Menjadi 'kader dan keluarga dakwah' adalah karunia besar dari Allah swt kepada kita, walau sejatinya mungkin kita tak layak menyandang predikat tersebut.
Membersamai lokomotif dakwah bersama Partai Islam yang Rahmatan lil 'alamin menjadi pilihan atas kesadaran diri kita untuk menggapai ampunan dan rahmat Allah swt.
Agenda Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden kemarin serta juga Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di 27 November esok akan menjadi lembaran penutup bagi gerakan dakwah politik kita di Tahun 2024 ini.
Memang aktivitas politik ini memberi kita jadwal hidup yang sangat ketat, karena ada pemilu lima tahunan, sehingga kita harus terus belajar untuk bekerja dengan rileks dalam stress berkepanjangan (working under pressure).
Ini pun menjadi pelajaran penting yang kita peroleh dalam proses tarbawiyah kita.
Kondisi seperti ini tentunya membutuhkan adanya keyakinan yang kuat atas apa yang kita perjuangkan, membutuhkan 'azzam (tekad) yang kokoh untuk menang.
Ada kader yang mulai kehilangan semangat dan keyakinan.
Ada kader yang merasa gentar melihat kekuatan pendukung dari kebathilan yang memiliki dana, tokoh, media dan aksesoris lainnya yang lebih banyak. Ini tentunya tidak boleh terjadi.
Pernah di masa awal kita hanya dengan 3000 kader bisa menghimpun hampir 2 juta suara.
Memang kepercayaan diri yang berlebihan pun tidak di perkenankan, karena Allah telah mengingatkan kita akan kejadian perang Hunain. Namun kita pun tidak boleh berprasangka buruk kepada Allah, karena Allah sesuai dengan prasangka hamba Nya.
Karenanya dari sekarang kita harus mulai melakukan Integrasi dalam tubuh partai terkait masalah efektifitas dan efisiensi dalam melakukan pekerjaan pekerjaan besar dengan usaha yang seminimal mungkin.
Soliditas harus mulai terbangun di berbagai level bahkan mutu 'gosip' dalam UPA harus meningkat pada level level yang strategis, karena kalau obrolan obrolannya hanya masalah masalah kecil semuanya, terus yang akan membicarakan masalah masalah besar siapa ?
Coba cek 'gosip'/obrolan di masing masing UPA kita.
Belum lagi mutu konflik yang muncul kadang tidak menunjukkan bahwa kita berkelas, begitu juga dengan cara kita mengelola konflik seringkali tidak menunjukkan cara yang berkelas, padahal kita punya tradisi ilmiah, punya tradisi syuro' dan seterusnya.
Kita berharap seluruh potensi kader dan potensi dakwah dapat berkontribusi dan dapat di berdayakan secara optimal.
Sehingga ketika keyakinan telah berhimpun, semangat dan kerja penuh kesungguhan sudah di lakukan, di sertai doa dengan penuh kekhusyu'an di hadapan Allah swt, mudah mudahan akan melengkapi syarat kemenangan yang di tetapkan karena memang kemenangan dakwah adalah semata mata kehendak Allah.
Sehebat apapun strategi, sebanyak apapun dana dan amunisi yang kita miliki, tidak akan berdampak ketika Allah SWT belum menghendaki.
Walaupun demikian hal hal tersebut harus tetap kita miliki dan kita upayakan sebagai bagian sekunder dalam perjuangan menegakkan kalimat Allah.
Bila kita renungkan lebih jauh, kita akan sampai pada kesadaran bahwa di depan kita terbentang jalan kehidupan yang amat panjang.
Di sana bertebaran kerikil-kerikil tajam, duri-duri kebathilan.
Sementara kafilah dan lokomotif dakwah ini harus berpacu dengan waktu.
Tak ada waktu mengeluh, merengek atau kesempatan bermanja-manja.
Kita harus terus berlari dan terus bekerja, dan bila suatu saat engkau tertusuk duri...teruslah berlari. Sebab jika engkau singgah mencabut duri itu, kafilah pasti meninggalkan engkau seorang diri.
Di penghujung jalan itu, kita akan bertemu pohon besar, akarnya tertancap dalam tanah kehidupan, dan dahannya meninggi jauh ke langit angkasa.
Pohon itu, kata Syaikh Abdullah Azzam rahimahullahu, hanya hidup di atas tengkorak-tengkorak mujahid yang telah menjadi tanah.
Dan hanya tumbuh bila ia disiram dengan darah dan air mata. Sungguh sebuah jalan hidup yang keras.
" Dan orang-orang yang berjihad di (jalan) Kami, Kami tunjuki ia jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang baik," (QS Al Ankabut : 69)
Jadi kalau di hari ini masih ada kader yang merasa lemah, letih dan malas di jalan dakwah, mungkin ada baiknya merenungi kata seorang penyair Arab ;
"Bila jiwa itu besar, raga akan lelah mengikuti kehendaknya ". Wallahu'alam bishowab. [] Im99
0 komentar:
Posting Komentar