Selasa, 06 September 2022

JIWA MILITANSI ... PASTIKAN KITA SEMANGAT

 



Semangat, gairah, dan ketangguhan atau "jiwa militan" dalam sebuah perjuangan merupakan buah  dari proses Kaderisasi yang teratur, terukur dan  berkesinambungan. 

Karenanya militansi kader dakwah hanya akan didapat bila kader memiliki Keyakinan, Kecintaan, Pengorbanan, dan Kesabaran yang mumpuni dalam mengemban amanah da'wah. 


Apa itu keyakinan?

Keyakinan adalah suatu sikap alamiah manusia dalam mempercayai sesuatu.

Sedang kepercayaan adalah keadaan psikologis pada saat seseorang menganggap suatu premis itu benar. 


Ada beberapa keyakinan yang harus dimiliki: 


1. Keyakinan bahwa da'wah yang kita emban sejatinya merupakan estafet dari da'wah rasulullah. Hal ini bisa dikaitkan dengan sabda nabi saat haji wada':

“Alâ fal yuballighal syâhidu minkum ul ghâib….(ketahuilah! Agar hendaknya orang-orang yang hadir (mendengar) saat ini menyampaikan kepada orang-orang yang tidak hadir!)”. 


2. Keyakinan akan kebenaran apa yang diperjuangkan yaitu agama Allah. Firman Allah: 

"Bagi setiap umat telah Kami tetapkan syariat tertentu yang (harus) mereka amalkan, maka tidak sepantasnya mereka berbantahan dengan engkau dalam urusan (syariat) ini, dan serulah (mereka) kepada Tuhanmu. Sungguh, engkau (Muhammad) berada di jalan yang lurus." (al Haj: 67) 


3. Keyakinan bahwa kalimat dawah adalah kalimat yang paling mulia. Sebagaimana firman Allah:

"Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, "Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)." 

(Fushilat: 33) 


4. Keyakinan  bahwa kemenangan berasal 

dari Allah. Keyakinan ini sangat penting ditengah maraknya politik uang. Keyakinan ini akan mendorong kita untuk lebih bergantung pada Rabbul Asbab. Ketergantungan kepada Rabbul asbab akan  menjadikan asbab asbab kemenangan lain, menjadi kurang bernilai atau hanya menjadi suplemen saja. 


Janji Allah ini tertuang dalam firman Allah, diantaranya, surah Muhammad ayat 7:  


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ 


"Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu."  


Juga dengan ayat yang tiap hari kita wiridkan,

"Katakanlah: 'Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."

(Ali ‘Imran Ayat 26) 


Boleh jadi, KH. Hasan meminta agar ayat ini dibaca setiap hari oagi dan sore, agar tertanam dalam hati sanubari kita bahwa pemilik dan pemberian kemenangan adalah Allah, maka bergantungkah kepada Allah, jangan bergantung kepada uangnya konglomerat apalagi cuma janji bantuan dana konglomerat...

Selain Keyakinan, untuk memupuk jiwa militan juga membutuhkan tumbuhnya rasa cinta dan pengorbanan. Dengan cinta, seseorang akan merasa ringan untuk berkorban. Bukan hanya berkorban waktu, tenaga dan harta, tetapi juga jiwa.

Jadi kalau sekarang ini kita susah menentukan waktu untuk pertemuan atau berkegiatan, boleh jadi jiwa tadhiyah kita sedang sangat rendah.

Tadhiyah menjadi tanda totalitas dan ketulusan dalam dakwah. Tadhiyah menuntut untuk mendahulukan kemaslahatan Islam dibanding kepentingan pribadi jika bertentangan.

KH. Hasan berkata barang siapa bersantai-santai saja ketika bersama kami, maka ia berdosa. Karema Allah telah berfirman: 


"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang beriman, diri dan harta mereka." (At-Taubah: 111) 


Selanjutnya sabar dan tsabat. 

Apa itu sabar?

Ustadz Hilmi, menjelaskan sabar itu bukan nrimo sambil mengelus dada, tetapi sabar itu adalah kemampuan menahan fitnah, godaan dan tekanan sambil melihat atau mencari peluang untuk lepas dan membalasnya. 


Yang harus kita fahami bahwa

situasi yang kita hadapi sekarang adalah mata rantai dari ujian-ujian dakwah sebelumnya. Adalah sunatullah bahwa dakwah akan terus di rekayasa untuk dikerdilkan bahkan dilenyapkan kalau bisa. 

Begitulah sunatullah nya, tetapi yang penting bagi kita adalah bagaimana kita mampu membuktikan bahwa kita bisa mengatasinya dengan kerja nyata. 


Kita sebagai dai dan daiyah diperintahkan oleh Allah SWT jika menghadapi sesuatu yang sulit dan menghimpit, untuk cepat segera kembali kepada Allah (fafirruu ilallah..). Kemudian tuntaskan solusinya dengan mentadabburi konsep Allah. Sebagaimana perintahNya:

“Afala yatadabbarunal Qur’an am ‘ala quluubin aqfaluha.” 


Dengan men-tadabur ayat-ayat Allah ini, maka dalam menghadapi berbagai masalah, fitnah, ancaman dan makar, kita akan menemukan solusi dan bekal yang dibutuhkan, yaitu sabar dan tsabat. 


Sehingga kita bisa menjadi Atsbatu mauqifan (menjadi orang yang paling teguh pendirian/paling kokoh sikapnya) 


At-Tsabat (keteguhan) adalah tsamratus shabr atau buah dari kesabaran, yang juga harus kita miliki. 

Tsabat sebagai buah sabar ini mengingatkan kita akan sikap dan sifat orang-orang yang beriman yang dikisahkan dalam al Quran:  


{ وَكَأَیِّن مِّن نَّبِیࣲّ قَـٰتَلَ مَعَهُۥ رِبِّیُّونَ كَثِیرࣱ فَمَا وَهَنُوا۟ لِمَاۤ أَصَابَهُمۡ فِی سَبِیلِ ٱللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا۟ وَمَا ٱسۡتَكَانُوا۟ۗ وَٱللَّهُ یُحِبُّ ٱلصَّـٰبِرِینَ }

(Ali 'Imran: 146) 


"Dan betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak (menjadi) lemah karena bencana yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar." 


Bila sabar kita bisa membuahkan tsabat maka akan membuat kita tenang, rasional, obyektif dan mendatangkan kepercayaan Allah untuk memberikan kemenangan kepada kita. 

Hanya saja, kita perlu memahami bahwa sikap tsabat (keteguhan) ini kadang-kadang menimbulkan kekerasan (sikap keras) oleh karenanya perlu diimbangi dengan yang sikap arhabu shadran, berlapang dada.

Allah berfirman: 


“Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan”. (QS. 16:127-128) 


 Dalam ayat yang lain:

"Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka." (Qs. Al-Ahqaaf: 35) 


Wallahua'lam bi shawab

0 komentar:

Posting Komentar