Senin, 30 Juni 2025

TAKWINUL UMMAH DAN HARAKATUL INQADZ

 



Dulu murabbi saya sering mengingatkan apa yang sedang kita lakukan ini bukanlah harakah tarbiyah. Bukan gerakan pengajian seperti ibu ibu majelis taklim yang pengajiannya bisa 3 kali sepekan dari masjid satu ke masjid yang lain. Yang tergetnya senang ngaji, menambah ilmu dan rajin melaksanakan ibadah ibadah harian.


Adapun yang kita lakukan sekarang ini adalah tarbiyah harakiyah yang arahnya nanti adalah bukan sekedar lahirnya syakhsiyah islamiyah tetapi lahirnya syakhsiyah daiyah dan syakhsiyah harakiyah yang merupakan pilar utama untuk melakukan harakatul inqadz (gerakan penyelamatan). 


Itulah mengapa (saat ini) kita lebih memprioritaskan merekrut generasi muda.


Harakatul Inqaadz maksudnya adalah gerakan penyelamatan yang wajib ada dalam masyarakat untuk mencegah merajalelanya kemaksiatan dan membawa manusia kembali ke jalan Allah. 


Setelah itu beliau menjelaskan tentang hubungan antara Takwinul ummah dan harakatul inqadz.


Kondisi umat (Islam) saat ini 'adamul izzah, tidak punya izzah. 


Umat Islam teralieanasi, terasing, terpinggirkan dan tidak punya posisi tawar yang menguntungkan.


Kita memerlukan harakatul inqadz untuk terbentuknya umat (takwinul ummah) yang berwibawa, dihormati dan disegani.


Untuk itu tarbiyah merupakan upaya untuk mewujudkan pilar pilar untuk melakukan gerakan tersebut, yaitu individu individu yang memiliki:


*Syakhsiyah Islamiyah.*


Yaitu individu muslim yang lurus aqidahnya (salimul aqidah), benar ibadahnya (shahihul ibadah) dan baik akhlaknya (matinul khuluq).

Mereka memiliki niat yang ikhlas, semangat dalam beribadah (mis, amal yaumian), dan berkarakter positif.


*Syakhsiyah Daiyah*


Yaitu individu yang memiliki semangat untuk melakukan perbaikan untuk dirinya dan orang lain. 


Dia tidak bisa puas dengan hanya menikmati indahnya Islam dan nikmatnya ibadah untuk dirinya sendiri. 


Dia ingin mengajak sebanyak mungkin orang bisa menikmati Islam. 


Syakhsiyah da'iyah dijelaskan di dalam Al-Quran dengan firman-Nya:


كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ 


"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” (QS. Ali Imran, 3: 110).


Juga firman Nya:


“Katakanlah: 'Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (12:108), dan


“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang berdakwah (menyeru) kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?’” (Fushilat, 41: 33).


*Syakhsiyah Harakiyah.*


Upaya dalam melakukan amar makruf nahi mungkar tidak bisa dilakukan secara individual. Karenanya, kata ustadz Hilmi, 


"Amar makruf nahi mungkar adalah usaha mengkonsolidasikan anasir kebajikan agar mampu mengeser dan menggusur aliansi kemaksiatan".


Sejak dulu kemaksiatan selalu terorganisir, seperti contohnya aliansi Fir'aun, Qarun dan Haman. 


Maka kata Imam Ali: "Kebaikan yang tidak terorganisir akan kalah dengan keburukan yang terorganisir" 


Individu dai yang memiliki karakter syakhsiyah harakiyah dalam dirinya tertanam takwinur ruhul jama'ah. 


Selalu memiliki kesadaran untuk mengutamakan persatuan, memaklumi perbedaan, mengedepankan persaudaraan dan bergerak secara terorganisir bersama jamaah dan qiyadah mukhlishah mustaqimah 'ala awamirillah. 


Karena harakatul inqadz bukanlah gerakan individual tetapi gerakan bersama (amal jamai). Yaitu kerja sama bahu membahu yang terstruktur dan terorganisir dibawah satu komando dan satu perintah.


Sebagaimana firman Allah:


“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (Al-Maidah: 2).


Sabda Nabi saw:


“Saya perintahkan kalian dengan lima kata yang diperintahkan Allah kepadaku: Berjama’ah, mendengar, taat, hijrah dan jihad di jalan Allah. Siapa yang keluar dari jama’ah sejengkal maka ia telah melepas ikatan Islam dari lehernya kecuali kembali lagi”. (Ahmad, 4/130, 202, 344, Tirmidzi, 2863, dan Ibnu Khuzaimah, 1895).


Idealnya, seorang KI yang sudah melalui seleksi yang benar adalah individu yang memiliki ketiga syakhsiyah tersebut. Sehingga ia merupakan bagian dari harakatul inqadz. Kalau tidak, mungkin ada masalah dalam proses seleksinya.


Boleh jadi dia tidak lulus tetapi lolos! Atau diloloskan. Wallahua'lam bi shawab 

Sabtu, 28 Juni 2025

HIJRAH ITU SINGKATAN

 



Tanggal 1 Muharam merupakan momen hijrah Nabi Muhammad saw dari Mekah ke Madinah. Banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari peristiwa hijrah Nabi saw.


Tapi, HIJRAH itu juga singkatan. Kepanjangan, 


H-nya adalah : Hati yang selalu terpaut kepada Allah SWT.


"Dan dari manapun engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam, sesungguhnya itu benar-benar ketentuan dari Tuhanmu..." (Qs. 2 ayat 149).


I-nya adalah : Inisitiaf yang selalu menjauhi dosa.


"Yaitu orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Rabbmu Mahaluas Ampunan-Nya" (Qs. 53 ayat 32).


J-nya adalah.


Jejak Nabi saw yang selalu menjadi teladan.

"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah" (Qs. 33 ayat 21).


R-nya adalah : Ridho yang selalu diharapkan dari Allah.


"Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridaan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya" (Qs. 2 ayat 207).


A-nya adalah : Ambisi yang selalu mencari pahala.


"Barangsiapa berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami akan memberinya pahala yang besar. (Qs. 4 ayat 114).


H-nya adalah : Husnul khotimah yang selalu menjadi cita-cita tertinggi.


"Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, dan matikanlah kami beserta orang-orang yang berbakti" (Qs. 3 ayat 193).


Tanpa melakukan enam hal tersebut sulit bagi seseorang untuk dapat hijrah (berpindah) dari :


-Kekufuran kepada Islam

-Kegelapan kepada cahaya

-Kebatilan kepada kebenaran

-Keburukan kepada kebaikan 

-Kemunafikan kepada keimanan


"Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Thagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus" (Qs. 2 ayat 256).


"Hijrah itu tiap hari dan harus diupayakan dengan segenap jiwa dan raga."


*Selamat Tahun Baru 1447 Hijriyah*



Sabtu, 21 Juni 2025

ATTENTION YOUR MOTIVE

 


Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ menyampaikan kisah yang mengejutkan dan menggugah hati. Tiga orang pertama yang diadili pada hari kiamat ternyata bukan orang biasa. Mereka adalah orang-orang yang dikenal sebagai pejuang (syuhada), alim (ahli ilmu dan qari’), serta dermawan (filantropis).


Namun yang mengejutkan, ketiganya justru dimasukkan ke dalam neraka. Mengapa?


1. Pejuang yang Tampak Gagah


Orang pertama adalah seorang yang mati syahid. Ia dibawa ke hadapan Allah dan ditanya tentang amalnya. Ia menjawab bahwa ia telah berjuang di jalan Allah hingga gugur. Tapi Allah menjawab:


“Kamu berdusta. Kamu berperang agar disebut pemberani, dan itu sudah dikatakan orang.”


Akhirnya ia diseret dan dilempar ke neraka. Padahal di mata manusia, ia adalah pahlawan.


2. Ahli Ilmu dan Qari’


Orang kedua adalah seorang yang rajin belajar agama, mengajar, dan membaca Al-Qur’an. Ia juga ditanya tentang amalnya. Ia mengaku melakukannya karena Allah. Tapi Allah membantah:


“Kamu belajar agar disebut alim, dan membaca Al-Qur’an agar dipuji sebagai qari’. Itu sudah kamu dapatkan.”


Ia pun diseret ke neraka. Padahal orang-orang mengenalnya sebagai ustadz atau guru ngaji.


3. Orang Kaya Dermawan


Orang ketiga adalah seseorang yang diberi kekayaan dan banyak bersedekah. Ia juga ditanya dan mengaku bahwa semua harta itu telah ia infakkan di jalan Allah. Tapi Allah menjawab:


“Kamu berdusta. Kamu bersedekah agar dipuji sebagai orang dermawan, dan itu sudah kamu dapatkan.”


Ia juga diseret ke neraka. Padahal masyarakat memujinya sebagai tokoh kebaikan.



*Apa Pelajaran Besar dari Hadis Ini?*


✴️ *Niat Lebih Penting dari Amalan Lahiriah*


Ketiganya melakukan amalan luar biasa, namun niat mereka tidak lurus. Mereka melakukan amal bukan untuk mencari ridha Allah, tapi untuk mendapat pengakuan manusia.


Allah tidak menerima amal yang dilakukan dengan niat riya (ingin dipuji). Bahkan dalam hadis lain disebutkan:


“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya.” (HR. Bukhari & Muslim)


✴️ *Hati-Hati dengan Popularitas dan Pujian*


Zaman sekarang, banyak orang ingin dilihat baik di media sosial, disebut dermawan, atau dipuji karena aktivitas keagamaannya. Hadis ini menjadi peringatan keras agar kita tidak terjebak dalam amal yang hanya mengejar branding diri, tapi lupa pada keikhlasan hati.



*🧭 Bagaimana Cara Menghindarinya?*


Berikut beberapa langkah untuk menjaga keikhlasan:


1. Tanyakan diri sendiri sebelum beramal: “Untuk siapa aku melakukan ini?”


2. Sembunyikan sebagian amal kebaikan, seperti sedekah diam-diam, atau bangun malam tanpa harus posting.


3. Doa minta keikhlasan, karena menjaga niat itu sulit dan terus berubah.


4. Jangan tergantung pada pujian orang. Fokus saja agar Allah ridha.


Hadis ini bukan sekadar cerita, tapi peringatan keras dari Rasulullah ﷺ agar kita berhati-hati dengan niat kita. 


Amal yang besar tidak ada nilainya jika dilakukan untuk dilihat manusia. Tapi amal yang sederhana bisa sangat bernilai jika dilakukan semata-mata karena Allah.


Semoga kita semua termasuk orang-orang yang menjaga keikhlasan, baik dalam amal besar maupun kecil.





Kamis, 19 Juni 2025

URGENSI MEMBANGUN KESADARAN

 





1.

Kesadaran tidak diberikan, tetapi dibangun.


Umat kita tidak mengalami kurangnya emosi, melainkan kurangnya kesadaran sistematis terhadap masalahnya.


Mari kita mulai dari sini.


2.

Membangun kesadaran dimulai dengan pertanyaan yang tepat:

Siapakah kita? Apa yang kita inginkan? Siapa yang menghalangi jalan kita?


Tanpa pertanyaan-pertanyaan ini, kita akan terus berputar dalam lingkaran keluhan dan emosi.


3.

Tidak ada kesadaran tanpa pengetahuan.


Tidak ada kesadaran tanpa pemahaman terhadap realitas.


Tidak ada kesadaran tanpa kemampuan untuk menghubungkan teks dengan realitas, sejarah dengan masa kini, dan nilai dengan tindakan.


4.

Kita memerlukan wacana yang mencerahkan, bukan yang menggairahkan saja.


Kita memerlukan platform yang mengajarkan pemikiran, bukan mengulang indoktrinasi.


Kesadaran tidak dibangun oleh kemarahan saja, tetapi oleh wawasan dan kontemplasi.


5.

Kesadaran bukanlah lawan dari agama.


Sebaliknya, ia merupakan alat untuk memahami agama dengan wawasan, jauh dari ekstremisme, politisasi, dan taklid buta.


6.

Hal paling berbahaya yang dihadapi kesadaran:


Polarisasi buta

Mentalitas konspirasi

Mereduksi Islam menjadi slogan-slogan saja

Kurangnya pemikiran kritis atas nama kepatuhan 


7.

Langkah pertama menuju kesadaran:


Menyadari bahwa musuh tidak akan berhasil kecuali kita menjadi alatnya tanpa sadar.


Kesadaran kita harus menjadi penghalang antara kita dan terjerumus pada proyek-proyek yang merusak.


8.

Di antara alat untuk membangun kesadaran di kalangan umat:


Membaca secara independen

Dialog jujur

Mengembalikan sejarah tanpa kultus atau distorsi

Berinvestasi pada media yang berkesadaran

Mengembangkan pemikiran kritis dalam pendidikan dan agama


9.

Tidak semua orang yang mengibarkan panji Islam memiliki kesadaran.

Tidak semua orang yang menentang kekuasaan adalah seorang reformis.


Kesadaran memperlihatkan niat, menimbang slogan, dan menyusun ulang prioritas.


10.

Proyek pembangunan kesadaran Islam adalah proyek penyelamatan peradaban.


Tanpa itu, kita akan tetap menjadi reaksi di meja orang lain.


Bukan aktor di masa kini, maupun pembuat masa depan kita.

Selasa, 17 Juni 2025

NIKMAT YANG MELEBIHI NIKMAT SEBELUMNYA

 


Qorun tidak pernah mengetahui bahwa kartu ATM yang berada di saku kita ternyata mencukupi dari semua kunci-kunci hartanya yang dibawa oleh orang-orang paling kuat.


Kisra Persia tidak pernah mengetahui jika kursi sofa dari busa yang ada di rumah kita ternyata lebih nyaman daripada singgasana yang ia banggakan.


Kaisar tidak pernah mengetahui jika kipas dari bulu merak yang dikipaskan di atas kepalanya oleh budak-budaknya ternyata tak lebih sejuk dari AC yang berada di rumah kita.


Heraklius tidak pernah mengetahui bahwa kesejukan air minum dari botol porselennya yang membuat orang-orang di sekitarnya merasa iri ternyata tak lebih sejuk dari air es di kulkas yang berada di rumah kita.


Kholifah al Manshur tidak pernah mengetahui jika air panas yang dituangkan oleh para pembantunya dengan penuh kebanggaan sebagai campuran air mandi ternyata tak lebih panas dari water heater yang terpasang di kamar mandi kita.


Para jamaah haji di masa lampau tidak pernah mengetahui jika onta-onta perkasa dan kuat yang pernah ia tunggangi kala berangkat haji ternyata tak lebih kuat dan cepat dari pesawat terbang yang kita tumpangi.


Sungguh kita hidup dalam zaman yang banyak melebihi kenikmatan yang tidak pernah dirasakan oleh para raja-raja di zaman dahulu, namun sayangnya kita tetap merasa kurang atas karunia yang telah Allah berikan.


Karena itu senantiasalah membuka matamu agar dapat menyaksikan betapa banyak nikmat yang ada padamu, sehingga tidak semakin sempit dadamu.


Ya Allah segala puji bagi-Mu atas semua nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepada kami, pada agama dan dunia kami.


Ampunilah kami jika hingga detik ini kami masih saja kurang bersyukur dan senantiasa terus berbuat dosa.


"Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Qs. 16 ayat 18) Wallahua'lam 

Senin, 16 Juni 2025

BAGAIMANA MENGHINDARI RIYA?

 





Pertanyaan.

Assalamualaikum, maaf ustadz. Tolong berikan saran atau nasehat kepada saya! Karena jika saya ingin bersedekah, saya sudah ada niat dalam hati ikhlas, tapi kemudian jika uang itu sudah saya sedekahkan, kenapa ada sifat yang seakan tidak ikhlas dalam hati? Saya juga tidak ingin riya’ tapi kenapa sifat itu selalu muncul? Mohon penjelasan ustadz


Jawaban.

Semoga Allâh Azza wa Jalla membimbing anda kepada apa yang Dia cinta dan ridhoi.


Yang dimaksud dengan ikhlas adalah meniatkan semua amalan lahir maupun batin untuk mencari pahala dari Allâh Azza wa Jalladan tidak mengharapkan pujian manusia[1]. Pujian manusia memang membuai, dan jiwa kita menyukainya. Itulah kenapa riya` masih sering menggoda.


Keikhlasan niat tidaklah mudah diraih, bahkan orang-orang shalehpun kesulitan untuk mendapatkannya. Sufyân ats-Tsauri rahimahullah berkata, ”Aku tidak pernah mengobati sesuatu yang lebih sulit daripada mengobati niat saya; karena ia selalu berubah-ubah.”[2]


Ucapan ini keluar dari lisan seorang Sufyân ats-Tsauri rahimahullah , yang merupakan tokoh teladan dari generasi tâbi’in. Bagaimana dengan kita? Hendaknya kita menjadikan ucapan beliau rahimahullah ini sebagai pecut untuk mawas diri dalam bab ini. Karenanya, wajib bagi setiap Mukmin untuk mempelajari hal ini.


Untuk meraih keikhlasan dalam beramal, diperlukan taufik dari Allâh Azza wa Jalladan usaha keras untuk meraihnya. Beberapa kiat berikut insyaAllâh bisa membantu kita meraihnya:

Memohon kepada Allâh Azza wa Jalla agar diberikan keikhlasan dalam beramal, dan dimasukkan dalam golongan mukhlishin (oang-orang ikhlas); karena keikhlasan adalah derajat tinggi yang merupakan anugerah Allâh Azza wa Jalla untuk orang-orang yang dipilih-Nya. Di antara doa yang diajarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal ini adalah :


اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَناَ أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ مِمَّا لاَ أَعْلَمُ


Ya Allâh, Sungguh saya berlindung kepada-Mu dari berbuat syirik dalam keadaan tahu, dan saya memohon ampunan dari apa yang tidak saya ketahui. [HR. al-Bukhâri dalam al-Adab al-Mufrad, dihukumi shahih oleh Syaikh al-Albâni rahimahullah]


Riya`(beramal agar dilihat dan dipuji orang lain) adalah syirik yang kecil dan tersembunyi, sehingga kadang tanpa sadar kita jatuh ke dalamnya. Jika kita meminta kepada Allâh Azza wa Jalla dengan doa ini, Allâh Subhanahu wa Ta’ala akan lindungi kita dari berbuat riya` dalam keadaan sadar, dan akan diampuni-Nya jika tanpa sadar jatuh dalam riya`.


Mengatur dan menata hati untuk ikhlas sebelum beramal.

Imam Ahmad rahimahullah pernah ditanya, “Bagaimana cara niat dalam beramal?” Beliau menjawab, “Mengatur diri jika ingin beramal, untuk tidak mengharap pujian manusia.”[3]

Berusaha menyembunyikan amal kebaikan kita dari pandangan manusia, sebagaimana kita menyembunyikan keburukan kita. Jika yang kita cari adalah ridha Allâh Azza wa Jalla, tidak perlu kita menunjukkannya kepada manusia, kecuali jika ada maslahatnya dan kita bisa menjaga keikhlasan hati.

Mengingat besarnya kerugian orang yang riya` dan tidak ikhlas dalam beramal, dan mengingat bahwa amalannya tidak bermanfaat jika tidak diiringi keikhlasan. Riya` menyebabkan amalan yang kita lakukan dengan susah payah menjadi sia-sia, membuat kita terhinakan di depan Allâh dan menjadikan kita sebagai penyulut api neraka yang pertama kali.

Mempelajari dan mencontoh teladan generasi awal umat Islam dalam bab ini. Ada banyak teladan keikhlasan dalam sirah mereka.

Saling mengingatkan tentang hal ini, terutama pada saat-saat kita atau saudara kita diuji dengan hal ini, atau saat kita melihat tanda-tanda riya` pada saudara kita.


Jika Saudara sudah bersedekah, bergembiralah karena dibalik itu ada pahala yang besar di sisi Allâh Azza wa Jalla. Berbahagialah! Karena anda sudah memasukkan kebahagiaan di hati orang yang membutuhkan. Tersenyumlah! Karena sedekah itu juga telah membuat mereka tersenyum. Jangan malah merasa berat dan menyesali sedekah.


Jika seorang Mukmin beramal dengan ikhlas, kemudian orang-orang memuji amalannya, bolehkah ia senang? Lalu apakah hal itu berpengaruh buruk pada amalannya? Ya, ia boleh senang dan itu tidak membahayakan amalannya, sebagaimana telah dijelaskan langsung oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits 


عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ: قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-: أَرَأَيْتَ الرَّجُلَ يَعْمَلُ الْعَمَلَ مِنَ الْخَيْرِ وَيَحْمَدُهُ النَّاسُ عَلَيْهِ؟ قَالَ: تِلْكَ عَاجِلُ بُشْرَى الْمُؤْمِنِ


Dari Abu Dzar ia meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang orang yang berbuat kebaikan, lalu orang-orang memujinya. Nabi menjawab, “Itu adalah kabar gembira yang disegerakan bagi Mukmin.” [HR. Muslim]


Wallahu A’lam.





Minggu, 08 Juni 2025

PEWARIS DAKWAH





Rasulullah ﷺ adalah pewaris dakwah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam, napak tilas dakwah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam, mulai dari Irak tempat kelahirannya, lalu melakukan pengembaraan dakwahnya ke negeri Syam, Mesir hingga ke jantung Jazirah Arab yang menjadi cikal bakal kota Mekkah. 


Napak tilas dakwah Nabi Ibrahim menjadi rekam jejak dakwah Rasulullah ﷺ, dengan Islamisasi kota Madinah melalui hijrah, dan islamisasi kota Mekkah melalui peristiwa Fathu Mekkah, dari dua kota itulah Rasulullah ﷺ mengembangkan dakwahnya ke negeri di sekitrnya, dan mendelegasikan sahabat sahabat terbaiknya, Muadz bin Jabal ke Yaman, Khalid bin Walid ke Irak, Abu Ubaidah bin al Jarrah ke Syam dan Amru bin Ash ke Mesir. 


Rasulullah ﷺ menjadi pewaris dakwah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam,  secara nasab dan nilai ajaran risalahnya. Secara nasab disebutkan dalam satu literatur sirah, bahwa nasab Rasulullah ﷺ bersambung sampai ke Nabi Ibrahim 'Alaihissalam, dengan urutan sebagai berikut :


 محمد بن عبد الله بن عبد المطلب بن هاشم بن عبد مناف بن قصي بن كلاب بن مرة بن كعب بن لؤى بن غالب بن فهر بن مالك بن النضر بن كنانة بن خزيمة بن مدركة بن إلياس بن مضر بن نزار بن معد بن عدنان الذي يصل نسبه إلى إسماعيل بن إبراهيم -عليهما الصلاة والسلام.


_Muhammad  bin Abdillah bin Abdul Mutthallib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qusay bin Kilab bin Murrah bin Kaab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhor bin Nazzar bin Ma'ad bin Adnan, lalu bersambung nasabnya sampai Ismail bin Ibrahim 'Alaihissalam._


Nasab tersebut dikonfirmasi sendiri oleh Rasulullah ﷺ, dalam sebuah haditsnya, beliau bersabda :


إنَّ اللَّهَ اصْطَفى كِنانَةَ مِن ولَدِ إسْماعِيلَ، واصْطَفى قُرَيْشًا مِن كِنانَةَ، واصْطَفى مِن قُرَيْشٍ بَنِي هاشِمٍ، واصْطَفانِي مِن بَنِي هاشِمٍ. • مسلم، صحيح مسلم (٢٢٧٦) • [صحيح] • أخرجه الترمذي (٣٦٠٦)


_Sesungguhnya Allah Ta'ala telah memilih Kinanah dari anak anaknya Ismail, dan telah memilih Quraisy dari Kinanah, dan telah memilih Bani Hasyim dari Quraisy, dan memilih aku dari Bani Hasyim._ (HR Muslim  dan Tirmidzi)


Fakta yang menunjukan bahwa Rasulullah ﷺ menjadi pewaris dakwah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam dan Nabi Ismail 'Alaihissalam terdapat pada dua hal berikut :


*Pertama,* dibesarkan dengan keberkahan air zam zam. 


Berawal saat Nabi Ibrahim meninggalkan isterinya Hajar beserta puteranya Ismail 'Alaihissalam di lembah tandus Jazirah Arab, karena harus pergi berdakwah atas perintah Allah Ta'ala, sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran:


{ رَّبَّنَاۤ إِنِّیۤ أَسۡكَنتُ مِن ذُرِّیَّتِی بِوَادٍ غَیۡرِ ذِی زَرۡعٍ عِندَ بَیۡتِكَ ٱلۡمُحَرَّمِ  }


_Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati._ [Surat Ibrahim: 37]


Di lembah tandus sama sekali tidak didapati sumber air, Hajar 'Alaihassalam berlari antara bukit Sofa dan Marwa untuk mencari air, tiba tiba bayi Ismail yang diletakan tidak jauh di antara Sofa dan Marwa, dari bawah kakinya memancar air deras, lalu Hajar 'Alaihassalam segera membuat tanggul kecil melingkar agar air tersebut tertampung, Hajar 'Alaihassalam dan puteranya Ismail akhirnya dapat melangsungkan kehidupannya dengan keberkahan air zam zam atas ijin Allah Ta'ala.


Demikian hal nya juga terjadi pada diri Nabi Muhammad ﷺ berawal dari saat sumur zam zam tidak lagi mengeluarkan air, karena tertimbun dan tertutup bagian atasnya dengan sampah dan kotoran sisa sisa penyembelihan atas nama berhala. 

Tiba tiba datuk Abdul Mutthalib bermimpi, dia diperintahkan untuk menggali timbunan tersebut dan membersihkannya dari kotoran, maka Abdul Mutthalib bersama puteranya Al Harits menggalinya dengan sangkur. 


Tidak lama kemudian, memancar air dengan derasnya. Saat itulah sumber air zam zam telah ditemukan kembali setelah sekian tahun lamanya tertimbun, bisa jadi hal itu disebabkan karena Allah Ta'ala murka dan tidak meridhoi praktek praktek kemusyrikan yang dilakukan di sekeliling rumah-Nya. 

Sumber air zam zam ditemukan kembali, hal ini terjadi sebelum kelahiran Rasulullah ﷺ  sebagaimana Ismail 'Alaihissalam, Allah Ta'ala juga ingin menghidupkan Nabi-Nya dengan keberkahan air zam zam atas ijin-Nya

Zam zam tidak hanya sekedar air minum, tetapi minuman yang banyak mengandung mineral dan nutrisi terbaik, dapat mengenyangkan dan meringankan rasa sakit, sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadits :


زمزمُ طعامُ طُعمٍ وشفاءُ سُقمٍ الراوي: أبو ذر الغفاري • المنذري، الترغيب والترهيب (٢/٢٠٠) • إسناده صحيح •


_Zam zam adalah saripati makanan dan obat penyakit_ (Diriwayatkan Abu Dzar Al Ghifary, Imam Al Mundziri memuatnya dalam At Targhib wat Tarhib, dengan sanad yang shahih)


*Kedua,* Ayah dan datuknya Ismail 'Alaihissalam keduanya nyaris disembelih. 

Hal ini bermula saat Abdul Mutthalib bernadzar dalam sebuah doa yang dipanjatkan, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah literatur :


يرفع يديه إلى السماء، ويدعو الله أن يرزقه عشرة أبناء من الذكور، ونذر أن يذبح أحدهم تقربًا لله.استجاب الله دعوة عبد المطلب، فرزقه عشرة أولاد.


_Dia mengangkat kedua tangannya ke atas langit, lalu berdoa kepada Allah swt agar diberikan rejeki sepuluh anak laki laki, lalu dia bernadzar akan menyembelih salah satu anaknya sebagai bentuk taqorub kepada Allah Ta'ala. Allah Ta'ala mengabulkan doa nya dengan mengaruniayinya sepuluh anak laki laki._


Maka dilakukanlah pengundian, bahwa nama yang keluar akan dijadikan kurban untuk disembelih, qoddarullah berkali kali yang keluar selalu nama Abdullah Ayahanda Nabi ﷺ, Abdul Mutthalib sangat sayang dengan puteranya Abdullah, diapun urung melaksanakan nadzarnya, setelah mendapatkan saran dari pemuka kaum Quraisy bahwa nadzarnya dapat ditebus dengan seratus ekor unta, tebusan itupun dipenuhinya dan puteranya Abdullah tidak jadi disembelih. 


Terkait hal ini telah dijelaskan dalam sebuah hadits :


أنَّ أعرابيًّا قالَ للنَّبيِّ ﷺ: يا ابنَ الذَّبيحَينِ، فتبسَّمَ ولَم يُنكرْ عليهِ. وأمّا أنا ابنُ الذَّبيحَينِ الراوي: معاوية بن أبي سفيان • الزرقاني، مختصر المقاصد (١١) • [صحيح]


Bahwasnya seorang arab badui berkata kepada Nabi ﷺ: _"hai anak dari dua orang yang nyaris diembelih"_


_Nabi ﷺ  pun tersenyum dan tidak mengingkarinya seraya berkata, "Aku memang anak dari dua orang yang nyaris disembelih (Ismail dan Abdullah)."_

(Diriwayatkan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan, Imam Al Zarqany memuatnya dalam Mukhtashar Al Maqashid (sanadnya shahih).


*IBROH DAN PELAJARAN:*


1  Nabi Ibrahim 'Alaihissalam, Ismail 'Alaihissalam dan Muhammad ﷺ bahwa ketiganya berada dalam satu mata rantai dakwah yng sama, yaitu dakwah tauhid mengesakan Allah Ta'ala 

Ismail 'Alaihissalam dan Muhammad ﷺ  keduanya sama dibesarkan dengan sumber yang jernih, berupa air zam zam. 


Wallahu A'lam



Rabu, 04 Juni 2025

PUASA AROFAH

 



Puasa Arafah adalah puasa sunnah yang dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah, yaitu pada hari Arafah. Puasa ini memiliki keutamaan yang besar dan dianjurkan untuk dilaksanakan oleh umat Muslim yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji.


Keutamaan Puasa Arafah

- Puasa Arafah dapat menghapuskan dosa-dosa yang telah lalu selama satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang.

- Puasa ini juga dapat meningkatkan ketakwaan dan keimanan kepada Allah SWT.


Niat Puasa Arafah

Niat puasa Arafah dapat dilakukan dengan mengucapkan:


"Nawaitu sauma ghadin 'an Arafah lillahi ta'ala."


Artinya: "Saya berniat puasa Arafah esok hari karena Allah ta'ala."


Waktu Pelaksanaan

Puasa Arafah dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah, yaitu pada hari Arafah. Waktu pelaksanaan puasa ini dimulai dari terbit fajar hingga matahari terbenam.


Dengan melaksanakan puasa Arafah, umat Muslim dapat memperoleh pahala yang besar dan meningkatkan ketakwaan dan keimanan kepada Allah SWT.