Minggu, 10 Agustus 2025

KEPEMIMPINAN YANG HADIR


Oleh: Aunur Rafiq Saleh


  ۚ وَقَا لَ  مُوْسٰى  لِاَ خِيْهِ  هٰرُوْنَ  اخْلُفْنِيْ  فِيْ  قَوْمِيْ  وَاَ صْلِحْ  وَلَا  تَتَّبِعْ  سَبِيْلَ  الْمُفْسِدِيْنَ


"Dan Musa berkata kepada saudaranya (yaitu) Harun, Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah (dirimu dan kaummu), dan janganlah engkau mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-A'raf: 142)



Ayat ini mengajarkan betapa pentingnya kehadiran pemimpin dan kepemimpinan yang hadir.


Kehadiran pemimpin secara fisik di tengah masyarakat yang dipimpinnya sangat penting. Saking pentingnyanya bila berhalangan hadir atau bepergian maka ia harus menunjuk wakilnya agar kehadirannya tetap dirasakan. Kehadirannya atau kehadiran wakilnya menandakan kepemimpinan tidak mengalami kekosongan. Karena kekosongan kepemimpinan sangat berbahaya, bisa mengundang reaksi dan kesan negatif. Ketika Nabi saw wafat, para sahabat tidak segera menguburkan jenazahnya yang mulia, tetapi mengutamakan pemilihan pengganti (khalifah)-nya terlebih dahulu. Ini menunjukkan pentingnya kehadiran kepemimpinan dan tidak boleh kosong walau sesaat.


Tentu bukan hanya kehadiran fisik seorang pemimpin yang dinantikan, tetapi yang lebih penting lagi adalah kehadiran kepemimpinannya yang tidak berkaitan dengan fisik. Karena itu, Nabi Musa as berpesan kepada Nabi Harun as yang sedang menggantikan kepemimpinannya, "dan perbaikilah (dirimu dan kaummu), dan janganlah engkau mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan". 


Pesan "dan perbaikilah" mendapat perhatian utama agar pemimpin yang baru menggantikan tetap melanjutkan missi ishlah (reformatif), rekonsiliatif dan tidak terjebak pada kebijakan yang justru menghentikan proses ishlah (perbaikan) dan rekonsiliasi. 


Kehadiran kepemimpinan bisa diwujudkan melalui khithab qiyadi (pesan-pesan pemimpin) yang disampaikan secara rutin sehingga kehadirannya secara fikri senantiasa dirasakan.


Kehadiran kepemimpinan yang sangat penting, jika bukan yang paling penting, adalah kehadiran keteladanannya di tengah masyarakat. Karena keteladanan ini sangat kuat pengaruhnya ketimbang omong kosong yang hanya berupa angin surga tetapi tidak ada kenyataannya. Pemimpin yang bisa menghadirkan keteladanan yang kuat pasti dicintai dan dirindukan oleh orang-orang yang dipimpinnya. Contoh utamanya adalah Nabi saw. Karena keteladanannya yang sangat kuat, Nabi saw menjadi pemimpin yang paling dicintai umatnya di sepanjang masa. Firman Allah:


لَقَدْ  كَا نَ  لَكُمْ  فِيْ  رَسُوْلِ  اللّٰهِ  اُسْوَةٌ  حَسَنَةٌ  لِّمَنْ كَا نَ  يَرْجُوا  اللّٰهَ  وَا لْيَوْمَ  الْاٰ خِرَ  وَذَكَرَ  اللّٰهَ  كَثِيْرًا 


"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah." (QS. Al-Ahzab: 21)


Kepemimpinan spiritual juga sangat penting untuk dihadirkan karena sangat besar pengaruh dan daya tariknya. Sekalipun berbagai ibadah shalat, tilawah, dzikir, wirid, taubat dan lainnya dilakukan di tempat yang tidak dilihat orang tetapi pancaran dan aura kekuatan spiritualnya pasti dirasakan oleh umat. Pemimpin yang tidak shalat dan tidak punya kekuatan spiritual pasti lemah kepemimpinannya. Kalau pun dipatuhi pasti karena ditakuti kejahatannya. Orang seperti ini menjadi seburuk-buruk manusia. Sabda Nabi saw:


إنَّ من شرِّ النَّاسِ من تركهُ النَّاسُ أو ودعهُ النَّاسُ اتِّقاءَ فُحشِهِ


"Sesungguhnya seburuk-buruk manusia adalah orang yang dtinggalkan dan dijauhi manusia karena untuk menghindari kekejiannya." (Muslim)


Semoga Allah senantiasa menghadirkan pemimpin yang punya integritas tinggi dan dicintai rakyatnya.

0 komentar:

Posting Komentar