Rabu, 09 Juli 2025

KEUTAMAAN BERDAKWAH

 


Oleh: Aunur Rafiq Saleh


1- Berdakwah (mengajak manusia) kepada Allah merupakan kemuliaan sangat besar bagi sang dai. Karena jalan ini ditempuh oleh para imam dan orang-orang mulia sebelumnya terutama para Rasul Allah. Renungkanlah betapa mulianya para teladan tersebut. Karena itu, melakukan dakwah berarti mengikuti jejak langkah dan petunjuk mereka. Firman Allah:


اُولٰٓئِكَ  الَّذِيْنَ  هَدَى  اللّٰهُ  فَبِهُدٰٮهُمُ  اقْتَدِهْ  ۗ قُلْ  لَّاۤ  اَسْـئَلُكُمْ  عَلَيْهِ  اَجْرًا  ۗ اِنْ  هُوَ  اِلَّا  ذِكْرٰ ى  لِلْعٰلَمِيْنَ


"Mereka itulah (para nabi) yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah (Muhammad), Aku tidak meminta imbalan kepadamu dalam menyampaikan (Al-Qur'an). Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk (segala umat) seluruh alam." (QS. Al-An'am: 90)


2- Berdakwah mengajak manusia kepada Allah berarti menerangi jalan orang-orang yang sedang kebingungan, atau tidak mengetahui apa tujuan hidup mereka dalam kehidupan ini, atau meningkatkan kebaikan yang telah mereka miliki. Betapa banyak program dan agenda dakwah yang menjadi sebab bagi seorang pemuda atau seseorang yang sedang lalai lalu mendapatkan hidayah dan menyadari apa tujuan keberadaan mereka di muka bumi ini sehingga hidup mereka bermakna dan tidak hampa. 


3- Berdakwah mengajak manusia kepada Allah juga menjadi sebab peneguhan bagi dai di atas agama Allah. Firman Allah:


يٰۤـاَيُّهَا  الَّذِيْنَ  اٰمَنُوْۤا  اِنْ  تَـنْصُرُوا  اللّٰهَ  يَنْصُرْكُمْ  وَيُثَبِّتْ  اَقْدَا مَكُمْ


"Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS. Muhammad: 7)


Seharusnya hal ini menjadi kabar gembira, motivasi dan semangat bagi setiap orang yang tergabung dalam kafilah dakwah, karena Allah meneguhkannya di atas agama ini sebagai ganjaran bagi jerih payahnya dan perjuangan dakwahnya.


Dengan menyampaikan ajaran-ajaran Islam dan nilai-nilai kebaikan kepada mad'u, sebenarnya pihak yang pertama kali mendapatkan kebaikannya adalah sang dai itu sendiri sebelum mad'u sehingga ia selalu terdorong untuk komit dengan nilai-nilai yang disampaikannya. Apalagi jika dia selalu mengingat prinsip dakwah yang disebutkan Allah dalam firman-Nya:


كَبُرَ  مَقْتًا  عِنْدَ  اللّٰهِ  اَنْ  تَقُوْلُوْا  مَا  لَا  تَفْعَلُوْنَ


"(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS. As-Saff: 3)


Bahkan dalam fakta realitas, salah satu sebab terjadinya futur dan kelemahan dalam berkomitment dengan ajaran Islam di kalangan sebagian dai adalah karena dia berhenti berdakwah dan membina. 


3- Para dai harus memerhatikan taurits dakwah (pewarisan dakwah) kepada generasi muda dengan membina mereka untuk terlibat aktif melakukan dakwah dan memiliki semangat yang tinggi dalam menyampaikan dakwah kepada saudara-saudaranya yang belum tersentuh nilai-nilai Islam. Dengan cara ini para dai dengan ijin Allah bisa mewariskan semangat dakwah di dalam jiwa mereka secara berkesinambungan.


Masalah taurits dakwah ini harus mendapatkan perhatian besar dan benar-benar berjalan prosesnya dan tidak boleh terhenti. 


Salah satu keistimewaan generasi terbaik (generasi sahabat) adalah kemampuan generasi ini dalam mewariskan Islam dan dakwahnya kepada generasi berikutnya, tabi'in. Bahkan al-Qur'an menyebutkan dan mengabadikan keistimewaan ini di dalam salah satu ayatnya:


وَا لسّٰبِقُوْنَ  الْاَ وَّلُوْنَ  مِنَ  الْمُهٰجِرِ يْنَ  وَا لْاَ نْصَا رِ  وَا لَّذِيْنَ  اتَّبَعُوْهُمْ  بِاِ حْسَا نٍ  ۙ رَّضِيَ  اللّٰهُ  عَنْهُمْ  وَرَضُوْا  عَنْهُ  وَاَ عَدَّ  لَهُمْ  جَنّٰتٍ  تَجْرِ يْ  تَحْتَهَا  الْاَ نْهٰرُ  خٰلِدِيْنَ  فِيْهَاۤ  اَبَدًا  ۗ ذٰلِكَ  الْـفَوْزُ  الْعَظِيْمُ


"Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung." (QS. At-Taubah: 100)


4- Berdakwah dan membina para mad'u juga bisa menambah banyak kebaikan yang mungkin tidak terbayangkan dalam pikiran. Karena Nabi saw bersabda:


مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا 


"Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk (kebaikan), maka ia akan mendapatkan pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. "(Muslim 4831)


Bisa jadi satu fikrah dakwah atau nasehat yang disampaikan berkesan dan membekas dalam hati dan pikiran banyak orang hingga menggerakkan mereka untuk berbuat kebaikan lalu kebaikan ini terus bergulir hingga orang yang menyampaikannya mendapatkan pahalanya terus menerus bahkan setelah kematiannya.


Nabi saw bersabda:


إن العبد لَيَتَكَلَّمُ بالكلمة من رِضْوَانِ الله تعالى ما يُلْقِي لها بَالًا يَرْفَعُهُ الله بها درجاتٍ،


"Sungguh seorang hamba berbicara dengan satu perkataan yang mengundang keridaan Allah -Ta'ālā- namun dia tidak memedulikannya; tetapi dengan perkataan itu Allah menaikkannya beberapa derajat." (Bukhari dan Muslim)

Senin, 07 Juli 2025

KESEIMBANGAN DALAM KEPEMIMPINAN

 




وَاَخِيْ هٰرُوْنُ هُوَ اَفْصَحُ مِنِّيْ لِسَانًا فَاَرْسِلْهُ مَعِيَ رِدْءًا يُّصَدِّقُنِيْٓ  ۖاِنِّيْٓ اَخَافُ اَنْ يُّكَذِّبُوْن

_Adapun saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku.Maka, utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)-ku. Sesungguhnya aku takut mereka akan mendustakanku.”_

(QS.al-Qaṣaṣ [28]:34)


Salah satu permohonan Nabi Musa ketika dinobatkan sebagai utusan Allah saat berada di "Thuwa, lembah yang suci" adalah agar kakaknya, Harun diangkat menjadi nabi.*(QS.al-Qasas[18]:34)* Permohonan ini dikabulkan oleh Allah SWT. _“Sungguh, telah diperkenankan permintaanmu, wahai Musa."_

*(QS.Ṭāhā [20]:36)*


Tujuan Musa mengajukan Harun adalah untuk memperkokoh barisan dakwah, mendapatkan bahu yang siap memikul beban-beban dakwah ,_"rid'an yushaddiquni/pembantu yang membenarkan dakwahku."_ *(QS.al-Qasas[28]:34).*

'Membenarkan dakwah' bukan sekedar membenarkan setiap apa yang disampaikan nabi Musa, tetapi menjadi pembela dakwah baik melalui hujjah maupun pembelaan fisik.Sebagaimana Abu Bakar as-Shiddiq dalam membela dakwah Rasulullah SAW; membenarkan setiap yang disampaikan oleh Rasulullah dan mengorbankan hartanya untuk dakwah.


Mengapa nabi Musa a.s. mengajukan Harun yang notabene keluarganya sendiri,

 _"Wazīran min ahli/pembantu dari keluargaku."_ *(QS.Tāha[29]:20)* ? 


Penopang utama dakwah selalu datang dari keluarga terdekat.Rasulullah sendiri diperintahkan oleh Allah untuk memulai dakwahnya dari lingkaran keluarga terdekat. 

وَاَنْذِرْ عَشِيْرَتَكَ الْاَقْرَبِيْنَ ۙ

_Berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat._

*(Asy-Syu‘arā' [26]:214)*


Disamping itu, Harun memiliki kelebihan-kelebihan yang sangat menopang tugas dakwah sang adik. Harun lebih lihai dalam menyampaikan retorika dakwah, _"huwa afsahu minni lisāsan/dia (Harun) lebih fasih daripada aku."_ *(QS.al-Qasas[28]:34)*


_Afsahu lisānan_ (lebih faseh lisannya) bukan sekedar lihai  dalam beretorika, tetapi kemampuan memahami karakter dan sifat audiens dakwah (mad'u).Harun tidak pernah meninggalkan Mesir, ia lebih memahami karakter bani Israel dan koptik, penduduk asli Mesir.Sementara Musa cukup lama meninggalkan Mesir dan tinggal di Madyan, kembali ke tanah kelahirannya setelah menikah dengan putri Syu'aib , gadis Madyan.


Kelebihan lain yang dimiliki oleh nabi Harun, menurut ahli tafsir adalah bahwa Harun  lebih lembut dan lebih mampu menahan emosi. Oleh sebeb itu ketika Musa menarik jenggotnya, Harun hanya mengatakan, _"Wahai putra ibuku, janganlah engkau tarik janggutku dan jangan (pula engkau jambak rambut) kepalaku."_*(QS.Ṭāhā [20]:94)*


Dua nabi bersaudara yang diutus Allah kepada Fir'aun dan bani Israel, bukan hanya bertugas menyampaikan pesan-pesan langit, tetapi dipersiapkan oleh Allah untuk menjadi pemimpin yang akan memimpin Mesir setelah Fir'aun dan bala tentaranya binasa.


Perpaduan antara karakter Musa yang tegas dan karakter Harun yang lembut,  _'alaihimas salām,_ tentu sangat bermanfaat dalam menjalankan tugas kenabian dan  kepemimpinan mereka.


Dalam kepemimpinan, kata Ibnu Taimiyah, dibutuhkan perpaduan antara karakter yang tegas dengan karakter yang lembut.Ketika Abu Bakar menjadi khalifah, yang menjadi pendamping khalifah yang terkenal lembut itu adalah Umar bin Khattab, sosok tegas dan pemberani. 


Ketika Umar bin Khattab yang menjadi Amirul Mukminin, maka beliau menggantikan Khalid bin Walid yang dikenal tegas dan pemberani, dengan Abu Ubaidah Ibnul Jarrah yang dikenal lembut.Tujuannya, kata Ibnu Taimiyah, "liya'tadilal amru /agar terjadi equilibrium (keseimbangan) dalam kepemimpinan." 


والله أعلم بالصواب 



Jadilah pribadi yang Punya Kecerdasan Sosial yang Peduli Kepada Sesama

 


Kepedulian Kepada Sesama menjadi salah satu sikap yang menunjang kehidupan bersosialisasi. Menerapkan sikap ini bisa mendorong setiap orang lebih bahagia dan berdaya bagi lingkungannya.

 

1. Menumbuhkan empati dalam dalam diri


Empati memiliki arti sebagai keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan, perasaan, atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Dengan kata lain, orang dengan rasa empati yang tinggi ini mampu mengidentifikasi situasi dan kondisi apabila dirinya berada di posisi orang lain. 

Seseorang dengan rasa empati dalam diri akan mempertimbangkan baik dan buruk segala ucapan maupun tindakan. Berakar dari melindungi lingkungan dari konflik inilah, kepedulian untuk melindungi sesama akan bertumbuh. Mulai dari menjaga perasaan sesama, kemudian berkembang untuk memberdayakan diri bagi kebaikan di lingkungannya. 

Siap untuk berdayakan kebaikan ini?

 

2. Memberdayakan kebaikan diri untuk lingkungan

Bagaimana caranya? Mulai dari setiap langkah kecil kebaikan dengan menerapkannya kepada orang-orang yang membutuhkan. Kebaikan ini juga beragam, bisa emosional, materi, maupun tenaga. Sahabat  dapat melakukannya di lingkungan terkecil seperti rumah, lingkungan tetangga rumah, hingga setiap jalan yang dilalui setiap harinya. 

Banyak yang bisa kita lakukan lho. Untuk lingkup keluarga, bisa membantu anggota rumah perempuan yang mengerjakan pekerjaan rumah. Lingkup tetangga, Sahabat Inisiator bisa bergotong-royong melakukan kerja bakti. Pada lingkup lebih luas, lakukanlah minimal dua kali sebulan untuk memberikan sekotak makan siang bagi pemulung di jalan raya. 

Bayangkan saja betapa bahagianya, apabila kita yang menerima kebaikan-kebaikan ini.

 

3. Berpartisipasi dalam aksi kemanusiaan

Bahwa berkolaborasi dengan sebuah kelompok mampu membuat setiap kebaikan lebih luas manfaatnya. Selain meningkatkan rasa kepedulian terhadap sesama, berpartisipasi dalam aksi kemanusiaan juga mendukung mereka yang prasejahtera menjadi semakin berdaya dengan cara yang memartabatkan. 


 

4. Menggerakkan kebaikan dari jauh

Meyakini semua bahwa tidak ada yang mampu menghentikan setiap langkah kebaikan. Meskipun raga tidak bisa bergerak dalam kerelawanan, namun kebaikan akan terus bergerak mencari yang membutuhkan. 

Para pegiat kebaikan dapat menyalurkan kepeduliannya melalui semangat berbagi. Langkah ini menjadi dukungan bagi aksi-aksi dalam mendukung penanggulangan masalah kemanusiaan. 

 

Meskipun raga tidak bisa bergerak dalam kerelawanan, namun kebaikan akan terus bergerak menghampiri yang membutuhkan. Yuk, teruskan langkah-langkah kebaikan yang telah kamu lakukan dan lengkapi bersama kerja-kerja kemanusiaan.

Minggu, 06 Juli 2025

Membicarakan Kezaliman Orang Zalim

 



_Assalamu'alaikum, ustadz izin meneruskan pertanyaan teman. Bagaimana hukumnya dalam islam jika membicarakan orang yg berbuat zalim?


🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃


Wa'alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh 


Membicarakan orang zalim dan kezalimannya, orang jahat dan kejahatannya, jika kezaliman dan kejahatannya membahayakan orang lain, masyarakat, negara, dan agama .. maka membicarakannya bukanlah ghibah, bukan hal terlarang khususnya jika memiliki maslahat. Bahkan hal itu bisa dianggap sebagai mencegah kemungkaran atau meminimalisir kejahatan, agar orang-orang bisa mengantisipasi kezaliman dan kejahatan orang tersebut. 


Imam An Nawawi Rahimahullah dalam _Riyadhushshalin_-nya mengategorikan ini dalam ghibah yang diperbolehkan:


باب ما يُباح من الغيبة .....الرابع: تحذير ا لمسلمين من الشر ونصيحتهم, وذلك من وجوه 


_Bab Ghibah Yang Diperbolehkan ... Keempat: Memperingatkan kaum muslimin dari kejahatan dan menasihati mereka. Hal ini terdiri berbagai macam model._


Al 'Allamah Yusuf Al Qaradhawi Rahimahullah menjelaskan:


أما المسلمون المجاهرون بالفسق والفجور وأصحاب البدع والمعتقدات الفاسدة، فيجوز ذكر مساوئهم إذا كان فيه مصلحة تدعو إليه، كالتحذير من حالهم، والتنفير من أفعالهم.


_Adapun kaum Muslimin yang secara terang-terangan menampakkan kefasikan, kejahatan, serta para pelaku bid‘ah dan penganut keyakinan yang menyimpang, maka diperbolehkan untuk menyebutkan keburukan dan penyimpangan mereka apabila terdapat maslahat yang dibenarkan syariat, seperti untuk memberikan peringatan kepada umat terhadap kondisi mereka, atau dalam rangka menjauhkan masyarakat dari perilaku dan ajaran yang mereka bawa._*(Al Qaradhawi, _Fiqhush Shalah_, hal. 694. Dar Asy Syamiyah, Turki)*


Bahkan, berkata-kata buruk pun dibolehkan untuk para pelaku kezaliman. Dalilnya adalah:


لا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنْ الْقَوْلِ إِلاَّ مَنْ ظُلِمَ


_”Allah tidak menyukai ucapan buruk yang diucapkan terang-terangan *kecuali oleh orang yang dianiaya/di zhalimi.”*_ (QS An-Nisaa’ ayat 148).


Juga,  Sabda Rasulullah ﷺ :


اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ هَذِهِ أُمَّتِي شَيْئاً فَرَفَقَ بِهِمْ، فَارْفُقْ بِهِ. وَمَنْ شَقَّ عَلَيْهَا فَاشْفُقْ عَلَيْهِ. رواه مسلم.


_“Ya Allah, siapa saja yang memimpin/mengurus urusan umatku ini, yang kemudian ia menyayangi mereka, maka sayangilah ia. Dan siapa saja yang menyusahkan mereka, maka *SUSAHKANLAH DIA”*._  *(HR. Muslim no. 1828)*


Ulama sekelas Imam Hasan Al Bashri Rahimahullah, yang melarang berontak kepada pemimpin zalim pun pernah berdoa buruk kepada tokoh zalim di masanya, yaitu Gubernur Al Hajjaj bin Yusuf Ats Tsaqafi:


اللَّهُمَّ يَا قَاصِمَ الْجَبَابِرَةِ اقْصِمِ الْحَجَّاجَ ابن يوسوف...


_“Ya Allah yang maha perkasa atas orang-orang zalim,  hancurkan dan binasakanlah Hajjaj Bin Yusuf...”_  *(Imam Ibnu Katsir, _Al Bidayah wan Nihayah,_ jilid. 9, hal. 117)*


Imam An Nawawi dalam _Al Adzkar_ membuat bab berjudul:


بابُ جَواز دُعاء الإِنسان على مَنْ ظَلَمَ المسلمين أو ظلَمه وحدَه


_Bab tentang dibolehkannya seseorang berdoa (keburukan) terhadap orang yang menzalimi kaum Muslimin atau menzaliminya secara pribadi._


Beliau  _Rahimahullah_ menjelaskan:


وَقَدْ تَظَاهَرَ عَلىَ جَوَازِهِ نُصُوْصُ الْكِتَابِ وَالسُنَةِ وَأَفْعَالُ سَلَفِ الْأُمَةِ وَخَلَفِهَا


_“Telah jelas kebolehan hal tersebut,  berdasarkan nash-nash Al-Qur`an dan As-Sunnah. Juga berdasarkan perbuatan generasi umat Islam terdahulu (yaitu salaf) maupun generasi terkemudian (khalaf).”_ *(Al Adzkar, jilid. 1, hal. 493)*


Para salaf pun menjelaskan, membicarakan orang zalim bukanlah ghibah, misalnya pemimpin yang zalim, juga orang fasiq, dan pembawa kesesatan:


قال ابن عيينة: «ثلاثةٌ ليست لهم غيبة: الإمام الجائر، والفاسق المعلِنُ بفسقهِ، والمبتدعُ الذي يدعو الناس إلى بدعته»


_Sufyan bin 'Uyainah berkata:_


_Ada tiga hal yang bagi mereka tidak termasuk ghibah:_


- _Menggunjing pemimpin yang zalim_

- _Orang fasik yang terang-terangan kefasikannya_

- _Ahli bid'ah yang mengajak manusia kepada kebid'ahannya_


*(Al Baihaqi, Syu’abul Iman No. 6374)*


قال الحسن البصري: «ثلاثةٌ ليست لهم حُرمةٌ في الغيبة: فاسقٌ يعلنُ الفسقَ، والأميرُ الجائر، وصاحب البدعة المعلِنُ البدعة»


_Hasan Al Bashri berkata:_


_Ada tiga hal yang tidak diharamkan mengghibah mereka:_


- _Orang fasik yang terang-terangan fasiknya_

- _Pemimpin yang zalim_

- _Pelaku bid'ah yang terang-terangan bid'ahnya_


*(Al Baihaqi, Syu’abul Iman No. 9221)*


قال إبراهيم: قال: «ثلاثٌ كانوا لا يعدُّونهنَّ من الغيبة: الإمامُ الجائر، والمبتدع، والفاسقُ المجاهر بفسقه»  


_Ibrahim An Nakha'i berkata:_


_Ada tiga hal yang tidak dihitung sebagai ghibah:_


- _Pemimpin yang zalim_

- _Pelaku bid'ah_

- _Orang fasik yang terang-terangan kefasikannya_


*(Ibnu Abi ad Dunya, Ash Shamtu, hal. 142)*


Ada pun jika orang zalim itu melakukan kesalahan pribadi, aib pribadi, yang dampaknya merugikan diri sendiri saja, maka seperti ini tidak boleh disebarkan. 


Demikian. Wallahu A'lam



Jumat, 04 Juli 2025

Puasa Tasu'a, Asura & Ihda Asar

 





Bulan ini adalah bulan Muharram salah satu diantara bulan bulan Haram (mulia) diantaranya Muharram, Rajab, Dzul Qaidah dan Dzul Hijjah. Kita dianjurkan banyak berbuat kebajikan.


Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an:

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ

Artinya: Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah 12 bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu (QS At Taubah [9]: 36).


Besok hari Sabtu tgl 09 Muharram kita dianjurkan berpuasa Tasu'a (9), Asura (10) dan Ihda Asar (11).


وَعَنْ أَبِي قَتَادَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ سُئِلَ عَنْ صِيَامٍ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ: «يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Artinya: Dari Abu Qatadah RA bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa hari Asyura. Beliau menjawab, "Puasa tersebut dapat melebur dosa setahun yang lalu." (HR Muslim).


عَنِ ابْنِ عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا مَرْفُوعًا: صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا الْيَهُودَ، صُومُوا يَوْمًا قَبْلَهُ أَوْ يَوْمًا بَعْدَهُ (رواه أحمد) 


Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra dengan status marfu (Rasulullâh bersabda): ‘Puasalah kalian pada hari Asyura dan bedakan dengan kaum Yahudi, puasalah kalian sehari sebelum atau sesudahnya’.” (HR Ahmad)

Jadilah Aktivis Risk Taker, Bukan Aktivis Safety Player

 




✍️ Sebuah Inspirasi dari salah satu ceramah Ustadz Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) dalam acara Haul ke-5 KH. Hilmi Aminuddin



Dalam dunia dakwah, kenyamanan sering kali menjadi jebakan. Rutinitas bisa membuat kita terlena, dan stabilitas kadang menjadi alasan untuk tidak lagi bergerak maju. Di tengah tantangan zaman yang terus berubah, Ustadz Luthfi Hasan Ishaaq mengingatkan kita dengan kalimat tajam namun penuh makna:


"*Jadilah aktivis risk taker, bukan aktivis safety player."*


Sebuah ajakan yang mengguncang kesadaran kita—bahwa dakwah bukan untuk sekadar survive, tapi untuk menang. Bukan untuk mempertahankan zona nyaman, tapi untuk menaklukkan tantangan zaman.



*🔥 Risk Taker: Aktivis Perubahan*


Aktivis risk taker adalah mereka yang:


* Siap keluar dari zona nyaman,

* Berani menawarkan gagasan baru meski belum populer,

* Tidak takut gagal karena yakin akan misi dakwah,

* Rela berkorban waktu, tenaga, bahkan posisi demi kebenaran.


*📖 Hasan Al-Bannā (MR):*

“_Hendaklah kamu menjadi manusia yang bekerja dan beramal, bukan hanya pengamat yang berdiri menunggu hasil_.”

(Majmū‘at ar-Rasā’il, Risalah Dakwah Kami, p. 285)


Mereka adalah pelopor. Yang berani menyuarakan kebenaran di tengah tekanan, mendobrak sistem yang stagnan, dan melangkah ke medan dakwah meski harus dibayar dengan celaan, kesendirian, atau bahkan kehilangan jabatan.



🛑 *Safety Player: Penjaga Status Quo*


Sebaliknya, aktivis safety player:


* Takut melangkah karena khawatir kehilangan amanah atau penerimaan,

* Lebih fokus pada kestabilan pribadi ketimbang perubahan besar,

* Diam saat kebatilan terjadi karena ingin menghindari konflik.


📖 *Manhaj Islah (MI):*

“_Gerakan islah tidak boleh tunduk pada ketakutan terhadap risiko duniawi, karena perubahan selalu menuntut keberanian dan pengorbanan_.”

(MI, Bab 3: Prinsip dan Sikap Mental Mujaddid)


Mereka mungkin aktif, tapi hanya dalam batas yang aman. Mereka hanya bicara saat semua sudah sepakat, dan hanya bergerak jika yakin tidak ada risiko bagi dirinya.



*📖 Al-Qur’an Sudah Mengingatkan*


"*_Apakah kalian mengira akan masuk surga padahal belum datang ujian seperti umat terdahulu?"_*

(QS Al-Baqarah: 214)


Dakwah bukan jalan datar. Ia penuh tanjakan, lubang, dan badai. Tapi justru di situlah nilai keberanian diuji.



🧠 *Apa yang Membentuk Risk Taker Sejati?*


Untuk menjadi aktivis risk taker, seseorang perlu memiliki:



1️⃣ *Keimanan yang Kuat*


Ia yakin bahwa risiko dunia tak sebanding dengan pahala akhirat.

"*_Jika kalian menolong agama Allah, maka Allah akan menolong kalian_*." (QS Muhammad: 7)


📖 *Hasan Al-Bannā (MR):*

“_Iman yang mendalam akan melahirkan semangat perjuangan, dan perjuangan yang sejati tidak akan gentar menghadapi tantangan.”_

(Risalah al-Mu’tamar al-Khamis, MR p. 169)



2️⃣ *Kesadaran Misi Hidup*


Ia tahu bahwa hidup bukan untuk mencari aman, tapi untuk memberi makna.

"*_Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah_*." (QS Al-An’am: 162)



3️⃣ *Teladan Para Nabi dan Pejuang*


Ia belajar dari para nabi dan sahabat yang berani mengambil risiko demi dakwah.


📖 MI:

“_Para nabi adalah contoh nyata bahwa perubahan hanya dimungkinkan oleh keberanian spiritual dan pengorbanan sosial_.”

(MI, Bab 1: Fungsi dan Watak Dakwah Islahiyah)



4️⃣ *Kemampuan Mengelola Takut*


Ia punya mentalitas tawakkal: siap gagal, asal mulia.

"*_Jika kamu telah bertekad, maka bertawakallah kepada Allah._*" (QS Ali Imran: 159)



5️⃣ *Lingkungan yang Mendukung*


Struktur dakwah yang suportif, memberi ruang untuk ide, inisiatif, dan keberanian.


📖 MR:

“_Jamaah dakwah harus menjadi wadah yang membebaskan energi perubahan, bukan struktur yang membungkam keberanian.”_

(Majmū‘at ar-Rasā’il, Risalah Ta’lim, Pasal 20)



6️⃣ *Kepemimpinan Visioner*


_Pemimpin yang membakar semangat, bukan yang mematikan nyali._



✅ *Kesimpulan: Aktivis Sejati Adalah Mereka yang Siap Membayar Harga*


🔹 Risk taker mempercepat kemenangan.

🔹 Safety player memperlambat gerakan.

🔹 Dakwah butuh orang-orang yang nekat karena iman, bukan takut karena kenyamanan.

Senin, 30 Juni 2025

TAKWINUL UMMAH DAN HARAKATUL INQADZ

 



Dulu murabbi saya sering mengingatkan apa yang sedang kita lakukan ini bukanlah harakah tarbiyah. Bukan gerakan pengajian seperti ibu ibu majelis taklim yang pengajiannya bisa 3 kali sepekan dari masjid satu ke masjid yang lain. Yang tergetnya senang ngaji, menambah ilmu dan rajin melaksanakan ibadah ibadah harian.


Adapun yang kita lakukan sekarang ini adalah tarbiyah harakiyah yang arahnya nanti adalah bukan sekedar lahirnya syakhsiyah islamiyah tetapi lahirnya syakhsiyah daiyah dan syakhsiyah harakiyah yang merupakan pilar utama untuk melakukan harakatul inqadz (gerakan penyelamatan). 


Itulah mengapa (saat ini) kita lebih memprioritaskan merekrut generasi muda.


Harakatul Inqaadz maksudnya adalah gerakan penyelamatan yang wajib ada dalam masyarakat untuk mencegah merajalelanya kemaksiatan dan membawa manusia kembali ke jalan Allah. 


Setelah itu beliau menjelaskan tentang hubungan antara Takwinul ummah dan harakatul inqadz.


Kondisi umat (Islam) saat ini 'adamul izzah, tidak punya izzah. 


Umat Islam teralieanasi, terasing, terpinggirkan dan tidak punya posisi tawar yang menguntungkan.


Kita memerlukan harakatul inqadz untuk terbentuknya umat (takwinul ummah) yang berwibawa, dihormati dan disegani.


Untuk itu tarbiyah merupakan upaya untuk mewujudkan pilar pilar untuk melakukan gerakan tersebut, yaitu individu individu yang memiliki:


*Syakhsiyah Islamiyah.*


Yaitu individu muslim yang lurus aqidahnya (salimul aqidah), benar ibadahnya (shahihul ibadah) dan baik akhlaknya (matinul khuluq).

Mereka memiliki niat yang ikhlas, semangat dalam beribadah (mis, amal yaumian), dan berkarakter positif.


*Syakhsiyah Daiyah*


Yaitu individu yang memiliki semangat untuk melakukan perbaikan untuk dirinya dan orang lain. 


Dia tidak bisa puas dengan hanya menikmati indahnya Islam dan nikmatnya ibadah untuk dirinya sendiri. 


Dia ingin mengajak sebanyak mungkin orang bisa menikmati Islam. 


Syakhsiyah da'iyah dijelaskan di dalam Al-Quran dengan firman-Nya:


كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ 


"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” (QS. Ali Imran, 3: 110).


Juga firman Nya:


“Katakanlah: 'Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (12:108), dan


“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang berdakwah (menyeru) kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?’” (Fushilat, 41: 33).


*Syakhsiyah Harakiyah.*


Upaya dalam melakukan amar makruf nahi mungkar tidak bisa dilakukan secara individual. Karenanya, kata ustadz Hilmi, 


"Amar makruf nahi mungkar adalah usaha mengkonsolidasikan anasir kebajikan agar mampu mengeser dan menggusur aliansi kemaksiatan".


Sejak dulu kemaksiatan selalu terorganisir, seperti contohnya aliansi Fir'aun, Qarun dan Haman. 


Maka kata Imam Ali: "Kebaikan yang tidak terorganisir akan kalah dengan keburukan yang terorganisir" 


Individu dai yang memiliki karakter syakhsiyah harakiyah dalam dirinya tertanam takwinur ruhul jama'ah. 


Selalu memiliki kesadaran untuk mengutamakan persatuan, memaklumi perbedaan, mengedepankan persaudaraan dan bergerak secara terorganisir bersama jamaah dan qiyadah mukhlishah mustaqimah 'ala awamirillah. 


Karena harakatul inqadz bukanlah gerakan individual tetapi gerakan bersama (amal jamai). Yaitu kerja sama bahu membahu yang terstruktur dan terorganisir dibawah satu komando dan satu perintah.


Sebagaimana firman Allah:


“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (Al-Maidah: 2).


Sabda Nabi saw:


“Saya perintahkan kalian dengan lima kata yang diperintahkan Allah kepadaku: Berjama’ah, mendengar, taat, hijrah dan jihad di jalan Allah. Siapa yang keluar dari jama’ah sejengkal maka ia telah melepas ikatan Islam dari lehernya kecuali kembali lagi”. (Ahmad, 4/130, 202, 344, Tirmidzi, 2863, dan Ibnu Khuzaimah, 1895).


Idealnya, seorang KI yang sudah melalui seleksi yang benar adalah individu yang memiliki ketiga syakhsiyah tersebut. Sehingga ia merupakan bagian dari harakatul inqadz. Kalau tidak, mungkin ada masalah dalam proses seleksinya.


Boleh jadi dia tidak lulus tetapi lolos! Atau diloloskan. Wallahua'lam bi shawab 

Sabtu, 28 Juni 2025

HIJRAH ITU SINGKATAN

 



Tanggal 1 Muharam merupakan momen hijrah Nabi Muhammad saw dari Mekah ke Madinah. Banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari peristiwa hijrah Nabi saw.


Tapi, HIJRAH itu juga singkatan. Kepanjangan, 


H-nya adalah : Hati yang selalu terpaut kepada Allah SWT.


"Dan dari manapun engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam, sesungguhnya itu benar-benar ketentuan dari Tuhanmu..." (Qs. 2 ayat 149).


I-nya adalah : Inisitiaf yang selalu menjauhi dosa.


"Yaitu orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Rabbmu Mahaluas Ampunan-Nya" (Qs. 53 ayat 32).


J-nya adalah.


Jejak Nabi saw yang selalu menjadi teladan.

"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah" (Qs. 33 ayat 21).


R-nya adalah : Ridho yang selalu diharapkan dari Allah.


"Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridaan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya" (Qs. 2 ayat 207).


A-nya adalah : Ambisi yang selalu mencari pahala.


"Barangsiapa berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami akan memberinya pahala yang besar. (Qs. 4 ayat 114).


H-nya adalah : Husnul khotimah yang selalu menjadi cita-cita tertinggi.


"Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, dan matikanlah kami beserta orang-orang yang berbakti" (Qs. 3 ayat 193).


Tanpa melakukan enam hal tersebut sulit bagi seseorang untuk dapat hijrah (berpindah) dari :


-Kekufuran kepada Islam

-Kegelapan kepada cahaya

-Kebatilan kepada kebenaran

-Keburukan kepada kebaikan 

-Kemunafikan kepada keimanan


"Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Thagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus" (Qs. 2 ayat 256).


"Hijrah itu tiap hari dan harus diupayakan dengan segenap jiwa dan raga."


*Selamat Tahun Baru 1447 Hijriyah*



Sabtu, 21 Juni 2025

ATTENTION YOUR MOTIVE

 


Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ menyampaikan kisah yang mengejutkan dan menggugah hati. Tiga orang pertama yang diadili pada hari kiamat ternyata bukan orang biasa. Mereka adalah orang-orang yang dikenal sebagai pejuang (syuhada), alim (ahli ilmu dan qari’), serta dermawan (filantropis).


Namun yang mengejutkan, ketiganya justru dimasukkan ke dalam neraka. Mengapa?


1. Pejuang yang Tampak Gagah


Orang pertama adalah seorang yang mati syahid. Ia dibawa ke hadapan Allah dan ditanya tentang amalnya. Ia menjawab bahwa ia telah berjuang di jalan Allah hingga gugur. Tapi Allah menjawab:


“Kamu berdusta. Kamu berperang agar disebut pemberani, dan itu sudah dikatakan orang.”


Akhirnya ia diseret dan dilempar ke neraka. Padahal di mata manusia, ia adalah pahlawan.


2. Ahli Ilmu dan Qari’


Orang kedua adalah seorang yang rajin belajar agama, mengajar, dan membaca Al-Qur’an. Ia juga ditanya tentang amalnya. Ia mengaku melakukannya karena Allah. Tapi Allah membantah:


“Kamu belajar agar disebut alim, dan membaca Al-Qur’an agar dipuji sebagai qari’. Itu sudah kamu dapatkan.”


Ia pun diseret ke neraka. Padahal orang-orang mengenalnya sebagai ustadz atau guru ngaji.


3. Orang Kaya Dermawan


Orang ketiga adalah seseorang yang diberi kekayaan dan banyak bersedekah. Ia juga ditanya dan mengaku bahwa semua harta itu telah ia infakkan di jalan Allah. Tapi Allah menjawab:


“Kamu berdusta. Kamu bersedekah agar dipuji sebagai orang dermawan, dan itu sudah kamu dapatkan.”


Ia juga diseret ke neraka. Padahal masyarakat memujinya sebagai tokoh kebaikan.



*Apa Pelajaran Besar dari Hadis Ini?*


✴️ *Niat Lebih Penting dari Amalan Lahiriah*


Ketiganya melakukan amalan luar biasa, namun niat mereka tidak lurus. Mereka melakukan amal bukan untuk mencari ridha Allah, tapi untuk mendapat pengakuan manusia.


Allah tidak menerima amal yang dilakukan dengan niat riya (ingin dipuji). Bahkan dalam hadis lain disebutkan:


“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya.” (HR. Bukhari & Muslim)


✴️ *Hati-Hati dengan Popularitas dan Pujian*


Zaman sekarang, banyak orang ingin dilihat baik di media sosial, disebut dermawan, atau dipuji karena aktivitas keagamaannya. Hadis ini menjadi peringatan keras agar kita tidak terjebak dalam amal yang hanya mengejar branding diri, tapi lupa pada keikhlasan hati.



*🧭 Bagaimana Cara Menghindarinya?*


Berikut beberapa langkah untuk menjaga keikhlasan:


1. Tanyakan diri sendiri sebelum beramal: “Untuk siapa aku melakukan ini?”


2. Sembunyikan sebagian amal kebaikan, seperti sedekah diam-diam, atau bangun malam tanpa harus posting.


3. Doa minta keikhlasan, karena menjaga niat itu sulit dan terus berubah.


4. Jangan tergantung pada pujian orang. Fokus saja agar Allah ridha.


Hadis ini bukan sekadar cerita, tapi peringatan keras dari Rasulullah ﷺ agar kita berhati-hati dengan niat kita. 


Amal yang besar tidak ada nilainya jika dilakukan untuk dilihat manusia. Tapi amal yang sederhana bisa sangat bernilai jika dilakukan semata-mata karena Allah.


Semoga kita semua termasuk orang-orang yang menjaga keikhlasan, baik dalam amal besar maupun kecil.





Kamis, 19 Juni 2025

URGENSI MEMBANGUN KESADARAN

 





1.

Kesadaran tidak diberikan, tetapi dibangun.


Umat kita tidak mengalami kurangnya emosi, melainkan kurangnya kesadaran sistematis terhadap masalahnya.


Mari kita mulai dari sini.


2.

Membangun kesadaran dimulai dengan pertanyaan yang tepat:

Siapakah kita? Apa yang kita inginkan? Siapa yang menghalangi jalan kita?


Tanpa pertanyaan-pertanyaan ini, kita akan terus berputar dalam lingkaran keluhan dan emosi.


3.

Tidak ada kesadaran tanpa pengetahuan.


Tidak ada kesadaran tanpa pemahaman terhadap realitas.


Tidak ada kesadaran tanpa kemampuan untuk menghubungkan teks dengan realitas, sejarah dengan masa kini, dan nilai dengan tindakan.


4.

Kita memerlukan wacana yang mencerahkan, bukan yang menggairahkan saja.


Kita memerlukan platform yang mengajarkan pemikiran, bukan mengulang indoktrinasi.


Kesadaran tidak dibangun oleh kemarahan saja, tetapi oleh wawasan dan kontemplasi.


5.

Kesadaran bukanlah lawan dari agama.


Sebaliknya, ia merupakan alat untuk memahami agama dengan wawasan, jauh dari ekstremisme, politisasi, dan taklid buta.


6.

Hal paling berbahaya yang dihadapi kesadaran:


Polarisasi buta

Mentalitas konspirasi

Mereduksi Islam menjadi slogan-slogan saja

Kurangnya pemikiran kritis atas nama kepatuhan 


7.

Langkah pertama menuju kesadaran:


Menyadari bahwa musuh tidak akan berhasil kecuali kita menjadi alatnya tanpa sadar.


Kesadaran kita harus menjadi penghalang antara kita dan terjerumus pada proyek-proyek yang merusak.


8.

Di antara alat untuk membangun kesadaran di kalangan umat:


Membaca secara independen

Dialog jujur

Mengembalikan sejarah tanpa kultus atau distorsi

Berinvestasi pada media yang berkesadaran

Mengembangkan pemikiran kritis dalam pendidikan dan agama


9.

Tidak semua orang yang mengibarkan panji Islam memiliki kesadaran.

Tidak semua orang yang menentang kekuasaan adalah seorang reformis.


Kesadaran memperlihatkan niat, menimbang slogan, dan menyusun ulang prioritas.


10.

Proyek pembangunan kesadaran Islam adalah proyek penyelamatan peradaban.


Tanpa itu, kita akan tetap menjadi reaksi di meja orang lain.


Bukan aktor di masa kini, maupun pembuat masa depan kita.

Selasa, 17 Juni 2025

NIKMAT YANG MELEBIHI NIKMAT SEBELUMNYA

 


Qorun tidak pernah mengetahui bahwa kartu ATM yang berada di saku kita ternyata mencukupi dari semua kunci-kunci hartanya yang dibawa oleh orang-orang paling kuat.


Kisra Persia tidak pernah mengetahui jika kursi sofa dari busa yang ada di rumah kita ternyata lebih nyaman daripada singgasana yang ia banggakan.


Kaisar tidak pernah mengetahui jika kipas dari bulu merak yang dikipaskan di atas kepalanya oleh budak-budaknya ternyata tak lebih sejuk dari AC yang berada di rumah kita.


Heraklius tidak pernah mengetahui bahwa kesejukan air minum dari botol porselennya yang membuat orang-orang di sekitarnya merasa iri ternyata tak lebih sejuk dari air es di kulkas yang berada di rumah kita.


Kholifah al Manshur tidak pernah mengetahui jika air panas yang dituangkan oleh para pembantunya dengan penuh kebanggaan sebagai campuran air mandi ternyata tak lebih panas dari water heater yang terpasang di kamar mandi kita.


Para jamaah haji di masa lampau tidak pernah mengetahui jika onta-onta perkasa dan kuat yang pernah ia tunggangi kala berangkat haji ternyata tak lebih kuat dan cepat dari pesawat terbang yang kita tumpangi.


Sungguh kita hidup dalam zaman yang banyak melebihi kenikmatan yang tidak pernah dirasakan oleh para raja-raja di zaman dahulu, namun sayangnya kita tetap merasa kurang atas karunia yang telah Allah berikan.


Karena itu senantiasalah membuka matamu agar dapat menyaksikan betapa banyak nikmat yang ada padamu, sehingga tidak semakin sempit dadamu.


Ya Allah segala puji bagi-Mu atas semua nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepada kami, pada agama dan dunia kami.


Ampunilah kami jika hingga detik ini kami masih saja kurang bersyukur dan senantiasa terus berbuat dosa.


"Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Qs. 16 ayat 18) Wallahua'lam 

Senin, 16 Juni 2025

BAGAIMANA MENGHINDARI RIYA?

 





Pertanyaan.

Assalamualaikum, maaf ustadz. Tolong berikan saran atau nasehat kepada saya! Karena jika saya ingin bersedekah, saya sudah ada niat dalam hati ikhlas, tapi kemudian jika uang itu sudah saya sedekahkan, kenapa ada sifat yang seakan tidak ikhlas dalam hati? Saya juga tidak ingin riya’ tapi kenapa sifat itu selalu muncul? Mohon penjelasan ustadz


Jawaban.

Semoga Allâh Azza wa Jalla membimbing anda kepada apa yang Dia cinta dan ridhoi.


Yang dimaksud dengan ikhlas adalah meniatkan semua amalan lahir maupun batin untuk mencari pahala dari Allâh Azza wa Jalladan tidak mengharapkan pujian manusia[1]. Pujian manusia memang membuai, dan jiwa kita menyukainya. Itulah kenapa riya` masih sering menggoda.


Keikhlasan niat tidaklah mudah diraih, bahkan orang-orang shalehpun kesulitan untuk mendapatkannya. Sufyân ats-Tsauri rahimahullah berkata, ”Aku tidak pernah mengobati sesuatu yang lebih sulit daripada mengobati niat saya; karena ia selalu berubah-ubah.”[2]


Ucapan ini keluar dari lisan seorang Sufyân ats-Tsauri rahimahullah , yang merupakan tokoh teladan dari generasi tâbi’in. Bagaimana dengan kita? Hendaknya kita menjadikan ucapan beliau rahimahullah ini sebagai pecut untuk mawas diri dalam bab ini. Karenanya, wajib bagi setiap Mukmin untuk mempelajari hal ini.


Untuk meraih keikhlasan dalam beramal, diperlukan taufik dari Allâh Azza wa Jalladan usaha keras untuk meraihnya. Beberapa kiat berikut insyaAllâh bisa membantu kita meraihnya:

Memohon kepada Allâh Azza wa Jalla agar diberikan keikhlasan dalam beramal, dan dimasukkan dalam golongan mukhlishin (oang-orang ikhlas); karena keikhlasan adalah derajat tinggi yang merupakan anugerah Allâh Azza wa Jalla untuk orang-orang yang dipilih-Nya. Di antara doa yang diajarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal ini adalah :


اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَناَ أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ مِمَّا لاَ أَعْلَمُ


Ya Allâh, Sungguh saya berlindung kepada-Mu dari berbuat syirik dalam keadaan tahu, dan saya memohon ampunan dari apa yang tidak saya ketahui. [HR. al-Bukhâri dalam al-Adab al-Mufrad, dihukumi shahih oleh Syaikh al-Albâni rahimahullah]


Riya`(beramal agar dilihat dan dipuji orang lain) adalah syirik yang kecil dan tersembunyi, sehingga kadang tanpa sadar kita jatuh ke dalamnya. Jika kita meminta kepada Allâh Azza wa Jalla dengan doa ini, Allâh Subhanahu wa Ta’ala akan lindungi kita dari berbuat riya` dalam keadaan sadar, dan akan diampuni-Nya jika tanpa sadar jatuh dalam riya`.


Mengatur dan menata hati untuk ikhlas sebelum beramal.

Imam Ahmad rahimahullah pernah ditanya, “Bagaimana cara niat dalam beramal?” Beliau menjawab, “Mengatur diri jika ingin beramal, untuk tidak mengharap pujian manusia.”[3]

Berusaha menyembunyikan amal kebaikan kita dari pandangan manusia, sebagaimana kita menyembunyikan keburukan kita. Jika yang kita cari adalah ridha Allâh Azza wa Jalla, tidak perlu kita menunjukkannya kepada manusia, kecuali jika ada maslahatnya dan kita bisa menjaga keikhlasan hati.

Mengingat besarnya kerugian orang yang riya` dan tidak ikhlas dalam beramal, dan mengingat bahwa amalannya tidak bermanfaat jika tidak diiringi keikhlasan. Riya` menyebabkan amalan yang kita lakukan dengan susah payah menjadi sia-sia, membuat kita terhinakan di depan Allâh dan menjadikan kita sebagai penyulut api neraka yang pertama kali.

Mempelajari dan mencontoh teladan generasi awal umat Islam dalam bab ini. Ada banyak teladan keikhlasan dalam sirah mereka.

Saling mengingatkan tentang hal ini, terutama pada saat-saat kita atau saudara kita diuji dengan hal ini, atau saat kita melihat tanda-tanda riya` pada saudara kita.


Jika Saudara sudah bersedekah, bergembiralah karena dibalik itu ada pahala yang besar di sisi Allâh Azza wa Jalla. Berbahagialah! Karena anda sudah memasukkan kebahagiaan di hati orang yang membutuhkan. Tersenyumlah! Karena sedekah itu juga telah membuat mereka tersenyum. Jangan malah merasa berat dan menyesali sedekah.


Jika seorang Mukmin beramal dengan ikhlas, kemudian orang-orang memuji amalannya, bolehkah ia senang? Lalu apakah hal itu berpengaruh buruk pada amalannya? Ya, ia boleh senang dan itu tidak membahayakan amalannya, sebagaimana telah dijelaskan langsung oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits 


عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ: قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-: أَرَأَيْتَ الرَّجُلَ يَعْمَلُ الْعَمَلَ مِنَ الْخَيْرِ وَيَحْمَدُهُ النَّاسُ عَلَيْهِ؟ قَالَ: تِلْكَ عَاجِلُ بُشْرَى الْمُؤْمِنِ


Dari Abu Dzar ia meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang orang yang berbuat kebaikan, lalu orang-orang memujinya. Nabi menjawab, “Itu adalah kabar gembira yang disegerakan bagi Mukmin.” [HR. Muslim]


Wallahu A’lam.





Minggu, 08 Juni 2025

PEWARIS DAKWAH





Rasulullah ﷺ adalah pewaris dakwah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam, napak tilas dakwah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam, mulai dari Irak tempat kelahirannya, lalu melakukan pengembaraan dakwahnya ke negeri Syam, Mesir hingga ke jantung Jazirah Arab yang menjadi cikal bakal kota Mekkah. 


Napak tilas dakwah Nabi Ibrahim menjadi rekam jejak dakwah Rasulullah ﷺ, dengan Islamisasi kota Madinah melalui hijrah, dan islamisasi kota Mekkah melalui peristiwa Fathu Mekkah, dari dua kota itulah Rasulullah ﷺ mengembangkan dakwahnya ke negeri di sekitrnya, dan mendelegasikan sahabat sahabat terbaiknya, Muadz bin Jabal ke Yaman, Khalid bin Walid ke Irak, Abu Ubaidah bin al Jarrah ke Syam dan Amru bin Ash ke Mesir. 


Rasulullah ﷺ menjadi pewaris dakwah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam,  secara nasab dan nilai ajaran risalahnya. Secara nasab disebutkan dalam satu literatur sirah, bahwa nasab Rasulullah ﷺ bersambung sampai ke Nabi Ibrahim 'Alaihissalam, dengan urutan sebagai berikut :


 محمد بن عبد الله بن عبد المطلب بن هاشم بن عبد مناف بن قصي بن كلاب بن مرة بن كعب بن لؤى بن غالب بن فهر بن مالك بن النضر بن كنانة بن خزيمة بن مدركة بن إلياس بن مضر بن نزار بن معد بن عدنان الذي يصل نسبه إلى إسماعيل بن إبراهيم -عليهما الصلاة والسلام.


_Muhammad  bin Abdillah bin Abdul Mutthallib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qusay bin Kilab bin Murrah bin Kaab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhor bin Nazzar bin Ma'ad bin Adnan, lalu bersambung nasabnya sampai Ismail bin Ibrahim 'Alaihissalam._


Nasab tersebut dikonfirmasi sendiri oleh Rasulullah ﷺ, dalam sebuah haditsnya, beliau bersabda :


إنَّ اللَّهَ اصْطَفى كِنانَةَ مِن ولَدِ إسْماعِيلَ، واصْطَفى قُرَيْشًا مِن كِنانَةَ، واصْطَفى مِن قُرَيْشٍ بَنِي هاشِمٍ، واصْطَفانِي مِن بَنِي هاشِمٍ. • مسلم، صحيح مسلم (٢٢٧٦) • [صحيح] • أخرجه الترمذي (٣٦٠٦)


_Sesungguhnya Allah Ta'ala telah memilih Kinanah dari anak anaknya Ismail, dan telah memilih Quraisy dari Kinanah, dan telah memilih Bani Hasyim dari Quraisy, dan memilih aku dari Bani Hasyim._ (HR Muslim  dan Tirmidzi)


Fakta yang menunjukan bahwa Rasulullah ﷺ menjadi pewaris dakwah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam dan Nabi Ismail 'Alaihissalam terdapat pada dua hal berikut :


*Pertama,* dibesarkan dengan keberkahan air zam zam. 


Berawal saat Nabi Ibrahim meninggalkan isterinya Hajar beserta puteranya Ismail 'Alaihissalam di lembah tandus Jazirah Arab, karena harus pergi berdakwah atas perintah Allah Ta'ala, sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran:


{ رَّبَّنَاۤ إِنِّیۤ أَسۡكَنتُ مِن ذُرِّیَّتِی بِوَادٍ غَیۡرِ ذِی زَرۡعٍ عِندَ بَیۡتِكَ ٱلۡمُحَرَّمِ  }


_Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati._ [Surat Ibrahim: 37]


Di lembah tandus sama sekali tidak didapati sumber air, Hajar 'Alaihassalam berlari antara bukit Sofa dan Marwa untuk mencari air, tiba tiba bayi Ismail yang diletakan tidak jauh di antara Sofa dan Marwa, dari bawah kakinya memancar air deras, lalu Hajar 'Alaihassalam segera membuat tanggul kecil melingkar agar air tersebut tertampung, Hajar 'Alaihassalam dan puteranya Ismail akhirnya dapat melangsungkan kehidupannya dengan keberkahan air zam zam atas ijin Allah Ta'ala.


Demikian hal nya juga terjadi pada diri Nabi Muhammad ﷺ berawal dari saat sumur zam zam tidak lagi mengeluarkan air, karena tertimbun dan tertutup bagian atasnya dengan sampah dan kotoran sisa sisa penyembelihan atas nama berhala. 

Tiba tiba datuk Abdul Mutthalib bermimpi, dia diperintahkan untuk menggali timbunan tersebut dan membersihkannya dari kotoran, maka Abdul Mutthalib bersama puteranya Al Harits menggalinya dengan sangkur. 


Tidak lama kemudian, memancar air dengan derasnya. Saat itulah sumber air zam zam telah ditemukan kembali setelah sekian tahun lamanya tertimbun, bisa jadi hal itu disebabkan karena Allah Ta'ala murka dan tidak meridhoi praktek praktek kemusyrikan yang dilakukan di sekeliling rumah-Nya. 

Sumber air zam zam ditemukan kembali, hal ini terjadi sebelum kelahiran Rasulullah ﷺ  sebagaimana Ismail 'Alaihissalam, Allah Ta'ala juga ingin menghidupkan Nabi-Nya dengan keberkahan air zam zam atas ijin-Nya

Zam zam tidak hanya sekedar air minum, tetapi minuman yang banyak mengandung mineral dan nutrisi terbaik, dapat mengenyangkan dan meringankan rasa sakit, sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadits :


زمزمُ طعامُ طُعمٍ وشفاءُ سُقمٍ الراوي: أبو ذر الغفاري • المنذري، الترغيب والترهيب (٢/٢٠٠) • إسناده صحيح •


_Zam zam adalah saripati makanan dan obat penyakit_ (Diriwayatkan Abu Dzar Al Ghifary, Imam Al Mundziri memuatnya dalam At Targhib wat Tarhib, dengan sanad yang shahih)


*Kedua,* Ayah dan datuknya Ismail 'Alaihissalam keduanya nyaris disembelih. 

Hal ini bermula saat Abdul Mutthalib bernadzar dalam sebuah doa yang dipanjatkan, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah literatur :


يرفع يديه إلى السماء، ويدعو الله أن يرزقه عشرة أبناء من الذكور، ونذر أن يذبح أحدهم تقربًا لله.استجاب الله دعوة عبد المطلب، فرزقه عشرة أولاد.


_Dia mengangkat kedua tangannya ke atas langit, lalu berdoa kepada Allah swt agar diberikan rejeki sepuluh anak laki laki, lalu dia bernadzar akan menyembelih salah satu anaknya sebagai bentuk taqorub kepada Allah Ta'ala. Allah Ta'ala mengabulkan doa nya dengan mengaruniayinya sepuluh anak laki laki._


Maka dilakukanlah pengundian, bahwa nama yang keluar akan dijadikan kurban untuk disembelih, qoddarullah berkali kali yang keluar selalu nama Abdullah Ayahanda Nabi ﷺ, Abdul Mutthalib sangat sayang dengan puteranya Abdullah, diapun urung melaksanakan nadzarnya, setelah mendapatkan saran dari pemuka kaum Quraisy bahwa nadzarnya dapat ditebus dengan seratus ekor unta, tebusan itupun dipenuhinya dan puteranya Abdullah tidak jadi disembelih. 


Terkait hal ini telah dijelaskan dalam sebuah hadits :


أنَّ أعرابيًّا قالَ للنَّبيِّ ﷺ: يا ابنَ الذَّبيحَينِ، فتبسَّمَ ولَم يُنكرْ عليهِ. وأمّا أنا ابنُ الذَّبيحَينِ الراوي: معاوية بن أبي سفيان • الزرقاني، مختصر المقاصد (١١) • [صحيح]


Bahwasnya seorang arab badui berkata kepada Nabi ﷺ: _"hai anak dari dua orang yang nyaris diembelih"_


_Nabi ﷺ  pun tersenyum dan tidak mengingkarinya seraya berkata, "Aku memang anak dari dua orang yang nyaris disembelih (Ismail dan Abdullah)."_

(Diriwayatkan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan, Imam Al Zarqany memuatnya dalam Mukhtashar Al Maqashid (sanadnya shahih).


*IBROH DAN PELAJARAN:*


1  Nabi Ibrahim 'Alaihissalam, Ismail 'Alaihissalam dan Muhammad ﷺ bahwa ketiganya berada dalam satu mata rantai dakwah yng sama, yaitu dakwah tauhid mengesakan Allah Ta'ala 

Ismail 'Alaihissalam dan Muhammad ﷺ  keduanya sama dibesarkan dengan sumber yang jernih, berupa air zam zam. 


Wallahu A'lam



Rabu, 04 Juni 2025

PUASA AROFAH

 



Puasa Arafah adalah puasa sunnah yang dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah, yaitu pada hari Arafah. Puasa ini memiliki keutamaan yang besar dan dianjurkan untuk dilaksanakan oleh umat Muslim yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji.


Keutamaan Puasa Arafah

- Puasa Arafah dapat menghapuskan dosa-dosa yang telah lalu selama satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang.

- Puasa ini juga dapat meningkatkan ketakwaan dan keimanan kepada Allah SWT.


Niat Puasa Arafah

Niat puasa Arafah dapat dilakukan dengan mengucapkan:


"Nawaitu sauma ghadin 'an Arafah lillahi ta'ala."


Artinya: "Saya berniat puasa Arafah esok hari karena Allah ta'ala."


Waktu Pelaksanaan

Puasa Arafah dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah, yaitu pada hari Arafah. Waktu pelaksanaan puasa ini dimulai dari terbit fajar hingga matahari terbenam.


Dengan melaksanakan puasa Arafah, umat Muslim dapat memperoleh pahala yang besar dan meningkatkan ketakwaan dan keimanan kepada Allah SWT.

Rabu, 30 April 2025

HIDUP BUKAN HANYA PENGENDALIAN ATAU CAPAIAN NAMUN UJIAN

 


Hidup bukan tentang mengendalikan, mencapai, atau menilai. Hidup adalah tentang mengalami menyelami setiap momen yang hadir dan terus belajar dari apa pun yang kita temui di sepanjang jalan. 


Di setiap langkah, kita dihadapkan pada berbagai situasi yang sering kali tidak bisa kita prediksi. Justru di situlah letak inti kehidupan, ujian yang terus hadir dalam berbagai bentuk dan dinamikanya. 


Hidup adalah ujian.

Selama kita belum sampai di ujung perjalanan, maka semua hal yang kita lalui adalah ujian, ujian yang terus menguji keimanan, kesabaran,  ketaatan dan kesalehan kita.


Allah Ta’ala berfirman:


“Dia yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

(QS. Al-Mulk: 2)


Ujian hadir tidak hanya dalam kesulitan, tapi juga dalam kenyamanan. Semua adalah bentuk pengujian dari Allah SWT:


 • Defisit adalah ujian, menguji kesabaran dan keteguhan.

 • Surplus pun ujian, menguji rasa syukur dan amanah.

 • Kegagalan adalah ujian, melihat apakah kita mampu bangkit dan tetap husnuzan.

 • Kesuksesan juga ujian, apakah kita tetap rendah hati dan tidak lalai.

 • Konflik adalah ujian, menguji kedewasaan dalam menyikapi perbedaan.

 • Keharmonisan pun ujian, menjaga agar tidak terbuai dan lalai.

 • Kesendirian adalah ujian, melatih keikhlasan dan penguatan batin.

 • Kebersamaan pun ujian, mengasah kemampuan untuk berbagi dan menjaga adab.


Namun ujian terbesar dari semua itu adalah komitmen dan konsistensi kita  dengan dan bersama Allah SWT. 


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


“Tidaklah seorang mukmin tertimpa suatu kelelahan, penyakit, kekhawatiran, kesedihan, gangguan, dan kesusahan—bahkan duri yang menusuknya—melainkan Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya karenanya.”

(HR. Bukhari dan Muslim)


Ujian adalah sarana penyucian jiwa (tazkiyatun nafs). Bukan untuk menjatuhkan, melainkan untuk menaikkan derajat kita, jika kita lulus dengan sabar dan syukur.


Maka ketika hidup terasa berat, ingatlah: Ini bukan akhir. Ini adalah bagian dari ujian.


Tugas kita adalah menjalaninya dengan penuh keimanan, ikhtiar, dan kesabaran, sambil terus menjaga komitmen kita kepada Allah SWT yang takkan pudar