Jumat, 08 Agustus 2025

JEMBATAN PERLINTASAN



Satu hari nanti

Kita akan sampai

Saat hari itu datang

Kita adalah Pemenang

Bukan karena tak pernah jatuh

Tapi karena bangkit selalu bersama Allah di hati

Karena dunia jembatan

Karena dunia sementara

Karena dunia bukanlah tempat 

Membangun istana untuk menetap

Karena dunia itu perlintasan

Karena kita pernah melewatinya

Dengan penuh kesabaran tentunya 

Kesabaran yang indah...


Ingat lah salah satu pesan mulia : 

"Bekal kita hanya dua ya ikhwati *Hubungan yang baik dengan Allah; dan akhlak yang baik dengan manusia*" 

Kamis, 07 Agustus 2025

JADILAH JEMBATAN KESUKSESAN, BUKAN TEMBOK PENGHALANG

 




 _(Tulisan reflektif tentang peran tarbiyah sebagai jalan pertumbuhan personal dan kontribusi sosial)_ 


Dalam dunia yang penuh kompetisi dan hiruk pikuk pencapaian individual, mudah sekali kita terjebak dalam *narasi “aku”* — tentang karirku, proyekku, atau kesuksesanku. 


Tapi tarbiyah, sebagaimana diwariskan dalam tradisi dakwah Islam, bukanlah sekadar *perjalanan ego personal* menuju puncak. Ia adalah jalan yang menuntun, menavigasi setiap insan untuk tumbuh — bukan hanya untuk dirinya, tetapi untuk *menjadi jembatan* bagi tumbuh kembangnya orang lain.


Dalam *posisi apapun kita berada* — sebagai murabbi, mentor, coach, counselor, pengurus halaqah, inisiator circle kebaikan, social community builder, fasilitator program, atau bahkan peserta baru dalam lingkar tarbiyah — kita sedang terlibat dalam proyek besar: membangun manusia, bukan melemahkannya, menumbuhkan potensi, meledakkan kapasitas, bukan merintanginya.


*Menjadi Pilar, Bukan Penghalang*


"If you are at an advantaged position, allow others to reach and attain their small goals through your assistance. Be a pillar, not an obstacle."


Kutipan ini sangat relevan dalam konteks tarbiyah. *Betapa mulianya* peran seorang da’i, coach, mentor, counselor, kader, atau pembina jika ia mampu menjadi penopang dan jembatan *bagi kesuksesan orang lain.* Bahkan ketika kita memiliki ilmu, pengalaman, atau posisi lebih tinggi, semestinya itu menjadi “kendaraan kebaikan” untuk membawa lebih banyak orang naik, bukan justru menutup tangga naiknya.


Lihatlah bagaimana dalam *metafora indah:* seekor kerbau besar yang membiarkan burung kecil hinggap di kepalanya untuk minum air — kekuatan itu tidak membuatnya angkuh, tapi justru menjadi tempat berteduh bagi yang lemah. Itulah ruh tarbiyah: memperbesar kapasitas bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk menyangga langkah kesuksesan orang lain, fid dunya wal akhirat


Tarbiyah: *Jalan menumbuhkan potensi* Menuju Dunia–Akhirat


Tarbiyah bukan sekadar transfer ilmu. Ia adalah proses pengembangan potensi manusia secara menyeluruh: spiritual, emosional, intelektual, dan sosial. Hasan Al-Banna menyebutnya sebagai:


> "Instruksi-instruksi yang harus direalisasikan, bukan pelajaran-pelajaran yang harus dihafal."


(Risalah Ta’lim)


Setiap orang dalam tarbiyah pada hakikatnya sedang dibimbing agar sukses — bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Maka jika kita diberi amanah dalam proses ini, *mulialah peran itu.* Jadilah jembatan yang mengantar orang menuju kesuksesannya, bukan menjadi tembok yang menyulitkan jalannya.


*Mindset menjadi Pilar Kesuksesan*


Seringkali, kita merasa bahwa hanya peran besar yang bernilai. Namun Islam mengajarkan bahwa setiap bantuan yang memudahkan saudaranya, akan membuka pintu pertolongan Allah:


> وَاللهُ فِيْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ


“Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR. Muslim no. 2699)


> وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعَسِّرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِيْ الدُّنْيَا وَالآَخِرَةِ


“Barangsiapa yang meringankan orang yang kesusahan, niscaya Allah akan meringankan baginya (urusannya) di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim no. 2699)


*Tak perlu menunggu jabatan tinggi untuk mulai berkontribusi. Jika kita bisa mengantar teman ke kajian, membantu meringankan beban kehidupan teman dekat, menyemangati yang jatuh, atau sekadar menyediakan telinga yang mendengar — antum sedang menjadi jembatan kesuksesan orang lain*


*Ujian Kebaikan:* Refleksi bagi yang Diuntungkan


KH. Hilmi Aminuddin mengingatkan bahwa orang yang sedang dalam posisi “baik” justru sedang diuji oleh Allah:


> "Kalau kita melihat ada sekelompok umat mendapatkan al-bala' bisy-syarr (ujian keburukan), secara otomatis kita harus tersadar bahwa kita sedang diuji dengan al-bala' bil-khair (ujian kebaikan)... sejauh mana kita refleksikan tanggung jawab kita, rasa ukhuwah kita, untuk menunaikan kewajiban kita agar kita lulus dari bala hasanan."


Artinya, kelebihan yang kita miliki — baik ilmu, kedudukan, jaringan, ataupun rezeki — bukan tanda kemuliaan mutlak, tapi justru amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban.


*Peran Kecil, Dampak Besar*


Kita mungkin bukan berada di level kepemimpinan nasional. Tapi siapa tahu, kita pernah menjadi pembina bagi seorang anak muda yang kelak menjadi pemimpin bangsa. Kita bukan ustadz, penceramah terkenal, tapi mungkin dari halaqah kecil yang kita bina, lahir da’i, profesional, politisi, eksekutif, dan para petarung tangguh di seluruh sektor kehidupan  yang mengguncang dunia dengan ilmu dan kapasitasnya


Tarbiyah adalah amal yang hasilnya kadang tidak kasat mata. Namun seperti benih yang disemai dengan sabar, suatu hari ia akan tumbuh menjulang tinggi — dan ketika itu terjadi, semoga kita menjadi bagian dari akar yang menyangganya, bukan batu yang menghalangi tunasnya keluar dari tanah.


*Berpindah dari Ego Menuju Amanah*


Dalam organisasi dakwah, jangan pernah merasa bangga karena berada di atas. Jangan sibuk menilai siapa yang lebih baik, siapa yang lebih layak. Tapi tanyakan pada diri:


> Apakah kehadiranku hari ini menjadi jembatan bagi tumbuhnya orang lain?


Ataukah justru menjadi tembok yang menghalangi langkah mereka?


Sebagaimana doa sebagian para du'at dalam setiap langkah perjuangan:


> “Ya Allah, jadikan aku sebab hidayah bagi orang lain, dan jangan Engkau jadikan aku penghalang bagi siapa pun yang sedang berusaha mendekat kepada-Mu.”


Dan sebagaimana prinsip tarbiyah yang luhur:


> “Tarbiyah bukan hanya tentang siapa yang paling cepat naik tangga. Tapi tentang siapa yang paling banyak membangun tangga untuk orang lain.”


Maka, jadilah jembatan kesuksesan. Jangan jadi tembok penghalang. Karena sesungguhnya, *tarbiyah sejati adalah ketika kita tumbuh bersama* — bukan sendiri. Wallahul Musta'an

Rabu, 06 Agustus 2025

MAFAHIM DATA-DRIVEN DAKWAH ORGANIZATION

 


 _(Aset Intelektual untuk Pengambilan Keputusan Strategis)_ 


Di era di mana informasi sangat melimpah, dakwah tidak bisa lagi *hanya bertumpu* pada semangat dan intuisi. Organisasi dakwah dituntut naik kelas menjadi data-driven organization—sebuah entitas yang *mendasarkan keputusan strategisnya* pada data yang akurat, relevan, dan terstruktur. Dalam konteks ini, data bukan sekadar angka atau laporan administratif, melainkan aset intelektual yang menjadi fondasi ketepatan langkah dakwah ke depan.


Organisasi yang *hanya mengandalkan* asumsi, pengalaman subjektif, atau wacana “kira-kira”, ibarat berlayar tanpa kompas di samudera luas tantangan umat. Horizon berpikir bisa menjadi terbatas. Akibatnya, arah geraknya tidak presisi, keputusannya reaktif, dan seringkali tidak efektif. Padahal, medan dakwah hari ini semakin kompleks, multipolar, dan membutuhkan solusi yang agile sekaligus ternavigasi.


*Belajar dari Sirah:* sebuah Usecase al-Khubab bin al-Mundzir


Prinsip data-driven decision making bukanlah konsep asing dalam khazanah dakwah Islam. Dalam Sirah Nabawiyah, terdapat kisah al-Khubab bin al-Mundzir pada Perang Badar yang menjadi usecase brilian bagaimana sebuah organisasi dakwah menerapkan *pendekatan berbasis data dan  strategic thinking*


Ketika Rasulullah ﷺ dan pasukan kaum Muslimin tiba di sebuah lokasi di dekat sumur pertama di Badar, beliau *menetapkan posisi kamp* berdasarkan pertimbangan awal. Namun al-Khubab dengan cermat bertanya, apakah keputusan ini murni wahyu atau hasil ijtihad pribadi. Setelah Rasulullah menjawab bahwa itu bukan wahyu, al-Khubab mengusulkan *pendekatan taktis* yang lebih unggul: kuasai sumber air, tutup akses lawan, dan bangun kolam cadangan untuk logistik.


Usulan tersebut bukan sekadar opini. Ia *berbasis pada akses* “data medan”—posisi musuh, logistik, dan potensi kelemahan lawan. Rasulullah ﷺ menerima usulan tersebut dengan terbuka, menunjukkan pentingnya musyawarah untuk *mengambil keputusan berbasis* informasi yang akurat dan terukur. Hasilnya? Strategi ini menjadi kunci kemenangan Perang Badar yang dikenang sepanjang masa.


*Dakwah Butuh* Framework Data Strategis


Kisah al-Khubab mengajarkan bahwa keberhasilan tidak datang dari opini besar semata, tapi dari insight yang terukur dan kontekstual. Inilah yang disebut dengan *data literacy* dalam konteks harakah dakwah. Sayangnya, banyak struktur dakwah saat ini belum memiliki data governance yang kokoh. Data ekonomi kader, persebaran amal, segmentasi mad’u, peta opini publik, dan tren sosial—seringkali hanya tersimpan di kepala segelintir orang atau tercecer dalam file yang tidak terintegrasi dan belum bisa *menghasilkan insights* untuk beramal yang ternavigasi secara strategik.


Kita memerlukan *framework data strategis* yang mencakup:


1. *Sistem Informasi Dakwah (SID):* data center dan data warehouse, integrasi, dan visualisasi data kader, mad’u, wilayah dakwah, capaian dakwah, dan indikator sosial-ekonomi-politik.


2. *Knowledge Management System:* dokumentasi keputusan strategis, kebijakan hasil syura, dan rekam jejak solusi solusi  dakwah  yang dapat ditransfer lintas generasi. 


3. *Dakwah Analytics:* pengolahan data melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif untuk menjawab pertanyaan: di mana dakwah stagnan? Apa tren perilaku generasi muda? Siapa saja opinion leader yang berpengaruh? In short, Dakwah Analytics harus bisa menjadi *insight factory* baik yag bersifat deskriptif, predictive, maupun prescriptive. Sehingga bisa memandu kita dalam beramal yg impactful. Bi idznillah.


Tanpa sistem ini, pengambilan keputusan akan selalu berpotensi spekulatif dan rentan bias. 


*Paradigma Baru:* Data sebagai wasilah dakwah dalam menunaikan Amanah yg lebih baik.


Data bukan hanya aset teknis, tetapi amanah strategis. Dalam QS. At-Taubah ayat 105, Allah menyeru:


> "Wa qul i’malū fa sayarallāhu ‘amalakum wa rasūluhū wal-mu’minūn..."

“Dan katakanlah: Bekerjalah kalian! Maka Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman akan melihat pekerjaan kalian…”


Ayat ini secara tersirat menekankan pentingnya traceability amal: setiap keputusan harus bisa dilacak, dievaluasi, dan dipertanggungjawabkan—dan itu hanya bisa terjadi jika data disusun dan dkelola dengan baik (data management) 


Dalam konteks ini, organisasi dakwah harus melihat data bukan sekadar untuk evaluasi, tetapi sebagai *strategic foresight tool:* untuk memprediksi tantangan, mengidentifikasi peluang, dan memandu langkah-langkah transformasi dan aksi aksi taktis di lapangan


*Budaya Musyawarah Berbasis Data*


Salah satu kekuatan dakwah Islam sejak awal adalah musyawarah. Namun *musyawarah tanpa data* seperti menyalakan pelita di tengah kabut. Rasulullah sendiri memberikan teladan terbaik: Beliau bisa menerima masukan al-Khubab dengan argumen data yang valid dengan narasi konteks strategi. Artinya, pemimpin dakwah hari ini harus belajar bahwa *otoritas tidak boleh mengalahkan objektivitas.*


Dalam organisasi modern, ada prinsip decision support system—yakni sistem yang mendukung pemimpin untuk mengambil keputusan berdasarkan data insight,  bukan perasaan. Budaya ini harus dikembangkan di seluruh jenjang kepemimpinan dakwah, dari pusat hingga para talent.


*Call to Action:* Dari Taklimat Mimbar Masjid ke Dashboard


Masih sering kita jumpai hingga saat ini, biasanya setiap hari Jumat sebelum Khotib naik ke Mimbar, pengurus DKM menyampaikan *beberapa taklimat.* Hari ini, organisasi Dakwah bisa melakukannya jauh lebih komprehensif dengan tambahan kekuatan dashboard dan analitik beserta insight insight yg bernas. Namun ruhnya tetap sama: ikhlas, ijtihad, dan integritas. Data tidak bisa menggantikan syura, tapi menyempurnakan agar amal bisa ahsan. Data tidak menyaingi hikmah, tapi menguatkan dan menegaskannya.


Kita membutuhkan organisasi dakwah yang bukan hanya solid secara ideologi dan militansi, *tetapi juga presisi dalam strategi* Karena musuh dakwah hari ini bukan hanya fisik dan logistik, tapi juga noise, disinformasi, dan ketidaktahuan kita sendiri atas *peta realitas*


Mari kita warisi semangat al-Khubab bin al-Mundzir: berpikir tajam, membaca data lapangan, lalu memberi kontribusi nyata. Agar dakwah ini *tidak hanya bergerak,* tetapi juga menang. Bi idznillah. Wallahu a'lam



Minggu, 03 Agustus 2025

TETAPLAH DI SINI

 



Karenanya, tetaplah disini, di jalan ini, bersama kafilah dakwah ini. Seberat apapun perjalanan yang harus ditempuh, sebesar apapun pengorbanan untuk menebusnya, tetaplah di sini. 


Buanglah hawa nafsu dalam mengarungi perjalanannya, karena telah banyak yang bergugugran karenanya.


Gandenglah selalu iman kemana saja kita melangkah karena iman akan menjagamu setiap waktu


Seburuk apapun, sekeruh apapun kondisi kapal layar kita, jangan lah sekali-kali mencoba untuk keluar dari

kapal layar ini dan memutuskan berenang seorang diri... karena pasti kau akan kelelahan dan memutuskan menghentikan langkah yang pada akhirnya tenggelam di samudra kehidupan... 


Jika bersama dakwah saja kau serapuh itu, bagaimana mungkin dengan seorang diri? Sekuat apa kau jika seorang diri?


--KH. Rahmat Abdullah

17 Sikap Positif agar Anda Punya Kecerdasan Sosial




1. Menghormati orang lain

Jika kamu menaruh rasa hormat kepada orang lain, maka kamu akan mendapatkan rasa hormat dari orang lain. Yang penting adalah kamu harus mampu menghormati orang lain terlebih dahulu. Jangan berharap orang lain akan memberikan rasa hormat kepadamu jika kamu tidak menghormati mereka.


2. Pegang janji-janji yang kamu buat

Tindakan berikutnya yang dapat kamu lakukan untuk mendapatkan rasa hormat dari orang lain adalah dengan menepati janji-janji yang telah kamu buat. Kamu harus sanggup berkomitmen. Jangan menganggap enteng komitmen. Hindari mengatakan A pada hari ini, lalu mengatakan B keesokan harinya.

Jika kamu sering ingkar janji, orang lain malah akan sebal terhadap dirimu. Jika kamu merasa kamu tak akan dapat melaksanakan janji yang kamu buat, sebaiknya jangan menjanjikan daripada pada akhirnya kamu membuat banyak alasan mengapa janjimu tak kunjung kamu tepati.


3. Harus memiliki integritas

Integritas sangat penting untuk dimiliki jika kamu ingin orang menghormatimu. Apa itu integritas? Memiliki integritas berarti memiliki kejujuran dan prinsip moral yang sangat kuat. Ada yang mengatakan bahwa orang dengan integritas tinggi adalah orang yang melakukan apa yang benar walaupun tak ada orang lain yang melihat.


4. Jangan menjadi terlalu baik

Kebaikan itu tidak sama dengan selalu melakukan sesuatu untuk orang lain hanya agar mereka merasa senang. Menjadi terlalu baik dengan bersedia melakukan apa saja untuk orang lain adalah cara yang salah jika kamu ingin dihormati oleh orang lain. Mereka bukannya akan menaruh rasa hormat terhadapmu, tetapi malah akan memanfaatkan dirimu.



5. Jadilah rendah hati

Kamu bukanlah manusia terhebat yang ada di muka bumi ini. Kamu bukanlah manusia yang tahu segalanya. Kamu bukanlah yang terbaik dalam segala hal. Jadi sebaiknya kamu tidak merasa paling benar sendiri setiap waktu. Setiap orang pasti memiliki kekurangan.

Kalaupun kamu hebat, kamu tidak perlu menyombongkan diri di hadapan orang lain. Orang akan tahu dengan sendirinya kehebatanmu, jika memang kamu hebat, tanpa perlu membanggakan diri sendiri. Sikap rendah hati lah yang akan membuatmu dihormati oleh orang lain, bukannya sikap pamer.


6. Memiliki pikiran yang terbuka

Setiap orang memiliki pendapat dan keyakinan yang berbeda-beda. Kita tidak bisa mengharapkan sudut pandang orang lain sama dengan kita. Jika kamu ingin orang lain menaruh rasa hormat terhadapmu, maka kamu harus memiliki pikiran terbuka, yang mau menghargai pendapat orang lain. Bisa saja opini orang tersebut baik untuk perkembangan dirimu. Kamu dapat belajar banyak dari orang lain asalkan kamu bersedia membuka diri terhadap ide-ide dan masukan-masukan orang lain yang berbeda dari dirimu.


7. Sampaikan apa yang ada di pikiranmu

Saat memang diperlukan, sampaikan apa yang ada di dalam pikiranmu. Orang yang memiliki pendapat-pendapat kuat akan dihormati. Jika ada yang tidak kamu suka atau setujui, jangan ragu untuk menyampaikannya juga.


8. Berani mengatakan ‘tidak’

Rasa hormat bisa kamu peroleh dengan berani mengatakan ‘tidak’ terhadap sesuatu yang menurutmu memang tidak sebaiknya dilakukan. Namun tentu saja saat kamu berkata ‘tidak’ kamu harus dapat memberikan pendapat dan alasan yang masuk akal.


9. Jaga perasaan orang lain

Perlu diingat bahwa perasaan orang lain itu penting. Hargai perasaan setiap orang dengan memperlakukan mereka dengan baik. Saat melakukan sesuatu, mungkin kamu merasa kamu tidak melakukan sesuatu yang salah, namun bagi orang yang bersangkutan, kamu menyakiti perasaannya, hanya saja kamu tak menyadarinya.


10. Mengingat dan memperhatikan berarti peduli

Mulailah peduli dengan orang lain. Bagaimana caranya agar orang lain tahu kamu peduli dengan mereka? Kamu bisa mulai dengan mengingat hal-hal yang berhubungan dengan mereka, seperti misalnya tanggal ulang tahun, apa yang menjadi kesukaan mereka, dan lain-lain. Kelihatannya mungkin seperti sesuatu yang sepele, namun jika kamu ingat berarti kamu peduli dan orang pasti merasa senang karena ternyata kamu peduli dengan mereka.

Selain itu, kamu juga bisa mulai memperhatikan orang-orang di sekelilingmu. Perhatikan apa yang sedang mereka alami dan rasakan, dan pada saat mereka membutuhkan bantuan, tunjukkan bahwa kamu peduli dengan mereka dan bantu mereka. Memperhatikan orang lain menunjukkan bahwa kamu tidak hanya fokus pada dirimu sendiri, bahwa kamu tidak egois.


11. Tepat waktu

Ketepatan waktu sepertinya merupakan hal yang sederhana namun sebenarnya memiliki makna yang dalam. Jika kamu tepat waktu, artinya kamu menghormati orang lain. Jika kamu tidak tepat waktu, kamu membuat orang lain menunggu, dan itu sama saja kamu tidak menghormati orang tersebut. Waktu setiap orang itu berharga, bukan hanya waktumu sendiri saja yang paling berharga.


12. Berpegang teguh pada pendirian

Dalam menjalani hidup ini setiap orang harus memiliki prinsip-prinsip moral yang dipegang teguh. Tapi tentu saja jika kamu ingin dihormati, prinsip-prinsip tersebut harus kamu laksanakan dalam kehidupan sehari-hari.


13. Perhatikan bahasa tubuhmu

Bahasa tubuh penting karena orang dapat menilai bagaimana sebenarnya yang kamu rasakan dan apa yang ada di dalam pikiran dan hatimu dari bahasa tubuh. Pastikan bahasa tubuhmu sesuai dengan perkataan yang kamu ucapkan, karena jika tidak maka orang lain akan tahu bahwa ucapanmu hanyalah dusta belaka.


14. Perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan

Bagaimana kamu ingin diperlakukan oleh orang lain? Lakukan hal yang sama terhadap orang lain. Seperti yang sudah disampaikan dalam poin pertama, jika kamu ingin dihormati orang lain, maka kamu harus menghormati orang lain terlebih dahulu. Jika kamu ingin disapa, maka kamu harus memiliki inisiatif untuk menyapa orang tersebut. Jika kamu ingin mengatakan sesuatu, katakan saja langsung kepada orangnya, bukan melalui orang lain.

Perlakuanmu terhadap orang lain lah yang menentukan bagaimana orang tersebut akan memperlakukanmu. Setiap orang memiliki batas kesabaran. Jika orang lain selalu memperlakukanmu dengan baik namun kamu menerimanya begitu saja tanpa balik memperlakukan orang tersebut dengan baik, maka orang tersebut lama-lama akan merasa malas untuk berhubungan atau berbicara denganmu, dan kamu tidak akan mendapatkan rasa hormat darinya.


15. Kendalikan emosi

Kamu harus pandai-pandai mengendalikan apa yang sedang kamu rasakan, baik itu baik maupun buruk. Saat dihadapkan dengan sesuatu, hindari reaksi langsung dengan mengungkapkan perasaan secara membabi buta. Semua figur publik yang dihormati di luar sana dapat mengendalikan emosi mereka.


16. Miliki selera humor yang baik

Selera humor yang baik akan membantu kamu mendapatkan rasa hormat orang lain. Temukan hal-hal lucu dalam kehidupan ini karena sebenarnya banyak sekali sisi lucu kehidupan.


17. Menyadari dan mengakui perbuatan baik orang lain

Apresiasi paling sederhana pun sudah merupakan suatu bentuk penghargaan. Ucapkan terima kasih kepada orang lain atas apa yang telah mereka lakukan yang telah membuat kamu terbantu. Apresiasi dapat membuat perbedaan besar.

Rabu, 30 Juli 2025

Pancasila di era globalisasi

 





Pancasila di era globalisasi berperan sebagai pedoman dan filter nilai-nilai, menjaga identitas bangsa, dan mendorong pembangunan berkelanjutanDi tengah arus informasi dan budaya asing, Pancasila menjadi landasan moral dan ideologi yang tetap relevan untuk menghadapi tantangan zaman. 
Peran Pancasila di Era Globalisasi:
  • Filter Budaya:
    Pancasila membantu menyaring budaya asing yang masuk, memilih nilai-nilai positif yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia dan menolak nilai-nilai yang bertentangan. 
  • Identitas Bangsa:
    Pancasila menjadi pedoman dalam menjaga identitas dan kepribadian bangsa Indonesia di tengah keberagaman budaya dan nilai global. 
  • Dasar Pembangunan:
    Pancasila memberikan landasan moral dan etika dalam pembangunan nasional, mendorong keadilan sosial, demokrasi, dan persatuan. 
  • Toleransi dan Kerukunan:
    Nilai-nilai Pancasila, terutama sila persatuan dan keadilan, mendorong toleransi dan kerukunan antarumat beragama dan budaya di Indonesia. 
  • Pendidikan Karakter:
    Pancasila menjadi dasar pendidikan karakter bagi generasi muda, membentuk warga negara yang bertanggung jawab, cinta tanah air, dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa. 
Tantangan Pancasila di Era Globalisasi:
  • Memudarnya Nilai:
    Arus globalisasi dapat menyebabkan nilai-nilai Pancasila, seperti gotong royong dan persatuan, mulai luntur di kalangan masyarakat. 
  • Perkembangan Teknologi:
    Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat juga membawa tantangan dalam penyebaran informasi yang tidak terkontrol dan berpotensi memicu perpecahan. 
  • Individualisme:
    Globalisasi dapat mendorong gaya hidup individualistis yang bertentangan dengan semangat gotong royong dalam Pancasila. 
Penguatan Pancasila di Era Globalisasi:
  • Pendidikan Pancasila:
    Memperkuat pendidikan Pancasila di sekolah dan perguruan tinggi untuk menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila kepada generasi muda. 
  • Peran Media:
    Memanfaatkan media massa dan sosial untuk mensosialisasikan nilai-nilai Pancasila dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga identitas bangsa. 
  • Teladan:
    Memperbanyak tokoh panutan yang mampu menjadi contoh dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. 
  • Partisipasi Masyarakat:
    Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila. 
Dengan penguatan Pancasila, bangsa Indonesia dapat menghadapi tantangan globalisasi dengan kokoh, menjaga identitas, dan meraih kemajuan yang berkelanjutan

Senin, 28 Juli 2025

ISTIQAMAH; Akhlak Asasi Aktivis Islam

 



*1️⃣ Apa Itu Istiqamah?*


Istiqamah telah menjadi bahasa Indonesia, dalam KBBI ditulis dengan _ISTIKAMAH_  artinya sikap teguh pendirian dan konsekuen. Ada pun penjelasan para ulama bahasa, istiqamah memiliki banyak makna, seperti yang dijelaskan oleh Imam Al Jurjaani Rahimahullah:


وفي اصطلاح أهل الحقيقة: هي الوفاء بالعهود كلها، وملازمة الصراط المستقيم برعاية حد التوسط في كل الأمور، من الطعام والشراب واللباس، وفي كل أمر ديني ودنيوي، فذلك هو الصراط المستقيم، كالصراط المستقيم في الآخرة، ولذلك قال النبي صلى الله عليه وسلم: "شيبتني سورة هود"؛ إذ أنزل فيها: {فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ} . الاستقامة: وأن يجمع بين أداء الطاعة واجتناب المعاصي، وقيل: الاستقامة ضد الاعوجاج، وهي مرور العبد في طريق العبودية بإرشاد الشرع والعقل. الاستقامة: المداومة. وقيل: الاستقامة: ألا تختار على الله شيئًا. 


_Dalam istilah ahli hakikat: Istiqamah adalah menepati semua janji, dan terus-menerus berada di jalan yang lurus dengan menjaga sikap tengah (moderat) dalam segala hal—baik dalam makan, minum, berpakaian, dan dalam seluruh urusan agama maupun dunia._


_Itulah yang dimaksud dengan "jalan yang lurus", sebagaimana jalan yang lurus di akhirat. Karena itulah Nabi ﷺ bersabda: "Surat Hud telah membuatku beruban," karena dalam surat itu diturunkan firman Allah: {Maka beristiqamahlah sebagaimana engkau diperintahkan}._


_Istiqamah adalah menggabungkan antara menjalankan ketaatan dan menjauhi maksiat. Dikatakan pula bahwa istiqamah adalah lawan dari penyimpangan, yaitu berjalan seorang hamba di jalan penghambaan dengan bimbingan syariat dan akal._


_Istiqamah juga bermakna ketekunan yang terus-menerus. Ada pula yang mengatakan bahwa istiqamah adalah tidak memilih apa pun atas (kehendak) Allah._ *(At Ta'rifaat, Hal. 19)*


*2️⃣ Mengapa Harus Istiqamah?*


*A. Setiap Manusia Memiliki Potensi Menjadi Orang Baik dan Jahat*


Siapa pun kita, walau kita berada dilingkungan yang baik dengan seperangkat pembinaan yang baik pula, potensi dan jalan untuk menyimpang juga ada. Demikian pula bagi yang berada dilingkungan yang buruk dan besarkan dalam pendidikan yang buruk, potensi dan jalan menjadi orang baik pun ada. Sejarah manusia klasik dan modern menunjukkan hal itu.


Allah Ta'ala telah menegaskan:


فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا


_Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya._ (QS. Asy Syams: 8) 


Imam Ibnu Katsir menjelaskan:


 قَوْله تَعَالَى " فَأَلْهَمَهَا فُجُورهَا وَتَقْوَاهَا " أَيْ فَأَرْشَدَهَا إِلَى فُجُورهَا وَتَقْوَاهَا أَيْ بَيَّنَ لَهَا وَهَدَاهَا إِلَى مَا قَدَّرَ لَهَا 


_Firman Allah Ta‘ala: "Lalu Allah mengilhamkan kepadanya (jiwa itu) kefajiran dan ketakwaannya."_


_Maksudnya: Allah memberi petunjuk kepadanya tentang jalan kefajiran (kejahatan) dan ketakwaan, yakni Allah menjelaskannya dan menunjukkannya sesuai dengan apa yang telah Dia takdirkan untuknya._ (Tafsir Ibnu Katsir, 19/154)


Karena itu, sikap istiqamah menjadi hal yang sangat penting bagi setiap muslim agar tetap berada pada jalan taqwa.


*B. Naik Turunnya Iman dan Amal*


Begitulah _Template_ jiwa manusia, hal ini ditegaskan oleh hadits berikut:


عنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةٌ، وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ، فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى سُنَّتِي، فَقَدْ أَفْلَحَ، وَمَنْ كَانَتْ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ " 


Dari Abdullah bin ‘Amru, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: _“Setiap amal ada masa-masa semangat, dan setiap masa semangat ada masa lemah (futur), siapa yang masa lemahnya masih berpegang kepada sunnah maka dia telah beruntung, dan siapa yang kepada selain itu maka dia telah binasa.”_ (HR. Ahmad no. 6958. Syaikh Syu’aib al Arnuath: shahih. Tahqiq Musnad Ahmad, 11/547)


Naik dan turun, semangat dan lemah,  terjadi di semua aspek kehidupan manusia. Dalam dakwah, jihad, rumah tangga, kuliah, mengikuti halaqah, dll. Maka, istiqamah menjaga ritme itu semua adalah ikhtiar yang tidak bisa ditawar.


*C. Istiqamah adalah Perintah Allah dan Rasul-Nya*


Allah Ta'ala berfirman:


وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ


_Ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa._ (QS. Al An’am: 153) 


Ada pun dalam hadits:


عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللهِ الثَّقَفِيِّ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا غَيْرَكَ - قَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ: بَعْدَكَ - قَالَ: " قُلْ: آمَنْتُ بِاللهِ، ثُمَّ اسْتَقِمْ “


Dari Sufyan bin Abdillah ats Tsaqafi berkata: _“Aku berkata: “Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku di dalam Islam tentang perkataan yang aku tidak akan tanya kepada seorang pun selain kepadamu–Abu Mu’awiyah berkata: setelah dirimu."_ 


Beliau bersabda: _“Katakanlah: “Aku beriman kepada Allah” lalu istiqamahlah!"_ (HR. Ahmad no. 15416. Syaikh Syu’aib al Arnuath: shahih. Tahqiq Musnad Ahmad, 24/141) 


*3️⃣ Istiqamah Tidak Harus Banyak Yang Penting Konsisten*


Melakukan amal shaleh yg istiqamah tidak dituntut yang besar-besar, yang kecil dan sederhana pun asalkan _ajeg_ dan konsisten sudah cukup mendapatkan cintanya Allah Ta'ala. 


Rasulullah ﷺ bersabda:


يَا أَيُّهَا النَّاسُ، خُذُوا مِنَ الأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ، فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا، وَإِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ


_Wahai manusia! Lakukanlah amal sesuai kemampuan kalian, sesungguhnya Allah tidak pernah bosan sampai kalian sendiri yang bosan, *sesungguhnya perbuatan yang paling Allah cintai adalah YANG KONSISTEN WALAU SEDIKIT*_.  (HR. Bukhari no. 5861)


Shalat malam walau hanya dua rakaat dengan surat-surat pendek, tapi rutin sepekan sekali, masih lebih baik dibanding puluhan rakaat tapi setahun sekali. Sedekah  sepuluh ribu rupiah -misal dua hari sekali- masih lebih baik dibanding dibanding langsung satu juta lalu libur sedekah bertahun-tahun lamanya.


*4️⃣ Kata Ulama Tentang Istiqamah*


Imam Abu Ali Ad Daqaq mengatakan:


الاستقامة لها مدارجُ ثلاثة، أولها: التقويم؛ وهو تأديب النفس، وثانيها: الإقامة؛ وهي تهذيب القلوب، وثالثها: الاستقامة؛ وهي تقريب الأسرار.


_Istiqamah, memiliki tiga tingkatan:_


_1. Taqwim (meluruskan): yaitu mendidik jiwa._


_2. Iqamah (penegakan): yaitu menyucikan hati._


_3. Istiqamah (konsistensi sejati): yaitu mendekatkan rahasia batin (kepada Allah)._ *(At Ta'rifaat, hal.  19)*


Sementara Imam Ibnu Taimiyah mengatakan:


إن أعظم الكرامة هي الاستقامة


  _“Sesungguhnya karamah yang paling besar adalah Istiqamah.”_ *(Al Furqan Baina Auliya’ir Rahman wa Auliya’isy Syaithan, hal. 23)*


Tepat apa yang dikatakan Imam Ibnu Taimiyah, bahwa karamah yang terbesar adalah istiqamah yaitu ketika seseorang mampu tegak lurus di atas syariat dan terus begitu sampai akhir hayat. Apalagi di zaman yang penuh fitnah dan godaan maka Istiqamah serasa menjadi barang sangat mewah dan hanya segelintir manusia yang mampu.


*5️⃣ Meneladani Istiqmahnya Ulama Terdahulu*


Imam Abu Hanifah dan tahajudnya. Asad bin Amru berkata:


أن أبا حنيفة، رحمه الله، صلى العشاء والصبح بوضوء أربعين سنة


_Bahwa Abu Hanifah Rahimahullah melakukan shalat isya dan subuh dengan sekali wudhu selama 40 tahun._ (Siyar A'lam An Nubala, 6/399)


Maksudnya, selama 40 tahun lamanya wudhu shalat subuhnya Imam Abu Hanifah adalah wudhu shalat isyanya juga. Artinya dia tidak pernah tidur malam selama itu.


Al Qadhi Abu Yusuf menceritakan:


بينما أنا أمشي مع أبي حنيفة، إذ سمعت رجلا يقول لآخر: هذا أبو حنيفة لا ينام الليل. فقال أبو حنيفة: والله لا يتحدث عني بما لم أفعل. فكان يحيى الليل صلاة وتضرعا ودعاء.


_Ketika saya sedang berjalan bersama Abu Hanifah, saya mendengar seseorang berkata kepada yang lain: “Inilah Abu Hanifah, dia tidak pernah tidur malam.” Lalu Abu Hanifah berkata: “Demi Allah, Dia tidak membicarakan tentang aku dengan apa-apa yang aku tidak pernah lakukan.” *Maka Beliau senantiasa menghidupkan malam dengan penuh kerendahan dan banyak berdoa.*_ (Ibid)


Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah mengatakan:


وإني لأدعو للشافعي منذ أربعين سنة في صلاتي


_"Dalam shalat saya, sejak 40 tahun yang lalu saya berdoa untuk Asy Syafi'i."_


(Imam Al Baihaqi, Manaqib Asy Syafi'i, 1/54)


Imam Hasan al Bashri mengatakan:


صليتُ في هذا المسجد ثلاثين سنةً ما فاتتني التكبيرة الأولى، وما رأيتُ قفا رجلٍ قط.


_Aku telah shalat di masjid ini selama 30 tahun, tidak pernah luput dari takbir pertama (takbiratul ihram bersama imam), dan aku tidak pernah melihat punggung seorang pun (karena selalu berada di shaf pertama)._ (Hilyatul Auliya, 2/147-148)


Imam As Sakhawi menceritakan bahwa Imam Ibnu Hajar Al 'Asqalani menyelesaikan kitab Fathul Bari selama 25 tahun. (Ad-Daw’ al-Lami‘ li Ahl al-Qarni at-Tasi‘, jilid. 2, hal. 36–37)


*6️⃣ Bagaimana Merawat Istiqamah*


*A. Bersahabat Dengan Lingkungan Yang Baik*


Bersahabat dengan lingkungan yang baik baik lingkungan offline dan online, sangat banyak manfaatnya. Ada kontrol sosial, ada imbas kebaikan yang bisa ditularkan, dsb. Saat kita lupa ada yang ingatkan, saat kita belok ada yang meluruskan, saat kita turun ada yang membangkitkan.


Rasulullah ﷺ bersabda:



الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ


  


_Seseorang itu tergantung agama  sahabat dekatnya, maka hendaknya seseorang di antara kalian melihat dengan  siapa dia bersahabat._ (HR. At Tirmidzi no. 2378. Imam An Nawawi dan Imam Hakim berkata: shahih)




عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ، كَحَامِلِ المِسْكِ وَنَافِخِ الكِيرِ، فَحَامِلُ المِسْكِ: إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الكِيرِ: إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً "




Dari Abu Musa radhiallahu'anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: _"Perumpamaan teman yang saleh dengan teman yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dengan tukang pandai besi. Boleh jadi seorang penjual minyak wangi itu akan menghadiahkan kepadamu atau engkau membeli darinya atau engkau akan dapatkan bau wanginya, sementara tukang pandai besi hanya akan membakar bajumu atau engkau akan dapatkan bau tak sedap."_  (HR. Bukhari no. 5534)



*B. Adanya Guru Yang Membina, Mendidik, Menjaga, Mengontrol.*



Al-Hafizh Abu Bakar al-Khathib al-Baghdadi berkata:



‎لا يؤخذ العلم إلا من أفواه العلماء



_“Ilmu tidak dapat diperoleh kecuali dari lidah para ulama.”_ (Ar Risalah Al Ghumariyah, hal. 4)


Sehebat apa pun para sahabat adalah Rasulullah yang mendidik mereka, sehabat apa pun Imam Syafi'i ada Imam Malik yang selalu mendidiknya. Guru itu adalah murabbi.


*C. Memiliki Manhaj Tarbiyah Dzatiyah*


Yaitu Memiliki kurikulum membina diri sendiri, karena kebersamaan dengan lingkungan yang baik dan kebersamaan dengan guru tidaklah selalu ada di setiap waktu. Ada waktunya kita bertanggungjawab atas diri sendiri.


Maka, buatlah agenda pembinaan pribadi baik: tilawah, shaum, sedekah, berkunjung ke para masyayikh, silaturrahim, _tabadul hadaya,_ dll. 


Wallahu A'lam wa Ilaihit Tuklan



Rabu, 23 Juli 2025

PERANG ADALAH TIPU DAYA

 


حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ بُكَيْرٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَقَ عَنْ يَزِيدَ بْنِ رُومَانَ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْحَرْبُ خَدْعَةٌ


Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Numair; telah menceritakan kepada kami Yunus bin Bukair dari Muhammad bin Ishaq dari Yazid bin Ruman dari 'Urwah dari Aisyah, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: _"*Peperangan* adalah *tipu daya.*"_

(HR. al-Bukhari 3030, Muslim 1739, 1740) 



_"*In wartime, truth is so precious that she should always be attended by a bodyguard of lies.*"_ _"Pada masa perang, kebenaran amat berharga sehingga harus selalu didampingi pengawal berupa dusta."_ *(WINSTON CHURCHILL)*



_"*People never lie so much as after a hunt, during a war or before an election.*"_ _"Orang tidak pernah berbohong sebanyak setelah berburu, saat perang, atau sebelum pemilu."_ *(OTTO VON BISMARCK)*



_*Si vis pacem, para bellum.*_

If you want peace, prepare for war.

_Jika kamu menginginkan perdamaian, bersiaplah untuk berperang._

*(FLAVIUS VEGETIUS RENATUS)*



*18 TIPU DAYA PEPERANGAN*

_(SUN TZU, THE ART OF WAR)_


01- *The supreme art of war is to subdue the enemy without fighting.*

_Seni perang yang paling hebat adalah menaklukkan musuh tanpa harus berperang._


02- *All warfare is based on deception. Hence, when we are able to attack, we must seem unable; when using our forces, we must appear inactive; when we are near, we must make the enemy believe we are far away; when far away, we must make him believe we are near.*

_Semua peperangan didasarkan pada tipu daya. Oleh karena itu, ketika kita mampu menyerang, kita harus tampak tidak berdaya; ketika mengerahkan kekuatan, kita harus tampak diam (saja); ketika kita dekat, kita harus membuat musuh percaya kita jauh; ketika jauh, kita harus membuatnya percaya kita dekat._


03- *Let your plans be dark and impenetrable as night, and when you move, fall like a thunderbolt.*

_Jadikan rencana Anda gelap gulita dan tertutup rapat-rapat bagaikan malam, dan ketika Anda bergerak, menghantam bagaikan petir._


04- *Mystify, mislead, and surprise the enemy.*

_Bingungkan, sesatkan, dan kejutkan musuh._


05- *The whole secret lies in confusing the enemy, so that he cannot fathom our real intent.*

_Seluruh rahasianya terletak pada membingungkan musuh, sehingga dia tidak bisa memahami niat kita yang sebenarnya._


06- *He will win who, prepared himself, waits to take the enemy unprepared.*

_Pemenang (perang) adalah mereka yang telah mempersiapkan diri dan menunggu untuk menghadapi musuh yang tidak siap._


07- *Appear weak when you are strong, and strong when you are weak.*

_Perlihatkan seolah-olah lemah ketika Anda kuat, dan seolah-olah kuat ketika Anda lemah._


08- *If your opponent is of choleric temper,  seek to irritate him.  Pretend to be weak, that he may grow arrogant.*

_Jika musuhmu memiliki sifat pemarah, usahakan untuk membuatnya kesal. Berpura-puralah lemah, agar dia menjadi arogan._


09- *Hold out baits to entice the enemy. Feign disorder, and crush him.*

_Siapkan umpan untuk memikat musuh. Berpura-puralah terlihat kacau-balau, (tetapi) kemudian hancurkan musuh._


10- *Be extremely subtle even to the point of formlessness. Be extremely mysterious even to the point of soundlessness. Thereby you can be the director of the opponent's fate.*

_Jadilah sangat halus sampai tidak berbentuk. Jadilah sangat misterius sampai tidak bersuara sama sekali. Dengan demikian kalian bisa menjadi penentu takdir lawan._


11- *Thus the expert in battle moves the enemy, and is not moved by him.*

_Kesimpulannya adalah bahwa pakar dalam pertempuran itu mengendalikan musuh, dan tidak dikendalikan (digerakkan) oleh musuh._


12- *Attack him where he is unprepared, appear where you are not expected.*

_Seranglah musuh saat dia tidak siap, muncullah secara tiba-tiba (di tempat dan waktu) yang tidak diduga._


13- *Convince your enemy that he will gain very little by attacking you; this will diminish his enthusiasm.*

_Yakinkan musuhmu bahwa ia hanya akan sedikit sekali mendapatkan keuntungan dengan menyerangmu; Ini akan (sangat) mengurangi antusiasmenya._


14- *Rouse him, and learn the principle of his activity or inactivity. Force him to reveal himself, so as to find out his vulnerable spots.*

_Goda musuhmu, pelajari prinsip aktivitas atau prinsip ketidakaktifan. Paksa musuhmu untuk menampakkan diri, agar supaya kamu menemukan titik-titik lemahnya._


15- *When the enemy is relaxed, make them toil. When full, starve them. When settled, make them move.*

_Ketika musuh sedang santai, buat mereka sibuk. Jika musuh kenyang, buat mereka kelaparan. Jika musuh diam, buat mereka bergerak._


16- *When strong, avoid them. If of high morale, depress them. Seem humble to fill them with conceit. If at ease, exhaust them. If united, separate them. Attack their weaknesses. Emerge to their surprise.*

_Saat (musuh) kuat, hindari mereka. Jika (musuh) bermoral tinggi, buat mereka tertekan. Bersikaplah rendah hati untuk membuat musuh menjadi sombong. Jika (musuh) sedang santai, buat mereka lelah. Jika (musuh) bersatu, pecah-belah mereka. Serang kelemahan mereka. Muncullah (tiba-tiba) sehingga mereka terkejut (tidak siap)._


17- *So in war, the way is to avoid what is strong, and strike at what is weak.*

_Maka di dalam peperangan, strateginya adalah menghindari (musuh) yang kuat, dan menyerang (musuh) yang lemah._


18- *Bravery without forethought, causes a man to fight blindly and desperately like a mad bull.  Such an opponent, must not be encountered with brute force, but may be lured into an ambush and slain.*

_Keberanian tanpa berfikir panjang, akan menyebabkan seseorang bertarung secara membabi buta dan nekat bagaikan banteng gila. Lawan seperti itu tidak bisa dihadapi dengan kekuatan, tetapi hendaknya dipancing untuk disergap.