Senin, 14 Juli 2025

AYAH: THE FORGOTTEN CONTRIBUTOR?

 


Pendidikan dan pengasuhan orang tua adalah pondasi dasar bagi pembentukan karakter dan kepribadian seseorang sekaligus menjadi faktor kunci bagi keberhasilan dan kebahagiaan dalam kehidupannya.  


Pandangan umum yang terjadi di masyarakat biasanya menunjuk ibu sebagai pihak yang paling berperan sekaligus bertanggungjawab terhadap pendidikan dan perilaku anak-anaknya.


Seorang ayah dianggap wajar jika tidak memberikan banyak waktu untuk mendidik anaknya dirumah karena ayah dianggap penanggung jawab kebutuhan materi saja. 


Pandangan bahwa peran ayah kepada anak hanya sebagai pencari nafkah atau Breadwinner ternyata bukan hanya terjadi di kalangan masyarakat biasa pada umumnya. Di kalangan masyarakat terdidik sekalipun cara pandang demikian juga masih terjadi. 


Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa kajian terhadap peranan ayah terhadap anak terlalu sedikit dibandingkan dengan studi yang mengupas peran ibu yang sudah banyak dikaji secara mendalam. 


The National Center For Education Statistic (NCES), sebuah lembaga Riset dan Pengembangan di Departemen Pendidikan Amerika Serikat menyebutkan bahwa sejak beberapa dekade silam, kajian anak dan isu-isu tentangnya cenderung hanya fokus terhadap anak dan ibu serta melupakan dan menafikan ayah (NCES, 1997). 


Sejumlah kajian kontemporer bahkan menegaskan betapa pentingnya peran ayah dalam pengasuhan anak yang meliputi banyak hal.


Pada tahun 1988, organisasi nirlaba Family Support Act telah menaruh perhatian secara serius akan resiko dan bahaya ketiadaan ayah (fatherless) dalam kehidupan anak. 


Alarm peringatan itu terbukti dengan hasil survei di beberapa negara maju seperti Amerika misalnya, seperti yang diungkapkan oleh Edward Kurk (2015), seorang Associate Profesor ilmu-ilmu sosial di British Columbia.

                                                                                                                                                                              Ketiadaan peran ayah terhadap anak ditengarai sebagai menyebabkan 70 persen siswa drop out dari sekolah,  rendahnya prestasi akademik, siswa terlibat kejahatan dan perbuatan kriminal dimana sekitar 85 persen remaja yang di penjara disebabkan ketiadaan peran ayah,  penyimpangan perilaku seksual pada remaja seperti hamil di luar nikah dan perilaku seks bebas. terjerumus pada narkotika dan obat-obatan terlarang,  remaja tidak betah di rumah atau broken home dimanan 90 persen remaja yang kabur dari rumah karena ketiadaan peran ayah dalam kehidupannya (fatherless).


Sayangngya tidak dilakukan penelitian tentang peran ayah dalam kesuksesan dan keberhasilan anak. 


Pada tahun 1981, Michael E. Lamb -ilmuwan penting yang mempelopori kajian ini telah membuat rumusan tentang tiga dimensi peran ayah terhadap anak.


Dalam bukunya The Role of The Father in Child Development (1981) Lamb membagi peran ayah dalam tiga dimensi yaitu ; Interaksi, kesediaan waktu,dan tanggung jawab. 


Maraknya  kajian dan diskusi yang ada tentang peran ayah, muncullah istilah  yang dikenal dengan “The Forgotten Contributor”, satu istilah yang menggambarkan bahwa ayah menjadi faktor yang signifikan dalam parenting anak.


Istilah “The Forgotten Contributor” secara harfiah berarti "kontributor yang terlupakan“, digunakan untuk menyebut seseorang (atau kelompok) yang memiliki peran penting dalam suatu proses, keberhasilan, atau pembangunan, tetapi perannya sering diabaikan, tidak diakui, atau dilupakan oleh masyarakat atau sejarah.


Istilah ini umum terjadi dalam tataran negara, corporate dan sosial.  Pahlawan tanda jasa merupakan istilah untuk tha forgotten contribution. Istilah 'Pahlawan tanpa tanda jasa' merupakan the forgotten contributor, misalnya. 


Hal ini dikarenakan sering kali ibu mendapat perhatian utama sebagai pengasuh dan pendidik anak, sedangkan peran ayah dalam pembentukan karakter, perlindungan, dan spiritualitas anak kurang disorot.


Ayah dalam keluarga sering disebut sebagai “The Forgotten Contributor” dalam kesuksesan anak atau keharmonisan keluarga.  Hal ini karena tanggung jawab ayah di sektor publik membuat ayah tidak memiliki waktu yang cukup untuk bersama-sama dengan anak-anak, mengikuti perkembangan dan mendidik mereka.


Sebaliknya, ibu bertanggung jawab dengan tugas-tugas domestik, termasuk mendidik anak. Maka hidup subur dalam masyarakat bahwa tugas mendidik anak adalah merupakan tugas ibu. 


Idealnya ayah dan ibu harus mengambil peranan yang saling melengkapi dalam kehidupan rumah tangga dan perkawinannya, termasuk didalamnya berperan sebagai model yang lengkap bagi anak-anak dalam menjalani kehidupan. 


Peran ayah merupakan bagian dari parenting. Orang tua terdiri dari ayah dan ibu. Keduanya harus sama-sama mengambil peran dalam perkembangan anaknya. Keluarga memiliki urgensi yang sangat vital dalam pengasuhan anak karena keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak. 


Keluarga berperan dalam membentuk kepribadian, karakter, dan memberikan landasan nilai-nilai yang akan dibawa anak sepanjang hidupnya. Pengasuhan yang baik dalam keluarga akan berdampak positif pada perkembangan kognitif, sosial, dan emosional anak, sementara pengasuhan yang buruk dapat menghambat perkembangan anak.  Dalam Surat Maryam ayat 59, Allah memberikan peringatan, 


فَخَلَفَ مِنۢ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَٱتَّبَعُوا۟ ٱلشَّهَوَٰتِ ۖ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا 


“Kemudian datanglah setelah mereka, pengganti yang mengabaikan salat dan memperturutkan nafsunya, maka mereka kelak akan tersesat.”


Di ruang keluarga, kita bercengkerama 

Tentang anyaman mimpi bersama

Bukan hanya kata-kata, tapi harapan

Yang membuat langit selalu menawan

Penuh dengan cita-cita dan  harapan 

Esok hari engkau akan melihat kenyataan yang mencengangkan

0 komentar:

Posting Komentar