Sabtu, 21 Juni 2025

ATTENTION YOUR MOTIVE

 


Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ menyampaikan kisah yang mengejutkan dan menggugah hati. Tiga orang pertama yang diadili pada hari kiamat ternyata bukan orang biasa. Mereka adalah orang-orang yang dikenal sebagai pejuang (syuhada), alim (ahli ilmu dan qari’), serta dermawan (filantropis).


Namun yang mengejutkan, ketiganya justru dimasukkan ke dalam neraka. Mengapa?


1. Pejuang yang Tampak Gagah


Orang pertama adalah seorang yang mati syahid. Ia dibawa ke hadapan Allah dan ditanya tentang amalnya. Ia menjawab bahwa ia telah berjuang di jalan Allah hingga gugur. Tapi Allah menjawab:


“Kamu berdusta. Kamu berperang agar disebut pemberani, dan itu sudah dikatakan orang.”


Akhirnya ia diseret dan dilempar ke neraka. Padahal di mata manusia, ia adalah pahlawan.


2. Ahli Ilmu dan Qari’


Orang kedua adalah seorang yang rajin belajar agama, mengajar, dan membaca Al-Qur’an. Ia juga ditanya tentang amalnya. Ia mengaku melakukannya karena Allah. Tapi Allah membantah:


“Kamu belajar agar disebut alim, dan membaca Al-Qur’an agar dipuji sebagai qari’. Itu sudah kamu dapatkan.”


Ia pun diseret ke neraka. Padahal orang-orang mengenalnya sebagai ustadz atau guru ngaji.


3. Orang Kaya Dermawan


Orang ketiga adalah seseorang yang diberi kekayaan dan banyak bersedekah. Ia juga ditanya dan mengaku bahwa semua harta itu telah ia infakkan di jalan Allah. Tapi Allah menjawab:


“Kamu berdusta. Kamu bersedekah agar dipuji sebagai orang dermawan, dan itu sudah kamu dapatkan.”


Ia juga diseret ke neraka. Padahal masyarakat memujinya sebagai tokoh kebaikan.



*Apa Pelajaran Besar dari Hadis Ini?*


✴️ *Niat Lebih Penting dari Amalan Lahiriah*


Ketiganya melakukan amalan luar biasa, namun niat mereka tidak lurus. Mereka melakukan amal bukan untuk mencari ridha Allah, tapi untuk mendapat pengakuan manusia.


Allah tidak menerima amal yang dilakukan dengan niat riya (ingin dipuji). Bahkan dalam hadis lain disebutkan:


“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya.” (HR. Bukhari & Muslim)


✴️ *Hati-Hati dengan Popularitas dan Pujian*


Zaman sekarang, banyak orang ingin dilihat baik di media sosial, disebut dermawan, atau dipuji karena aktivitas keagamaannya. Hadis ini menjadi peringatan keras agar kita tidak terjebak dalam amal yang hanya mengejar branding diri, tapi lupa pada keikhlasan hati.



*🧭 Bagaimana Cara Menghindarinya?*


Berikut beberapa langkah untuk menjaga keikhlasan:


1. Tanyakan diri sendiri sebelum beramal: “Untuk siapa aku melakukan ini?”


2. Sembunyikan sebagian amal kebaikan, seperti sedekah diam-diam, atau bangun malam tanpa harus posting.


3. Doa minta keikhlasan, karena menjaga niat itu sulit dan terus berubah.


4. Jangan tergantung pada pujian orang. Fokus saja agar Allah ridha.


Hadis ini bukan sekadar cerita, tapi peringatan keras dari Rasulullah ﷺ agar kita berhati-hati dengan niat kita. 


Amal yang besar tidak ada nilainya jika dilakukan untuk dilihat manusia. Tapi amal yang sederhana bisa sangat bernilai jika dilakukan semata-mata karena Allah.


Semoga kita semua termasuk orang-orang yang menjaga keikhlasan, baik dalam amal besar maupun kecil.




Kamis, 19 Juni 2025

URGENSI MEMBANGUN KESADARAN

 





1.

Kesadaran tidak diberikan, tetapi dibangun.


Umat kita tidak mengalami kurangnya emosi, melainkan kurangnya kesadaran sistematis terhadap masalahnya.


Mari kita mulai dari sini.


2.

Membangun kesadaran dimulai dengan pertanyaan yang tepat:

Siapakah kita? Apa yang kita inginkan? Siapa yang menghalangi jalan kita?


Tanpa pertanyaan-pertanyaan ini, kita akan terus berputar dalam lingkaran keluhan dan emosi.


3.

Tidak ada kesadaran tanpa pengetahuan.


Tidak ada kesadaran tanpa pemahaman terhadap realitas.


Tidak ada kesadaran tanpa kemampuan untuk menghubungkan teks dengan realitas, sejarah dengan masa kini, dan nilai dengan tindakan.


4.

Kita memerlukan wacana yang mencerahkan, bukan yang menggairahkan saja.


Kita memerlukan platform yang mengajarkan pemikiran, bukan mengulang indoktrinasi.


Kesadaran tidak dibangun oleh kemarahan saja, tetapi oleh wawasan dan kontemplasi.


5.

Kesadaran bukanlah lawan dari agama.


Sebaliknya, ia merupakan alat untuk memahami agama dengan wawasan, jauh dari ekstremisme, politisasi, dan taklid buta.


6.

Hal paling berbahaya yang dihadapi kesadaran:


Polarisasi buta

Mentalitas konspirasi

Mereduksi Islam menjadi slogan-slogan saja

Kurangnya pemikiran kritis atas nama kepatuhan 


7.

Langkah pertama menuju kesadaran:


Menyadari bahwa musuh tidak akan berhasil kecuali kita menjadi alatnya tanpa sadar.


Kesadaran kita harus menjadi penghalang antara kita dan terjerumus pada proyek-proyek yang merusak.


8.

Di antara alat untuk membangun kesadaran di kalangan umat:


Membaca secara independen

Dialog jujur

Mengembalikan sejarah tanpa kultus atau distorsi

Berinvestasi pada media yang berkesadaran

Mengembangkan pemikiran kritis dalam pendidikan dan agama


9.

Tidak semua orang yang mengibarkan panji Islam memiliki kesadaran.

Tidak semua orang yang menentang kekuasaan adalah seorang reformis.


Kesadaran memperlihatkan niat, menimbang slogan, dan menyusun ulang prioritas.


10.

Proyek pembangunan kesadaran Islam adalah proyek penyelamatan peradaban.


Tanpa itu, kita akan tetap menjadi reaksi di meja orang lain.


Bukan aktor di masa kini, maupun pembuat masa depan kita.

Selasa, 17 Juni 2025

NIKMAT YANG MELEBIHI NIKMAT SEBELUMNYA

 


Qorun tidak pernah mengetahui bahwa kartu ATM yang berada di saku kita ternyata mencukupi dari semua kunci-kunci hartanya yang dibawa oleh orang-orang paling kuat.


Kisra Persia tidak pernah mengetahui jika kursi sofa dari busa yang ada di rumah kita ternyata lebih nyaman daripada singgasana yang ia banggakan.


Kaisar tidak pernah mengetahui jika kipas dari bulu merak yang dikipaskan di atas kepalanya oleh budak-budaknya ternyata tak lebih sejuk dari AC yang berada di rumah kita.


Heraklius tidak pernah mengetahui bahwa kesejukan air minum dari botol porselennya yang membuat orang-orang di sekitarnya merasa iri ternyata tak lebih sejuk dari air es di kulkas yang berada di rumah kita.


Kholifah al Manshur tidak pernah mengetahui jika air panas yang dituangkan oleh para pembantunya dengan penuh kebanggaan sebagai campuran air mandi ternyata tak lebih panas dari water heater yang terpasang di kamar mandi kita.


Para jamaah haji di masa lampau tidak pernah mengetahui jika onta-onta perkasa dan kuat yang pernah ia tunggangi kala berangkat haji ternyata tak lebih kuat dan cepat dari pesawat terbang yang kita tumpangi.


Sungguh kita hidup dalam zaman yang banyak melebihi kenikmatan yang tidak pernah dirasakan oleh para raja-raja di zaman dahulu, namun sayangnya kita tetap merasa kurang atas karunia yang telah Allah berikan.


Karena itu senantiasalah membuka matamu agar dapat menyaksikan betapa banyak nikmat yang ada padamu, sehingga tidak semakin sempit dadamu.


Ya Allah segala puji bagi-Mu atas semua nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepada kami, pada agama dan dunia kami.


Ampunilah kami jika hingga detik ini kami masih saja kurang bersyukur dan senantiasa terus berbuat dosa.


"Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Qs. 16 ayat 18) Wallahua'lam 

Senin, 16 Juni 2025

BAGAIMANA MENGHINDARI RIYA?

 





Pertanyaan.

Assalamualaikum, maaf ustadz. Tolong berikan saran atau nasehat kepada saya! Karena jika saya ingin bersedekah, saya sudah ada niat dalam hati ikhlas, tapi kemudian jika uang itu sudah saya sedekahkan, kenapa ada sifat yang seakan tidak ikhlas dalam hati? Saya juga tidak ingin riya’ tapi kenapa sifat itu selalu muncul? Mohon penjelasan ustadz


Jawaban.

Semoga Allâh Azza wa Jalla membimbing anda kepada apa yang Dia cinta dan ridhoi.


Yang dimaksud dengan ikhlas adalah meniatkan semua amalan lahir maupun batin untuk mencari pahala dari Allâh Azza wa Jalladan tidak mengharapkan pujian manusia[1]. Pujian manusia memang membuai, dan jiwa kita menyukainya. Itulah kenapa riya` masih sering menggoda.


Keikhlasan niat tidaklah mudah diraih, bahkan orang-orang shalehpun kesulitan untuk mendapatkannya. Sufyân ats-Tsauri rahimahullah berkata, ”Aku tidak pernah mengobati sesuatu yang lebih sulit daripada mengobati niat saya; karena ia selalu berubah-ubah.”[2]


Ucapan ini keluar dari lisan seorang Sufyân ats-Tsauri rahimahullah , yang merupakan tokoh teladan dari generasi tâbi’in. Bagaimana dengan kita? Hendaknya kita menjadikan ucapan beliau rahimahullah ini sebagai pecut untuk mawas diri dalam bab ini. Karenanya, wajib bagi setiap Mukmin untuk mempelajari hal ini.


Untuk meraih keikhlasan dalam beramal, diperlukan taufik dari Allâh Azza wa Jalladan usaha keras untuk meraihnya. Beberapa kiat berikut insyaAllâh bisa membantu kita meraihnya:

Memohon kepada Allâh Azza wa Jalla agar diberikan keikhlasan dalam beramal, dan dimasukkan dalam golongan mukhlishin (oang-orang ikhlas); karena keikhlasan adalah derajat tinggi yang merupakan anugerah Allâh Azza wa Jalla untuk orang-orang yang dipilih-Nya. Di antara doa yang diajarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal ini adalah :


اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَناَ أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ مِمَّا لاَ أَعْلَمُ


Ya Allâh, Sungguh saya berlindung kepada-Mu dari berbuat syirik dalam keadaan tahu, dan saya memohon ampunan dari apa yang tidak saya ketahui. [HR. al-Bukhâri dalam al-Adab al-Mufrad, dihukumi shahih oleh Syaikh al-Albâni rahimahullah]


Riya`(beramal agar dilihat dan dipuji orang lain) adalah syirik yang kecil dan tersembunyi, sehingga kadang tanpa sadar kita jatuh ke dalamnya. Jika kita meminta kepada Allâh Azza wa Jalla dengan doa ini, Allâh Subhanahu wa Ta’ala akan lindungi kita dari berbuat riya` dalam keadaan sadar, dan akan diampuni-Nya jika tanpa sadar jatuh dalam riya`.


Mengatur dan menata hati untuk ikhlas sebelum beramal.

Imam Ahmad rahimahullah pernah ditanya, “Bagaimana cara niat dalam beramal?” Beliau menjawab, “Mengatur diri jika ingin beramal, untuk tidak mengharap pujian manusia.”[3]

Berusaha menyembunyikan amal kebaikan kita dari pandangan manusia, sebagaimana kita menyembunyikan keburukan kita. Jika yang kita cari adalah ridha Allâh Azza wa Jalla, tidak perlu kita menunjukkannya kepada manusia, kecuali jika ada maslahatnya dan kita bisa menjaga keikhlasan hati.

Mengingat besarnya kerugian orang yang riya` dan tidak ikhlas dalam beramal, dan mengingat bahwa amalannya tidak bermanfaat jika tidak diiringi keikhlasan. Riya` menyebabkan amalan yang kita lakukan dengan susah payah menjadi sia-sia, membuat kita terhinakan di depan Allâh dan menjadikan kita sebagai penyulut api neraka yang pertama kali.

Mempelajari dan mencontoh teladan generasi awal umat Islam dalam bab ini. Ada banyak teladan keikhlasan dalam sirah mereka.

Saling mengingatkan tentang hal ini, terutama pada saat-saat kita atau saudara kita diuji dengan hal ini, atau saat kita melihat tanda-tanda riya` pada saudara kita.


Jika Saudara sudah bersedekah, bergembiralah karena dibalik itu ada pahala yang besar di sisi Allâh Azza wa Jalla. Berbahagialah! Karena anda sudah memasukkan kebahagiaan di hati orang yang membutuhkan. Tersenyumlah! Karena sedekah itu juga telah membuat mereka tersenyum. Jangan malah merasa berat dan menyesali sedekah.


Jika seorang Mukmin beramal dengan ikhlas, kemudian orang-orang memuji amalannya, bolehkah ia senang? Lalu apakah hal itu berpengaruh buruk pada amalannya? Ya, ia boleh senang dan itu tidak membahayakan amalannya, sebagaimana telah dijelaskan langsung oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits 


عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ: قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-: أَرَأَيْتَ الرَّجُلَ يَعْمَلُ الْعَمَلَ مِنَ الْخَيْرِ وَيَحْمَدُهُ النَّاسُ عَلَيْهِ؟ قَالَ: تِلْكَ عَاجِلُ بُشْرَى الْمُؤْمِنِ


Dari Abu Dzar ia meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang orang yang berbuat kebaikan, lalu orang-orang memujinya. Nabi menjawab, “Itu adalah kabar gembira yang disegerakan bagi Mukmin.” [HR. Muslim]


Wallahu A’lam.





Minggu, 08 Juni 2025

PEWARIS DAKWAH





Rasulullah ﷺ adalah pewaris dakwah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam, napak tilas dakwah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam, mulai dari Irak tempat kelahirannya, lalu melakukan pengembaraan dakwahnya ke negeri Syam, Mesir hingga ke jantung Jazirah Arab yang menjadi cikal bakal kota Mekkah. 


Napak tilas dakwah Nabi Ibrahim menjadi rekam jejak dakwah Rasulullah ﷺ, dengan Islamisasi kota Madinah melalui hijrah, dan islamisasi kota Mekkah melalui peristiwa Fathu Mekkah, dari dua kota itulah Rasulullah ﷺ mengembangkan dakwahnya ke negeri di sekitrnya, dan mendelegasikan sahabat sahabat terbaiknya, Muadz bin Jabal ke Yaman, Khalid bin Walid ke Irak, Abu Ubaidah bin al Jarrah ke Syam dan Amru bin Ash ke Mesir. 


Rasulullah ﷺ menjadi pewaris dakwah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam,  secara nasab dan nilai ajaran risalahnya. Secara nasab disebutkan dalam satu literatur sirah, bahwa nasab Rasulullah ﷺ bersambung sampai ke Nabi Ibrahim 'Alaihissalam, dengan urutan sebagai berikut :


 محمد بن عبد الله بن عبد المطلب بن هاشم بن عبد مناف بن قصي بن كلاب بن مرة بن كعب بن لؤى بن غالب بن فهر بن مالك بن النضر بن كنانة بن خزيمة بن مدركة بن إلياس بن مضر بن نزار بن معد بن عدنان الذي يصل نسبه إلى إسماعيل بن إبراهيم -عليهما الصلاة والسلام.


_Muhammad  bin Abdillah bin Abdul Mutthallib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qusay bin Kilab bin Murrah bin Kaab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhor bin Nazzar bin Ma'ad bin Adnan, lalu bersambung nasabnya sampai Ismail bin Ibrahim 'Alaihissalam._


Nasab tersebut dikonfirmasi sendiri oleh Rasulullah ﷺ, dalam sebuah haditsnya, beliau bersabda :


إنَّ اللَّهَ اصْطَفى كِنانَةَ مِن ولَدِ إسْماعِيلَ، واصْطَفى قُرَيْشًا مِن كِنانَةَ، واصْطَفى مِن قُرَيْشٍ بَنِي هاشِمٍ، واصْطَفانِي مِن بَنِي هاشِمٍ. • مسلم، صحيح مسلم (٢٢٧٦) • [صحيح] • أخرجه الترمذي (٣٦٠٦)


_Sesungguhnya Allah Ta'ala telah memilih Kinanah dari anak anaknya Ismail, dan telah memilih Quraisy dari Kinanah, dan telah memilih Bani Hasyim dari Quraisy, dan memilih aku dari Bani Hasyim._ (HR Muslim  dan Tirmidzi)


Fakta yang menunjukan bahwa Rasulullah ﷺ menjadi pewaris dakwah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam dan Nabi Ismail 'Alaihissalam terdapat pada dua hal berikut :


*Pertama,* dibesarkan dengan keberkahan air zam zam. 


Berawal saat Nabi Ibrahim meninggalkan isterinya Hajar beserta puteranya Ismail 'Alaihissalam di lembah tandus Jazirah Arab, karena harus pergi berdakwah atas perintah Allah Ta'ala, sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran:


{ رَّبَّنَاۤ إِنِّیۤ أَسۡكَنتُ مِن ذُرِّیَّتِی بِوَادٍ غَیۡرِ ذِی زَرۡعٍ عِندَ بَیۡتِكَ ٱلۡمُحَرَّمِ  }


_Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati._ [Surat Ibrahim: 37]


Di lembah tandus sama sekali tidak didapati sumber air, Hajar 'Alaihassalam berlari antara bukit Sofa dan Marwa untuk mencari air, tiba tiba bayi Ismail yang diletakan tidak jauh di antara Sofa dan Marwa, dari bawah kakinya memancar air deras, lalu Hajar 'Alaihassalam segera membuat tanggul kecil melingkar agar air tersebut tertampung, Hajar 'Alaihassalam dan puteranya Ismail akhirnya dapat melangsungkan kehidupannya dengan keberkahan air zam zam atas ijin Allah Ta'ala.


Demikian hal nya juga terjadi pada diri Nabi Muhammad ﷺ berawal dari saat sumur zam zam tidak lagi mengeluarkan air, karena tertimbun dan tertutup bagian atasnya dengan sampah dan kotoran sisa sisa penyembelihan atas nama berhala. 

Tiba tiba datuk Abdul Mutthalib bermimpi, dia diperintahkan untuk menggali timbunan tersebut dan membersihkannya dari kotoran, maka Abdul Mutthalib bersama puteranya Al Harits menggalinya dengan sangkur. 


Tidak lama kemudian, memancar air dengan derasnya. Saat itulah sumber air zam zam telah ditemukan kembali setelah sekian tahun lamanya tertimbun, bisa jadi hal itu disebabkan karena Allah Ta'ala murka dan tidak meridhoi praktek praktek kemusyrikan yang dilakukan di sekeliling rumah-Nya. 

Sumber air zam zam ditemukan kembali, hal ini terjadi sebelum kelahiran Rasulullah ﷺ  sebagaimana Ismail 'Alaihissalam, Allah Ta'ala juga ingin menghidupkan Nabi-Nya dengan keberkahan air zam zam atas ijin-Nya

Zam zam tidak hanya sekedar air minum, tetapi minuman yang banyak mengandung mineral dan nutrisi terbaik, dapat mengenyangkan dan meringankan rasa sakit, sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadits :


زمزمُ طعامُ طُعمٍ وشفاءُ سُقمٍ الراوي: أبو ذر الغفاري • المنذري، الترغيب والترهيب (٢/٢٠٠) • إسناده صحيح •


_Zam zam adalah saripati makanan dan obat penyakit_ (Diriwayatkan Abu Dzar Al Ghifary, Imam Al Mundziri memuatnya dalam At Targhib wat Tarhib, dengan sanad yang shahih)


*Kedua,* Ayah dan datuknya Ismail 'Alaihissalam keduanya nyaris disembelih. 

Hal ini bermula saat Abdul Mutthalib bernadzar dalam sebuah doa yang dipanjatkan, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah literatur :


يرفع يديه إلى السماء، ويدعو الله أن يرزقه عشرة أبناء من الذكور، ونذر أن يذبح أحدهم تقربًا لله.استجاب الله دعوة عبد المطلب، فرزقه عشرة أولاد.


_Dia mengangkat kedua tangannya ke atas langit, lalu berdoa kepada Allah swt agar diberikan rejeki sepuluh anak laki laki, lalu dia bernadzar akan menyembelih salah satu anaknya sebagai bentuk taqorub kepada Allah Ta'ala. Allah Ta'ala mengabulkan doa nya dengan mengaruniayinya sepuluh anak laki laki._


Maka dilakukanlah pengundian, bahwa nama yang keluar akan dijadikan kurban untuk disembelih, qoddarullah berkali kali yang keluar selalu nama Abdullah Ayahanda Nabi ﷺ, Abdul Mutthalib sangat sayang dengan puteranya Abdullah, diapun urung melaksanakan nadzarnya, setelah mendapatkan saran dari pemuka kaum Quraisy bahwa nadzarnya dapat ditebus dengan seratus ekor unta, tebusan itupun dipenuhinya dan puteranya Abdullah tidak jadi disembelih. 


Terkait hal ini telah dijelaskan dalam sebuah hadits :


أنَّ أعرابيًّا قالَ للنَّبيِّ ﷺ: يا ابنَ الذَّبيحَينِ، فتبسَّمَ ولَم يُنكرْ عليهِ. وأمّا أنا ابنُ الذَّبيحَينِ الراوي: معاوية بن أبي سفيان • الزرقاني، مختصر المقاصد (١١) • [صحيح]


Bahwasnya seorang arab badui berkata kepada Nabi ﷺ: _"hai anak dari dua orang yang nyaris diembelih"_


_Nabi ﷺ  pun tersenyum dan tidak mengingkarinya seraya berkata, "Aku memang anak dari dua orang yang nyaris disembelih (Ismail dan Abdullah)."_

(Diriwayatkan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan, Imam Al Zarqany memuatnya dalam Mukhtashar Al Maqashid (sanadnya shahih).


*IBROH DAN PELAJARAN:*


1  Nabi Ibrahim 'Alaihissalam, Ismail 'Alaihissalam dan Muhammad ﷺ bahwa ketiganya berada dalam satu mata rantai dakwah yng sama, yaitu dakwah tauhid mengesakan Allah Ta'ala 

Ismail 'Alaihissalam dan Muhammad ﷺ  keduanya sama dibesarkan dengan sumber yang jernih, berupa air zam zam. 


Wallahu A'lam



Rabu, 04 Juni 2025

PUASA AROFAH

 



Puasa Arafah adalah puasa sunnah yang dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah, yaitu pada hari Arafah. Puasa ini memiliki keutamaan yang besar dan dianjurkan untuk dilaksanakan oleh umat Muslim yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji.


Keutamaan Puasa Arafah

- Puasa Arafah dapat menghapuskan dosa-dosa yang telah lalu selama satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang.

- Puasa ini juga dapat meningkatkan ketakwaan dan keimanan kepada Allah SWT.


Niat Puasa Arafah

Niat puasa Arafah dapat dilakukan dengan mengucapkan:


"Nawaitu sauma ghadin 'an Arafah lillahi ta'ala."


Artinya: "Saya berniat puasa Arafah esok hari karena Allah ta'ala."


Waktu Pelaksanaan

Puasa Arafah dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah, yaitu pada hari Arafah. Waktu pelaksanaan puasa ini dimulai dari terbit fajar hingga matahari terbenam.


Dengan melaksanakan puasa Arafah, umat Muslim dapat memperoleh pahala yang besar dan meningkatkan ketakwaan dan keimanan kepada Allah SWT.

Rabu, 30 April 2025

HIDUP BUKAN HANYA PENGENDALIAN ATAU CAPAIAN NAMUN UJIAN

 


Hidup bukan tentang mengendalikan, mencapai, atau menilai. Hidup adalah tentang mengalami menyelami setiap momen yang hadir dan terus belajar dari apa pun yang kita temui di sepanjang jalan. 


Di setiap langkah, kita dihadapkan pada berbagai situasi yang sering kali tidak bisa kita prediksi. Justru di situlah letak inti kehidupan, ujian yang terus hadir dalam berbagai bentuk dan dinamikanya. 


Hidup adalah ujian.

Selama kita belum sampai di ujung perjalanan, maka semua hal yang kita lalui adalah ujian, ujian yang terus menguji keimanan, kesabaran,  ketaatan dan kesalehan kita.


Allah Ta’ala berfirman:


“Dia yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

(QS. Al-Mulk: 2)


Ujian hadir tidak hanya dalam kesulitan, tapi juga dalam kenyamanan. Semua adalah bentuk pengujian dari Allah SWT:


 • Defisit adalah ujian, menguji kesabaran dan keteguhan.

 • Surplus pun ujian, menguji rasa syukur dan amanah.

 • Kegagalan adalah ujian, melihat apakah kita mampu bangkit dan tetap husnuzan.

 • Kesuksesan juga ujian, apakah kita tetap rendah hati dan tidak lalai.

 • Konflik adalah ujian, menguji kedewasaan dalam menyikapi perbedaan.

 • Keharmonisan pun ujian, menjaga agar tidak terbuai dan lalai.

 • Kesendirian adalah ujian, melatih keikhlasan dan penguatan batin.

 • Kebersamaan pun ujian, mengasah kemampuan untuk berbagi dan menjaga adab.


Namun ujian terbesar dari semua itu adalah komitmen dan konsistensi kita  dengan dan bersama Allah SWT. 


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


“Tidaklah seorang mukmin tertimpa suatu kelelahan, penyakit, kekhawatiran, kesedihan, gangguan, dan kesusahan—bahkan duri yang menusuknya—melainkan Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya karenanya.”

(HR. Bukhari dan Muslim)


Ujian adalah sarana penyucian jiwa (tazkiyatun nafs). Bukan untuk menjatuhkan, melainkan untuk menaikkan derajat kita, jika kita lulus dengan sabar dan syukur.


Maka ketika hidup terasa berat, ingatlah: Ini bukan akhir. Ini adalah bagian dari ujian.


Tugas kita adalah menjalaninya dengan penuh keimanan, ikhtiar, dan kesabaran, sambil terus menjaga komitmen kita kepada Allah SWT yang takkan pudar

Minggu, 23 Maret 2025

Masjid Nabawi Madinah

 






*Semoga dapat menambah khazanah wawasan kita*


Poin Info : 

- Renovasi terakhir oleh raja Fahd Th 1984 - 1994

- Luas tanah hampir 24 hektar, 

- Perlu 3 Th utk bebas tanah

- Luas masjid dalam 10 hektar

- Luas area Luar 13 , 85 hektar

- Daya tampung masjid : lantai atas 90 rb jamaah , lantai bawah 480 ribu, lantai luar 430 rb total 1 juta lebih

- Manager masjid orang Mesir namanya Abu Hazim

- Karyawan ada 3500 dibawah bin Laden group dan ada 2500 karyawan kerajaan , romadhon tambah karyawan 2000 org

- Biaya perawatan setahun 4 milyar riyal., di luar gaji karyawan .

- Tinggi dari permukaan sampai paling bawah Digali 50 meter ke bawah , di bawah masjid ada 5 lantai, yang di atas yg tampak ada 2 lantai jadi total ada 7 lantai.


*Lantai Bawah tanah*

 dipakai  utk parkir mobil dan toilet

- Lahan parkir bisa menampung 4200 mobil

- Ongkos parkir bawah masjid 1 jam 1 riyal 

- Hasil uang parkir untuk kesejahteraan masjid

- WC di bawah tanah ada 6000 toilet

- Lorong pembuangan toilet dibuang arah jabal magnet  sejauh 20 km ke pegunungan wadi Jin, jadi pupuk tanaman.


*Tiang masjid*

- Di dalam masjid ada 2974 tiang semuanya ber AC

- Di luar ada 540 tiang dan 350 tiang berpayung

- Tinggi tiang 14,5 m, dg marmer asli Itali, seluruh marmer yg nempel di semua tiang ada 27 rb ton

- AC sentral tidak dibawahnya tapi di luar kota Madinah jarak mesin dg masjid 7 km, biar tidak berisik, pakai lorong bawah tanah sedalam 9 meter. Tinggi lorong itu 4,5 m menuju ke daerah aziziyah Madinah.

- Terowongan listrik dan AC Ada di bawah pintu 6 babusalam 


*Menara masjid*

- Menara ada 10 menara awal nya 4 tiang tambah 6

- Puncak menara ada satu yg emas murni seberat 40 kg, hanya satu tiang yg full emas murni, 9 yg lain campuran emas

- 6 menara baru itu tingginya 114 meter, artinya 114 surat


*Kubah Geser*

- ada 27 kubah ,  Setiap Kubah beratnya 80 ton

- ukuran kubah geser 25 x 25 M bisa menutup sendiri , buatan Jepang.

- Kubah dihiasi dengan batu safir dari Prancis 


*Pintu Masjid*

- Pintu masjid nabawi ada 85 pintu berat setiap pintu 2,5 ton, 

- Karpet nya ada 10 ribu karpet 

- Speaker ada 3072 bj dan semua jernih


*Payung Masjid*

-  Payung total ada 262 payung, yang di luar ada 250 di dalam ada 12 payung, 

- Berat setiap payung nya 49 ton , 

-harga tiap tiang nya adalah  1 juta dolar per payung (15 M). Buatan Jerman .


*Air wudhu*

- Air wudhu adalah hasil pengolahan air laut, bukan sumur bawah tanah, dari laut daerah Yanbu 285 km jauhnya. 2 jam perjalanan 


*Air Zam Zam* 

- Air Zamzam di suplai langsung dari Makkah pakai truk air 30 truk tangki, 15 berangkat 15 balik.

- Total air zam zam sehari butuh 285 ton, di romadhon jatahnya 400 ton lebih

- jam 3 sore harus diganti baru, walaupun masih banyak.

- Ada departemen cek kualitas air Zamzam sebelum di masukan tong zamzam. Kalau kualitas tidak baik akan dikembalikan ke Mekkah


*Kantor Pengelola Masjid*

- Ada di Pintu Nomer 27 , dibawahnya ada control centre, bagian listrik payung dll. 

- Hanya pekerja yg boleh masuk.

- Rahasia semua ada disitu, Layar monitor CCTV dll



Sabtu, 22 Maret 2025

MENEMPATKAN ORANG PADA POSISI OPTIMALNYA

 







*(Belajar dari Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW)*


Dalam sejarah Islam, Rasulullah Muhammad SAW memberikan teladan luar biasa dalam kepemimpinan, termasuk dalam hal menempatkan seseorang sesuai dengan potensinya. Beliau tidak hanya melihat kemampuan seseorang secara umum, tetapi juga mempertimbangkan bakat, pengalaman, dan kecenderungan fitrah mereka. Prinsip ini menjadi kunci keberhasilan perjuangan Islam pada masa itu dan relevan hingga kini dalam konteks organisasi, bisnis, maupun sosial.


1. Abdurrahman bin Auf: Jihad dengan Harta dan Bisnisnya


Abdurrahman bin Auf adalah salah satu sahabat Nabi yang terkenal dengan keahliannya dalam berdagang dan kelimpahan hartanya. Ketika hijrah ke Madinah, ia tidak hanya mengandalkan bantuan orang lain tetapi segera membangun bisnisnya hingga sukses. Nabi tidak meminta Abdurrahman untuk menjadi panglima perang, melainkan mengarahkannya untuk berjihad dengan hartanya.


Berkat kontribusi finansialnya, banyak ekspedisi militer Islam dapat berjalan dengan baik. Dalam Perang Tabuk, Abdurrahman bin Auf menyumbangkan 200 uqiyah emas, setara dengan miliaran rupiah saat ini. Ia juga dikenal sebagai penyokong ekonomi kaum Muslim, membebaskan budak, dan membantu para pejuang dengan perbekalan serta logistik.


Pelajaran yang bisa diambil: Tidak semua orang harus turun ke medan perang dengan pedang, ada yang lebih efektif berjuang dengan keahliannya di bidang ekonomi.


2. Khalid bin Walid: Pedang Allah yang Terhunus


Di sisi lain, ada Khalid bin Walid, seorang jenderal perang yang tak tertandingi dalam strategi militer. Nabi melihat potensi besar dalam dirinya dan memberinya peran sebagai komandan pasukan Muslim. Keputusan ini terbukti tepat, mengingat Khalid memenangkan banyak pertempuran besar, seperti Perang Mu’tah, Fathu Makkah, dan Yarmuk.


Menariknya, Rasulullah tidak meminta Khalid untuk mengelola keuangan atau berdakwah sebagai juru bicara Islam. Beliau memahami bahwa keunggulan Khalid ada di medan perang, bukan di mimbar atau meja perundingan.


Pelajaran yang bisa diambil: Setiap orang memiliki keunggulan yang berbeda, dan tugas pemimpin adalah menempatkan mereka di posisi yang paling sesuai dengan potensi terbaiknya.


3. Bilal bin Rabah: Muadzin Pertama Islam


Bilal bin Rabah adalah seorang mantan budak yang dimerdekakan oleh Abu Bakar. Suaranya yang merdu dan keteguhan imannya membuat Rasulullah memilihnya sebagai muadzin pertama Islam. Padahal, Bilal bukan seorang panglima perang atau saudagar kaya, tetapi Nabi melihat bahwa keistimewaannya terletak pada suara dan ketulusan hatinya dalam menyeru manusia kepada kebaikan.


Pelajaran yang bisa diambil: Seorang pemimpin harus bisa melihat keunikan setiap individu dan menugaskan mereka sesuai dengan fitrah serta kemampuan terbaik mereka.


4. Umar bin Khattab dan Abu Bakar: Dua Karakter Pemimpin yang Berbeda


Nabi juga menunjukkan kebijaksanaan dalam memilih pemimpin setelah beliau wafat. Abu Bakar dikenal sebagai sosok yang lembut, penyabar, dan bijaksana dalam mendamaikan perbedaan. Oleh karena itu, ia dipilih menjadi khalifah pertama. Sementara Umar bin Khattab yang dikenal dengan ketegasannya, menjadi tangan kanan yang mengawal ketertiban dan hukum Islam dengan tegas.


Pelajaran yang bisa diambil: Pemimpin yang baik memahami karakter bawahannya dan memberikan peran yang sesuai agar keseimbangan dalam organisasi tetap terjaga.


Dari kisah-kisah di atas, ada beberapa prinsip utama yang bisa diterapkan dalam kepemimpinan dan manajemen tim:


1. Kenali Potensi Individu – Setiap orang memiliki kelebihan yang berbeda. Seorang pemimpin harus mampu mengidentifikasi bakat yang ada dalam timnya.


2. Tempatkan Sesuai Keunggulan – Tidak semua orang cocok untuk semua peran. Seorang ahli strategi sebaiknya mengelola strategi, bukan operasional harian.


3. Hargai Peran yang Berbeda – Jihad tidak selalu berarti berperang di medan tempur, tetapi bisa dalam bentuk ekonomi, pendidikan, atau dakwah.


4. Keseimbangan dalam Tim – Kombinasi antara yang bijaksana dan tegas, antara yang bekerja di lapangan dan di balik layar, akan menghasilkan harmoni dalam organisasi.


Metode kepemimpinan Rasulullah ini menjadi pelajaran berharga bagi kita dalam mengelola tim, organisasi, maupun bisnis. Dengan menempatkan orang di posisi optimalnya, maka produktivitas dan efektivitas akan meningkat, membawa kebaikan bagi semua. Wallahua'lam


Sabtu, 18 Januari 2025

TIGA TUGAS MUSLIM

 

TAHUN 2024 sudah berlalu, tetapi semangat janganlah berlalu. Tekad menuju taqwa teruslah berlaku, tak kenal surut dan luluh. 


Paling tidak ada tiga hal yang perlu dilakukan jika spirit keimanan tetap berlaku. 


Pertama, jadilah muslim strategis. Kedua, jadilah muslim taktis. Dan yang ketiga, jadilah muslim 'Abid. 


Semoga di tahun 2025 dan tahun-tahun selanjutnya kita dapat melakukan tiga tugas muslim ini secara kontinyu.


1. Menjadi MUSLIM STRATEGIS.


Sebagai muslim, kita perlu melakukan hal-hal strategis yang dampaknya jangka panjang bagi kebaikan Islam di masa depan, sekaligus bagi bangsa dan negara.


Tugas strategis muslim adalah bagaimana agar umat memahami Islam secara benar melalui sarana tarbiyah (pendidikan) yang istimroriyah (rutin) dan tajarud (sungguh-sungguh). 


Disini peran strategis kita hanya dua, menjadi murid dalam sebuah taklim (liqo') dan/atau menjadi murobbi (guru) dalam sebuah taklim (liqo'). 


Slogannya adalah mentarbiyahkan masyarakat, dan memasyarakatkan tarbiyah. 


"Jadilah kamu pribadi Robbani, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya!” (QS. Ali 'Imran : 79).


Mengapa tarbiyah merupakan tugas strategis muslim? Sebab tarbiyah merupakan SATU-SATUNYA CARA kebangkitan Islam seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad saw. 


Beliau mentarbiyah aqidah para sahabat selama 13 tahun, lalu 10 tahun kemudian mentarbiyah ajaran Islam lainnya. 


Hasilnya, para sahabat menjadi generasi terbaik karena pemahaman Islamnya kokoh dan benar, sehingga tak mudah tergoda dengan berbagai pernik dunia. 


Sebaliknya, keterpurukan umat Islam saat ini karena ketidakpahaman banyak kaum muslimin terhadap Islam itu sendiri. 


Jam belajar kebanyakan kaum muslimin untuk mempelajari Islam sangat sedikit. Lebih banyak jam belajar mereka untuk hal-hal keduniaan. 


Jika umat paham Islam, sehebat apa pun makar yang dilakukan musuh-musuh Islam tak akan mempan untuk menghancurkan kekuatan umat. Itulah sebabnya Allah memerintahkan kita agar tidak meninggalkan tarbiyah, walau dalam situasi genting sekalipun. 


"Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya" (Qs. At Taubah : 122).


Memang tarbiyah tidak menyelesaikan seluruh permasalahan umat, tapi semua permasalahan umat berawal dan berakhir dengan tarbiyah.


2. Menjadi MUSLIM TAKTIS.


Selain melakukan tugas strategis berupa memasyarakatkan tarbiyah, seorang muslim juga harus ikut serta menyelesaikan permasalahan umat yang up to date, seperti menolong saudaranya atau tetangganya, memberantas kemiskinan, melakukan kegiatan sosial politik, mencegah kerusakan moral atau memprotes penghinaan terhadap Allah dan Rasul-Nya, serta menolong saudara-saudara kita (berupa doa dan infaq) di belahan bumi lainnya, terutama di Palestina.


Bekerja mencari nafkah juga bisa disebut tugas muslim taktis karena memberi manfaat kepada masyarakat pada saat ini, walau ada juga bekerja yang cakupannya sebagai muslim strategis karena berdampak panjang ke masa depan. 


Misalnya, mereka yang bekerja sebagai guru atau dosen dan ustadz atau pembimbing agama lainnya. Dengan catatan, asalkan pekerjaan tersebut bernilai dakwah yang strategis untuk kemanusiaan serta menjayakan Islam dalam jangka panjang.


Keliru besar jika seorang muslim maunya hanya taklim (liqo') saja dengan alasan menghindari kemudharatan yang lebih besar, namun abai terhadap permasalahan umat kekinian. 


Bukankah tanpa menyelesaikan permasalahan taktis maka masalah tersebut akan semakin besar dan berat, lalu dalam jangka panjang akan menggulung eksistensi umat Islam itu sendiri? 


Bukankah Rasulullah saw bersabda : 


"Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka hendaknya dengan lisannya. Dan apabila tidak mampu lagi maka dengan hatinya, sesungguhnya itulah selemah-lemah iman” (HR. Muslim).


Bagaimana kita bisa menghilangkan kemungkaran kalau tidak turun tangan untuk mengatasinya? 


Maukah kita disebut sebagai selemah-lemahnya iman jika hanya merubahnya dengan hati (diam saja)? Tentu tidak!


Oleh sebab itu, seorang muslim harus tetap turut serta menyelesaikan masalah-masalah taktis keumatan yang dampaknya jangka pendek, selain ia tetap fokus untuk melakukan tindakan strategis (tarbiyah) demi tercapainya pengkaderan umat yang kokoh. 


Sebaliknya, jangan hanya sibuk menyelesaikan masalah taktis tapi kita lupa untuk ikut serta dalam gerakan strategis kebangkitan umat yakni mengikuti dan terlibat aktiv dalam tarbiyah 


3. Menjadi MUSLIM 'ABID


Seorang muslim perlu meningkatkan kekhusyukan Ibadah khususnya (ibadah mahdhoh), sekaligus meningkatkan kuantitas ibadahnya. 


Semakin khusyuk dan banyak melakukan shaum sunnah, sholat tahajud, membaca Al Qur'an, sholat duha, doa dan zikir. Kalau perlu membuat list (daftar) ibadah khusus harian apa saja yang perlu dilakukan lalu dievaluasi setiap periode tertentu.


Ingatlah, ibadah adalah kekuatan muslim dan syarat datangnya pertolongan Allah. Ketika Sholahuddin al Ayyubi ingin membebaskan al Aqsho beliau memeriksa kesiapan tentaranya, termasuk memeriksa siapa diantara tentaranya yang sholat tahajud. 


Kekuatan ibadah membuat kemenangan itu diridhoi oleh Allah swt dan itulah yang diyakini oleh Sholahuddin al Ayyubi.  


Jadi, menjaga spirit keimanan adalah menjaga rutinitas kita untuk menjadi muslim strategis, muslim taktis dan muslim 'abid. Dan ini harus dilakukan secara serentak dan simultan. Semuanya sama-sama penting dan tak ada yang lebih penting daripada yang lainnya.


Menjadi muslim' abid, tapi abai menjadi muslim strategis dan taktis adalah tindakan egois karena ingin masuk surga sendirian. 


Walau ini juga patut dipertanyakan bisakah kita masuk surga tanpa kepedulian terhadap orang lain.


Yang lebih parah adalah jika kita tidak melakukan ketiganya, tidak menjadi muslim strategis, tidak menjadi muslim taktis, tidak juga menjadi muslim 'abid. 


Lalu kita mau masuk surga dari pintu yang mana? Apa modal kita untuk masuk surga?? Padahal di dada kita belum ada catatan sebagai pembela Islam.


"Barangsiapa mati, sedang ia tidak pernah berjihad dan tidak mempunyai keinginan untuk jihad, ia mati dalam satu cabang kemunafikan” (Muttafaq Alaihi).


Semoga Allah memudahkan kita untuk menjadi muslim strategis, muslim taktis dan muslim 'abid. Amin ya Rabbal alamin 

Minggu, 12 Januari 2025

HATI-HATI BERUCAP

 


oleh: aunur rafiq saleh



• Jangan pernah meremehkan ucapan. Ada ungkapan "mulutmu harimaumu".


• ⁠Al-Quran mengingatkan, ucapan bisa mengantarkan seseorang mencapai surga penuh kenikmatan di akhirat. Firman Allah:


فَاَ ثَا بَهُمُ  اللّٰهُ  بِمَا  قَا لُوْا  جَنّٰتٍ  تَجْرِ يْ  مِنْ  تَحْتِهَا  الْاَ نْهٰرُ  خٰلِدِيْنَ  فِيْهَا  ۗ وَذٰلِكَ  جَزَآءُ  الْمُحْسِنِيْنَ


"Maka Allah memberi pahala kepada mereka atas perkataan yang telah mereka ucapkan, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah balasan (bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan."

(QS. Al-Ma'idah: 85)


• Karena ucapan pula seseorang bisa mendapat kutukan dan tenggelam ke dasar neraka. Firman Allah:


وَقَا لَتِ  الْيَهُوْدُ  يَدُ  اللّٰهِ  مَغْلُوْلَةٌ  ۗ غُلَّتْ  اَيْدِيْهِمْ  وَلُعِنُوْا  بِمَا  قَا لُوْا  ۘ بَلْ  يَدٰهُ  مَبْسُوْطَتٰنِ  ۙ يُنْفِقُ  كَيْفَ  يَشَآءُ  ۗ وَلَيَزِ يْدَنَّ  كَثِيْرًا  مِّنْهُمْ  مَّاۤ  اُنْزِلَ  اِلَيْكَ  مِنْ  رَّبِّكَ  طُغْيَا نًا  وَّكُفْرًا  ۗ وَاَ  لْقَيْنَا  بَيْنَهُمُ  الْعَدَاوَةَ  وَا لْبَغْضَآءَ  اِلٰى  يَوْمِ  الْقِيٰمَةِ  ۗ كُلَّمَاۤ  اَوْقَدُوْا  نَا رًا  لِّلْحَرْبِ  اَطْفَاَ هَا  اللّٰهُ  ۙ وَيَسْعَوْنَ  فِى  الْاَ رْضِ  فَسَا دًا  ۗ وَا للّٰهُ  لَا  يُحِبُّ  الْمُفْسِدِيْنَ


"Dan orang-orang Yahudi berkata, Tangan Allah terbelenggu. Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu, padahal kedua tangan Allah terbuka; Dia memberi rezeki sebagaimana Dia kehendaki. Dan (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu pasti akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan mereka. Dan Kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari Kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya. Dan mereka berusaha (menimbulkan) kerusakan di bumi. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-Ma'idah: 64)


• Karena ucapan pula, pasukan kaum muslimin mengalami kekalahan di awal pertempuran dalam perang Hunain. Firman Allah:


لَـقَدْ  نَصَرَكُمُ  اللّٰهُ  فِيْ  مَوَا طِنَ  كَثِيْرَةٍ  ۙ وَّيَوْمَ  حُنَيْنٍ  ۙ اِذْ  اَعْجَبَـتْكُمْ  كَثْرَتُكُمْ  فَلَمْ  تُغْنِ  عَنْكُمْ  شَيْئًـا  وَّضَا قَتْ  عَلَيْكُمُ  الْاَ رْضُ  بِمَا  رَحُبَتْ  ثُمَّ  وَلَّـيْتُمْ  مُّدْبِرِ يْنَ 


"Sungguh, Allah telah menolong kamu (mukminin) di banyak medan perang, dan (ingatlah) Perang Hunain, ketika jumlahmu yang besar itu membanggakan kamu, tetapi (jumlah yang banyak itu) sama sekali tidak berguna bagimu, dan Bumi yang luas itu terasa sempit bagimu, kemudian kamu berbalik ke belakang dan lari tunggang-langgang." (QS. At-Taubah:  25)


• Ucapan yang menyebabkan kekalahan pasukan kaum muslimin di Hunain itu diucapkan oleh salah seorang prajurit, "kita tidak akan dikalahkan karena jumlah yang sedikit." 


• Seorang wartawan pernah dijebloskan ke dalam penjara karena ucapan yang keluar dari mulutnya.


• ⁠Kapal Titanic yang sangat besar dan legendaris itu tenggelam tidak lama setelah salah seorang pemilik atau crewnya berucap, " bahkan Tuhan tidak akan mampu menenggelamkan kapal ini."


• ⁠Kita tidak tahu apakah kebakaran besar di Los Angeles yang baru saja terjadi itu ada kaitannya dengan ucapan presiden Amerika, Trump, yang mengancam melalui ucapan akan membuat Timur Tengah atau Gaza bak neraka.


• ⁠Yang pasti kita harus berhati-hati dengan ucapan kita. Karena Allah sangat memperhitungkan ucapan manusia.

Senin, 06 Januari 2025

ADAB MEMBERI NASIHAT

 


*1. Ikhlas Karena Allah Ta'ala*


Telah diketahui, bahwa Ikhlas dalam beramal menjadi salah satu syarat diterimanya amal. Termasuk ikhlas dikala memberikan nasihat; hanya mengharapkan ridha Allah Ta'ala bukan untuk menunjukkan kelebihan dan kehebatan diri, atau menjatuhkan pihak yang dinasihati.


Allah Ta'ala berfirman:


وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ


_“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus ..”_ (QS. Al Bayyinah (98): 5) 


*2. Menggunakan kata-kata yang baik, tepat, dan efektif*


Dalam Al Quran, Allah Ta'ala memerintahkan kita berkata-kata yang baik dengan berbagai macam istilah, seperti:


- Qaulan Sadida (perkataan yang benar) (Al Ahzab: 70)

- Qaulan Karima (perkataan yang mulia) (Al Isra: 23)

- Qaulan Ma'rufa (perkataan yang baik) (An Nisa: 5)

- Qaulan Layyina (perkataan yang lemah lembut). (Thaha: 44)

- Qaulan Baligha (perkataan yang menghujam dalam pikiran dan jiwa) (An Nisa: 63)


Semua ini bertujuan agar pihak yang dinasihati tersentuh jiwa dan pikirannya, serta tunduk hatinya, sehingga berubah lebih baik dr sebelumnya. 


Allah Ta'ala berfirman:


فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ 

_Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekitarmu._ (QS. Ali 'Imran: 159)


*3. Jangan sebarkan isi nasihat kecuali ada alasan syar'i*


Hendaknya orang yang menasihati menyembunyikan nasihatnya, apalagi terkait aib pribadi seseorang. Baik itu urusan rumah tangga, maksiat, dan aib lainnya. Di sisi lain, dengan disembunyikan maka bagi yang memberikan nasihat bisa lebih menjaga keikhlasan dlm memberikan nasihat dan terhindar dari bangga diri.


Rasulullah ﷺ bersabda:


 وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ


_Siapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat._ (HR. Muslim)


Ada pun untuk kekeliruan yang bukan sekedar aib pribadi tapi penyimpangan yang merusak org banyak, merusak masyarakat, negara, dan agama, maka ini boleh dinasihati terang-terangan. Ini bukan termasuk ghibah dan bukan pula tajasus (mencari-cari kesalahan org lain) yg terlarang.


Para salaf mengatakan:


قال ابن عيينة: «ثلاثةٌ ليست لهم غيبة: الإمام الجائر، والفاسق المعلِنُ بفسقهِ، والمبتدعُ الذي يدعو الناس إلى بدعته»


Sufyan bin Uyainah berkata:


Ada tiga hal yg bagi mereka tidak termasuk ghibah:


- Menggunjing pemimpin yang zalim

- Orang fasik yang terang-terangan kefasikannya

- Ahli bid'ah yg mengajak manusia kepada kebid'ahannya. 


(Al Baihaqi, Syu’abul Iman No. 6374)  


 قال الحسن البصري: «ثلاثةٌ ليست لهم حُرمةٌ في الغيبة: فاسقٌ يعلنُ الفسقَ، والأميرُ الجائر، وصاحب البدعة المعلِنُ البدعة»


Hasan Al Bashri berkata


Ada tiga hal yg tidak diharamkan mengghibah mereka:


- Orang fasik yang terang2an fasiknya

- Pemimpin yang zalim

- Pelaku bid'ah yang terang2an bid'ahnya


 (Al Baihaqi Syu’abul Iman No. 9221)  


*4. Jangan tunda nasihat jika memang diminta*


Nasihat jika diminta adalah wajib, maka jangan menundanya. 


KH. Muhammad Muhajirin Amsaar al Bakasi  Rahimahullah menjelaskan:


والنصح واجب إذا طلب, و فى الحديث : الدين النصيحة, و معناه أن من طلب منك النصيحة و الإرشاد فعليك ان تنصحه و ترشده ولا تداهنة ولا تفشه, ولا تمسك عن بيان النصيحة


_Memberi nasihat adalah kewajiban jika diminta. Dalam hadits disebutkan: "Agama adalah nasihat." Maknanya, jika seseorang meminta nasihat dan petunjuk darimu, maka wajib bagimu untuk memberinya nasihat dan petunjuk, tanpa menipunya, tanpa membocorkan rahasianya, dan jangan menahan diri untuk memberikan nasihat tersebut._ (Misbahuzh Zhalam, 4/290)


Syaikh Abul Hasan Al Mubarkafuri Rahimahullah mengatakan:


(وإذا استنصحك) أي طلب منك النصيحة (فانصح له) وجوباً، وكذا يجب النصح وإن لم يستنصحه. وقال في اللمعات: هي سنة، وعند الاستنصاح واجبة. والنصيحة إرادة الخير للمنصوح له


_(Jika dia meminta nasihat kepadamu) yaitu memintamu dari nasihat (maka nasihatilah dia), hukumnya wajib, wajib juga memberikan nasihat walau dia tidak memintanya. Disebutkan dalam Al Lum’aat: itu sunah, sedangkan kalau diminta adalah wajib. Nasihat adalah menghendaki kebaikan bagi yang dinasihati._ (Mir’ah Al Mafaatih, 5/213)


*5. Mendoakan*


Bagian ini jangan pernah dilupakan. Sebab, doa adalah senjata orang beriman, dan hati manusia di bawah kekuasaan jari jemari Allah Ta'ala.


Imam Al Munawi menjelaskan:


إذا تمنى أحدكم خيراً من خير الدارين فلْيكثر الأماني فإنما يسأل ربه الذي رباه وأنعم عليه وأحسن إليه فليعظم الرغبة ويوّسع المسألة؛ فينبغي للسائل الإكثار ولا يختصر ولا يقتصر فإن خزائن الجود سحّاء ليلاً ونهاراً ولا يفني عطاؤه عز وجل


_Jika salah seorang dari kalian mengharapkan kebaikan dari dua kebaikan; dunia dan akhirat, maka perbanyaklah harapan (doa). Sesungguhnya ia sedang meminta kepada Rabb-nya yang telah membinanya, melimpahkan nikmat kepadanya, dan berbuat baik kepadanya. Maka hendaknya ia memperbesar keinginan dan memperluas permohonan. Karena sepatutnya bagi seorang peminta untuk memperbanyak (permohonannya), tidak membatasi atau mengurangi (permohonannya), sebab perbendaharaan kemurahan-Nya (Allah) senantiasa tercurah siang dan malam, dan pemberian-Nya tidak akan habis._ *(Faidhul Qadir, 1/320)*


Demikian. Wallahu A'lam 


Wa Shalallahu 'ala Nabiyyina Muhammadin wa 'Ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam



Jumat, 03 Januari 2025

LANGKAH KEBERHASILAN HIDUP

 



DI AWAL tahun 2025 ini ada baiknya kita kembali meresolusi diri agar lebih  berdaya dan berkualitas. 


Untuk itu, ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan :


1. Selalu miliki tujuan hidup yang terukur dan sesuai dengan passion (bakat). Jika bakat belum tahu, jalani saja apa yang kita sukai asalkan tidak bertentangan dengan agama dan norma. 


2. Komitmen dengan pencapaian tujuan hidup dan jangan tergoda untuk mengubah-ubah tujuan hidup hanya karena ada peluang yang menggiurkan.


3. Miliki misi hidup yang seimbang antara peran-peran hidup, sebagai pekerja, keluarga, warga masyarakat, dan lain-lain. Jangan sampai keberhasilan dalam peran tertentu membuat peran kita yang lain gagal. Seimbanglah dalam melayani semua peran hidup kita.


4. Miliki waktu untuk mengasah intelektual, emosional, spritual dan fisik kita. Jangan sampai dengan bertambahnya usia tapi kualitas hidup kita dalam empat dimensi tersebut tidak meningkat.


5. Jangan sibuk mencari uang tapi sibuklah mendekati Sang Pemberi Uang (Allah SWT), dengan sebisa mungkin melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi Larangan-Nya, serta rajin ibadah. Nanti uang akan datang dengan sendirinya, bahkan dari arah yang tak disangka-sangka.


7. Jangan kebelet ingin kaya dengan cara busuk yakni korupsi atau mencari uang haram. Lebih baik hidup berkecukupan daripada kaya tapi kelak menjadi santapan api neraka.


8. Miliki kecerdasan finansial, yakni kecerdasan untuk bisa mencari rezeki dengan kreatif dan hidup hemat minimalis serta rajin menabung dan berinvestasi.


Insya Allah dengan menjalankan hal-hal di atas kita bisa lebih sukses dengan kekayaan yang cukup dan tabungan pahala yang banyak, sehingga tidak menyesal hidup berlama-lama di dunia.


یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسࣱ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدࣲۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِیرُۢ بِمَا تَعۡمَلُون


"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS Al Hasyr:18)


Pada hakikatnya waktu itu tidak akan pernah peduli terhadap kehidupan. Ia hanya menjalankan perintah Tuhannya, Allah Azza wa Jalla. Ia takkan pernah peduli. Istilahnya sebodoan amat. Ia akan melindas apapun yang ada dalam dekapannya. Maka yang mau merugi merugilah dan ingin beruntung beruntunglah. Kita pilih yang mana? 

Kamis, 02 Januari 2025

MENGAPA ADA SUJUD SYUKUR, TAPI TIDAK ADA SUJUD SABAR?

 



SUJUD syukur menjadi salah satu amalan sunnah yang dicontohkan Rasulullah SAW semasa hidup. Dalil yang mendasarinya berasal dari Abdurrahman bin Auf ra, ia berkata,


"Nabi SAW keluar menuju bangunan tinggi lalu masuk ke dalam, menghadap kiblat, dan bersujud. Beliau memanjangkan sujudnya lalu mengangkat kepalanya. Beliau bersabda, 'Jibril telah mendatangiku dengan membawa kabar gembira; 'Sesungguhnya Allah telah bersabda untukmu: siapa saja yang bersholawat kepadamu, maka ia akan menyelamatkannya,' Maka aku bersujud sebagai ungkapan terima kasihku kepada-Nya." (HR Ahmad)


Lalu mengapa ada sujud syukur, tapi tidak ada sujud sabar (sujud dalam rangka bersabar)? Padahal mafhum bagi kita semua bahwa syukur itu lawannya sabar?


“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)


Mungkin hikmahnya adalah ketika kita mendapatkan nikmat berupa keberhasilan dan kesenangan, maka kita seharusnya merendahkan hati dengan merendahkan kepala kita sejajar dengan tanah (sujud). Bukan malah menegakkan kepala dan membusungkan dada sebagai gambaran kesombongan dan tinggi hati. 


Merasa keberhasilannya atas upaya sendiri atau kelompoknya semata, tanpa bantuan Allah Azza wa Jalla.


"Maka apabila manusia ditimpa bencana dia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan nikmat Kami kepadanya dia berkata, "Sesungguhnya aku diberi nikmat ini hanyalah karena kepintaranku." Sebenarnya, itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (Qs. 39 ayat 49)


"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri". (Qs. 31 ayat 18)


Lalu setelah itu kita bangun dari sujud syukur untuk berdiri tegak kembali. Gambaran untuk kembali bersemangat meraih keberhasilan berikutnya. Semangat berjuang dengan kesabaran yang berlipat ganda untuk meningkatkan kontribusi kita kepada kemanusiaan.


Sebaliknya, orang yang bersabar tak perlu bersujud sabar karena ia harus tetap berdiri tegak sebagai simbol tak perlu menghinakan diri dan minder kepada manusia. Tak perlu menghiba atau meminta belas kasihan kepada orang lain, sehingga menjatuhkan harga dirinya. Itulah sebabnya tak perlu bersujud sabar.


Bahkan pada puncak kesabaran, justru ditandai dengan sunnah melakukan qunut nazilah yang tetap berdiri tegak dengan mengangkat tangan berdoa, sebagai simbol hanya Allah Azza wa Jalla tempat kita bergantung dan mengadu atas musibah yang terjadi, terutama akibat kezaliman orang lain.


Rakyat Palestina yang saat ini sedang mengalami musibah akibat kekejaman Zionist Yahudi dapat menjadi contoh tentang bagaimana seharusnya kesabaran dilakukan. Mereka tetap berdiri tegak tanpa rasa takut kepada tentara Zionis yang ada di sekeliling mereka. Terus berjuang dengan semangat tinggi untuk memerdekakan negerinya dan al Quds, walau darah dan air mata taruhannya.


Maka di awal tahun 2025 ini, mari kita bersyukur atas apa saja nikmat yang telah Allah berikan kepada kita di tahun-tahun sebelumnya dengan cara "bersujud" (tidak sombong dan semakin mendekatkan diri kepada Allah).


Lalu mengisi tahun 2025 ini dengan berdiri tegak, yakni terus bersemangat dan bersabar memberikan kontribusi maksimal kepada kemanusiaan demi mencapai cita-cita tertinggi kita : diridhoi Allah Azza wa Jalla untuk masuk ke dalam keabadian surga-Nya.


“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Rabbmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa.” (Qs. 3 ayat 133). Wallahua'lam[] Shl