semuanya. Bahwa sekarang kita ingin mewakili bangsa secara keseluruhan dan
tidak sekedar mewakili diri kita sendiri.
Jadi
kira-kira nanti begitu antum berbahasa dalam situasi seperti ini. Sebagian dari
komentar yang akan kita dengarkan dari konstituen kita sendiri, kira-kira bahasanya seperti ini. Istri saya tadi pagi bacain sebuah sms ke
saya. Dia bilang, ada orang kirim sms kedia. Bercanda, jadi seorang istri yang
mengatakan ke suaminya begini,
“tadinya saya pikir aku special di hatimu. Ternyata
hatimu ini seperti rumah petak. Banyak
penghuninya”.
Salah
satu persoalan besarnya nanti ikhwah sekalian, di tingkat operasional, di
tingkat lapangan adalah persoalan yang disebut dengan managing interest,
mengelola kepentingan yang berbeda-beda.
Itu nanti tantangan lapangannya. Tetapi saya kira ini kita bicarakan
belakangan. Saya ingin kita masuk ke persoalan mindsetnya dulu (cara
berfikirnya). Sebab begitu kita mengalami
shifting dalam cara berfikirnya. Persoalan operasional ini nanti Insyaa Allah
akan mengikut. Shifting ini ikhwah
sekalian, menurut saya ini mindset yang sangat penting untuk kita sampaikan
kepada orang. Jadi itu bukan sekedar
usaha untuk memperluas konstituen. Tetapi terutama untuk mendapatkan satu kesan
tingkat penerimaan public kepada kita itu ditentukan oleh persepsi dia tentang
siapa kelompok yang kita wakili. Apakah dia sebagai sebuah kelompok termasuk
diantara bagian yang kita wakili secara keseluruhan atau tidak. Dan jika
sebagian besar orang di republic ini merasa diwakili oleh kita. Itu adalah
salah satu tanda bahwa pesan kita sampai kepada public. Tapi kalau ada kelompok
di negeri ini yang merasa tidak kita wakili. Itu berarti pesan kita ini belum
sampai secara menyeluruh.
Jauh
lebih gampang –ikhwah sekalian- nanti mengerjakan kerja-kerja operasionalnya
dalam pengelolaan Negara. Ketimbang proses shifting pada mindset kita ini. Dari
apa yang disebut dengan tamtsiilul ummah
ilaa tamstiilisy sya’b. Merepresentasikan umat dan merepresentasikan
bangsa. Sebab ini menentukan nanti cara kita berbahasa. Ikhwah sekalian, Saya kira tadi malam antum melihat survey
social media. Ini sepenuhnya adalah permainan
semantic. Dan karena itu salah satu ilmu
yang paling penting dalam social engineering itu sebenarnya adalah linguistic
(fiqhul lughah). Sayangnya ini termasuk jurusan yang paling tidak disenangi, tidak
laku di negeri kita. Karena itu term yang dikaitkan dengan kata-kata yang
related dengan PKS misalnya apa saja. Itu menentukan secara semantic bahwa cara
berfikir orang-orang ini begini suasananya. Dan kalau antum mau tahu konsep tentang
penyadapan ini. Penyadapan raksasa yang dilkaukan oleh Amerika sekarang ini.
itu sebenarnya adalah konsep ini. Konsep tentang big data. Mereka ingin
mendapatkan suatu data besar. Tetapi approach-nya secara syntic iatu adalah
menggunakan basic-basic dasar ini; psikologi, lunguistik, sosiologi. Ini yang
dipakai semuanya. Tapi dalam cara mereka membuat cara kerja mesinnya. Itu
basicnya adalah basic ini, basic linguistic. Dan itu ikhwah sekalian, sekali
lagi juga karena itu ini cara. Cara untuk mendefinisikan apa yang dipahami
orang tentang PKS. Sehingga tadi malam antum sudah melihat apa saja kalimat term idiologi yang related
kepada PKS.
Sebab
kenapa ikhwah sekalian? Begitu kita survey misalnya di twitter akun-akun PKS
semuanya. Memang itu term yang keluar. Ini barang tidak bisa kita
paksakan. Itu akan terlacak dengan
sendirinya. Keluar karena yang bekerja adalah mesin. Ini bukan manusia tapi
mesin yang mengerjakan. Ini robot. Dipasang dan dikasih kode semuanya. Kalimat
ini masuk semuanya, ini diberi tafsir. Ini tafsir tentang aktifitas intelejen.
Cara orang memahami gejala-gejala dari data yang mereka random untuk melihat
tingkat keteraturan dari sesuatu yang tampak random itu tadi. Nah, kita ini secara acak, kalau dievaluasi. Term-term yang keluar dalam akun-akun PKS
seluruhnya itu adalah term-term yang mewakili, masih belum mewakili bangsa
secara keseluruhan. Tapi masih mewakili diri kita sendiri. Dan karena itu bagaimana kita
mengharapkan orang datang memberikan dukungan kepada kita, kalau orang tidak
merasa bahwa mereka kita wakili.
Nah,
jadi di kalangan elit. Ikhwah sekalian,
Persepsi
yang berkembang tentang PKS itu misalnya adalah, ini adalah segerombolan
muballigh yang memahami teks-teks ayat kitab suci dengan baik. Tapi tidak
pernah mengerti Indonesia dengan baik. Makanya di awal tadi saya
mengatakan salah satu hal yang tumbuh
bulan-bulan yang penting ini adalah
struktur dalam fiqhul waaqi’ kita. Pengetahuan kita tentang realitas menjadi
jauh lebih baik dari pada bulan-bulan sebelumnya. Karena kita mengalami
perbaikan dalam pengetahuan kita, dalam struktur pengetahuan kita itu. Itu
sebabnya ikhwah sekalian, penting untuk juga berbicara kepada elit. Dan kita berfikir
bahwa mungkin kita selama ini cukup sebagai partai yang elitis. Tapi sebenarnya
kita tidak cukup bicara, tidak cukup banyak memberikan pesan kepada elit dengan baik; elit intelektual, elit
politik, elit ekonomi, elit bisnis dan elit militer. Ini term yang mereka
tunggu-tunggu tentang kita semuanya. Sejauh apa kita memahami negeri dimana
kita berada dan yang sekarang kita klaim
ingin kita pimpin. Jadi kalau antum
misalnya membandingkan sebelum kemerdekaan.
Tulisan-tulisan Soekarno dengan tulisan kaum islamis, para
pemikir-pemikir islamis. Antum lihat! Skala spectrum dimana Soekarno berfikir
dan spectrum dimana orang lain berfikir, itu memang berbeda. Begitu antum
dekati itu terutama secara semantic. Antum akan melihat bagaimana skalanya
benar-benar tampak. Jadi kalau kemudian rakyat memberikan kepercayaan kepada
dia sepenuhnya. Itu karena semua orang merasa terwakili di sini.
Tapi
kita semuanya, ikhwah sekalian. Sebagai qiyadah di partai ini. Begitu kita
memutuskan ini sekali lagi apa yang paling penting buat kita sekarang. Itu
adalah spectrum pada mindsetnya. Dan mudah-mudahan Insyaa Allaah akumulasi
pengalaman lima belas tahun. Dan juga benturan terakhir yang kita alami, yang
kita rasakan sekarang ini memberikan kita kemampuan untuk melakukan shifting
ini. Dan itu sebabnya ikhwah sekalian, kenapa saya memulai dari mindset. Karena
Allah sendiri yang mengatakan :
{يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا
الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ} [المجادلة: 11]
Kalau
kita ingin naik derajat, naik pangkat. Syarat pertamanya adalah memiliki
apa yang disebut dengan al-miizaanul ma’rifiyyah (knowledge
advanted). Kita mesti punya keunggulan pengetahuan yang membuat kita berbeda
dengan orang lain.
Saya
kira ikhwah sekalian, ini hal-hal yang
ingin saya sampaikan. Saya percaya bahwa dalam situasi seperti sekarang ini
antum tidak lagi membutuhkan motivasi yang berapi-api. Karena situasinya sekarang ini kita semuanya
adalah well motivasion. Tapi yang justeru jauh lebih penting bagi saya adalah
membangun satu frekuensi kesadaran yang sama
tentang di tahap mana sekarang ini kita berada dan kemana kita akan
pergi. Antum semua adalah qiyadah. Dan sekali lagi tahap ketiga yang akan kita
lalui. Keputusannya sepenuhnya ada ditangan antum semuanya. Antumlah yang
menentukan kita masih akan terus musyarokah
atau akan masuk ke leading. Tetap di mainstream atau masuk ke leading.
Mengextend waktu kita di mainstream atau menghentikannya. Sekarang itu
sepenuhnya keputusan antum semuanya. Dan
antum tidak perlu mengatakannya kepada saya hari ini. Kita putuskan dengan cara kita masing-masing
di lapangan. Mudah-mudahan ikhwah sekalian,
penyampaian ini memframe kembali kesadaran kita semuanya. Dan insyaa
Allaah kita bisa menciptakan kejutan-kejutan besar pada tahun 2014 yang akan
datang.
Wassalamu’alaikum
wr.wb.
0 komentar:
Posting Komentar