Mukadimah
Allah swt telah menciptakan dan
menjadikan alam ini seluruhnya lengkap dengan sistem yang menyeluruh. Antara
satu sama lain ada perakitan dan manfaatnya sendiri. Allah swt yang menjadikan
semua isi alam ini dari yang sekecil-kecilnya hingga yang paling besar, yang
nyata dan yang ghaib. Dari sifat pengetahuan Allah swt yang Maha Mengetahui
inilah, sehingga Allah swt menjadi sumber ilmu.
Dengan ilmu Allah swt tersebut,
kemudian Dia mengajar manusia terhadap apa-apa yang tidak diketahui menjadi
diketahuinya. Ada
ilmu Allah swt yang diturunkan secara resmi kepada Rasul-Nya dan ini kemudian
menjadi pedoman hidup (minhajul hayah).
Kedua ilmu tersebut sangat bermanfaat
untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Islam mendorong kaumnya
untuk menguasai ilmu dunia dan ilmu akhirat.
"Barang
siapa menginginkan dunia maka ada ilmunya. Barang siapa menginginkan akhirat
maka ada ilmunya. Barang siapa menginginkan keduanya, maka diperlukan ilmu
keduanya" (Al Hadits).
Pembahasan
Dalam asmaul husna Allah swt
disebut sebagai Al ‘Alim (Yang Maha Mengetahui).
Bahwasanya ilmu Allah swt tidak terbatas. Dia mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi, yang terdahulu, sekarang ataupun yang akan datang, baik yang ghaib maupun yang nyata: "Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi. . "(Al Hajj:70)
Bahwasanya ilmu Allah swt tidak terbatas. Dia mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi, yang terdahulu, sekarang ataupun yang akan datang, baik yang ghaib maupun yang nyata: "Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi. . "(Al Hajj:70)
"Dialah
Allah, Yang tiada Tuhan selain Dia. Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dialah
Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang" (Al Hasyr:22)
Tak ada satupun yang tersembunyi bagi
Allah swt. Sebutir biji di dalam gelap gulita bumi yang berlapis tetap
diketahui Allah swt: "Di sisi-Nya segala anak kunci yang ghaib,
tiadalah yang mengetahui kecuali Dia sendiri. Dia mengetahui apa-apa yang ada
di daratan dan di lautan. Tiada gugur sehelai daun kayu pun, melainkan Dia
mengetahuinya, dan tiada sebuah biji dalam gelap gulita bumi dan tiada pula
benda yang basah dan yang kering, melainkan semuanya dalam Kitab yang
terang" (Al An'am:59)
Ilmu Allah swt Maha luas, tak
terjangkau dan tak terbayangkan oleh akal pikiran, tiada terbatas. Dia
mengetahui apa yang sudah, dan akan terjadi serta yang mengaturnya. Manusia, malaikat dan makhluq manapun tak akan bisa
menyelami lautan ilmu Allah swt. Bahkan untuk mengetahui ciptaan Allah
saja manusia tidak akan mampu. Dalam tubuh manusia tak semuanya terjangkau oleh
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin didalami semakin jauh pula
yang harus dijangkau, semakin banyak misteri yang harus dipecahkan, seperti
jaringan kerja otak manusia masih merupakan hal yang teramat rumit untuk dikaji.
Belum lagi tentang astronomi, berapa banyak bintang, galaksi di langit, berapa
jauhnya, bagaimana cara mencapainya, proses terjadinya, apakah ada penghuninya,
dsb. Jika kita menatap ke luar angkasa betapa kecil bumi ini bagaikan debu
bahkan lebih kecil dari itu. Andaikan
saja ada manusia yang menguasai planet bumi sebagai miliknya pribadi, maka di
hadapan alam di ruang angkasa ini dia hanyalah memiliki debu tak berarti. Jika saja ada
manusia menguasai bumi, dia hanya menguasai debu. Sementara kekuasaan, kerajaan
Allah swt tak akan tertandingi sedikitpun jua.
Allah swt
menggambarkan betapa kecil dan tak berdayanya manusia bila
dibandingkan dengan ilmu Allah swt, dengan perumpamaan air laut bahkan tujuh
lautan dijadikan tinta untuk menulis kalimat Allah swt, niscaya tidak akan
habis-habisnya kalimat Allah tersebut dituliskan:
"Katakanlah,
kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku,
sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat-kalimat Tuhanku,
meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu pula" (Al Kahfi:109)
"Dan seandainya pohon-pohon di muka bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan lagi, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat" (Luqman:27).
"Dan seandainya pohon-pohon di muka bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan lagi, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat" (Luqman:27).
Allah swt telah
menciptakan langit dan bumi dengan segala isi dan peristiwa yang terkandung di
dalamnya merupakan fenomena yang sangat mengesankan dan menakjubkan akal serta
hati sanubari manusia. Itulah alam semesta atau al kaun (universum). Simaklah
firman Allah swt berikut ini:
"Dia lah
Allah Yang menciptakan, Yang mengadakan, Yang Membentuk rupa, Yang Mempunyai
Nama-nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit
dan di bumi . Dan Dia lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (Al
Hasyr: 24).
Hendaknya manusia senantiasa men-taddaburi
ayta-ayat-Nya, baik yang qauliyah maupun kauniyah. Karena di sana
terdapat lautan ilmu-Nya,serta dorongan/ motivasi untuk mengkaji maupun
mengimplementasikannya. "Hai
jama'ah jin dan manusia jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit
dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan
kekuatan" (Ar Rahman :33). Dengan
ayat ini manusia akan mengerti jika ingin menembus langit diperlukan energi
yang besar.
Maka dengan segala bahan-bahan yang ada di alam ini
manusia harus mampu mengkonversi energi tersebut. Masih banyak ayat-ayat Al
Qur'an yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan cabang-cabangnya. Allah swt
telah menciptakan alam beserta isi dan sistemnya dan juga telah
mengajarkannya kepada manusia. Dengan mencermati Al Qur'an, akan melahirkan
kajian-kajian yang lebih detail tentang keberadaan ciptaan-Nya.
Timbulnya ilmu pengetahuan, disebabkan
kebutuhan-kebutuhan manusia yang berkemauan hidup bahagia. Dalam mencapai dan
memenuhi kebutuhan hidupnya itu, manusia menggunakan akal pikirannya. Mereka
menengadah ke langit, memandang alam sekitarnya dan melihat dirinya sendiri. Dalam
hal ini memang telah menjadi qudrat dan iradat Nya, bahwa manusia
dapat memikirkan sesuatu kebutuhan hidupnya. Telah tercantum dalam Al Qur'an
perintah Allah swt : "Katakanlah, perhatikanlah apa yang ada di langit
dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-Rasul yang
memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman" (Yunus: 101)
Hasil dari pemikiran manusia itu melahirkan ilmu pengetahuan dengan berbagai cabangnya. Maka ilmu pengetahuan bukanlah musuh atau lawan dari iman, melainkan sebagai wasailul hayah (sarana kehidupan) dan juga nantinya yang akan membimbing ke arah iman. Sebagaimana kita ketahui, banyak ahli ilmu pengetahuan yang berpikir dalam, telah dipimpin oleh pengetahuannya kepada suatu pandangan, bahwa di balik alam yang nyata ini ada kekuatan yang lebih tinggi, yang mengatur dan menyusunnya, memelihara segala sesuatu dengan ukuran dan perhitungan.
Herbert Spencer dalam tulisannya tentang pendidikan,
menerangkan sebagai berikut: "Pengetahuan itu berlawanan dengan
khurafat, tetapi tidak berlawanan dengan agama. Dalam kebanyakan ilmu alam
kedapatan paham tidak bertuhan (atheisme), tetapi pengetahuan yang sehat dan
mendalami kenyataan, bebas dari paham yang demikian itu. Ilmu alam tidak
bertentangan dengan agama. Mempelajari ilmu itu merupakan ibadah secara diam,
dan pengakuan yang membisu tentang keindahan sesuatu yang kita selidiki dan
kita pelajari, dan selanjutnya pengakuan tentang kekuasaany Penciptanya. Mempelajari
ilmu alam itu tasbih (memuji Tuhan) tapi bukan berupa ucapan, melainkan tasbih
berupa amal dan menolong bekerja. Pengetahuan ini bukan mengatakan mustahil akan
memperoleh sebab yang pertama, yaitu Allah".
"Seorang ahli pengetahuan
yang melihat setitik air, lalu dia mengetahuinya bahwa air itu tersusun dari
oksigen dan hidrogen, dengan perbandingan tertentu, dan kalau sekiranya
perbandingan itu berubah, niscaya air itu akan berubah pula menjadi sesuatu
yang bukan air. Maka dengan itu ia akan meyakini kebesaran Pencipta, kekuasaan
dan kebijaksanaan-Nya. Sebaliknya orang yang bukan ahli dalam ilmu alam, akan
melihatnya idak lebih dari setitik air".
Manusia sejak zaman dahulu telah mengerahkan daya
akal untuk menyelidiki rahasia serta mencari hubungannya dengan kebutuhan dan
tujuan hidupnya di atas bumi ini. Maka lahirlah para ahli ilmu alam seperti
astronom, meteorolog, geolog, fisikawan, dsb beserta para ahli filsafatnya di
bidang tersebut.
Penemuan di bidang astronomi menyebabkan kosmologi
terbagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang beranggapan bahwa alam semesta
ini statis, dari permulaan diciptakannya sampai sekarang ini tak berubah
dan kelompok yang beranggapan bahwa alam semesta ini dinamis, bergerak
atau berubah.
Kelompok yang beranggapan bahwa alam semesta ini
dinamis ditunjang oleh ilmu pengetahuan modern. Menurut teori evolusi,
pengembangan seperti dibuktikan oleh adanya red shift, ditafsirkan bahwa alam
semesta ini dimulai dengan satu ledakan dahsyat. Materi yang terdapat dalam
alam semesta itu mula-mula berdesakan satu sama lain dalam suhu dan kepadatan
yang sangat tinggi, sehingga hanya berupa proton, neutron, dan elektron, tidak
mampu membentuk susunan yang lebih berat. Karena mengembang, maka suhu menurun
sehingga proton dan neutron berkumpul membentuk inti atom. Kecepatan mengembang
ini menentukan macam atom yang terbentuk.
Para ahli ilmu alam telah menghitung bahwa masa mendidih itu tidak lebih dari 30 menit. Bila kurang artinya mengembung lebih cepat, alam semesta ini akan didominir oleh unsur hidrogen. Apabila lebih dari 30 menit, berarti mengembung lambat, unsur berat akan dominan. Selama 250 juta tahun sesudah ledakan dahsyat, energi sinar dominan terhadap materi, transformasi di antara keduanya bisa terjadi sesuai dengan rumus Einstein, E = mc2. Dalam proses pengembungan inienergi sinar banyak terpakai dan meteri semakin dominan. Setelah 250 juta tahun maka masa dari meteri dan sinar menjadi sama. Sebelum itu, tidak dibayangkan behwa materi larut dalam panas radiasi, seperti garam larut di air. Pada masa itu, setelah lewat 250 juta tahun, matei dan gravitasi dominan, terdapat differensiasi yang tadinya homogen. Bola-bola gas masa galaxi terbentuk dengan garis tengah kurang lebih 40.000 tahun cahaya dan masanya 200 juta kali massa matahari kita. Awan gas gelap itu kemudian berdifferensiasi atau berkondensasi menjadi bola-bola gas bintang yang berkontraksi sangat cepat. Akibat kontraksi sangat cepat. Akibat kontraksi atau pemadatan itu maka suhu naik sampai 20.000.000 derajat, yaitu threshold reaksi inti, dan bintang itupun mulai bercahaya. Karena sebagian dari materi terhisap ke pusat bintang, maka planet dibentuk dari sisa-sisanya. Yaitu butir-butir debu berbenturan satu sama lain dan membentuk massa yang lebih besar, berseliweran di ruang angkasa dan makin lama makin besar.
Para ahli ilmu alam telah menghitung bahwa masa mendidih itu tidak lebih dari 30 menit. Bila kurang artinya mengembung lebih cepat, alam semesta ini akan didominir oleh unsur hidrogen. Apabila lebih dari 30 menit, berarti mengembung lambat, unsur berat akan dominan. Selama 250 juta tahun sesudah ledakan dahsyat, energi sinar dominan terhadap materi, transformasi di antara keduanya bisa terjadi sesuai dengan rumus Einstein, E = mc2. Dalam proses pengembungan inienergi sinar banyak terpakai dan meteri semakin dominan. Setelah 250 juta tahun maka masa dari meteri dan sinar menjadi sama. Sebelum itu, tidak dibayangkan behwa materi larut dalam panas radiasi, seperti garam larut di air. Pada masa itu, setelah lewat 250 juta tahun, matei dan gravitasi dominan, terdapat differensiasi yang tadinya homogen. Bola-bola gas masa galaxi terbentuk dengan garis tengah kurang lebih 40.000 tahun cahaya dan masanya 200 juta kali massa matahari kita. Awan gas gelap itu kemudian berdifferensiasi atau berkondensasi menjadi bola-bola gas bintang yang berkontraksi sangat cepat. Akibat kontraksi sangat cepat. Akibat kontraksi atau pemadatan itu maka suhu naik sampai 20.000.000 derajat, yaitu threshold reaksi inti, dan bintang itupun mulai bercahaya. Karena sebagian dari materi terhisap ke pusat bintang, maka planet dibentuk dari sisa-sisanya. Yaitu butir-butir debu berbenturan satu sama lain dan membentuk massa yang lebih besar, berseliweran di ruang angkasa dan makin lama makin besar.
Proses kondensasi bintang pembentukan planet
membutuhkan waktu beberapa ratus juta tahun. Kita mengetahui bahwa bulan
bergerak menjauhi bumi, hal ini berarti bahwa beberapa milyar tahun yang lalu
bumi dan bulan itu satu, dan bulan merupakan pecahan dari bumi yang memisahkan
diri. Firman Allah swt:
"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman" (Al Anbiya: 30)
Konsep ini jelas menunjang teori kedinamisan alam
semesta. Orang Rusia berdasarkan umur batu bulan, telah menetapkan bahwa bulan
berumur 4,5 milyar tahun.
Dalam mempelajari red shift, jarak diukur dengan tahun cahaya, bukan dengan kilometer. Kecepatan cahaya adalah 300.000 km per detik, sedangkan beberapa galaxi beberapa juta tahun cahaya jauhnya. Pada waktu kita memandang galaxi yang sangat jauh itu, sebetulnya kita sedang meneropong jauh ke masa yang silam. Dalam mempelajari galaxi yang jauhnya satu milyar tahun cahaya, sebetulnya membuktikan bahwa satu milyar tahun yang lalu alam semesta ini mengembung dengan kecepatan yang lebih tinggi dari sekarang. Hal ini berarti pula bahwa kita berada di alam semesta yang dinamis, bukan statis.
Dalam mempelajari red shift, jarak diukur dengan tahun cahaya, bukan dengan kilometer. Kecepatan cahaya adalah 300.000 km per detik, sedangkan beberapa galaxi beberapa juta tahun cahaya jauhnya. Pada waktu kita memandang galaxi yang sangat jauh itu, sebetulnya kita sedang meneropong jauh ke masa yang silam. Dalam mempelajari galaxi yang jauhnya satu milyar tahun cahaya, sebetulnya membuktikan bahwa satu milyar tahun yang lalu alam semesta ini mengembung dengan kecepatan yang lebih tinggi dari sekarang. Hal ini berarti pula bahwa kita berada di alam semesta yang dinamis, bukan statis.
Lain daripada itu penurunan kecepatan mengembung meramalkan bahwa pada suatu waktu pengembungan itu akan berhenti, kemudian berkontraksi, pada akhirnya kembali kepada situasi kepadatan seperti asalnya lebih kurang lima milyar tahun yang lalu.
Dari uraian di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa alam semesta ini mengembung dan mengempis. Untuk lebih lanjut perhatikan uraian George Gemov dalam bukunya The Creation of the Universe, hal. 36: ". . . bahwa tekanan raksasa yang terjadi pada permulaan sejarah alam semesta adalah akibat dari suatu kehancuran yang terjadi sebelumnya, dan bahwa pengembungan yang sekarang ini sebenarnya hanyalah suatu gerak kembali yang elastis yang terjadi segera setelah tercapai kepadatan maximun yang diizinkan. "
Kita tidak mengetahui secara pasti bagaimana besarnya tekanan yang tercapai pada kepadatan yang maksimum itu, tetapi menurut semua petunjuk tekanan itu sungguh-sungguh amat tinggi. Besar kemungkinan seluruh massa alam semesta yang mempunyai kemungkinan bentuk yang bagaimanapun dalam masa pra kehancuran telah dimusnahkan secara sempurna, dan bahwa atom-atom dan intinya telah dipecahkan menjadi proton, neutron, dan elektron serta partikel dasar lainnya, jadi tak ada satupun yang bisa dituturkan tentang masa alam sebelum pemadatan alam semesta itu. Segera setelah kepadatan massa alam semesta itu mencapai titik maksimum, kepadatan yang sangat tinggi itu hanya bertahan dalam waktu sebentar saja.
Segala sesuatu yang berada dalam alam semesta adalah ciptaan (makhluq) Allah swt sebegai refleksi dan manifestasi dari wujud Allah swt dengan segala sifat kesempurnaan-Nya. Karena itu manusia tidak habis-habisnya mengagumi isi al kaun ini terus mengambil pelajaran dan ibroh yang bermanfaat dari padanya.
"Yang telah
menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian
pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak
menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah" (Al
Mulk: 3,4)
Tegaknya langit, keseimbangan benda-benda langit
sesuai dengan ciptaan dan pengaturan dari Penciptanya. "Dan Allah telah
meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan)" (Ar Rahman:7)
"Sesungguhnya Allah menahan
langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap
tidak tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya
Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun" (Faathir:41)
Ayat di atas menyatakan adanya semacam penahan yang
membawa kepada ketenangan benda-benda langit, meskipun benda-benda langit itu
saling bergerak. Hal ini menunjukkan kenyataan kebenarannya terhadap
ummat manusia.
Para ahli fisika sudah cukup lama mengenal gaya
gravitasi antara benda-benda bermassa yang bekerja secara luas dalam alam ini. setelah
Issac Newton pada tahun 1686 merumuskan hukum gravitasi, maka orang dapat
dengan mudah memahami dan menerangkan berbagai peristiwa dalam jagad raya ini. Hukum-hukum
Kepler yang sudah ada sebelum Newton, ternyata dapat dipahamkan sebagai akibat
saja dari hukum gravitasi Newton tersebut.
Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa
universum itu berjalan dengan eksak, kokoh, teratur, rapi dan harmonis, yang
tidak akan ada habis-habisnya menjadi tantangan yang menakjubkan bagi manusia. Setelah
beriman kepada Allah, maka menjadi mudah bagi kita untuk menerima, bahwa
hukum-hukum itu adalah sunatullah atau aturan-aturan yang telah
ditetapkan Allah bagi makhluq-Nya yang tidak berubah-ubah.
"Karena kesombongan (mereka)
di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana jahat itu tidak
akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka
nati-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada
orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan menemui perubahan
bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi
sunnah Allah itu. " (Faathir: 43)
Demikianlah, Allah swt telah menciptakan segala sesuatu
dengan sempurna, seimbang, beraturan, sistemik. Maka Dia jualah yang
paling tahu hakikat dan tujuan penciptaan-Nya, dan telah dikabarkannya
ciptaan Allah swt itu kepada manusia. Manusia telah diperintahkan untuk
bertafakur atas ciptaan-Nya, sehingga mampu memanfaatkannya. Dan agar manusia
mampu mengenal pencipta-Nya serta mengagungkan-Nya; Dia lah Allah swt tiada
Tuhan selain-Nya. Dengan ilmu-Nya Allah mengajarkan kepada hamba-Nya apa-apa
yang telah diciptakan dengan proses terjadinya, sehingga manusia akan menjadi
tahu dan berilmu. Setelah itu akan lahir cabang-cabang ilmu pengetahuan yang
menyebar ke setiap penjuru ufuk kehidupan manusia. Dengan ilmunya manusia
diharapkan menemukan kebenaran dan menjadikannya sebagai landasan kehidupan.
"Kami akan memperlihatkan
kapada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk pada diri mereka
sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Dan
apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan
segala sesuatu?" (Fushshilat: 53).
Ayat-ayat Qauliyah
dan ayat-ayat Kauniyah.
Allah swt menuangkan sebagian kecil dari ilmu-Nya
kepada umat manusia dengan dua jalan. Pertama, dengan ath thariqah
ar rasmiyah (jalan resmi) yaitu dalam jalur wahyu melalui perantaraan
malaikat Jibril kepada Rasul-Nya, yang disebut juga dengan ayat-ayat qauliyah.
Kedua, dengan ath thariqah ghairu rasmiyah
(jalan tidak resmi) yaitu melalui ilham kepada makhluq-Nya di alam semesta ini
(baik makhluq hidup maupun yang mati), tanpa melalui perantaraan malaikat
Jibril. Kerena tak melalui perantaraan malaikat Jibril maka bisa disebut
jalan langsung (mubasyaratan). Kemudian jalan ini disebut juga dengan
ayat-ayat kauniyah.
Wahyu dalam pengertian ishtilahi adalah:
"kalamullah yang diturunkan kepada Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul yang
menjadi hudan (petunjuk) bagi umat manusia", baik yang diturunkan
langsung, dari belakang tabir (min wara' hijab) maupun yang diturunkan
melalui malaikat Jibril, seperti firman Allah swt:
"Tidak ada bagi seorang manusia
pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau
di belakang tabir atau dengan mengutus seseorang (malaikat) lalu diwahyukan
kepadanya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha
Bijaksana" (Asy Syura:51)
Pengertian wahyu secara ishtilahi perlu
dipertegas karena ma'na wahyu secara lughawi memiliki pengertian yang
bermacam-macam, antara lain:
1. Ilham Fithri, seperti wahyu
yang diberikan kepada ibu Nabi Musa untuk menyusukan Musa yang masih bayi. "Dan
Kami ilhamkan kepada ibu Musa; susuilah dia, dan apabila kamu khawatir
terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). . . " (Al Qashash:7).
2. Insting Hayawan, seperti wahyu yang diberikan kepada
lebah untuk bersarang di bukit-bukit, pohon-pohon, dan dimana saja dia
bersarang. "Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: buatlah
sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang
dibikin manusia" (An Nahl:68).
3. Isyarat, seperti yang diwahyukan oleh Nabi Zakaria kepada
kaumnya untuk bertasbih pagi dan sore. "Maka ia keluar dari mihrab
menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih
di waktu pagi dan petang" (Maryam:11).
4. Perintah Allah kepada malaikat, untuk mengerjakan sesuatu seperti
perintah Allah kepada malaikat untuk membantu kaum muslimin dalam perang Badr. "(Ingatlah),
ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat; Sesungguhnya Aku bersama kamu,
maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman. . . " (Al
Anfal:12).
5. Bisikan syaithan
". . . Sesungguhnya syaithan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik" (Al An'am :121).
". . . Sesungguhnya syaithan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik" (Al An'am :121).
Dalam ayat tersebut ada kata layuhuna
(mewahyukan) yang berarti membisikkan. Hadits Qudsi juga termasuk
dalam wahyu (hadits yang maknanya dari Allah swt, sedangkan redaksinya dari Rasulullah
saw), dan hadits Nabawi, (makna dan redaksinya dari Rasulullah saw)
karena pada hakekatnya apa saja yang berasal dari Rasulullah saw mempunyai
nilai wahyu, firman Allah swt:
"Apa
yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya
bagimu maka tinggalkanlah dia; dan bertaqwa-lah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah sangat keras hukumannya" (Al Hasyr:7)
Ayat-ayat qauliyah
mengisyaratkan kepada manusia untuk mencari ilmu alam semesta (ayat-ayat kauniyah),
oleh sebab itu manusia harus berusaha membacanya, mempelajari, menyelidiki dan
merenungkannya, untuk kemudian mengambil kesimpulan. Allah swt berfirman: "Bacalah
(ya Muhammad) dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari ‘alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang Mengajar
(manusia) dengan perantaraan alam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya" (Al ‘Alaq:1-5).
"Dialah
Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan padanya semua buah-buahan
berpasang-pasangan. Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan" (Ar Ra'du:3)
"Dan
di bumi ini terdapat bagian-bagian tanah yang berdampingan, dan kebun-kebun
anggur, tanam-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang,
disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu
atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir" (Ar
Ra'du:4)
"Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci
Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. " (Ali Imran:190-191).
Dengan
mempelajari, mengamati, menyelidiki dan merenungkan alam semesta (al kaun)
dengan segala isinya, manusia dapat melahirkan berbagai disiplin ilmu seperti:
Kosmologi, Astronomi, Botani, Meteorologi, Geografi, Zoologi, Antropologi,
Psikologi dsb. Sedangkan dari mempelajari wahyu manusia melahirkan berbagai
disiplin ilmu seperti: Tafsir, Ilmu Tafsir, Hadits, Ilmu Hadits, Fiqih, Ushul
Fiqih dsb.
Dengan memahami
bahwa semua ilmu itu adalah dari Allah swt maka dalam mendalami dari berbagai
disiplin ilmu pengetahuan pun (al kaun) harus mengacu firman Allah swt
sebagai referensi, sehingga akan semakin meneguhkan keimanan. Selain itu
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi akan terkendali serta mengenal adab. Sebagai
misal dalam dunia teknologi kedokteran, pengalihan sperma ke sebuah rahim
seorang wanita (dalam proses bayi tabung) maka harus memperhatikan sperma itu
diambil dari siapa dan diletakkan ke rahim siapa. Proses kesepakatan, perizinan
juga harus jelas. Jangan sampai bayi lahir menjadi tidak jelas nasabnya. Di
bidang astronomi tidak boleh diselewengkan untuk meramal nasib, padahal antara
keduanya tak ada hubungan sama sekali. Dalam hal menikmati keindahan alam, akan
menjadi suatu kedurhakaan jika dalam menikmatinya dengan membangun vila-vila
untuk berbuat maksiat. Namun seorang mu'min menjadikan alam semesta untuk tafakur
agar dekat dengan-Nya.
Konsep Kebenaran Ilmu
Wahyu (al
Qur'an dan as Sunnah) memiliki nilai kebenaran yang mutlak (al haqiqah al
muthlaqah) karena langsung berasal dari Allah swt dan Rasul-Nya. Tetapi
pemahaman terhadap wahyu yang memungkinkan beberapa alternatif pemahaman
tidaklah bersifat mutlak. Sedangkan ilmu yang didapat dari alam semesta
memiliki nilai kebenaran yang nisbi (realtif) dan tajribi
(eksprimentatif) atau dengan istilah al haqiqah at tajribiyah.
Kebenaran
yang mutlak harus dijadikan burhan atau alat untuk mengukur kebenaran
yang nisbi, jangan sampai terbalik, justru kebenaran yang mutlak diragukan
karena bertentangan dengan kebenaran yang nisbi (relatif dan
eksprimentatif). Sejarah ilmu pengetahuan sudah membuktikan bahwa suatu
penemuan atau teori yang dianggap benar pada satu masa digugurkan kebenarannya
pada masa yang akan datang. Hal itu disebabkan keterbatasan manusia. Dalam
mengamati, menyelidiki dan menyimpulkan segala fenomena yang ada di alam
semesta. Oleh sebab itu jika terjadi pertentangan antara kesimpulan yang
didapat oleh manusia dari al kaun dengan wahyu, maka yang harus
dilakukan adalah menguji kembali kesimpulan tersebut, atau menguji kembali
pemahaman manusia terhadap wahyu. Logikanya, wahyu dan alam semesta semuanya
berasal dari Allah swt yang Maha Benar, mustahil terjadi pertentangan satu sama
lain.
Hikmah
mengimani ilmu Allah swt
Pertama, membuat manusia sadar bahwa betapa tidak berarti
dirinya dihadapan Allah swt, sebab seluruh ilmu yang dimiliki manusia adalah
ibarat setitik air laut dibandingkan dengan air laut secara keseluruhan. Oleh
karena itu manusia tidak ada alasan untuk sombong dan menjadikan ilmu menjadi
penyebab kekufuran dan kedurhakaan kepada Yang Maha Mengetahui segalanya. Seharusnya
manusia menjadikan ilmu untuk alat ber-taqarub kepada-Nya, sebagaimana
perilaku para ulil albab.
Kedua, dengan menyadari bahwa ilmu Allah swt
sangat luas, tidak ada satupun (betapa pun kecil dan halusnya) yang luput dari
ilmu-Nya, maka manusia akan dapat mengontrol tingkah laku, ucapan dan amalan
batinnya sehingga selalu sesuai dengan yang diridhai Allah swt.
Ketiga, keyakinan terhadap ilmu Allah swt akan menjadi
terapi yang ampuh untuk segala penyelewengan, penipuan dan kemaksiatan lainnya.
Maka dalam pemahamannya adalah dengan mengaplikasikan sifat Allah swt tsb dalam
kehidupan nyata sehari hari, berusaha melaksanakan perintah dan larangan-Nya
baik di tempat ramai maupun sunyi. Kita tidak lagi terpengaruh dengan
"diketahui" atau "tidak diketahui" oleh orang lain
untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu. Karena kita menyadari betapa Allah
swt Maha Mengetahui yang pasti selalu melihat, mendengar, memperhatikan apa
yang kita lakukan di mana dan kapan saja.
Di zaman
salafus shalih, kita masih ingat kisah seorang gadis shalihah dengan ibunya yang
menjual susu. Suatu saat ibunya menyuruh dagangannya untuk dicampur dengan air,
agar mendapatkan untung yang lebih. Namun puterinya menolak. "Bukankah
Khalifah Umar tidak melihat?" kata sang ibu. "Tapi Tuhannya
Umar mengetahui, Bu!" kata putrinya. Tak disangka percakapan itu
didengar Umar bin Khaththab. Maka gadis shalihah tsb dipinang untuk putera Umar
sang Khalifah. Dan kitapun tahu persis bahwa dari seorang wanita shalihah
tersebut, akhirnya menurunkan (cucu) tokoh, Umar Bin Abdul ‘Aziz yang
legendaris.
Juga kisah
seorang anak gembala dengan sekian banyak gembalaan milik tuannya. Suatu saat
Umar bin Khathab menguji kekuatan muraqabatullah-nya. Dikatakan kepada
anak tsb, bahwa kambingnya akan dibeli dengan harga yang lebih. Namun anak itu
menolak. "Kamu bisa mengatakan kepada tuanmu kambingnya dimakan
binatang buas!" kata Umar ra. "Lantas dimana Allah?"
tanya anak tersebut. Subhanallah. . .
Sebenarnya
bagi seorang muslim yang sudah ber-iltizam akan selalu merasa tenang,
bahagia karena segala amal kebaikannya tidak akan dirugikan sedikitpun
baik diketahui ataupun tidak oleh orang lain, kerena dia yakin bahwa Allah swt
telah mengawasinya. Sehingga seorang al akh ash shadiq akan
senantiasa beramal dengan ikhlas karena Allah swt semata, bukan karena murabbinya,
apalagi karena calon istri atau pun mertuanya. Tidak bangga karena pujian, tidak
merasa lemah karena celaan. Tetap semangat walau tak diketahui orang, tak
takabur ketika dilihat banyak orang. Juga tak takut dengan kegagalannya, atau
tak bangga diri dengan keberhasilannya. Apapun yang terjadi tak akan
mengoncangkan jiwanya, atau merusak muamalah dengan saudaranya (karena mungkin
saudara kita telah menilai salah terhadap diri kita), atau bahkan
membahayakan aqidahnya.
"Dan katakanlah; bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya
serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan" (At
Taubah:105)
0 komentar:
Posting Komentar