Manusia tidak luput dari salah dan dosa. Dosa-dosa itulah yang menjadi hijab atau pembatas antara hamba dengan Allah SWT serta Allah memandang hamba-Nya itu dengan penuh benci dan murka sehingga terhijab seluruh rahmat dan kasih sayang-Nya. Jika ini terjadi, segala amal ibadah serta kebajikan yang kita lakukan tidak diterima dan tertolak. Bahkan bukan itu saja, di Akhirat besok, Allah akan menghukum dengan Neraka yang maha dahsyat. Oleh itu wajib setiap hamba Allah itu bertaubat dengan secepatnya jika sudah terlajur melakukan dosa dan kesalahan.
Taubat secara bahasa artinya kembali. Secara istilah artinya kembali kepada Allah yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Menyerah diri pada-Nya dengan hati penuh penyesalan yang sungguh-sungguh. Yakni kesal, sedih, ssah serta rasa tidak patut atas dosa-dosa yang pernah kita dilakukan sehingga menangis. Hati terasa pecah-pecah bila mengingati dosa-dosa yang dilakukan itu. Memohon agar Allah yang Maha Pengampun akan menerima tobat kita. Hati menyesal akan perbuatan dosa yang kiata lakukan itu menjadikan anggota-anggota lahir (mata, telinga, kepala, kaki, tangan, kemaluan) tunduk dan patuh dengan syariat yang Allah telah tetapkan dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan-perbuatan itu kembali.
Itulah pengertian taubat. tidak cukup dengan hanya mengucapkan istighfar di mulut, “ Astaghfirullahal adzim.” Hati tidak merasa bersalah dan berdosa. Tidak semudah itu Allah SWT hendak menerima taubat hamba-hamba-Nya kecuali setelah menempuh syarat-syarat (proses) yang telah ditetapkan-Nya.
Syarat-syarat taubat ada dua bahagian sebagaimana dosa dan pahala terbahagi kepada dua, yaitu:
- Syarat taubat di atas dosa dan kesalahan dengan Allah
- Syarat taubat di atas dosa dan kesalahan dengan sesama manusia
SYARAT TAUBAT DOSA DENGAN ALLAH
Antara syarat-syarat taubat yang berhubung kait dengan Allah ialah:
- Menyesal sungguh di atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Yakni terasa kesal, sedih, dukacita, rasa tidak patut kerana melanggar syariat Allah. Sekaligus datang perasaan menyerah diri kepada-Nya.
- Berazam/bercita-cita bersungguh-sungguh tidak akan mengulangi lagi perkara-perkara yang menjadi larangan Allah itu.
- Meninggalkan perkara-perkara yang mendatangkan dosa-dosa dengan Allah sama ada dosa besar atau dosa kecil.
a. Antara contoh-contoh dosa besar ialah meninggalkan sembahyang, tidak puasa, mengadu nasib, minum arak, zina, judi, riba, memfitnah, mengumpat, membunuh dan lain-lain lagi.
b. Di antara dosa-dosa kecil ialah mendedahkan aurat, bergaul bebas antara lelaki dan perempuan, mendengar nyanyian yang menaikkan nafsu syahwat, bercakap perkaraperkara lucah, bergurau berlebih-lebihan, berkelakar, membazir dan lain-lain lagi.
Oleh itu, kalaulah selama ini kita terlibat dengan perbuatan yang haram (seperti riba, mendedahkan aurat, minum arak) maka kita tidak akan buat lagi atau terus tinggalkan perbuatan tersebut. Juga kalau kita terlibat dengan dosa-dosa kerana meninggalkan perkara-perkara wajib (seperti meninggalkan sembahyang dan tinggal puasa), maka kita tidak akan meninggalkannya lagi. Ertinya kita terus melaksanakan perkara-perkara yang wajib dengan bersungguh-sungguh dan membayar (qadha) segala perintah wajib yang tertinggal.
SYARAT TAUBAT DOSA DENGAN MANUSIA
Sekiranya seseorang itu berbuat dosa dan kesalahan yang ada hubungan sesama manusia, antara syarat-syarat taubat yang mesti ditempuhi ialah:
- Menyesal sungguh-sungguh di atas segala kesalahan yang dibuat terhadap orang lain itu. Benar-benar terasa di hati perasaan sedih, dukacita dan rasa tidak patut berbuat begitu.
- Meninggalkan terus perkara-perkara yang mendatangkan dosa dengan manusia.
- Berazam bersungguh-sungguh untuk tidak mengulangi perkara-perkara yang mendatangkan dosa yang ada hubungan dengan manusia (mu’amaidh).
- Meminta maaf atau meminta ridho (halal) kepada orang yang kita telah berbuat dosa terhadapnya atau bayar semula ganti rugi atau pulangkan barang yang telah diambil.Dosadosa sesama manusia ini kalau hendak disebutkan terlalu banyak.
Secara ringkasnya ia boleh dibagi menjadi empat kategori yaitu:
a. Dosa yang ada hubungan dengan harta.
Contohnya hutang yang tidak dibayar, harta yang dicuri, dirampas, ditipu, dibinasakan dan lain-lain lagi. Ini semua mesti minta dihalalkan atau meminta maaf pada orang yang bersangkutan atau bayar hutang atau dibayar ganti ruginya atau seumpamanya.
b. Dosa yang ada hubungan dengan peribadi.
Contohnya pukul, tempeleng, menyubit, menyiksa dengan barang-barang tajam atau binatang-binatang bisa, mencacatkan anggotanya atau memotong anggotanya, mengurung atau memenjarakannya dan lain-lain. Dosa-dosa ini semuanya mesti diminta maaf kepada orang berkenaan dan bersedia menerima hukuman mengikut ketentuan syariat sekiranya dia meminta untuk mengenakan hukuman di atas perbuatan kita itu.
c. Dosa yang ada hubungan dengan agamanya.
Misalnya memberi malu di depan khalayak ramai, mengumpat dirinya, menghinanya, menuduh dia dengan tuduhan-tuduhan yang tidak benar, fitnah dan lain-lain kesalahan. Ini mesti diminta maaf atau minta redha.
d. Dosa yang ada hubungan dengan keluarganya.
Contohnya kita pernah pegang-pegang, raba-raba, cium anak gadisnya atau zina terhadap anggota keluarganya dan lain-lain. Maka hendaklah minta maaf dan minta ridho dari keluarganya. Kalau mereka tidak ridho dan maafkan.
Di sini kita dapat lihat bahawa bertaubat terhadap dosa dengan sesama manusia lebih berat daripada dosa dengan Allah. Ia mesti menempuh empat syarat tetapi dosa dengan Allah hanya tempuh tiga syarat.
Semua tuntutan syariat ini mesti dibuat mengikut kaedah di atas, barulah taubat itu diterima oleh Allah. Sungguhpun begitu bukan mudah untuk menunaikan syarat-syarat tadi melainkan setelah memiliki hati yang benar-benar ikhlas. Kalau tidak dapat menunaikan syarat-syarat ini, taubat itu tetap tidak akan diterima. Orang yang egonya tinggi amat berat untuk bertaubat. Lebih-lebih lagi dosa yang dilakukan itu terhadap sesama manusia.
Begitulah kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya kalau mereka membuat dosa-dosa. Masih ada peluang bertaubat untuk mendapat keampunan dari Allah dengan menempuh syarat-syarat yang telah disebutkan. Kecuali dosa syirik yang tidak mendapat keampunan dari Allah. Ini telah dinyatakan di dalam firman-Nya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunkan dosa-dosa syirik tetapi akan mengampunkan selain itu.” (An Nisaa’: 48)
Maknanya selain syirik, orang-orang yang bertaubat daripada dosa-dosanya akan diampunkan oleh Allah. Apabila diampunkan, maka samalah dia seperti orang yang tidak berdosa.
Sabda Rasulullah SAW: “Orang yang bertaubat daripada dosa sepertilah orang yang tidak berdosa.”(Riwayat At Thobroni)
Sabdanya yang lain: “Sesungguhnya Allah menyukai seorang mukmin yang terjerumus berbuat dosa tetapi bertaubat.” (Riwayat Ahmad)
Seterusnya Sabda Baginda lagi: “Sesungguhnya Allah menerima taubat hamba-Nya selama nyawa belum sampai ke tenggorokan.” (Riwayat Ahmad)
“Semua anak Adam pembuat kesalahan, dan sebaik-baik pembuat kesalahan ialah mereka yang bertaubat.” (Riwayat Addarami)
“tidak ada sesuatu yang lebih disukai Allah daripada seorang pemuda yang bertaubat.” (Riwayat Ad Dailami)
Allah juga memberitahu kita dalam firman-Nya: “Maka barangsiapa yang bertaubat, sesudah melakukan kejahatan itu dan membaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al Maidah: 39)
Firman Allah yang bermaksud: “Tidakkah kamu tahu, sesungguhnya Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, disiksa-Nya siapa yang dikehendaki-Nya dan diampuni-Nya bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al Maidah: 40)
Allah berfirman lagi: “Dan barangsiapa yang mengerjakan ke-jahatan dan menganiaya dirinya kemudian dia memohon ampun kepada Allah, nescaya dia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (An Nisaa’: 110)
Berdasarkan Hadis-Hadis dan ayat-ayat Al Quran tadi, dapat difahami bahawa wajib setiap orang Islam itu bertaubat daripada dosa-dosanya supaya tidak menjadi hijab antara dia dengan Allah SWT (huraian lanjut dalam Bab 28: Rahsia Hati).
Setelah bersih daripada dosa, hijab pun terangkat. Terhubunglah kembali kasih Allah yang terputus selama ini. Dia memandang hamba-Nya itu dengan pandangan penuh kasih sayang sehingga rahmat-Nya melimpah ruah. Justeru itu, hiduplah si hamba yang bertaubat itu dengan penuh bahagia di dunia dan mendapat balasan Syurga di Akhirat.
TAUBAT
Makna Taubat
Menurut bahasa
At-taubah berarti ar-rujuu’ (kembali), sedangkan menurut istilah taubat adalah kembali dari kondisi jauh dari
Allah swt menuju kedekatan kepada-Nya. Atau : pengakuan atas dosa, penyesalan,
berhenti, dan tekad untuk tidak mengulanginya kembali di masa datang.
Mengapa harus bertaubat ?
1.
Karena
manusia pasti berdosa.
2.
Karena
dosa adalah penghalang antara kita dan Sang Kekasih (Allah swt), maka lari dari
hal yang membuat kita jauh dari-Nya adalah kemestian.
3.
Karena
dosa pasti membawa kehancuran cepat atau lambat, maka mereka yang berakal sehat
pasti segera menjauh darinya.
4.
Jika
ada manusia yang tidak melakukan dosa, pasti ia pernah berkeinginan untuk
melakukannya. Jika ada orang yang tidak pernah berkeinginan melakukan dosa,
pasti ia pernah lalai dari mengingat Allah. Jika ada orang yang tidak pernah
lalai mengingat Allah, pastilah ia tidak
akan mampu memberikan hak Allah sepenuhnya. Semua itu adalah kekurangan yang
harus ditutupi dengan taubat.
5. Karena Allah swt
memerintahkan kita bertaubat (66/8), (24/31), (11/3).
6. Karena Allah
mencintai orang yang bertaubat (2/222).
7. Karena Rasulullah
saw senantiasa bertaubat padahal beliau seorang nabi yang ma’shum (terjaga dari
dosa). Beliau bersabda : “Demi Allah, sesungguhnya aku meminta ampun dan
bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.” (HR.
Bukhari). Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa beliau beristighfar seratus
kali dalam sehari.
Syarat-syarat
taubat
1.
Penyesalan
dari dosa karena Allah.
2.
Berhenti
melakukannya.
3.
Bertekad
untuk tidak mengulanginya di masa datang.
4.
Dilakukan
sebelum nyawa sampai di tenggorokan ketika sakaratul maut, atau sebelum
matahari terbit dari barat.
5.
Jika
dosa berkaitan dengan sesama manusia, maka syaratnya bertambah satu: melunasi
hak orang tersebut, atau meminta kerelaannya, atau memperbanyak amal kebaikan.
Kemaksiatan yang
dilakukan berkaitan dengan hak sesama manusia, ada empat syarat yang harus
dipenuhi, yakni syarat pertama, kedua, dan ketiga, sebagaimana tiga syarat di
atas, dan syarat keempat: membebaskan diri dari hak tersebut.
Artinya, jika hak itu berupa harta benda, ia harus mengembalikan kepada
pemiliknya. Jika berupa qadzaf (menuduh orang lain berbuat zina), ia
harus menyerahkan dirinya untuk dijatuhi hukuman atau meminta maaf kepada orang
yang bersangkutan. Jika berupa ghibah (menggunjing orang lain), ia harus
meminta maaf kepada orang tersebut.
Setiap orang harus bertaubat dari segala dosa yang pernah diperbuat. Jika
ia hanya bertaubat dari sebagian dosanya, taubat tersebut diterima, namun ia
masih mempunyai tanggungan dosa yang lain.
Buah
dari Taubat
Taubat selain
kewajiban dan keharusan yang mesti dilakukan oleh manusia, tanpa terkecuali
orang beriman apalagi orang banyak berdosa dan maksiat. Allah SWT berfirman :
“...dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang
beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nuur: 31)
Allah Berfirman :
“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya...” (Huud: 90)
Allah Berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang
sesungguhnya...” (At-Tahrim:
8)
Dalam hadits nabi disebutkan :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرَ
مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً (رَوَاهُ الْبُخَارِي)
Abu Hurairah r.a. berkata : “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda,
‘Demi Allah, sesungguhnya, aku membaca istighfar dan bertaubat kepada Allah
dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.’” (HR. Bukhari)
Dalam riwayat
lain disebutkan :
وَعَنْ الأَغَرِّ بْنِ يَسَارٍ الْمُزَنِي
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّي أَتُوبُ فِي
الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ (رَوَاهُ مُسْلِم)
Al-Aghar bin Yasar
Al-Muzani r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Hai manusia,
bertaubatlah kepada Allah dan mintalah ampunan kepada-Nya. Sesungguhnya, aku
bertaubat seratus kali dalam sehari.” (HR. Muslim)
Taubat juga
merupakan amalan yang sangat disenangi
dan dicintai oleh Allah SWT. Seperti firman Allah :
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ
الْمُتَطَهِّرِيْنَ
“Sesungguhnya Allah mencintai orang
yang bertaubat dan mencintai orang yang mensucikan diri” (Al-Baqoroh : 222)
Kegembiraan
dan kesenangan Allah begitu besar seperti orang yang mendapatkan barang yang
sebelumnya hilang namun secara tiba-tiba ada dihadapannya, Rasulullah saw mentamsilkan
dalam haditsnya :
عَنْ أَبِي حَمْزَةِ أَنَسِ بْنِ مَالِكِ
الأَنْصَارِي خَادِمُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
اللَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ
وَقَدْ أَضَلَّهُ فِي أَرْضِ فُلاَةٍ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ) وفي
رواية أخرى : للهِ أَشَدُّ فَرْحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِيْنَ يَتُوْبُ إِلَيْهِ
مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلىَ رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فُلاَةٍ فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ
وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَأَيَسَ مِنْهَا فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ
فِي ظِلِّهَا وَقَدْ أَيَسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ هُوَ
بِهَا قَائِمَةٌ عِندَهُ فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ
الْفَرْحِ اللَّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِي وَأَنَا رَبُّكَ أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ
الْفَرَحِ (رواه مسلم)
Abu Hamzah, Anas bin Malik Al-Ansari r.a. (pelayan Rasulullah SAW.) berkata
bahwa Rasulullah saw. Bersabda : “Allah lebih gembira terhadap taubat
hamba-Nya daripada seseorang di antara kamu yang mendapatkan untanya yang telah
hilang di gurun sahara.” (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat lain disebutkan : “Allah
sangat gembira terhadap hamba-Nya yang mau bertaubat. Kegembiraan Allah itu
lebih besar daripada kegembiraan seseorang di antara kamu yang mendapatkan
kembali untanya yang sarat dengan perbekalan. Sebelumnya, ia mengendarai
untanya di gurun sahara, lalu unta yang ِa tunggangi lepas.
Padahal,
di atas unta tersebut terdapat makanan dan minuman perbekalannya. Ia sudah
putus asa. Kemudian, ia mendekati sebuah pohon, dan berbaring di bawahnya. Dia
sudah yakin bahwa untanya tidak akan kembali. Pada saat itulah, tiba-tiba unta
tersebut berdiri di depannya. Ia memegang kendalinya. Lalu karena sangat
gembiranya, ia mengucapkan, ‘Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah
tuhan-Mu.’ Ia salah mengucapkannya karena sangat gembira.” (HR. Muslim)
Dalam hadits disebutkan :
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةِ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : يَضْحَكُ
اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى إِلَى رَجُلَيْنِ يَقْتُلُ أَحَدُهُمَا الآخَرَ
يَدْخُلاَنِ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُ هَذَا فِي سَبِيْلِ اللهِ فَيَقْتُلُ ثُمَّ
يَتُوْبُ اللهُ عَلَى الْقَاتِلِ فَيَسْلَمَ فَيَسْتَشْهِدُ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Allah swt.
tertawa melihat dua orang yang ingin saling membunuh, tetapi keduanya masuk
surga.”
Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana itu bisa terjadi?”
(Rasulullah menjawab), “Orang yang pertama berperang di jalan Allah, lalu
ia terbunuh sebagai syahid. Kemudian, si pembunuh bertaubat dan masuk Islam. Ia
berperang di jalan Allah hingga mati sebagai syahid.” (Muttafaq ‘alaih)
Disamping itu pula Allah akan menggantikan keburukan dengan
kebaikan, sebagaimana firman-Nya :
إِلاَّ مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ
عَمَلاً صَالِحًا فَأُولئِكَ يُبَدِّلُ اللهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ
اللهُ غَفُوْرًا رَحِيْمًا
“Kecuali orang
yang bertaubaat, beriman dan melakukan perbuaatan baik; maka kejahatan mereka
diganti dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
(Al-Furqon : 70)
Karena itu taubat bagi kita adalah sebuah kebutuhan agar kita mendapatkan
karunia yang begitu dari Allah SWT.
Adapun buah dari bertaubat kepada Allah adalah :
1.
Mendapatkan
kecintaan dari Allah SWT (Al-Baqoroh : 222)
2.
Mendapatkan
nikmat dari Allah saat di dunia (Nuh : 10-12)
3.
Dihapuskannya
dosa-dosa (At-Tahrim : 8)
4.
Mendapatkan
ganjaran surga (At-Tahrim : 8)
5.
Digantikannya
kejahatan dengan kebaikan (Al-Furqon : 70)
Yang menyebabkan dosa kecil menjadi besar di sisi Allah swt
Þ
Jika dilakukan terus menerus (3/135).
Dosa besar yang hanya dilakukan sekali lebih bisa diharapkan pengampunannya
dari pada dosa kecil yang dilakukan terus menerus. Jika seorang hamba
meremehkannya. Setiap kali seorang hamba menganggap besar sebuah dosa niscaya
akan kecil di sisi Allah, dan setiap kali ia menganggap remeh sebuah dosa
niscaya akan menjadi besar di sisiNya.
Abdullah bin Mas’ud ra berkata : “Seorang mukmin memandang dosanya bagaikan
gunung yang akan runtuh menimpa dirinya, sedangkan seorang pendosa menganggap
dosanya seperti seekor lalat yang menclok di hidungnya, cukup diusir dengan
tangannya.” (Bukhari-Muslim).
Bilal bin Sa’ad rahimahullah berkata : “Jangan kamu memandang kecilnya
dosa, tapi lihatlah keagungan Zat yang kamu durhakai itu.”
Jika dilakukan dengan bangga atau minta dipuji, seperti seseorang yang
mengatakan : “Lihat, bagaimana hebatnya saya mempermalukan orang itu di depan
umum!?” Atau seperti ucapan seorang pedagang : “Lihat, bagaimana saya bisa
menipu pembeli itu!?”
Þ
Jika seseorang melakukan dosa tanpa diketahui orang lain
lalu ia menceritakannya dengan bangga kepada orang lain.
Rasulullah saw bersabda : “Setiap
ummatku selamat kecuali orang-orang yang terang-terangan berlaku dosa. Dan diantara
perbuatan terang-terangan melakukan dosa ialah jika seseorang berdosa di malam
hari sementara Allah telah menutupi aibnya, namun di pagi hari ia merobek tirai
penutup itu sambil berkata : “Hai Fulan, semalam aku melakukan ini dan itu.”
(Bukhari-Muslim).
Þ
Jika yang melakukannya seorang alim yang menjadi panutan.
Karena apa
yang ia lakukan dicontoh oleh orang lain. Ketika ia melakukan dosa, maka ia
juga mendapatkan dosa orang yang mencontohnya. Rasulullah bersabda : “…dan
barang siapa memberi contoh keburukan dalam Islam maka baginya dosa perbuatan
itu dan juga dosa orang yang mencontohnya setelah itu tanpa dikurangi
sedikitpun dosa itu dari pelakunya.” (Muslim).
Allah
pasti menerima taubat hamba-Nya
Jangan takut
dengan dosa yang pernah kita lakukan karena Allah pasti akan menerima taubat
hamba selama dirinya mau datang kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dengan
penuh kesungguhan
وَعَنْ أَبِي سَعِيْدٍ سَعْدِ بْنِ مَالِكِ
بْنِ سَنَانٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً
وَتِسْعِينَ نَفْسًا فَسَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الْأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى
رَاهِبٍ فَأَتَاهُ فَقَالَ إِنَّهُ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا فَهَلْ
لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ فَقَالَ لَا فَقَتَلَهُ فَكَمَّلَ بِهِ مِائَةً ثُمَّ سَأَلَ
عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الْأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ فَقَالَ إِنَّهُ
قَتَلَ مِائَةَ نَفْسٍ فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ فَقَالَ نَعَمْ وَمَنْ يَحُولُ
بَيْنَهُ وَبَيْنَ التَّوْبَةِ انْطَلِقْ إِلَى أَرْضِ كَذَا وَكَذَا فَإِنَّ
بِهَا أُنَاسًا يَعْبُدُونَ اللَّهَ فَاعْبُدْ اللَّهَ مَعَهُمْ وَلَا تَرْجِعْ
إِلَى أَرْضِكَ فَإِنَّهَا أَرْضُ سَوْءٍ فَانْطَلَقَ حَتَّى إِذَا نَصَفَ
الطَّرِيقَ أَتَاهُ الْمَوْتُ فَاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ وَمَلَائِكَةُ
الْعَذَابِ فَقَالَتْ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ جَاءَ تَائِبًا مُقْبِلًا
بِقَلْبِهِ إِلَى اللَّهِ وَقَالَتْ مَلَائِكَةُ الْعَذَابِ إِنَّهُ لَمْ يَعْمَلْ
خَيْرًا قَطُّ فَأَتَاهُمْ مَلَكٌ فِي صُورَةِ آدَمِيٍّ فَجَعَلُوهُ بَيْنَهُمْ
فَقَالَ قِيسُوا مَا بَيْنَ الْأَرْضَيْنِ فَإِلَى أَيَّتِهِمَا كَانَ أَدْنَى
فَهُوَ لَهُ فَقَاسُوهُ فَوَجَدُوهُ أَدْنَى إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي أَرَادَ
فَقَبَضَتْهُ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ قَالَ قَتَادَةُ فَقَالَ الْحَسَنُ ذُكِرَ
لَنَا أَنَّهُ لَمَّا أَتَاهُ الْمَوْتُ نَأَى بِصَدْرِهِ
نَحْوِهَا
Abu Sa’id, Sa’d bin Malik bin Sinan Al-Khudri r.a. berkata bahwa Nabi saw.
Bersabda : “Di kalangan masyarakat sebelum kalian, ada seorang laki-laki
yang telah membunuh 99 orang. (Karena ingin bertaubat), ia bertanya kepada
seseorang, di mana orang yang paling banyak ilmunya berada? Ia ditunjukkan
kepada seorang pendeta, lalu ia mendatangi pendeta itu.
Orang yang mengantar berkata (kepada si pendeta), ‘Ia telah membunuh 99
orang. Apakah ia masih memiliki peluang bertaubat.’
Pendeta itu menjawab, ‘Tidak.’
(Laki-laki pembunuh itu naik pitam) lalu membunuh si pendeta. Dengan demikian,
ia telah membunuh seratus orang.
Pembunuh itu bertanya kembali tentang keberadaan orang yang paling banyak
ilmunya. Ia ditunjukkan kepada seorang ulama. (Sesampainya di tempat ulama
itu), orang yang mengantar berkata, ‘Ia telah membunuh seratus orang, apakah
masih terbuka pintu taubat baginya?’
Ulama itu menjawab, ‘Ya. Tidak ada yang menghalangi Allah untuk menerima
taubat. Berangkatlah ke daerah ini dan ini. Di sana ada kaum yang menyembah
Allah. Beribadahlah bersama mereka. Jangan kembali ke lingkunganmu, karena
lingkunganmu adalah lingkungan yang buruk (penuh maksiat).’
Laki-laki itu berangkat (memenuhi nasihat ulama itu). Di tengah
perjalanan, ia meninggal dunia.
Malaikat rahmat dan malaikat azab bertengkar (memperebutkannya). Malaikat
rahmat berkata, ‘Dia telah datang dalam keadaan bertaubat. Hatinya tertuju
kepada Allah (karena itu, dia adalah bagianku).’
Malaikat azab berkata, ‘Dia belum melakukan kebaikan sedikit pun (karena
itu, dia bagianku).’
Kemudian, datanglah seorang malaikat dalam bentuk manusia. Kedua malaikat
itu mengangkatnya untuk menjadi penengah.
Dia (malaikat penengah) berkata, ‘Ukurlah jarak dua tanah itu (tanah yang
mengarah ke tempat pemberangkatan laki-laki yang akan bertaubat dan tanah yang
akan dituju). Ke manakah dia lebih dekat, maka laki-laki ini miliknya.’
Dua malaikat mengukur tanah tersebut. Setelah itu, diketahui bahwa si
pembunuh lebih dekat dengan tanah yang akan ditujunya. Dengan demikian,
malaikat rahmatlah yang berhak mengambilnya.” (Muttafaq 'alaih)
Di dalam riwayat lain disebutkan : “Jarak ke tanah yang akan dituju
lebih dekat satu jengkal, maka ia menjadi golongannya.”
Di dalam riwayat lain disebutkan : “Allah memerintahkan kepada tanah
tempat pemberangkatan untuk menjauh dan memerintahkan kepada tanah tempat
tujuan untuk mendekat, lalu berfirman, ‘Ukurlah keduanya.’ Mereka mendapati
bahwa tanah tujuan lebih dekat satu jengkal, maka dosa-dosanya diampuni.’”
Di dalam riwayat lain disebutkan : “Dada orang tersebut mendekat ke arah
tanah yang dituju.”
Dalam kisah
lain disebutkan :
وَعَنْ أَبِي نُجَيْدٍ –بِضَمِّ النُّوْنِ
وَفَتْحِ الْجِيْمِ- عِمْرَانِ بْنِ الْحُصَيْنِ الْخُزَاعِي رَضِيَ اللهُ
عَنْهُمَا أَنَّ امْرَأَةً مِنْ جَهِيْنَةٍ أَتَتْ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهِيَ حَبْلِىٌّ مِنَ الزِّنَا فَقَالَتْ يَا رَسُوْلَ اللهِ
أَصَبْتُ حَدًّا فَأَقِمْهُ عَلَيَّ فَدَعَا نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَلِيَّهَا فَقَالَ أَحْسِنْ إِلَيْهَا فَإِذَا وَضَعَتْ فَآتِنِيْ
فَفَعَلَ فَأَمَرَ بِهَا نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَشَدَّتْ
عَلَيْهَا ثِيَابَهَا ثُمَّ أَمَرَ بِهَا فَرَجَمَتْ ثُمَّ صَلَّى عَلَيْهَا
فَقَالَ لَهُ عُمَرُ تُصَلِّي عَلَيْهَا يَا رَسُوْلَ اللهِ وَقَدْ زَنَتْ قَالَ
لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ قُسِمَتْ بَيْنَ سَبْعِيْنَ مِنْ أَهْلِ
الْمَدِينَةِ لَوَسَعَتْهُمْ وَهَلْ وَجَدْتَ أَفْضَلُ مِنْ أَنْ جَادَتْ
بِنَفْسِهَا للهِ عَزَّ وَجَلَّ (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)
Dari Abu Nujaid, Imran
bin Al-Hushain Al-Khuza’i r.a., menceritakan bahwa seorang wanita dari Juhainah
datang menemui Rasulullah saw. Wanita itu hamil karena zina. Dia berkata, “Ya
Rasulullah, aku berhak menerima hukuman hadd. Tegakkanlah hukuman itu
terhadapku.”
Rasulullah saw. memanggil walinya dan bersabda, “Jagalah dia dengan baik.
Apabila dia telah melahirkan, bawalah ke sini.”
Sang wali melaksanakan perintah Rasulullah. Setelah wanita itu melahirkan,
wanita itu datang menemui Nabi saw. bersama wanita tersebut.
Lalu, Rasulullah saw. memerintahkan agar hukuman hadd dilaksanakan
terhadap wanita tersebut. Lalu ia diikat, dengan tetap mengenakan pakaiannya
(tidak dilepas). Rasulullah saw. memerintahkan agar wanita itu dirajam.
Perintah beliau pun dilaksanakan.
Setelah dia meninggal dunia, Rasulullah menshalatinya. Umar r.a. berkata,
“Ya Rasulullah, engkau menshalatinya, padahal dia telah berbuat zina?”
Rasulullah menjawab, “Sungguh, dia telah bertaubat. Seandainya taubatnya
dibagikan kepada tujuh puluh penduduk Madinah, taubat itu pasti mencukupinya.
Apakah kamu menjumpai sesuatu yang lebih utama daripada seseorang yang
mengorbankan dirinya untuk Allah yang Mahamulia lagi Maha Agung.” (HR.
Muslim)
Dalam hadits disebutkan :
وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ وَأَنَسِ بْنِ
مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ : لَوْ أَنَّ لابْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ
يَكُوْنَ لَهُ وَادِيَانِ وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَابِ وَيَتُوْبُ
اللهُ عَلَى مَنْ تَابَ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
Ibnu Abbas r.a. dan Anas bin Malik r.a. berkata bahwa Rasulullah saw.
bersabda, “Seandainya seseorang sudah memiliki satu lembah emas, ia ingin
memiliki dua lembah emas. Tidak ada yang memenuhi mulutnya, kecuali debu.[1] Dan, Allah
menerima taubat orang yang mau bertaubat.” (Muttafaq ‘alaih)
Jangan
menunda-nunda taubat !!
Bersegera
bertaubat hanya dilakukan oleh mereka yang berakal sehat. Orang-orang yang
menunda taubat ibarat seseorang yang ingin mencabut pohon yang mengganggu,
namun karena merasa sulit mencabutnya ia menundanya hingga esok atau lusa, atau
minggu depan, atau … tanpa ia sadari bahwa semakin hari akar pohon itu makin
menghunjam di tanah, sedangkan ia semakin tua dan lemah.
Jangan
menunda-nunda taubat karena mengandalkan rahmat dan ampunan Allah swt. Orang
seperti itu ibarat seorang laki-laki yang menghabiskan seluruh hartanya dengan
sia-sia dan meninggalkan keluarganya dalam kefakiran, lalu ia mengharapkan
harta karun datang kepadanya tanpa bekerja. Mungkin harta karun itu ada, tapi
orang ini jelas kurang sehat akalnya.
Mengapa kita
dapat berpikir logis dalam masalah keduniaan namun tidak demikian dalam urusan
akhirat?
Nabi saw
bersabda :
وَعَنْ أَبِي مُوْسَى عَبْدُ اللهِ بْنِ
قَيْسٍ الأَشْعَرِي رَضِي اللهُ عَنْهُ : عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ
لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ
اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا (رَوَاهُ مُسْلِم)
Abu Musa, Abdullah bin Qais Al-Asy’ari r.a. berkata bahwa Nabi saw.
Bersabda : “Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari agar orang yang
berbuat keburukan di siang hari bertaubat, dan membentangkan tangan-Nya di
siang hari agar orang yang berbuat keburukan di malam hari bertaubat. (Ini akan
terus berlaku) hingga matahari terbit dari arah barat.” (HR. Muslim)
وعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ
تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ (رَوَاهُ مُسْلِم)
Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. Bersabda : “Barangsiapa
yang bertaubat sebelum matahari terbit dari arah barat, maka Allah akan
menerima taubatnya.” (HR. Muslim)
وَعَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَن عَبْدِ
اللهِ بْنِ عُمَرِ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ
الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ (رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَقَالَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ
صَحِيْحٌ)
Abu Abdirrahman, Abdullah bin Umar bin Khaththab r.a. berkata bahwa Nabi
saw. Bersabda : “Allah yang Mahamulia dan Maha Agung menerima taubat
hamba-Nya selama belum sekarat.” (Tirmidzi. Ia berkata, “Hadits
ini hasan shahih.”)
[1] Adapun yang
dimaksud dengan “Tidak ada yang memenuhi mulutnya, kecuali debu,” dalam
hadits ini ialah tidak ada yang daapat menghentikan ketamakannya, kecuali
kematian.
0 komentar:
Posting Komentar