Menilik ke belakang, di bulan Dzulhijjah ini ada sebuah
peristiwa perjalanan Nabi SAW yang sangat penting untuk selalu diingat. Saat
Nabi SAW melakukan Haji Wada’ , Beliau Memberikan sebuah pesan yang begitu
dalam. Sebuah pesan yang bukan sekedar wasiat dari Pemimpin sebuah Imperium
yang mulai tumbuh, tapi lebih pada sebuah pesan dari seorang yang diberi amanat
oleh Tuhan kepada Umatnya, Pesan yang akan selalu membimbing umat dalam
perjalanan hidup dan kehidupan. Mari kita simak baik-baik.
Pada tanggal 9
dzulhijjah, yaitu hari hajji. Beliau, nabi SAW diikuti oleh puluhan ribu kaum
muslimin berkumpul di suatu padang yang sangat luas ditengah lembah di kawasan
‘Uranah. Dengan tetap duduk di atas unta, dengan suara kencang beliau mulai
berkhutbah. Sekalipun suara beliau sudah keras tapi masih perlu disambung
dengan suara yang lebih keras lagi oleh Umayyah bin Khalaf. Setelah beliau
memanjatkan Puji syukur ke hadhirat Allah SWT, beliau berkata pada umatnya:
“Hai sekalian
manusia, perhatikanlah baik-baik apa yang hendak kukatakan! Aku tidak tahu,
kalau-kalau aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian semua dalam keadaan
seperti sekarang ini.”
“Hai kaum
muslimin, ketahuilah bahwa darah (jiwa) dan Harta benda kalian adalah suci bagi
kalian, sesuci hari dan bulan yang suci ini., hingga tiba saat kalian
pergi menghadap Allah, dan kalian pasti akan menghadapNya. Pada saat itulah
kalian dituntut pertanggungjawaban atas segala yang telah kalian perbuat! Ya
Allah… itu telah kusampaikan.”
“ Barang
siapa yang menanggung beban amanat hendaklah ia menunaikan amanat itu kepada
yang berhak menerimanya.”
“ Semua
macam riba terlarang, tetapi kalian masih berhak menerima kembali harta
pokoknya (modalnya). Dengan demikian kalian tidak berlaku dzalim dan tidak pula
diperlakukan dzalim! Allah telah menetapkan bahwa riba tidak boleh dilakukan
lagi, dan riba Al-Abbas bin Abdul Mutthalib sudah tidak berlaku!”
“ Semua
tuntutan darah (pembalasan jiwa) semasa jahiliyah tidak berlaku lagi, dan
tuntutan darah yang pertama kuhapuskan ialah tuntutan darah (jiwa) Ibnu Rabi’ah
bin Al-Harits bin Abdul Mutthalib!”
“Hai kaum
muslimin, Menukar bulan Hurum (bulan suci) dengan bulan lain adalah perbuatan
menambah kekufuran, dan justru karena perbuatan itulah orang-orang kafir
bertambah sesat. Mereka menghalalkan perbuatan yang diharamkan dalam bulan suci
pada tahun yang satu dan mengharamkan perbuatan yang dihalalkan (dalam
bulan-bulan biasa) pada tahun yang lain dengan maksud melengkapi jumlah bulan-bulan
suci yang telah ditetapkan Allah”
“ Hai kaum
muslimin, zaman berputar semenjak Allah menciptakan langit dan bumi, bilangan
bulan menurut hitungan Allah adalah dua belas bulan, empat bulan di antaranya.
Adalah bulan-bulan suci, yaitu tiga bulan berturut-turut (Dzulqi’dah,
Dzulhijjah, dan Muharram) dan bulan Rajab antara bulan Jumadilakhir dan
Sya’ban.”
“ Hai kaum muslimin, sebagaimana kalian mempunyai hak
atas istri-istri kalian, merekapun mempunyai hak atas kalian. Hak kalian atas
mereka adalah melarang mereka memasukkan lelaki lain yang tidak kalian sukai ke
dalam rumah kalian, dan mereka wajib menjaga diri agar jangan sampai berbuat
tidak senonoh. Apabila mereka berbuat demikian itu, Allah mengizinkan kalian
berpisah tidur dengan mereka, dan kalian boleh memukul mereka satu kali dengan
pukulan yang tidak menimbulkan cacad badan. Jika mereka telah menghentikan
perbuatan seperti itu, kalian wajib memberi nafkah, sandang-pangan, kepada
mereka secara baik-baik. Hendaklah kalian berlaku baik terhadap istri-istri
kalian, sebab mereka itu adalah mitra yang membantu kalian dan karena mereka
tidak memiliki sesuatu untuk diri mereka sendiri. Kalian telah mengambil mereka
sebagai amanat Allah dan kehormatan mereka dihalalkan bagi kalian dengan nama
Allah”
“Hai kaum
muslimin, camkan baik-baik apa yang kukatakan. Hal itu telah aku sampaikan!
Kutinggalkan bagi kalian sesuatu yang jika kalian berpegang teguh padanya.
Kalian tidak akan sesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya!
Soal itu jelas bagi kalian!”
“Hai kaum muslimin, dengarkan dan fahamilah
kata-kataku. Kalian pasti mengerti bahwa setiap muslim adalah saudara bagi
muslim yang lain, dan segenap kaum muslimin adalah saudara. Namun tidak
seorangpun dari kalian yang dihalalkan mengambil sesuatu milik saudaranya
(sesama muslim) kecuali diberikan atas dasar kerelaan hatinya. Jangan
sekali-kali kalian berlaku dzalim terhadap diri kalian sendiri!”
“Ya Allah,
bukankah (semuanya) itu telah kusampaikan?!!” dengan suara gemuruh membelah
angkasa, kaum muslimin menyambut: “ya benar ya rasulullah!”. Beliau kemudia
mohon disaksikan Allah:” Ya Allah, saksikanlah”.
0 komentar:
Posting Komentar