Selasa, 29 Oktober 2013
Senin, 28 Oktober 2013
Mukhayyam
DAFTAR PERLENGKAPAN YANG HARUS DIBAWA
A.
PRIBADI
1.
Carrier
/ ransel / tas punggung biasa
2.
Matras
/ alas tidur
3.
Ponco
/ jas hujan
4.
Kantong
plastic (antisipasi apabila hujan)
5.
Tali
pramuka
6.
Lampu
senter & baterai
7.
Tongkat
bambu
8.
Baju
kepanduan (minimal kaos kepanduan)
9.
Kaos
olahraga (min 2)
10. Celana lapangan (min 2)
11. Jaket
12. Sepatu lapangan & kaos kaki
13. Sandal
14. Topi / skibo
15. Alat makan
16. Mushaf Al Quran
17. Alat tulis menulis
18. Alat mandi
19. Obat-obatan pribadi (bagi yang
menderita suatu penyakit)
20. Suplemen (vitamin, minuman, dll)
21. Makanan (snack, roti, dll)
B.
KELOMPOK
1.
Tenda
regu
2.
Alat
masak
3.
Tali
raffia
4.
Lampu
badai / petromax
5.
Peluit
6.
Korek
api
BERITA ALAM ISLAMI
Turki: Turki Bantah Mengekspos Mata-mata Israel ke Iran
Kolumnis Washington Post David Ignatius mengatakan pemerintah Perdana Menteri Recep Tayyip
Erdogan tahun lalu mengungkapkan kepada intelijen Iran akan identitas 10 orang Iran yang telah
bertemu dengan Mossad di Turki . Namun Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan
tuduhan-tuduhan itu tanpa dasar apapun .
Tuduhan ini membuat marah para pejabat di Ankara , setelah artikel Street Journal pekan lalu
menyarankan Washington khawatir bahwa Fidan telah berbagi informasi sensitif dengan Iran .
Pejabat lain di Ankara menggambarkan hal itu sebagai bagian dari upaya untuk mendiskreditkan Turki
oleh kekuatan asing yang tidak nyaman dengan pengaruhnya yang berkembang di Timur Tengah.
" Turki adalah kekuatan regional dan ada pusat-pusat kekuasaan yang tidak nyaman dengan ini. Cerita
seperti ini merupakan bagian dari kampanye , " kata seorang pejabat Turki. (Aljazeera.com)
Israel: Israel Bantah Telah Meracun Yasser Arafat
Pemerintah Israel membantah tuduhan bahwa mereka berperan dalam meninggalnya pemimpin
Palestina, Yasser Arafat. Israel mengatakan adalah sesuatu yang menggelikan bila mereka ikut berperan
dalam kematian Arafat hampir sembilan tahun lalu, yang diduga meninggal akibat diracun.
Arafat meninggal dunia di rumah sakit di Paris dan ketika itu tidak diumumkan sebab-sebab kematian
Arafat. Spekulasi bahwa Arafat meninggal akibat diracun kembali mengemuka setelah satu
laboratorium di Swiss mengeluarkan laporan.
Laboratorium mengukuhkan laporan-laporan sebelumnya bahwa ditemukan bahan radioaktif beracun
polonium dalam kadar tinggi di pakaian dan barang-barang milik Arafat, seperti pakaian dalam, sikat
gigi, dan ikat kepala. Dokumentasi televisi menyebutkan ditemukan jejak polonium di pakaian Arafat.
(BBC.co.uk)
Palestina: Aktivitas Pemukiman Yahudi Naik 70 Persen
Pembangunan konstruksi permukiman Yahudi di tanah Palestina yang diduduki naik dengan drastis
hingga 70 persen tahun-ketahun pada paruh pertama tahun 2013, sebuah LSM Israel mengatakan pada
hari Kamis.
Menurut angka yang dikeluarkan oleh kelompok Perdamaian anti-pemukiman, antara Januari dan Juni
konstruksi dimulai pada 1.708 rumah baru di Tepi Barat, termasuk Jerusalem Timur yang dicaplok,
dibandingkan dengan 995 pada semester pertama 2012.
Mereka mengatakan hanya sepertiga dari pembangunan telah terjadi di sisi Israel dari tembok pemisah
yang luas yang memotong melalui Tepi Barat. Dan 86 persen dari konstruksi baru dilakukan di daerah di
mana tender yang tidak diperlukan, katanya. (ArabNews.com)
Berita KNKDM (Komite Nasional untuk Kemanusiaan dan Demokrasi Mesir)
Menlu Mesir: Hubungan AS-Mesir Genting
Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan Mesir sekarang dalam kondisi genting dan akan berdampak
kepada kawasan Timur Tengah, Menteri Luar Negeri (Menlu) Mesir mengatakan hal tersebut dalam
pidato sepekan setelah Washington (AS) mengurangi bantuan militer ke Mesir. Nabil Fahmy mengatakan
kepada koran Al-Ahram bahwa Mesir selama ini memiliki ketergantuang kepada bantuan AS tetapi
Washington salah dalam berasumsi bahwa pemerintah Mesir selalu mengikuti arahan AS (Reuters).
AGENDA PKS DAPIL AMPENAN (Ahad 27 Okt 2013)
Minggu, 27 Oktober 2013
Rabu, 23 Oktober 2013
ADAB MEMINTA IZIN
Meminta izin sekilas tampaknya
sepele, padahal sangat penting pengaruhnya bagi kedisiplinan, keteraturan,
kejelasan kabar dan informasi dsb. Hal itu sangat diperlukan dalam kehidupan
berjamaah, agar kegiatan dakwah dapat berjalan dengan lancar, terevaluasi dan
efektif.
Meminta izin dalam Islam
Islam sebagai dien yang
lengkap dan sempurna tentunya tidak akan alpa mengatur sekecil apapun urusan
hidup dan kehidupan manusia. Hal itu telah jelas diatur dan dijamin oleh
pemiliknya, yaitu Allah SWT. Dari urusan yang paling ringan sampai kepada
urusan yang paling berat sekalipun (menurut ukuran manusia), semuanya diatur di
dalam Islam, termasuk juga dalam masalah izin dan perizinan.
Allah SWT di dalam Kitab Nya
yang suci, telah mengatur masalah ini, baik sebagai etika dalam hubungan sosial
kemasyarakatan seperti :
Sampai kepada hal yang terkait
dengan urusan yang sulit, seperti dalam hal peperangan, jihad atau kerja besar
lainnya, QS. at-Taubah : 44-45, 83; an-Nuur : 62-63
"Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan
memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar
kamu (selalu) ingat." QS. 24:27
"Jika kamu tidak menemui seorangpun
didalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika
dikatakan kepadamu: "Kembali (saja)lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu
bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. " QS.
24:28
Bagaimana para sahabat ra. Memberikan contoh
tentang masalah ini?
Dari
Abu Musa ra., ia berkata: Rasulullah saw. Bersabda: "Minta izin itu sampai
tiga kali. Apabila diizinkan, maka masuklah kamu, dan apabila tidak diizinkan,
maka pulanglah kamu"
(HR.
Bukhari-Muslim)
Dari Sahal bin
Sa'ad ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya minta izin
itu dijadikan ketentuan karena untuk menjaga pandangan mata."
(HR. Bukhari-Muslim)
Dari Kildah bin
Hanbal ra., ia berkata: "Saya datang ke rumah Nabi saw. Dan langsung masuk
tanpa mengcapkan salam, kemudian Nabi saw. Bersabda: "Kembalilah, dan
ucapkanlah: "Assalaamu'alaikum, bolehkan saya masuk?"
(HR.Abu Dawud dan Turmudzi, dan dia berkata hadits ini hasan)
Ibnu Ishak meriwayatkan Disebutkan bahwa setelah
orang-orang Quraisy dan sekutu-sekutu mereka (al ahzab) berhimpun dan
menggalang kekuatan di perang Khandaq (parit), dan setelah Rasulullah mendengar
mereka akan melakukan serangan,…atas ide seorang sahabat 'Salman Al Farisi' …
maka Rosulullah menyuruh untuk menggali parit di sekitar Madinah. Rasulullah
pun ikut terlibat langsung dalam penggalian itu untuk memberikan contoh dan
menyemangati kaum mu'minin untuk mendapatkan pahala. Maka orang-orang yang
beriman ikut serta bersama Rasulullah dan berlomba-berlomba.
Namun ada beberapa orang
munafik yang setengah-setengah dan terlambat datang bersama Rasulullah dan kaum
mu'minin dalam membuat parit itu. Mereka hanya ikut terlibat dengan sekedarnya
dan pekerjaan yang sangat kecil/ringan. Kemudian mereka mencari-cari celah
untuk pergi ke rumah-rumah mereka tanpa sepengetahuan Rasulullah dan juga tanpa
izinnya.
Sementara itu orang-orang yang
beriman bila ada hajat yang harus ditunaikan, dia menyebutkan hajat itu di
hadapan Rasulullah dan meminta izin untuk menunaikan hajatnya tersebut. Maka
Rasulullah pun memberikannya izin. Bila dia selsai menunaikan hajatnya, maka
diapun segera kembali menerusakan pekerjaan mengali parit, karena ingin
mendapatkan pahala dan mengharapkan kebaikan. Allah pun menurunkan ayat kepada
orang-orang beriman itu, sebagaiman ditulis pada surat An Nuur : 62.
"Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin ialah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka berada bersama-sama
Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak
meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya. Sesungguhnya
orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad) mereka itulah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, maka apabila mereka meminta izin
kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu
kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Allah berfirman kepada
orang-orang munafik yang mencari-cari celah untuk pergi ke rumah-rumah mereka
tanpa sepengetahuan Rasulullah dan juga tanpa izinnya. Hal ini dapat dilihat
dari ayat 63-nya :
"Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti
panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah
telah mengetahui orang-orang yang berangsur- angsur pergi di antara kamu dengan
berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi
perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih."
Apapun sebab turunnya
ayat-ayat ini, ia tetap mengandung adab-adab mental yang mengatur komunitas
orang-orang yang beriman dengan pemimpin mereka. Urusan komunitas orang-orang
yang beriman tidak akan pernah beres sebelum adab-adab ini melekat dalam
perasaan-perasaan, kecenderungan-kecenderungan mereka, dan lubuk-lubuk hati
mereka yang paling dalam. Kemudian adab-adab itu juga harus bersemayam dalam
kehidupan komunitas orang-orang yang beriman, sehingga menjadi panutan dan
aturan yang dipatuhi. Bila tidak tercipta, maka yang akan terjadi adlah
kekacauan yang tiada terhingga.
Dalam ayat 62 tadi dikatakan
bahwa, bukanlah orang beriman, orang-orang yang hanya berkata dengan mulut
mereka, namun tidak membuktikannya dengan tanda-tanda kesejatian perkataan
mereka dan mereka tidak taat kepada Allah dan Rasulullah.
"…
apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang
memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta
izin kepadanya…"
Urusan bersama adlah urusan yang sangat
penting, yang membutuhkan keikutsertaan semua komponen dalam jamaah, untuk
mengatasi sebuah pandangan atau peperangan atau pekerjaan umum yang dilakukan
bersama-sama. Orang-orang yang beriman tidak akan pergi meninggalkannya sampai
mereka meminta izin kepada pemimpin mereka. Sehingga urusan tidak menjadi kacau
tanpa kestabilan dan keorganisasian.
Orang-orang yang beriman dengan iman seperti
ini dan berperilaku dengan adab seperti ini, tidak akan pernah minta izin
kecuali untuk sebuah urusan yang sangat darurat dan penting. Mereka memiliki
daya selektivitas dan pencegahan dari iman dan adab mereka yang menjaga mereka
dari bersikap berpaling dari urusan bersama itu yang telah mengusik hati semua
jamaah dan mengharuskan mereka sepakat atas semua keputusan bersama. Bersama
dengan ini, alqur'an tetap meletakkan hak memberi izin atau tidak, kepada pendapat
Rasulullah sebagai pemimpin jamaah. Hal
itu dianugerahkan kepada Rasulullah setelah setiap individu diberi hak yang
sama dalam meminta izin.
"… maka
apabila mereka meminta izin kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah izin
kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka…"
(Rasulullah telah disalahkan
oleh Allah karena memberi izin kepada orang-orang munafik sebelumnya, maka
Allah berfirman kepada beliau dalam surah at-Taubah ayat 43,
"Semoga Allah mema'afkanmu. Mengapa kamu memberi izin kepada mereka
(untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar
(dalam keuzurannya) dan sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta?"
Allah memberikan hak penuh
kepada pandangan Rasulullah. Bila beliau ingin mengizinkan, maka hak beliau untuk
mengizinkannya. Dan, bila beliau tidak ingin memberikan izin, juga merupakan
hak hak beliau. Allah menghilangkan perasaan bersalah dari Rasulullah karena
tidak memberikan, walaupun kadangkala di sana
ada kebutuhan yang sangat mendesak. Jadi kebebasan sepenuhnya diberikan kepada
pemimpin dalam menimbang antara maslahat orang tetap berada di tempat tugasnya
dan maslahat bila dia pergi meninggalkannya. Seorang pemimpin diberikan
keleluasaan untuk menentukan keputusan dalam masalah kepemimpinan ini sesuai dengan
pandangannya.
Dari sini tersirat bahwa
keputusan untuk meninggalkan kepentingan darurat itu; dan tidak pergi
meninggalkan tugas itulah yang paling utama. Meminta izin dan pergi
meninggalkan tugas dalam kondisi itu merupakan kesalahan yang kemudian membuat
nabi SAW harus memohon ampunan bagi orang-orang yang memiliki uzur.
"…dan mohonkanlah ampunan untuk
mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha
Penyayang."
Dengan permohonan ampunan itu,
ia mengikat hati orang-orang yang beriman. Sehingga, mereka tidak berusaha
meminta izin walaupun punya pilihan untuk itu, karena mereka mampu menguasai
uzur yang mendorongnya untuk meminta izin.
Kemudian Allah memperingatkan
orang-orang munafik dari sikap mencari-cari celah dan pergi meninggalkan Rasulullahtanpa
izin, dengan berlindung kepada sebagian teman mereka yang lain dan saling
menyembunyikan diri. Mereka harus yakin bahwa mata Allah selalu mengintai
mereka, walaupun mata Rasulullah tidak melihat mereka.
"…Sesungguhnya Allah telah mengetahui
orang-orang yang berangsur- angsur pergi di antara kamu dengan berlindung
(kepada kawannya)…"
Ungkapan itu menggambarkan
tentang upaya melepaskan diri dan mencari-cari celah dari perhatian majelis. Di
situ jelas tergambar ketakutan mereka untuk berhadapan, serta kehinaan gerakan
dan perasaan yang menimpa jiwa-jiwa mereka.
"…maka hendaklah orang-orang yang
menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang
pedih."
Jadi, ternyata meminta izin
adalah simbol komunikasi yang efektif, sementara komunikasi adalah alat yang
penting dalam bekerja secara kelompok. Kelompok yang membiasakan minta izin
terlebih dahulu, menunjukan pribadi dan kelompok yang solid dan memiliki aturan
main.
Adab minta izin ini sangat
terkait dengan disiplin, sistem, dan aturan jamaah serta ketaatan kepada
pemimpin. Jika kita menyepelekan hal 'meminta izin' ini, maka keinginan menjadi
jamaah yang solid, sulit untuk diwujudkan.
Wallahu a'lam.
Senin, 21 Oktober 2013
Berjalanlah jangan berhenti...!
Mencermati aktifitas dakwah dan tarbiyah
beberapa waktu yang lalu mengalami penurunan, sehingga mengalami ketumpulan
dalam pengelolaan dan peningkatan produktivitas dakwah dan tarbiyah. Penurunan
ini tidak boleh berlarut-larut akan tetapi harus segera kembali pada penyadaran
diri untuk berada pada jalan yang benar dalam amaliyah ini. Jalan yang benar
dalam aktifitas dakwah dan tarbiyah ini adalah melakukan taf'il tarbawi
(optimalisasi tarbiyah) dan Ta'shil tarbawi (kembali pada orisinalitasnya
tarbiyah).
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنْ تُطِيعُوا فَرِيقًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ
يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ
"Hai
orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang
diberi Al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir
sesudah kamu beriman" (Qs. Ali Imran : 100)Ayat di atas diturunkan berkenaan dengan sikap para sahabat setelah perang Badar, mereka duduk-duduk santai sambil menceritakan kehebatan masing-masing diri dan sukunya dalam peperangan yang baru usai. Kondisi ini dimanfaatkan orang kafir untuk menyulut kembali persoalan masa lalu yang telah mereka pendam, yakni fanatisme kesukuan. Akhirnya muncullah sikap saling membanggakan diri dari kelebihan mereka masing-masing di waktu perang Badar. Percikan ini mengakibatkan amarah dari masing-masing pihak yang bertikai untuk membuktikan siapa sebenarnya yang paling hebat. Bahkan nyaris akan terjadi bentrokan besar antar mereka.
Berita ini sampai juga kepada Rasulullah saw. Beliau prihatin dengan kondisi yang terjadi di antara mereka karena permasalahan ini, padahal dengan ajaran Islam para sahabat telah diselamatkan dari permusuhan dan konflik kesukuan kepada persaudaraan dan persatuan dalam Islam. Menyadari kondisi ini akan membahayakan eksistensi kaum muslimin maka beliau menyikapinya dengan memberikan kesibukan kepada para sahabat terhadap aktifitas dakwah. Kesibukan para sahabat ternyata mampu meredam konflik internal yang akan membahayakan diri mereka dan kaum muslimin pada umumnya. Sejak peristiwa itu amaliyat dakwah beruntun diperintahkan Allah SWT kepada mereka.
Apabila kita memperhatikan peristiwa yang terjadi di kalangan sahabat tadi, merupakan teguran untuk kita semua agar selalu berbuat dan menindak lanjutinya dengan aktifitas lain setelah selesai mengerjakannya. Di samping itu jeda aktifitas setelah sibuk dengan berbagai kegiatan apalagi yang berkaitan dengan amal dakwah dan tarbiyah akan membawa dampak negatif sedikit atau banyak.
Ketika mengingat kejadian di atas, terlintas dalam benak pikiran saya barang kali banyak bermunculannya permasalahan konflik internal lantaran adanya jeda yang cukup lama dari aktifitas yang kerap dan biasa kita lakukan. Kemudian saya teringat apa yang dinasehatkan Syekh Mustafa Masyhur "janganlah kalian lupa bahwa titik tolak berangkat kalian bermula dari aktifitas tarbiyah". Nasihat syekh ini menegaskan bahwa aktifitas yang sekarang ini kita rasakan kenikmatannya, kita petik buahnya, kita raih hasilnya, dan kita rambah berbagai wilayah dan gedung bermula dari aktifitas tarbiyah. Aktifitas yang membentuk diri kita seperti sekarang ini.
Mencermati aktifitas dakwah dan tarbiyah beberapa waktu yang lalu mengalami penurunan, sehingga terjadi ketumpulan dalam pengelolaan dan peningkatan produktivitas dakwah dan tarbiyah. Penurunan ini tidak boleh berlarut-larut akan tetapi harus segera kembali pada penyadaran diri untuk berada pada jalan yang benar dalam amaliyah ini. Jalan yang benar dalam aktifitas dakwah dan tarbiyah ini adalah melakukan taf'il tarbawi (optimalisasi tarbiyah) dan ta'shil tarbawi (kembali pada orisinalitasnya tarbiyah) agar meraih produktivitasnya demi kejayaan Islam.
Mengingat dua sasaran yang mesti dicapai perlu mengembalikan semangat dan stamina dakwah dan tarbiyah kita dengan mengingat hal-hal berikut :
1. Menyadari bahwa kesempatan yang diberikan Allah SWT. tidak akan terulang kembali.
Imam 'Athaillah Sakandari memaparkan dalam kitabnya Taajul 'Aruus, bahwa kesempatan yang diberikan Allah SWT. tidak akan berulang. Ia datang menjumpai manusia sekali saja, karenanya orang yang tidak memanfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya termasuk orang-orang yang pandir.
Kesempatan yang diberikan pada kita sangat banyak sekali untuk melakukan kebajikan namun sering kali kita mengabaikannya. Saat ini kita masih diberikan peluang untuk beramal dalam dakwah dan tarbiyah. Betapa banyak tugas yang bisa kita kerjakan. Merekrut manusia agar mendapatkan hidayah selanjutnya dapat mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupannya.
Memberdayakan kesempatan yang kita miliki diperlukan modal besar. Modal besar itu adalah kecerdasan dan kedewasaan dalam bersikap. Dengan kecerdasannya ia akan mengendalikan dirinya serta mampu memeta aktivitasnya guna meraih manfaat di masa yang akan datang. Rasulullah SAW bersabda bahwa orang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan diri dan berbuat untuk hari esok. Dengan kecerdasan dan kedewasaan dalam bersikap ini kita dapat mengukir kesempatan itu dengan berbagai amal mulia.
2. Aktifitas yang stabil dan dinamis memberikan kesehatan menyeluruh.
Selanjutnya adalah mendinamiskan dan menstabilkan amal yang kita kerjakan. Kegiatan yang dinamis dan stabil akan memberikan dampak kebaikan, di antaranya kesehatan yang menyeluruh; kesehatan ruhiyah, fikriyah dan jasadiyah. Imam Syafi'i Rahimahullah memberikan pelajaran yang baik dan bijak. Menurut imam terkemuka ini, air yang diam tergenang akan cepat rusak dan dapat kembali baik jika dialirkan. Karena air yang mengalir mengaktifkan susunan molekul yang ada di dalamnya.
Islam mengibaratkan kehidupan seorang mukmin bagaikan tubuh yang saling terkait satu organnya dengan organ lain. Aktifitas organ yang dinamis dengan gerakan yang terarah dan terukur. Gerakan-gerakan ini memberikan kehangatan pada setiap elemennya. Kehangatan ini berarti tanda adanya kehidupan yang akan memberikan manfaat besar baginya.
Dalam kaidah dakwah dikenal satu kaidah yang berbunyi Alharakah barakah (gerakan akan memberikan keberkahan. Saatnya kita berbuat……berbuat………dan berbuat. Bukan menjadi penonton, bukan pula mengomentari orang lain, bukan pula menyalahkan keadaan, serta bukan menjadi orang yang bingung untuk berbuat.
3. Balasan Allah SWT. bagi orang yang berbuat.
Allah SWT. akan membalasi orang yang berbuat setimpal dengan mutu perbuatannya malah lebih besar lagi. Sudah barang tentu hal ini agar mendorong kita untuk berbuat lebih baik lagi. Sikap Allah Orientate ini hendaknya menjadi dasar perbuatan kita agar kita terhindar dari sikap putus asa bila tidak dapat merasakan hasilnya dan tidak sombong ketika meraih hasilnya.
"Dan masing-masing orang memperoleh derajat seimbang dengan apa yang mereka kerjakan. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan". (QS. Al An' am : 132)
"Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan" (QS. An Nahl : 97).
4. Berbuat mewariskan sesuatu yang terbaik kepada generasi yang akan datang.
Warisan merupakan peninggalan kepada generasi yang akan datang. Mewariskan sesuatu yang baik menjadi suatu kemestian. Bahkan Islam menandaskan agar khawatir dan cemas bila meninggalkan generasi yang lemah dan terbelakang. Apabila kita menyimak sejarah orang terdahulu yang diabadikan dalam QS. Al Baqarah : 132 – 134 maka kita temukan bahwa mereka mempersiapkan bekalan-bekalan yang baik kepada generasi berikutnya. Bekalan itu untuk mengokohkan tugas dan tanggung jawab generasi yang akan datang.
Syekh Mustafa Masyhur telah menyatakan: Dauruna qad madha wa saya'ti daurukum (era kami telah lewat dan akan datang era kalian). Pernyataan ini secara implisit menyiratkan bahwa para pendahulu dakwah ini telah memberikan bekalan dan arahan kerja dalam dakwah ini kepada kita untuk ditindak lanjutinya.
Memperhatikan
besarnya tanggung jawab kita terhadap dakwah saat ini maka perlu kita sikapi
dengan sebuah tekad: berjalanlah jangan berhenti…..!
Langganan:
Postingan (Atom)