Sabtu, 18 Januari 2025

TIGA TUGAS MUSLIM

 

TAHUN 2024 sudah berlalu, tetapi semangat janganlah berlalu. Tekad menuju taqwa teruslah berlaku, tak kenal surut dan luluh. 


Paling tidak ada tiga hal yang perlu dilakukan jika spirit keimanan tetap berlaku. 


Pertama, jadilah muslim strategis. Kedua, jadilah muslim taktis. Dan yang ketiga, jadilah muslim 'Abid. 


Semoga di tahun 2025 dan tahun-tahun selanjutnya kita dapat melakukan tiga tugas muslim ini secara kontinyu.


1. Menjadi MUSLIM STRATEGIS.


Sebagai muslim, kita perlu melakukan hal-hal strategis yang dampaknya jangka panjang bagi kebaikan Islam di masa depan, sekaligus bagi bangsa dan negara.


Tugas strategis muslim adalah bagaimana agar umat memahami Islam secara benar melalui sarana tarbiyah (pendidikan) yang istimroriyah (rutin) dan tajarud (sungguh-sungguh). 


Disini peran strategis kita hanya dua, menjadi murid dalam sebuah taklim (liqo') dan/atau menjadi murobbi (guru) dalam sebuah taklim (liqo'). 


Slogannya adalah mentarbiyahkan masyarakat, dan memasyarakatkan tarbiyah. 


"Jadilah kamu pribadi Robbani, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya!” (QS. Ali 'Imran : 79).


Mengapa tarbiyah merupakan tugas strategis muslim? Sebab tarbiyah merupakan SATU-SATUNYA CARA kebangkitan Islam seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad saw. 


Beliau mentarbiyah aqidah para sahabat selama 13 tahun, lalu 10 tahun kemudian mentarbiyah ajaran Islam lainnya. 


Hasilnya, para sahabat menjadi generasi terbaik karena pemahaman Islamnya kokoh dan benar, sehingga tak mudah tergoda dengan berbagai pernik dunia. 


Sebaliknya, keterpurukan umat Islam saat ini karena ketidakpahaman banyak kaum muslimin terhadap Islam itu sendiri. 


Jam belajar kebanyakan kaum muslimin untuk mempelajari Islam sangat sedikit. Lebih banyak jam belajar mereka untuk hal-hal keduniaan. 


Jika umat paham Islam, sehebat apa pun makar yang dilakukan musuh-musuh Islam tak akan mempan untuk menghancurkan kekuatan umat. Itulah sebabnya Allah memerintahkan kita agar tidak meninggalkan tarbiyah, walau dalam situasi genting sekalipun. 


"Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya" (Qs. At Taubah : 122).


Memang tarbiyah tidak menyelesaikan seluruh permasalahan umat, tapi semua permasalahan umat berawal dan berakhir dengan tarbiyah.


2. Menjadi MUSLIM TAKTIS.


Selain melakukan tugas strategis berupa memasyarakatkan tarbiyah, seorang muslim juga harus ikut serta menyelesaikan permasalahan umat yang up to date, seperti menolong saudaranya atau tetangganya, memberantas kemiskinan, melakukan kegiatan sosial politik, mencegah kerusakan moral atau memprotes penghinaan terhadap Allah dan Rasul-Nya, serta menolong saudara-saudara kita (berupa doa dan infaq) di belahan bumi lainnya, terutama di Palestina.


Bekerja mencari nafkah juga bisa disebut tugas muslim taktis karena memberi manfaat kepada masyarakat pada saat ini, walau ada juga bekerja yang cakupannya sebagai muslim strategis karena berdampak panjang ke masa depan. 


Misalnya, mereka yang bekerja sebagai guru atau dosen dan ustadz atau pembimbing agama lainnya. Dengan catatan, asalkan pekerjaan tersebut bernilai dakwah yang strategis untuk kemanusiaan serta menjayakan Islam dalam jangka panjang.


Keliru besar jika seorang muslim maunya hanya taklim (liqo') saja dengan alasan menghindari kemudharatan yang lebih besar, namun abai terhadap permasalahan umat kekinian. 


Bukankah tanpa menyelesaikan permasalahan taktis maka masalah tersebut akan semakin besar dan berat, lalu dalam jangka panjang akan menggulung eksistensi umat Islam itu sendiri? 


Bukankah Rasulullah saw bersabda : 


"Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka hendaknya dengan lisannya. Dan apabila tidak mampu lagi maka dengan hatinya, sesungguhnya itulah selemah-lemah iman” (HR. Muslim).


Bagaimana kita bisa menghilangkan kemungkaran kalau tidak turun tangan untuk mengatasinya? 


Maukah kita disebut sebagai selemah-lemahnya iman jika hanya merubahnya dengan hati (diam saja)? Tentu tidak!


Oleh sebab itu, seorang muslim harus tetap turut serta menyelesaikan masalah-masalah taktis keumatan yang dampaknya jangka pendek, selain ia tetap fokus untuk melakukan tindakan strategis (tarbiyah) demi tercapainya pengkaderan umat yang kokoh. 


Sebaliknya, jangan hanya sibuk menyelesaikan masalah taktis tapi kita lupa untuk ikut serta dalam gerakan strategis kebangkitan umat yakni mengikuti dan terlibat aktiv dalam tarbiyah 


3. Menjadi MUSLIM 'ABID


Seorang muslim perlu meningkatkan kekhusyukan Ibadah khususnya (ibadah mahdhoh), sekaligus meningkatkan kuantitas ibadahnya. 


Semakin khusyuk dan banyak melakukan shaum sunnah, sholat tahajud, membaca Al Qur'an, sholat duha, doa dan zikir. Kalau perlu membuat list (daftar) ibadah khusus harian apa saja yang perlu dilakukan lalu dievaluasi setiap periode tertentu.


Ingatlah, ibadah adalah kekuatan muslim dan syarat datangnya pertolongan Allah. Ketika Sholahuddin al Ayyubi ingin membebaskan al Aqsho beliau memeriksa kesiapan tentaranya, termasuk memeriksa siapa diantara tentaranya yang sholat tahajud. 


Kekuatan ibadah membuat kemenangan itu diridhoi oleh Allah swt dan itulah yang diyakini oleh Sholahuddin al Ayyubi.  


Jadi, menjaga spirit keimanan adalah menjaga rutinitas kita untuk menjadi muslim strategis, muslim taktis dan muslim 'abid. Dan ini harus dilakukan secara serentak dan simultan. Semuanya sama-sama penting dan tak ada yang lebih penting daripada yang lainnya.


Menjadi muslim' abid, tapi abai menjadi muslim strategis dan taktis adalah tindakan egois karena ingin masuk surga sendirian. 


Walau ini juga patut dipertanyakan bisakah kita masuk surga tanpa kepedulian terhadap orang lain.


Yang lebih parah adalah jika kita tidak melakukan ketiganya, tidak menjadi muslim strategis, tidak menjadi muslim taktis, tidak juga menjadi muslim 'abid. 


Lalu kita mau masuk surga dari pintu yang mana? Apa modal kita untuk masuk surga?? Padahal di dada kita belum ada catatan sebagai pembela Islam.


"Barangsiapa mati, sedang ia tidak pernah berjihad dan tidak mempunyai keinginan untuk jihad, ia mati dalam satu cabang kemunafikan” (Muttafaq Alaihi).


Semoga Allah memudahkan kita untuk menjadi muslim strategis, muslim taktis dan muslim 'abid. Amin ya Rabbal alamin 

Minggu, 12 Januari 2025

HATI-HATI BERUCAP

 


oleh: aunur rafiq saleh



• Jangan pernah meremehkan ucapan. Ada ungkapan "mulutmu harimaumu".


• ⁠Al-Quran mengingatkan, ucapan bisa mengantarkan seseorang mencapai surga penuh kenikmatan di akhirat. Firman Allah:


فَاَ ثَا بَهُمُ  اللّٰهُ  بِمَا  قَا لُوْا  جَنّٰتٍ  تَجْرِ يْ  مِنْ  تَحْتِهَا  الْاَ نْهٰرُ  خٰلِدِيْنَ  فِيْهَا  ۗ وَذٰلِكَ  جَزَآءُ  الْمُحْسِنِيْنَ


"Maka Allah memberi pahala kepada mereka atas perkataan yang telah mereka ucapkan, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah balasan (bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan."

(QS. Al-Ma'idah: 85)


• Karena ucapan pula seseorang bisa mendapat kutukan dan tenggelam ke dasar neraka. Firman Allah:


وَقَا لَتِ  الْيَهُوْدُ  يَدُ  اللّٰهِ  مَغْلُوْلَةٌ  ۗ غُلَّتْ  اَيْدِيْهِمْ  وَلُعِنُوْا  بِمَا  قَا لُوْا  ۘ بَلْ  يَدٰهُ  مَبْسُوْطَتٰنِ  ۙ يُنْفِقُ  كَيْفَ  يَشَآءُ  ۗ وَلَيَزِ يْدَنَّ  كَثِيْرًا  مِّنْهُمْ  مَّاۤ  اُنْزِلَ  اِلَيْكَ  مِنْ  رَّبِّكَ  طُغْيَا نًا  وَّكُفْرًا  ۗ وَاَ  لْقَيْنَا  بَيْنَهُمُ  الْعَدَاوَةَ  وَا لْبَغْضَآءَ  اِلٰى  يَوْمِ  الْقِيٰمَةِ  ۗ كُلَّمَاۤ  اَوْقَدُوْا  نَا رًا  لِّلْحَرْبِ  اَطْفَاَ هَا  اللّٰهُ  ۙ وَيَسْعَوْنَ  فِى  الْاَ رْضِ  فَسَا دًا  ۗ وَا للّٰهُ  لَا  يُحِبُّ  الْمُفْسِدِيْنَ


"Dan orang-orang Yahudi berkata, Tangan Allah terbelenggu. Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu, padahal kedua tangan Allah terbuka; Dia memberi rezeki sebagaimana Dia kehendaki. Dan (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu pasti akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan mereka. Dan Kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari Kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya. Dan mereka berusaha (menimbulkan) kerusakan di bumi. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-Ma'idah: 64)


• Karena ucapan pula, pasukan kaum muslimin mengalami kekalahan di awal pertempuran dalam perang Hunain. Firman Allah:


لَـقَدْ  نَصَرَكُمُ  اللّٰهُ  فِيْ  مَوَا طِنَ  كَثِيْرَةٍ  ۙ وَّيَوْمَ  حُنَيْنٍ  ۙ اِذْ  اَعْجَبَـتْكُمْ  كَثْرَتُكُمْ  فَلَمْ  تُغْنِ  عَنْكُمْ  شَيْئًـا  وَّضَا قَتْ  عَلَيْكُمُ  الْاَ رْضُ  بِمَا  رَحُبَتْ  ثُمَّ  وَلَّـيْتُمْ  مُّدْبِرِ يْنَ 


"Sungguh, Allah telah menolong kamu (mukminin) di banyak medan perang, dan (ingatlah) Perang Hunain, ketika jumlahmu yang besar itu membanggakan kamu, tetapi (jumlah yang banyak itu) sama sekali tidak berguna bagimu, dan Bumi yang luas itu terasa sempit bagimu, kemudian kamu berbalik ke belakang dan lari tunggang-langgang." (QS. At-Taubah:  25)


• Ucapan yang menyebabkan kekalahan pasukan kaum muslimin di Hunain itu diucapkan oleh salah seorang prajurit, "kita tidak akan dikalahkan karena jumlah yang sedikit." 


• Seorang wartawan pernah dijebloskan ke dalam penjara karena ucapan yang keluar dari mulutnya.


• ⁠Kapal Titanic yang sangat besar dan legendaris itu tenggelam tidak lama setelah salah seorang pemilik atau crewnya berucap, " bahkan Tuhan tidak akan mampu menenggelamkan kapal ini."


• ⁠Kita tidak tahu apakah kebakaran besar di Los Angeles yang baru saja terjadi itu ada kaitannya dengan ucapan presiden Amerika, Trump, yang mengancam melalui ucapan akan membuat Timur Tengah atau Gaza bak neraka.


• ⁠Yang pasti kita harus berhati-hati dengan ucapan kita. Karena Allah sangat memperhitungkan ucapan manusia.

Senin, 06 Januari 2025

ADAB MEMBERI NASIHAT

 


*1. Ikhlas Karena Allah Ta'ala*


Telah diketahui, bahwa Ikhlas dalam beramal menjadi salah satu syarat diterimanya amal. Termasuk ikhlas dikala memberikan nasihat; hanya mengharapkan ridha Allah Ta'ala bukan untuk menunjukkan kelebihan dan kehebatan diri, atau menjatuhkan pihak yang dinasihati.


Allah Ta'ala berfirman:


وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ


_“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus ..”_ (QS. Al Bayyinah (98): 5) 


*2. Menggunakan kata-kata yang baik, tepat, dan efektif*


Dalam Al Quran, Allah Ta'ala memerintahkan kita berkata-kata yang baik dengan berbagai macam istilah, seperti:


- Qaulan Sadida (perkataan yang benar) (Al Ahzab: 70)

- Qaulan Karima (perkataan yang mulia) (Al Isra: 23)

- Qaulan Ma'rufa (perkataan yang baik) (An Nisa: 5)

- Qaulan Layyina (perkataan yang lemah lembut). (Thaha: 44)

- Qaulan Baligha (perkataan yang menghujam dalam pikiran dan jiwa) (An Nisa: 63)


Semua ini bertujuan agar pihak yang dinasihati tersentuh jiwa dan pikirannya, serta tunduk hatinya, sehingga berubah lebih baik dr sebelumnya. 


Allah Ta'ala berfirman:


فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ 

_Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekitarmu._ (QS. Ali 'Imran: 159)


*3. Jangan sebarkan isi nasihat kecuali ada alasan syar'i*


Hendaknya orang yang menasihati menyembunyikan nasihatnya, apalagi terkait aib pribadi seseorang. Baik itu urusan rumah tangga, maksiat, dan aib lainnya. Di sisi lain, dengan disembunyikan maka bagi yang memberikan nasihat bisa lebih menjaga keikhlasan dlm memberikan nasihat dan terhindar dari bangga diri.


Rasulullah ﷺ bersabda:


 وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ


_Siapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat._ (HR. Muslim)


Ada pun untuk kekeliruan yang bukan sekedar aib pribadi tapi penyimpangan yang merusak org banyak, merusak masyarakat, negara, dan agama, maka ini boleh dinasihati terang-terangan. Ini bukan termasuk ghibah dan bukan pula tajasus (mencari-cari kesalahan org lain) yg terlarang.


Para salaf mengatakan:


قال ابن عيينة: «ثلاثةٌ ليست لهم غيبة: الإمام الجائر، والفاسق المعلِنُ بفسقهِ، والمبتدعُ الذي يدعو الناس إلى بدعته»


Sufyan bin Uyainah berkata:


Ada tiga hal yg bagi mereka tidak termasuk ghibah:


- Menggunjing pemimpin yang zalim

- Orang fasik yang terang-terangan kefasikannya

- Ahli bid'ah yg mengajak manusia kepada kebid'ahannya. 


(Al Baihaqi, Syu’abul Iman No. 6374)  


 قال الحسن البصري: «ثلاثةٌ ليست لهم حُرمةٌ في الغيبة: فاسقٌ يعلنُ الفسقَ، والأميرُ الجائر، وصاحب البدعة المعلِنُ البدعة»


Hasan Al Bashri berkata


Ada tiga hal yg tidak diharamkan mengghibah mereka:


- Orang fasik yang terang2an fasiknya

- Pemimpin yang zalim

- Pelaku bid'ah yang terang2an bid'ahnya


 (Al Baihaqi Syu’abul Iman No. 9221)  


*4. Jangan tunda nasihat jika memang diminta*


Nasihat jika diminta adalah wajib, maka jangan menundanya. 


KH. Muhammad Muhajirin Amsaar al Bakasi  Rahimahullah menjelaskan:


والنصح واجب إذا طلب, و فى الحديث : الدين النصيحة, و معناه أن من طلب منك النصيحة و الإرشاد فعليك ان تنصحه و ترشده ولا تداهنة ولا تفشه, ولا تمسك عن بيان النصيحة


_Memberi nasihat adalah kewajiban jika diminta. Dalam hadits disebutkan: "Agama adalah nasihat." Maknanya, jika seseorang meminta nasihat dan petunjuk darimu, maka wajib bagimu untuk memberinya nasihat dan petunjuk, tanpa menipunya, tanpa membocorkan rahasianya, dan jangan menahan diri untuk memberikan nasihat tersebut._ (Misbahuzh Zhalam, 4/290)


Syaikh Abul Hasan Al Mubarkafuri Rahimahullah mengatakan:


(وإذا استنصحك) أي طلب منك النصيحة (فانصح له) وجوباً، وكذا يجب النصح وإن لم يستنصحه. وقال في اللمعات: هي سنة، وعند الاستنصاح واجبة. والنصيحة إرادة الخير للمنصوح له


_(Jika dia meminta nasihat kepadamu) yaitu memintamu dari nasihat (maka nasihatilah dia), hukumnya wajib, wajib juga memberikan nasihat walau dia tidak memintanya. Disebutkan dalam Al Lum’aat: itu sunah, sedangkan kalau diminta adalah wajib. Nasihat adalah menghendaki kebaikan bagi yang dinasihati._ (Mir’ah Al Mafaatih, 5/213)


*5. Mendoakan*


Bagian ini jangan pernah dilupakan. Sebab, doa adalah senjata orang beriman, dan hati manusia di bawah kekuasaan jari jemari Allah Ta'ala.


Imam Al Munawi menjelaskan:


إذا تمنى أحدكم خيراً من خير الدارين فلْيكثر الأماني فإنما يسأل ربه الذي رباه وأنعم عليه وأحسن إليه فليعظم الرغبة ويوّسع المسألة؛ فينبغي للسائل الإكثار ولا يختصر ولا يقتصر فإن خزائن الجود سحّاء ليلاً ونهاراً ولا يفني عطاؤه عز وجل


_Jika salah seorang dari kalian mengharapkan kebaikan dari dua kebaikan; dunia dan akhirat, maka perbanyaklah harapan (doa). Sesungguhnya ia sedang meminta kepada Rabb-nya yang telah membinanya, melimpahkan nikmat kepadanya, dan berbuat baik kepadanya. Maka hendaknya ia memperbesar keinginan dan memperluas permohonan. Karena sepatutnya bagi seorang peminta untuk memperbanyak (permohonannya), tidak membatasi atau mengurangi (permohonannya), sebab perbendaharaan kemurahan-Nya (Allah) senantiasa tercurah siang dan malam, dan pemberian-Nya tidak akan habis._ *(Faidhul Qadir, 1/320)*


Demikian. Wallahu A'lam 


Wa Shalallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'Ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam



Jumat, 03 Januari 2025

LANGKAH KEBERHASILAN HIDUP

 



DI AWAL tahun 2025 ini ada baiknya kita kembali meresolusi diri agar lebih  berdaya dan berkualitas. 


Untuk itu, ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan :


1. Selalu miliki tujuan hidup yang terukur dan sesuai dengan passion (bakat). Jika bakat belum tahu, jalani saja apa yang kita sukai asalkan tidak bertentangan dengan agama dan norma. 


2. Komitmen dengan pencapaian tujuan hidup dan jangan tergoda untuk mengubah-ubah tujuan hidup hanya karena ada peluang yang menggiurkan.


3. Miliki misi hidup yang seimbang antara peran-peran hidup, sebagai pekerja, keluarga, warga masyarakat, dan lain-lain. Jangan sampai keberhasilan dalam peran tertentu membuat peran kita yang lain gagal. Seimbanglah dalam melayani semua peran hidup kita.


4. Miliki waktu untuk mengasah intelektual, emosional, spritual dan fisik kita. Jangan sampai dengan bertambahnya usia tapi kualitas hidup kita dalam empat dimensi tersebut tidak meningkat.


5. Jangan sibuk mencari uang tapi sibuklah mendekati Sang Pemberi Uang (Allah SWT), dengan sebisa mungkin melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi Larangan-Nya, serta rajin ibadah. Nanti uang akan datang dengan sendirinya, bahkan dari arah yang tak disangka-sangka.


7. Jangan kebelet ingin kaya dengan cara busuk yakni korupsi atau mencari uang haram. Lebih baik hidup berkecukupan daripada kaya tapi kelak menjadi santapan api neraka.


8. Miliki kecerdasan finansial, yakni kecerdasan untuk bisa mencari rezeki dengan kreatif dan hidup hemat minimalis serta rajin menabung dan berinvestasi.


Insya Allah dengan menjalankan hal-hal di atas kita bisa lebih sukses dengan kekayaan yang cukup dan tabungan pahala yang banyak, sehingga tidak menyesal hidup berlama-lama di dunia.


یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسࣱ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدࣲۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِیرُۢ بِمَا تَعۡمَلُون


"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS Al Hasyr:18)


Pada hakikatnya waktu itu tidak akan pernah peduli terhadap kehidupan. Ia hanya menjalankan perintah Tuhannya, Allah Azza wa Jalla. Ia takkan pernah peduli. Istilahnya sebodoan amat. Ia akan melindas apapun yang ada dalam dekapannya. Maka yang mau merugi merugilah dan ingin beruntung beruntunglah. Kita pilih yang mana? 

Kamis, 02 Januari 2025

MENGAPA ADA SUJUD SYUKUR, TAPI TIDAK ADA SUJUD SABAR?

 



SUJUD syukur menjadi salah satu amalan sunnah yang dicontohkan Rasulullah SAW semasa hidup. Dalil yang mendasarinya berasal dari Abdurrahman bin Auf ra, ia berkata,


"Nabi SAW keluar menuju bangunan tinggi lalu masuk ke dalam, menghadap kiblat, dan bersujud. Beliau memanjangkan sujudnya lalu mengangkat kepalanya. Beliau bersabda, 'Jibril telah mendatangiku dengan membawa kabar gembira; 'Sesungguhnya Allah telah bersabda untukmu: siapa saja yang bersholawat kepadamu, maka ia akan menyelamatkannya,' Maka aku bersujud sebagai ungkapan terima kasihku kepada-Nya." (HR Ahmad)


Lalu mengapa ada sujud syukur, tapi tidak ada sujud sabar (sujud dalam rangka bersabar)? Padahal mafhum bagi kita semua bahwa syukur itu lawannya sabar?


“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)


Mungkin hikmahnya adalah ketika kita mendapatkan nikmat berupa keberhasilan dan kesenangan, maka kita seharusnya merendahkan hati dengan merendahkan kepala kita sejajar dengan tanah (sujud). Bukan malah menegakkan kepala dan membusungkan dada sebagai gambaran kesombongan dan tinggi hati. 


Merasa keberhasilannya atas upaya sendiri atau kelompoknya semata, tanpa bantuan Allah Azza wa Jalla.


"Maka apabila manusia ditimpa bencana dia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan nikmat Kami kepadanya dia berkata, "Sesungguhnya aku diberi nikmat ini hanyalah karena kepintaranku." Sebenarnya, itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (Qs. 39 ayat 49)


"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri". (Qs. 31 ayat 18)


Lalu setelah itu kita bangun dari sujud syukur untuk berdiri tegak kembali. Gambaran untuk kembali bersemangat meraih keberhasilan berikutnya. Semangat berjuang dengan kesabaran yang berlipat ganda untuk meningkatkan kontribusi kita kepada kemanusiaan.


Sebaliknya, orang yang bersabar tak perlu bersujud sabar karena ia harus tetap berdiri tegak sebagai simbol tak perlu menghinakan diri dan minder kepada manusia. Tak perlu menghiba atau meminta belas kasihan kepada orang lain, sehingga menjatuhkan harga dirinya. Itulah sebabnya tak perlu bersujud sabar.


Bahkan pada puncak kesabaran, justru ditandai dengan sunnah melakukan qunut nazilah yang tetap berdiri tegak dengan mengangkat tangan berdoa, sebagai simbol hanya Allah Azza wa Jalla tempat kita bergantung dan mengadu atas musibah yang terjadi, terutama akibat kezaliman orang lain.


Rakyat Palestina yang saat ini sedang mengalami musibah akibat kekejaman Zionist Yahudi dapat menjadi contoh tentang bagaimana seharusnya kesabaran dilakukan. Mereka tetap berdiri tegak tanpa rasa takut kepada tentara Zionis yang ada di sekeliling mereka. Terus berjuang dengan semangat tinggi untuk memerdekakan negerinya dan al Quds, walau darah dan air mata taruhannya.


Maka di awal tahun 2025 ini, mari kita bersyukur atas apa saja nikmat yang telah Allah berikan kepada kita di tahun-tahun sebelumnya dengan cara "bersujud" (tidak sombong dan semakin mendekatkan diri kepada Allah).


Lalu mengisi tahun 2025 ini dengan berdiri tegak, yakni terus bersemangat dan bersabar memberikan kontribusi maksimal kepada kemanusiaan demi mencapai cita-cita tertinggi kita : diridhoi Allah Azza wa Jalla untuk masuk ke dalam keabadian surga-Nya.


“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Rabbmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa.” (Qs. 3 ayat 133). Wallahua'lam[] Shl