Pada awalnya kapitalisasi merupakan istilah yang populer dalam bidang ekonomi dan bisnis termasuk akutansi. Oleh karena itu saat mendengar istilah ini yang tergambar adalah modal atau uang.
Dalam dunia usaha, kapitalisasi adalah penentuan nilai pembukuan terhadap semua pengeluaran untuk memperoleh aset tetap hingga siap pakai, untuk meningkatkan kapasitas/efisiensi, dan atau memperpanjang umur teknisnya dalam rangka menambah nilai-nilai aset tersebut.
Dalam bidang bahasa, kapital mengacu kepada huruf besar. Oleh karena itu kapitalisasi dalam sudut pandang bahasa adalah menulis 'sesuatu' dengan huruf besar agar menjadi lebih diperhatikan dibanding bila ditulis dengan huruf kecil.
Dalam obrolan politik, istilah kapitalisasi politik, lebih dekat dengan kedua pemahaman diatas.
Yakni kapitalisasi politik dilakukan untuk menarik perhatian orang banyak terhadap suatu isu dan memperpanjang umur isu tersebut agar lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan sesuai dengan keinginan pelaku kapitalissasi.
Disamping itu ada juga yang memahami kapitalisasi politik dengan perilaku politik yang mengandalkan uang (modal kapital) dalam memenangkan kontestasi pemilu dan pilkada.
Kapitalisasi politik terhadap suatu isu, sebenarnya bukan barang baru.
Dalam Sirah Nabawiyah, peristiwa haditsul ifki bisa berkembang dan mampu menggoyang keharmonisan keluarga nabi Saw dengan Aisyah ra. serta mampu membutakan mata sebagian penduduk Madinah atas kemuliaan ummahatul mukminin Aisyah ra, karena ada Abdullah bin Ubai yang mengkapitalisasi politik isu ini bagi kepentingan golongannya, kaum munafikin.
Terkait dengan kapitalisasi politik dalam pengertian pertama, saya pernah ngobrol dengan tukang survei politik, setelah dia memaparkan hasil survei terakhirnya dimana salah satu poin nya tentang pandangan responden terhadap partai yang paling bersih dari korupsi.
Dimana dalam survei tersebut responden mempersepsikan partai yang paling bersih adalah partai merah.
Padahal partai tersebut kadernya menjadi yang paling banyak ditangkap KPK. Jadi katanya, karena pihak lain tidak mampu atau tidak melakukan kapitalisasi isu tersebut untuk menurunkan popularitas dan kredibelitas partai merah tersebut.
Sementara partai putih, hanya satu kasus tetapi pihak lain mampu mengkapitalisasi isu tersebut sehingga menjadi terlihat besar, panjang dan tahan lama.
Disamping itu partai merah tampak nya memiliki kemampuan melakukan mitigasi yang bagus dalam melokalisir isu negatif sehingga tidak menjadi perhatian masyarakat kecil yang menjadi basisnya.
Hal ini mereka mampu lakukan karena kader mereka bisa hidup dan bergaul (terlihat senang dan tidak terpaksa) ditengah masyarakat bawah.
Isu negatif maupun positif akan selalu ada dalam kehidupan politik. Akan merugikan atau menguntungkan suatu isu tergantung kemampuan pengampunya.
Dalam kasus partai putih, isu koalisi dengan pemenang pilpres merupakan isu yang dipersepsi negatif oleh para simpatisannya.
Kemudian, mungkin, karena tidak dimitigasi dengan baik dan tepat waktu dan, mungkin, dikapitalisasi oleh pihak lain yang kecewa, maka tidak sedikit diantara mereka yang menyatakan kecewa dan bahkan mengatakan you and me, end
Saat ini, seharusnya persepsi negatif atas isu tersebut harusnya bisa dibalikkan menjadi sesuatu yang positif setelah ternyata partai putih tidak mengambil jatah menteri, wakil menteri maupun kepala badan untuk kader dan fungsionaris partainya.
Mungkin secara resmi partai tidak terlalu perlu menjelaskan. Tetapi relawan literasi seharusnya mendapatkan arahan untuk bergerak aktif untuk mengkapitalisasi isu positif.
Sehingga paling tidak, bisa membawa kembali para simpatisan yang sempat mengatakan "end" menjadi "and...". Tentu sangat disayangkan.
Kebiasaan reaktif, seperti saat isu koalisi, harus berubah menjadi kebiasaan bertindak aktif.
Ketika isu negatif menggelinding seperti bola salju, baru muncul berbagai tulisan yang menjelaskan dan membela muncul diberbagai platform. Ini adalah perilaku reaktif. Berguna tapi kurang efisien.
Bukankah dalam dunia persilatan ada istilah, pertahanan yang paling baik adalah menyerang.
Sebagai kader dakwah, saatnya kita sekarang mengambil peran sebagai striker kapitalisasi isu politik yang berkembang. Isu politik positif mari kita gas, tetapi ketika ada isu sentimen negatif ... coba kita cek ricek dulu ... tanya dulu pada yang kompeten tidak asal share tidak asal coment .. bijak terhadap jempol kita itu adalah yang utama ...
selamat berproduktifitas kawan .. jadilah trend setter bukan hanya followers.
Wallahua'lam bi shawab
0 komentar:
Posting Komentar