Sabtu, 07 September 2024

NASEHAT ITU PAHIT.., TAPI MANIS BUAHNYA

 





Seorang putra merasa tidak suka tinggal di rumah, karena ayah ibunya selalu ‘ngomel’; ia tak suka bila ayahnya mengomelinya untuk hal-hal kecil ini

”Nak, kalau keluar kamar matikan kipas anginnya"

“Matikan TV, jangan biarkan hidup tapi tak ada yang menonton"

"Simpan pena di tempatnya, ambil yang jatuh ke kolong meja"

Tiap hari dia harus ta'at pada hal-hal ini sejak kecil, saat bersama keluarga di rumah.

Maka tibalah hari ini, saat dia menerima panggilan untuk wawancara kerja.

Dalam hati dia berkata: "Begitu mendapat pekerjaan, saya akan sewa rumah sendiri. Tak akan ada lagi omelan ibu ayah," begitu pikirnya


Ketika hendak pergi untuk interview, ayahnya berpesan, ”Nak, jawablah pertanyaan yang diajukan tanpa ragu-ragu, bahkan jika engkau tidak tahu jawabannya, katakan sejujurnya dengan percaya diri.. ” 


Setiba di pusat wawancara, diperhatikannya bahwa tidak ada penjaga keamanan di gerbang. Meskipun pintunya terbuka, gerendelnya menonjol keluar, dan bisa membuat yang lewat pintu itu menabrak atau bajunya tersangkut gerendel, dia geser gerendel ke posisi yang benar, menutup pintu dan masuk menuju kantor.


Di kedua sisi jalan dia lihat tanaman bunga yang indah. Tapi ada air mengalir dari selang dan tak ada seorang pun disekitar situ. Air meluap ke jalan setapak, diangkatnya selang dan diletakkannya di dekat salah satu tanaman dan melanjutkan kembali langkahnya.


Tak ada seorang pun di area resepsionis. Namun, ada petunjuk bahwa wawancara di lantai dua. Dia perlahan menaiki tangga. Lampu yang dinyalakan semalam masih menyala, padahal sudah pukul 10 pagi. Peringatan ayahnya terngiang di telinganya: "Mengapa kamu meninggalkan ruangan tanpa mematikan lampu!" Dia merasa agak jengkel oleh pikiran itu, namun dia tetap mencari saklar dan mematikan lampu.


Di lantai atas di aula besar dia lihat banyak calon duduk menunggu giliran. Melihat banyaknya pelamar, dia bertanya-tanya, apakah masih ada peluang baginya untuk diterima. Dia pun menuju aula dengan sedikit gentar dan menginjak karpet dekat pintu bertuliskan "Selamat Datang”. Diperhatikannya bahwa karpet itu terbalik. Spontan saja dia betulkan, walau dengan sedikit kesal. 


Dilihatnya di beberapa baris di depan banyak yang menunggu giliran, sedangkan barisan belakang kosong. Terdengar suara kipas angin, Dimatikannya kipas yang tidak dimanfaatkan dan duduk di salah satu kursi yang kosong. Banyak pria memasuki ruang wawancara dan segera pergi dari pintu lain. Sehingga tak mungkin ada yang bisa menebak apa yang ditanyakan dalam wawancara. Tibalah gilirannya, Dia masuk dan berdiri di hadapan pewawancara dengan agak gemetar dan pesimis.


Sesampainya di depan meja, pewawancara langsung mengambil sertifikat, dan tanpa bertanya langsung berkata "Kapan Anda bisa mulai bekerja ?”

Dia terkejut dan berpikir, "Apakah ini pertanyaan jebakan, atau tanda bahwa telah diterima untuk bekerja disitu ?" Dia bingung


“Apa yang Anda pikirkan?" tanya sang pewawancara lalu melanjutkan: "Kami tidak mengajukan pertanyaan kepada siapa pun di sini, sebab hanya dengan mengajukan beberapa pertanyaan, kami tak akan dapat menilai siapa pun. 

Tes kami adalah untuk menilai sikap orang tersebut.

Kami melakukan tes tertentu berdasarkan sikap para calon, kami mengamati setiap orang melalui CCTV, apa saja yang dilakukannya ketika melihat gerendel di pintu, selang air yang mengalir, keset "selamat datang" yang terbalik, kipas atau lampu yang tak perlu, dan Anda satu-satunya yang melakukan itu. Itu sebabnya kami memutuskan untuk memilih Anda". 


Hatinya terharu, dia ingat ayahnya. Dia yg selama ini selalu merasa jengkel terhadap disiplin dan omelan ibu & ayahnya, kini dia menyadari bahwa justru omelan dan disiplin yang ditanamkan orangtuanyalah yang membuatnya diterima pada perusahaan yang diinginkannya.

Kekesalan dan kemarahannya pada ayahnya & ibunya seketika sirna, dalam hatinya teringat benarlah sebuah hikmah yang mengatakan org tua itu adalah jalan Surga buat anak-anaknya, ternyata surga itu sebagiannya ada di dunia ini.


“Hanya Anda satu-satunya yang melakukan apa yang kami harapkan dari karakter seorang manajer, maka kami putuskan menerima Anda bekerja disini” kata sang Pewawancara.


_Ayah, ibu ma'afkan anakmu...,_ bisiknya dalam hati penuh rasa haru dan bersyukur...


Smoga Bermanfaat...


๐Ÿ™๐ŸผM. Apud Kusaeri, S.Pd, M.Si

Trainer, Writer, Traveler www.trustco.co

0 komentar:

Posting Komentar