Dakwah adalah aktivitas menyeru manusia kepada Allah
swt dengan hikmah dan pelajaran yang baik dengan harapan agar objek dakwah (mad’u)
yang kita dakwahi beriman kepada Allah swt dan mengingkari thaghut (semua yang
diabdi selain Allah) sehingga mereka keluar dari kegelapan jahiliyah menuju
cahaya Islam.
Jika kita
melihat ayat-ayat Al-Quran maupun hadits-hadits Rasulullah saw, kita akan
banyak menemukan fadhail (keutamaan) dakwah yang luar biasa. Dengan mengetahui,
memahami, dan menghayati keutamaan dakwah ini seorang muslim akan termotivasi
secara kuat untuk melakukan dakwah dan bergabung bersama kafilah dakwah di
manapun ia berada.
Mengetahui
keutamaan dakwah termasuk faktor terpenting yang mempengaruhi konsistensi
seorang muslim dalam berdakwah dan menjaga semangat dakwah, karena keyakinan
terhadap keutamaan dakwah dapat menjadikannya merasa ringan menghadapi beban
dan rintangan dakwah betapapun beratnya.
Beberapa
keutamaan dakwah yang dapat kita sebutkan dalam pokok bahasan ini adalah:
1. Dakwah adalah Muhimmatur Rusul (Tugas Utama Para Rasul
alaihimussalam)
Para rasul
alaihimussalam adalah orang yang diutus oleh Allah swt. untuk melakukan tugas
utama mereka yakni berdakwah kepada Allah. Keutamaan dakwah terletak pada
disandarkannya kerja dakwah ini kepada manusia yang paling utama dan mulia
yakni Rasulullah saw. dan saudara-saudara beliau para nabi & rasul
alaihimussalam.
“Katakanlah
(Hai Muhammad): “Inilah jalanku: aku dan orang-orang yang mengikutiku berdakwah
(mengajak kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku
tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (Yusuf (12): 108).
Ayat di atas
menjelaskan jalan Rasulullah saw. dan para pengikut beliau adalah jalan dakwah.
Maka barangsiapa mengaku menjadi pengikut beliau saw. ia harus terlibat dalam
dakwah sesuai kemampuannya masing-masing.
Tentang Nabi
Nuh as. Allah mengisahkan kesibukan beliau yang tak kenal henti dalam
menjalankan tugas berdakwah siang dan malam:
“Nuh berkata: “Ya Tuhanku
sesungguhnya aku telah mendakwahi (menyeru) kaumku malam dan siang.” (Nuh (71):
5).
Tentang Nabi
Ibrahim as. Allah mengisahkan dakwah yang beliau lakukan kepada ayah dan
ummatnya:
“Dan bacakanlah kepada mereka
kisah Ibrahim. Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Apakah yang kamu
sembah?” Mereka menjawab: “Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa
tekun menyembahnya”. Berkata Ibrahim: “Apakah berhala-berhala itu mendengar
(doa)mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya)?, Atau dapatkah) mereka memberi manfaat
kepadamu atau memberi mudharat?” Mereka menjawab: “(Bukan karena itu)
sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian”. Ibrahim berkata:
“Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah. Kamu dan
nenek moyang kamu yang dahulu?. Karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu
adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam. (Yaitu Tuhan) yang telah
menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku. Dan Tuhanku, yang Dia memberi
makan dan minum kepadaku. Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.
Dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali). Dan yang
amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat.” (Asy-Syuara
(26): 69-82).
Tentang Nabi
Musa as, Allah swt mengisahkan dakwah beliau dalam banyak ayat-ayat Al-Quran,
diantaranya:
“Dan
sesunguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat- mukjizat Kami
kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Maka Musa berkata: “Sesungguhnya aku
adalah utusan dari Tuhan seru sekalian alam”. Maka tatkala dia datang kepada
mereka dengan membawa mukjizat- mukjizat Kami dengan serta merta mereka
mentertawakannya.” (Az-Zukhruf (43): 46-47).
Tentang Nabi
Isa as, Allah swt mengisahkan dakwah beliau dalam firman-Nya:
“Dan tatkala
Isa datang membawa keterangan dia berkata: “Sesungguhnya aku datang kepadamu
dengan membawa hikmah[1]
dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih
tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada) ku”.
Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu maka sembahlah Dia, ini adalah
jalan yang lurus.” (Az-Zukhruf (43): 63-64).
Pintu
kenabian dan kerasulan memang sudah tertutup selama-lamanya, namun kita masih
dapat mewarisi pekerjaan dan tugas mulia mereka, sehingga kita berharap semoga
Allah swt. berkenan memuliakan kita.
2. Dakwah adalah Ahsanul A’mal (Amal yang Terbaik)
Dakwah
adalah amal yang terbaik, karena da’wah memelihara amal Islami di dalam pribadi
dan masyarakat. Membangun potensi dan memelihara amal sholeh adalah amal
da’wah, sehingga da’wah merupakan aktivitas dan amal yang mempunyai peranan
penting di dalam menegakkan Islam. Tanpa da’wah ini maka amal sholeh tidak akan
berlangsung.
“Siapakah
yang lebih baik perkataannya daripada orang yang berdakwah (menyeru) kepada
Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang menyerah diri?” (Fushilat (41): 33).
Ibnu Jarir
Ath-Thabari rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya: Allah swt menyeru manusia:
“Wahai manusia, siapakah yang lebih baik perkataannya selain orang yang
mengatakan Rabb kami adalah Allah, kemudian istiqamah dengan keimanan itu,
berhenti pada perintah dan larangan-Nya, dan berdakwah (mengajak) hamba-hamba
Allah untuk mengatakan apa yang ia katakan dan mengerjakan apa yang ia
lakukan.” (Tafsir Ath-Thabari, Jami’ul Bayan Fi Ta’wil Al-Quran, 21/468).
Bagaimana
tidak akan menjadi ucapan dan pekerjaan yang terbaik? Sementara dakwah adalah
pekerjaan makhluk terbaik yakni para nabi dan rasul alaihimussalam.
Sayyid Quthb
rahimahullah berkata dalam Fi Zhilal Al-Quran:
“Sesungguhnya
kalimat dakwah adalah kalimat terbaik yang diucapkan di bumi ini, ia naik ke
langit di depan kalimat-kalimat baik lainnya. Akan tetapi ia harus disertai
dengan amal shalih yang membenarkannya, dan disertai penyerahan diri kepada
Allah sehingga tidak ada penonjolan diri di dalamnya. Dengan demikian jadilah
dakwah ini murni untuk Allah, tidak ada kepentingan bagi seorang da’i kecuali
menyampaikan. Setelah itu tidak pantas kalimat seorang da’i kita sikapi dengan
berpaling, adab yang buruk, atau pengingkaran. Karena seorang da’i datang dan
maju membawa kebaikan, sehingga ia berada dalam kedudukan yang amat tinggi…”
(Fi Zhilal Al-Quran 6/295).
Dakwah
memiliki keutamaan yang besar karena para da’i akan memperoleh balasan yang
besar dan berlipat ganda (al-hushulu ‘ala al-ajri al-‘azhim).
قَالَ
رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم لِعَلِيٍّ: ((فَوَاللَّهِ لَأَنْ يَهْدِيَ
اللَّهُ بِكَ رَجُلاً خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ))
(رواه البخاري ومسلم وأحمد
Sabda
Rasulullah saw kepada Ali bin Abi Thalib: “Demi Allah, sesungguhnya Allah swt
menunjuki seseorang dengan (da’wah)mu maka itu lebih bagimu dari unta merah.”
(HR. Bukhari, Muslim & Ahmad).
Ibnu Hajar
Al-‘Asqalani ketika menjelaskan hadits ini mengatakan bahwa: “Unta merah adalah
kendaraan yang sangat dibanggakan oleh orang Arab saat itu.”
Hadits ini menunjukkan
bahwa usaha seorang da’i menyampaikan hidayah kepada seseorang adalah sesuatu
yang amat besar nilainya di sisi Allah swt. lebih besar dan lebih baik dari
kebanggaan seseorang terhadap kendaraan mewah miliknya.
Dalam
riwayat Al-Hakim disebutkan:
« يَا عَلِيُّ، لَأَنْ يَهْدِيَ اللهُ عَلَى يَدَيْكَ رَجُلاً
خَيْرٌ لَكَ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ » (رواه الحاكم في المستدرك
“Wahai Ali,
sesungguhnya Allah swt menunjuki seseorang dengan usaha kedua tanganmu, maka
itu lebih bagimu dari tempat manapun yang matahari terbit di atasnya (lebih
baik dari dunia dan isinya). (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak).
قال رسول
الله صلى الله عليه وسلم: ((إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ
وَالْأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ
عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ)) (رواه الترمذي عن أبي أمامة الباهلي.
Rasulullah
saw bersabda: “Sesungguhnya Allah swt memberi banyak kebaikan, para
malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi, sampai semut-semut di lubangnya dan
ikan-ikan selalu mendoakan orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang
lain.” (HR. Tirmidzi dari Abu Umamah Al-Bahili).
Berapakah
jumlah malaikat, semut dan ikan yang ada di dunia ini? Bayangkan betapa besar
kebaikan yang diperoleh oleh seorang da’i dengan doa mereka semua!
Imam
Tirmidzi setelah menyebutkan hadits tersebut juga mengutip ucapan Fudhail bin
‘Iyadh yang mengatakan:
عَالِمٌ
عَامِلٌ مُعَلِّمٌ يُدْعَى كَبِيرًا فِي مَلَكُوتِ السَّمَوَاتِ
“Seorang
yang berilmu, beramal dan mengajarkan (ilmunya) akan dipanggil sebagai orang
besar (mulia) di kerajaan langit.”
Keagungan
balasan bagi orang yang berdakwah tidak hanya pada besarnya balasan untuknya
tetapi juga karena terus menerusnya ganjaran itu mengalir kepadanya meskipun ia
telah wafat.
Perhatikan
sabda Rasulullah saw. berikut ini:
((مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا
بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلَا يَنْقُصُ مِنْ
أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّـئَةً فَعُمِلَ
بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلَا يَنْقُصُ
مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ)) (رواه مسلم عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رضي
الله عنه.
“Siapa yang
mencontohkan perbuatan baik dalam Islam, lalu perbuatan itu setelahnya dicontoh
(orang lain), maka akan dicatat untuknya pahala seperti pahala orang yang
mencontohnya tanpa dikurangi sedikitpun pahala mereka yang mencontohnya. Dan
barangsiapa mencontohkan perbuatan buruk, lalu perbuatan itu dilakukan oleh
orang lain, maka akan ditulis baginya dosa seperti dosa orang yang menirunya
tanpa mengurangi mereka yang menirunya.” (HR. Muslim dari Jarir bin Abdillah
ra). (bersambung)