By : _Khozin Abu Faqih._
Perlombaan yang finishnya Surga, selalu membawa kebahagiaan, keberuntungan, dan kesuksesan. Apapun ‘hasil’ sementara dalam kehidupan sementara di dunia ini. Sebab selama masih di dunia, semuanya masih dalam posisi perlombaan dari satu tahapan ke tahapan berikutnya, dari satu situasi ke situasi lainnya, dari satu sarana berganti ke sarana yang berbeda, bahkan berlawanan, dan dari satu keadaan ke keadaan lainnya.
Para peserta perlombaan yang mempunyai keyakinan bahwa finish itu di surga, akan menikmati seluruh tahapan perlombaan, mengikuti seluruh perlombaan dengan rasa syukur, dan berbahagia atas segala capaian di setiap tahapan perlombaan yang di sediakan oleh Pencipta swt. untuk diikuti oleh hamba-hamba pilihan-Nya. Karena pada hakikatnya, setiap tahapan perlombaan adalah bekal untuk mengikuti tahapan-tahapan perlombaan berikutnya.
Al-Hamdulillah kita ditaqdirkan oleh Allah swt. dapat mengikuti perlombaan, untuk memenangkan SIMBOL PERJUANGAN dalam PILKADA yang telah menampakkan sebagian kecil ‘hasil’nya yang sementara; para emak-emak yang bekerja luar biasa, seolah tak mengenal lelah, dan seolah urat nadi takut dan khawatir dicabut oleh Allah swt. dari mereka, hingga berjuang, berkorban, dan beraktifitas luar biasa untuk memenangkan SIMBOL PERJUANGAN.
Bapak-bapak, para pemuda, para remaja, terutama Anggota yang diamanahi menjadi SIMBOL PERJUANGAN; mereka bekerja menyambung siang dengan malam, mengurangi jatah istirahat, menguras persediaan belanja harian rumah tangga, menghabiskan cadangan masa depan mereka, karena mereka yakin rizki itu ada dalam kekuasaan Tuhan-nya, dan perjuangan meminta mereka untuk ikut berlomba dengan sungguh-sungguh. Semoga Allah swt. memberi balasan terbaik untuk mereka semuanya.
Al-Hamdulillah tahapan perlombaan tersebut telah menampakkan sebagian kecil ‘hasil’nya dalam tabulasi perhitungan suara cepat di berbagai media. Maka para peserta perlombaan yang meyakini finish utamanya adalah Surga, tidak terperangah, jumawa, lemas, bangga, panik, atau sejenisnya. Karena semua adalah bekal untuk mempercepat langkah dalam perlombaan MENDEKAT ke surga yang terdekat dengan Allah swt.
Rasulullah saw. mengajarkan sikap bijak terhadap capaian di satu tahapan perlombaan, agar dapat menjadi bekal untuk optimal dalam tahapan perlombaan berikutnya.
Ibnu Majah, Thabrani, dan Hakim meriwayatkan bahwa Ibunda Aisyah ra. berkata, “Apabila Rasulullah saw. melihat sesuatu yang disukai, maka beliau mengucapkan,
الْحَمْدُ للهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ.
“Segala puji bagi Allah swt.; dengan nikmat-Nya, segala yang baik menjadi lebih sempurna.” Dan, apabila melihat sesuatu yang kurang disukai, maka beliau mengucapkan,
الْحَمْدُ للهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ.
“Segala puji bagi Allah swt. dalam segala kondisi.”
Rasulullah saw. juga mengajarkan sikap yang mencerminkan kekuatan dan ketangguhan para peserta perlombaan dalam sabdanya,
الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ.
“Mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah swt. daripada mukmin yang lemah. Meski masing-masing memiliki nilai kebaikan.”
Karena keimanan itu adalah induk kebaikan, maka apapun yang dilakukan mukmin, berupa amal shalih dan keunggulan-keunggulan dalam mengikuti perlombaan, adalah keutamaan. Jika ada kekurangan atau kelemahan yang menciderainya, maka tidak menghapus keimanan yang menjadi induk kebaikan tersebut. Setelah itu, beliau saw. menyebutkan ciri-ciri sikap yang mencerminkan mukmin yang kuat, yaitu:
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجِزْ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ: قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ.
“Berambisilah pada hal-hal yang membawa manfaat padamu, mohonlah bantuan kepada Allah swt., dan jangan merasa tidak berdaya. Apabila sesuatu menimpamu, maka jangan katakan andai aku melakukan ini dan itu, maka hasilnya akan begini dan begitu. Tetapi katakanlah, “Allah telah mentakdirkan. Dan, apa yang ditakdirkan oleh Allah swt., pasti akan terlaksana. Sesungguhnya kata ‘Andai’ itu membuka pintu syetan.” (HR. Muslim)
Ciri mukmin yang kuat, peserta perlombaan yang tangguh, dan pejuang yang merindukan surga adalah:
1. Fokus pada hal-hal yang bermanfaat bagi tahapan perlombaan berikutnya, yang ujung (finish)nya adalah surga. Maka fokuslah pada hal-hal yang dapat mengantarmu ke surga.
Apabila ditakdirkan melihat ‘hasil’ sementara yang menyenangkan hati dan nafsu, fokuslah pada rasa syukur, dengan mengakui bahwa itu semua karena karunia Allah swt., bukan karena kehebatan kita, lalu ucapkan segala puji bagi Allah swt. Kemudian pergunakan untuk menjadi tambahan energi, kekuatan, dan sarana untuk mempercepat langkah dalam perlombaan mendekat kepada finish (surga) yang paling dekat dengan Allah swt. Yang Maha Kuasa dan Maha teliti dalam menilai semua peserta perlombaan.
Apabila ditakdirkan ‘hasil’ sementara kurang menyenangkan, maka fokus pada kesabaran atas ‘hasil' sementara dan syukur atas keterlibatan dalam tahapan perlombaan. Sehingga ‘hasil’ tidak membuat panik, kecewa, lemas, sedih, menyesal, bahkan putus asa. Tetapi, menjadi cambuk untuk meningkatkan kinerja dan ketulusan kepada-Nya.
2. Selalu memohon bantuan kepada Allah swt. dalam segala perencanaan, persiapan, pelaksanaan, pengorganisasian, dan pengevaluasian untuk mengikuti tahapan perlombaan berikutnya. Jangan pernah merasa telah mampu, merasa telah siap, merasa tidak perlu pada bantuan Allah swt. Agar tetap terjaga keimanan, kepasrahan, dan ketawakkalan kepada-Nya, dengan terus memperbaiki perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan pengevaluasian. Karena kita ingin mendapat penilaian terbaik dari-Nya.
3. Jangan merasa tidak mampu atau tidak berdaya, meski tantangan sangat besar, kendala sangat rumit, sarana sangat minim, ‘hasil’ sementara kurang memuaskan, atau lain sebagainya. Sebab tiada yang tidak mungkin bagi Allah swt. dan mukmin bekerja dan berlomba untuk meraih keridlaan-Nya, bukan semata-mata untuk mencari kepuasan di panggung sandiwara, medan perlombaan, dan ruang ujian.
4. Jangan pernah menyesali masa lalu, berandai-andai masa lalu, saling melempar kesalahan terkait masa lalu, dan sejenisnya. Misalnya, andai pencalonan lebih dini, maka hasilnya akan lebih baik. Andai yang dicalonkan fulan, maka hasilnya akan lebih baik. Andai dan seribu andai untuk masa lalu, itu jebakan syetan. Namun, melakukan evaluasi dan perbaikan. Tentu sangat dianjurkan, tanpa harus menggugat masa lalu dan menumpukkan ‘apa yang kurang disukai’ pada satu pihak saja.
Wallahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar