"Hai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong Allah swt., maka Allah akan menolong kalian
dan meneguhkan pendirian kalian." (Muhammad: 7)
Ayat ini berbicara tentang salah satu dari sunatullah (baca: ketetapan Allah), bahwa bekerja dalam
koridor dakwah, menolong agama Allah swt. merupakan aktivitas mulia. Ka- renanya Allah swt.
menjamin akan memberi pertolongan dalam bentuk kemenangan maupun pahala yang besar di
akhirat kelak. Di sini, kemenangan merupakan harapan sekaligus cita-cita setiap orang, baik secara
personal maupun kolektif (berjamaah) dalam setiap perjuangan yang dilakukannya. Agar wujud
kemenangan yang diraih merupakan kemenangan yang hakiki, bukan semu dan bersifat temporal,
apalagi bersifat istidraj. Maka ayat-ayat kemenangan layak direnungkan kembali untuk melihat
sejauh mana "Qawanin An-Nashr" itu ada dan melekat bersama perjuangan tersebut.
Pertama, danyangsangat mendasar adalahbahwa kemenangan itu hak mutlak Allah swt. yang akan
dianugerahkan berdasarkan ilmu dan hikmah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya,
"Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan
agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (Al-Anfal: 10)
Kemenangan dalam konteks ini tidak ditentukan oleh jumlah pasukan yang besar, alat persenjataan
yang lengkap maupun sumber dana yang melimpah. Kemenangan hanya bisa dicapai manakala Allah
swt. berkenan memberikan pertolongan-Nya. Hal ini sebagaimana Firman Allah swt.,
"Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu, jika Allah
membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong
kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin
bertawakkal." (Ali Imran: 160)
Al-Qur'an mengabadikan beberapa kemenangan yang di- raih justru oleh pasukan yang sedikit yang
berhadapan dengan pasukan yang besar dan memiliki persenjataan yang lengkap. "Berapa banyak
terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah
beserta orang-orang yang sabar." (Al-Baqarah: 249). Sebagai contoh, pasukan yang dipimpin oleh
Thalut yang meraih kemenangan atas pasukan Jalut dengan izin Allah swt. Bahkan itu terjadi saat
sebagian pasukan Thalut merasa gentar dan mengakui ketidakberdayaan mereka. "Tak ada
kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." (Al-Baqarah: 249). Namun
Allah swt. memiliki otoritas kehendak yang menyalahi kalkulasi matematis manusia. "Mereka
(tentara Thalut) mengalahkan tentara Jahut dengan izin Allah dan (dalam peperangan in) Daud
memburush Jabut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah." (AlBaqarah: 251). Bahkan Allah wwt. pernah menolong hamba-Nya yang tidak membawa bala tentara
dan persenjataan sekalipun seperti yang pernah dialami oleh Rasulullah saw. bersama sahabat Abu
Bakar ra., Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad), maka se stengguhrya Allah telah menolongnya
(yaitu) ketika orang-orang kafır (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia
salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada
temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah
menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantuarya dengan tentara yang kamu
tidak melihatnya, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan kalimat Allah itulah
yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (At-Taubah: 40)
Inilah qanun pertama yang seringkali berbeda dengan analisa, survei dan prediksi manusiawi yang
sempit. Qanun ini merupakan sunatullah yang tidak akan berubah dan tetap berlaku hingga hari
kiamat, karena merupakan hak mutlak Allah swt.,
"Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunah Allah, dan sekali-kali tidak
(pula) akan menemui penyim pangan bagi sunah Allah itu." (Fathir: 43)
Kedua, Allah swt. hanya akan memberikan pertolongan dan kemenangan hanya kepada mereka yang
benar-benar mem- berikan andil dan peran yang besar dalam menolong agama-Nya. Semakin besar
kontribusi dan peran aktif seseorang dan jamaah dalam menegakkan agama Allah swt., maka
semakin besar pula peluang mendapat pertolongan Allah swt. Allah menegaskan dalam Firman-Nya
dengan menggunakan redaksi syarat dan balasan,
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu
dan meneguhkan kedu dukanmu." (Muhammad: 7)
Dalam ayat yang lain, syarat kemenangan disampaikan dalam bentuk kabar berita yang diperkuat
dengan "nun taukid" dan "lamul-qasam" yang menunjukkan kesungguhan dan kepastian Allah swt.
menolong mereka yang menolong agama-Nya,
"Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benarbenar Maha Kuat lagi Maha Perkasa". (Al-Hajj: 40)
Terkait dengan qanun yang kedua ini, Syekh Muhammad Al-Hamid menegaskan satu kaidah ketika
mengingat perjuangan Syekh Hasan Al-Banna: "Kana Lillah Fakanallah Lahu" karena ia secara
totalitas (bekerja) untuk Allah swt., maka Allah swt. juga secara totalitas senantiasa bersamanya". Di
sini, kemenangan jelas akan terwujud dengan komitmen dan istiqamah yang tinggi untuk menolong
agama Allah swt. dan menegakkan syariat-Nya di muka bumi ini. Inilah wujud kongkrit dari
mengaktualisasikan qanun menolong agama Allah swt. dan mengisi kemenangan yang telah
dianugerahkan Allah swt.,
"(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka
mendirikan sembahyang menunaikan zakat, menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari
perbuatan yang mungkar, dan kepada Allah lah kembali segala urusan." (Al-Hajj: 41)
Dr. Muhammad Al-Ghazali menegaskan, bahwa permulan kita mendapat kemenangan yang hakiki
adalah saat kita memulai lembaran hidup baru dengan taubat yang ikhlas, niat yang lurus penuh
suka cita dan ketundukan yang totalitas kepada Allah swt. Dengan cara seperti itu, insya-Allah akan
dapat berbuat banyak kebaikan dan mengukir prestasi yang sebelumnya tidak pernah disadarinya.
Kemenangan inilah yang membuat seseorang dapat mengatasi sebab-sebab kelemahan dan kelalaian, membebaskan diri dari belenggu hawa nafsu dan kesenangan sesaat. Justru kelompok
yang layak mendapat anugerah 'pemenang sejati' adalah mereka yang senantiasa mampu hadir
bersama ajaran dan perintah Allah swt. dengan sebaik-baiknya,
"Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan takut kepada Allah dan bertaqwa
kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang menang". (An-Nur: 52)
Ketiga, kemenangan adalah milik orang-orang yang benar- benar beriman. Merekalah yang harus
memperjuangkannya, karena Allah swt. hanya akan memberikan kemenangan itu kepada dan
melalui orang-orang yang beriman.
"Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi Rasul, (yaitu)
sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan. Dan sesungguhnya tentara Kami
itulah yang pasti menang." (Ash-Shaffat: 171-173)
Dalam ayat yang lain, Allah swt. senantiasa memotivasi hamba-hamba-Nya yang beriman bahwa
pertolongan sangat dekat dengan mereka,
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga. padahal belum datang kepadamu (cobaan)
sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul
dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah,
sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." (Al-Baqarah: 214)
Secara historis, ayat ini memang ditujukan kepada para mujahid generasi pertama umat ini. Namun
secara makna, ayat ini lebih tepat untuk dijadikan bahan tarbiyah bagi mereka yang kepadanya
diserahkan amanah dakwah Ilallah untuk memelihara soliditas dan keteguhan mereka, bahwa
kemenangan itu dekat dan identik dengan perjuangan, cobaan dan ujian. Hanya me- reka yang solid
yang berhak meraih kemenangan yang hakiki. Seperti yang tersirat dari jawaban Allah swt. atas
pertanyaan dan keluhan Rasul dan para sahabatnya, "Bilakah datangnya pertolongan Allah?"
Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat".
Menurut Sayyid Quthb, pertolongan Allah swt. akan diberikan kepada mereka yang konsisten hingga
akhir hayat, yang tetap mantap meskipun dalam penderitaan dan kesengsaraan, tetap teguh dan
tegar ketika menghadapi goncangan, dan pada puncaknya mereka yakin bahwa tidak ada
pertolongan melainkan pertolongan Allah swt. semata. Pada level tertinggi ini, barulah mereka layak
dan berhak mendapat surga-Nya setelah ujian yang maksimal dan bersabar di atasnya. Bahkan
secara khusus dalam salah satu ceramahnya memperingati peristiwa hijrah Rasulullah saw, Sayyid
Quthb mengingatkan, bahwa orang yang berhak memperingati sejarah keagungan perjuangan
dakwah Rasulullah saw. bersama para sahabatnya adalah mereka yang telah mampu mengangkat
jiwa mereka pada level tertinggi dari sikap zuhud terhadap harta, zuhud terhadap kedudukan serta
zuhud dalam bentuk apapun dari kemungkinan bisa memalingkan konsistensinya dari jalan dakwah.
Karena ada yang lebih besar dari itu semua, yaitu surga Allah swt.
Padahal jika dicermati secara logika, sangatlah mudah bagi Rasulullah saw. untuk memenangkan
dakwah Islam dan menghancurkan para penentangnya dengan langsung memohon kepada Allah
swt. agar segera menghancurkan mereka, seperti yang pernah dimohon oleh Nabi Nuh as. dan Nabi
Luth as., maka kaumnya diluluh-lantahkan oleh Allah swt. kemudian diganti dengan kaum yang baru. Tetapi tidak demikian dengan Rasulullah saw. Beliau justru memilih jalan yang sukar, jalan jihad dan
jalan pengorbanan, karena jika kemenangan itu diraih dengan cara yang mudah, maka soliditas dan
keteguhan para sahabatnya belum teruji. Beliau memilih jalan yang sukar dan penuh dengan ujian
dan cobaan, semata-mata agar dijadikan 'teladan' bagi umat setelahnya, bahwa kemenangan itu
harus dengan perjuangan, pengorbanan dan menempuh jalan yang sukar. Karena kemenangan yang
mudah diraih tidak akan kekal, begitu juga dengan dakwah yang 'mudah' hanya akan diminati oleh
orang-orang yang 'lemah'. Sedangkan kemenangan yang hakiki dan dakwah yang sukar memang
hanya bisa disertai oleh mereka yang kuat, teguh dan solid dengan keimanan mereka.
Prof. Dr. Yusuf Al-Qardhawy menyebutkan beberapa karak- teristik generasi yang akan membawa
kemenangan yang dicita- citakan dengan menyetir Firman Allah swt. dalam surah Al- Ma'idah: 54,
"Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka
kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun
mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras
terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang
yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan
Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. (Al-Ma'idah: 54)
Dalam bukunya "Generasi Pembawa Kemenangan yang Dicita-citakan", Yusuf Al-Qardhawy
mengomentari ayat di atas dengan mengatakan, "Merekalah generasi yang mencintai Allah swt.
lebih dari segalanya, bersikap kasih sayang terhadap sesama muslim dan bersikap tegas dan keras
terhadap orang kafir. Mereka senantiasa memperjuangkan kebenaran dan melakukan amar makruf
nahi mungkar kepada siapapun tanpa rasa takut mendapat celaan dan cemoohan. "Sesungguhnya
mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan. Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti
menang." (Ash-Shaffat: 172-173)
Ketiga qanun di atas tetap akan melalui proses panjang sebuah ujian dan tantangan untuk dijadikan
barometer kesungguhan dan ketulusan mereka yang berada dalam garis perjuangan menegakkan
kalimatullah. Kemenangan hakiki tidak datang dalam waktu yang instan dan cepat. la harus melalui
berbagai ujian untuk mengukur sejauh mana keyakinan para peserta perjuangan dengan
pertolongan Allah swt. Jika aktualisasi ayat- ayat kemenangan di atas mampu kita hadirkan, maka
sungguh kemenangan memang senantiasa dekat dan selalu berpihak kepada kita. Saatnya
menjadikan ayat-ayat Allah swt. sebagai motivasi dalam setiap langkah dan gerak perjuangan kita
agar kita dicatat sebagai golongan mereka yang layak mendapatkan pertolongan Allah swt. Amin. []