Rabu, 18 September 2024

PRIORITAS AMAL SHALIH

 






Oleh: Iman Santoso, Lc.

Rasulullah saw bersabda:

عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال: (سَأَلتُ النبِيَّ صلى الله عليه وسلم : أَيُّ العَمَلِ أَحَبُّ إلى الله؟ قال: الصَّلاَةُ عَلَى وَقتِهَا. قلت: ثم أَيُّ ؟ قال: بِرُّ الوَالِدَينِ. قلت: ثم أَيُّ ؟ قال: الجِهَادُ في سَبِيلِ الله [متفق عليه]

Dari Abdullah bin Mas’ud ra berkata, Saya bertanya pada Rasulullah saw.” Amal apakah yang paling dicintai Allah ? Rasul saw bersabda, ” Shalat pada waktunya. Saya berkata, Apa lagi ? Beliau bersabda, Berbakti pada kedua orang tua. Saya berkata, Lalu apa lagi ? Beliau bersabda, Jihad di jalan Allah” (Muttafaqun ’alaihi).

Dalam banyak ayat dan hadits yang merupakan landasan utama ajaran Islam, menyebutkan prioritas amal shalih yang harus dilakukan umat Islam. Demikian juga para ulama telah menetapkan 5 hukum taklifi (hukum amal yang mengikat mukkalaf), yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram, itu menunjukkan prioritas amal. Dan ulama modern yang sangat konsen terhadap prioritas amal diantaranya adalah Imam Syahid Hasan al-Banna dan Imam Yusuf Al-Qaradhawi.  Imam Yusuf Al-Qaradhawi menuangkan idenya tentang prioritas amal, dalam kitab-kitabnya yang monumental, diantaranya kitab Fiqhul Aulawiyaat (Fiqih Prioritas) dan Fiqhul Muwazanaat (Fiqih Pertimbangan). Sedangkan Imam Hasan Al-Banna menuangkan karyanya dalam Majmu’ah Rasail (Kumpulan Risalah).

Prioritas amal adalah keniscayaan bagi umat Islam yang memahami ajaran Islam, sesuai dengan landasan al-Qur’an dan Sunnah (Fiqhun Nushush),  realitas umat Islam (Fiqhul Waqi ) dan keterbatasan setiap muslim dalam beramal, bahwa daftar kewajiban lebih banyak dari waktu yang tersedia bagi setiap muslim ( al-wajibaat Aktsaru minal auqaat). Allah Ta’ala berfirman:

ࣖ وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَآ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَلَا تَسْتَوِى الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۗاِدْفَعْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ فَاِذَا الَّذِيْ بَيْنَكَ وَبَيْنَه عَدَاوَةٌ كَاَنَّه وَلِيٌّ حَمِيْمٌ

”Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan kebajikan, dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)”Tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) dengan perilaku yang lebih baik sehingga orang yang ada permusuhan denganmu serta-merta menjadi seperti teman yang sangat setia” (QS  Fushilaat 33 -34)

Rasulullah saw bersabda:

عن أمِّ الدَّرداء عن أبي الدَّرداء رضي الله عنهما قالت: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:"ألا أُخبِرُكم بأفضلَ من الصَّلاة والصِّيام والصَّدَقة ؟  قُلنا: بَلَى يا رسول الله، قال إِصلاحُ ذاتِ البَيْن (العَداوةِ والبَغضاءِ)، وإفسادُ ذات البَيْن هي الحَالقةُ".

”Maukah kalian aku beri tahu tentang sesuatu yang lebih afdhal daripada derajat ibadah  shalat, puasa dan sedekah?” Kami menjawab: Tentu ya Rasulullah saw.. Beliau saw bersabda: ”(sesuatu itu adalah) mendamaikan/memperbaiki hubungan antar sesama. Merusak  hubungan antar sesama adalah  ibarat alat cukur yang merusak ( mencukur atau merusak agama)” (HR. At-Tirmidzi dan Abu Dawud dari Abu Ad-Darda’ ra).

Dari pemahaman terhadap Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah, pendapat atau ijtihad para ulama dan realitas umat Islam, maka umat Islam sangat penting untuk mengetahui prioritas amal. Demikian juga jika dilihat dari ilmu manajemen, baik manajemen amal maupun waktu, bahwa amal secara umum terbagi menjadi 4, yaitu:
1. Penting
2. Tidak penting
3. Genting
4. Tidak genting.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa prioritas amal yang harus dilakukan oleh setiap muslim adalah:

1. Setiap muslim mengokohkan nilai dasar Islam  seperti memahami rukun Iman, rukun Islam dan Ihsan atau akhlak Islam, sehingga dapat membentuk karakteristik muslim. 

2. Menguatkan birrul walidain, shilaturahim dan ukhuwah Islamiyah, serta mencegah segala hal yang dapat merusak itu semua.

3. Melaksanakan peran dakwah, tarbiyah, amar ma’ruf nahi munkar, dan jihad fi sabilillah.

Risalah tentang Prioritas Amal Shalih juga dapat dilihat pada surat Al-Ashr dan Hadits Arbain Karya Imam An-Nawawi. Diantaranya hadits ke 29, tentang Pintu-pintu Kebaikan:

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رضي الله عنه قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِيْ الْجَنَّةَ، وَيُبَاعِدُنِي عَنِ النَّارِ، قَالَ : لَقَدْ سَأَلْتَنِي عَنْ عَظِيمٍ، وَإِنَّهُ لَيَسِيرٌ عَلَى مَن يَسَّرَهُ اللهُ عَلَيهِ: تَعْبُدَ اللهَ وَلاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصُومُ رَمَضَانَ، وَتَحَجُّ الْبَيْتَ، ثُمَّ قَالَ: أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ، والصَّدّقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ، وَصَلاَةُ الرَّجُلِ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ, قَالَ: ثُمَّ تَلاَ (تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِع )حَتَّى بَلَغَ (يَعْمَلُونَ) ثُمَّ قَالَ : (أَلاَ أُخْبِرُكَ بِرَأْسِ الأَمْرِ كُلِّهِ وَعَمُودِهِ وَذِرْوَةِ سَنَامِهِ؟ قُلْتُ: بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ, وَعَمُوْدُهُ الصَّلاَةُ, وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ. ثُمَّ قَالَ: أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمَلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ؟ قُلْتُ: بَلَى يَا نَبِيَّ اللهِ، فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ وَقَالَ: كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا. فَقُلْتُ : يَا نَبِيَّ اللهِ, وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُوْنَ بِمَا نَتَكَلًّمُ بِهِ؟ فَقَالَ : ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ، وَهَلْ يُكَبُّ النَّاسُ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ؟ رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ .

Dari Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu dia berkata: Aku berkata:” Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beritahukanlah kepadaku amalan yang dapat memasukkanku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka! Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Sungguh engkau telah bertanya tentang sesuatu yang besar, namun sungguh hal tersebut sangatlah mudah dikerjakan bagi yang dimudahkan  Allah, yaitu engkau hanya beribadah pada Allah subhanahu wa ta’ala semata dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan menunaikan ibadah haji.” Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan: ”Maukah aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan? Puasa itu adalah tameng, sedekah itu memadamkan (menghapuskan) kesalahan seperti air memadamkan api dan shalatnya seseorang pada tengah malam. Lalu beliau membaca: “Lambung-lambung mereka jauh dari tempat tidurnya.” (QS. As Sajdah : 16) Sampai pada firman-Nya: “..Yang telah mereka kerjakan.” Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali bersabda: “Maukah engkau aku beritahu pokok urusan agama ini, tiangnya dan puncak tertingginya?” Aku mengatakan: ‘Tentu, wahai Rasulullah. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan: “Pokok segala urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncak tertingginya adalah jihad.” Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Maukah aku beritahu tentang sesuatu yang bisa menguatkan semua itu?” Aku menjawab: ‘Tentu, wahai Nabi Allah.’ Maka Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang lisannya (lidahnya) dan bersabda: “Tahanlah (jagalah) ini!” Aku bertanya: ”Wahai Nabi Allah, apakah kita akan disiksa disebabkan apa yang kita ucapkan?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Alangkah sedihnya ibumu kehilanganmu wahai Muadz, bukankah manusia itu dilemparkan ke dalam neraka dengan wajah tersungkur tidak lain disebabkan hasil dari (apa yang mereka ucapkan) dari lisan-lisan mereka?” (HR. At Tirmidzi, dan dia berkata bahwa hadits ini hasan shahih)

Wallahu ’alam bis shawab

***

0 komentar:

Posting Komentar