Imam Syahid Hasan Al-Banna menyebutkan bahwa orang yang tsabat adalah orang yang senantiasa
bekerja dan berjuang di jalan dakwah yang panjang sampai ia kembali kepada Allah dengan
kemenangan, baik kemenangan dunia maupun mati syahid. (QS. Al-Ahzab: 23, Ali Imran: 200)
Sesungguhnya jalan dakwah yang kita tempuh adalah jalan yang panjang dan ditaburi dengan
halangan dan rintangan, rayuan dan godaan. Karena itu, dakwah memerlukan orang-orang yangmemiliki muwashafat ‘aliyah, yaitu orang-orang yang ikhlas dan itqan dalam bekerja, berjuang dan berkorban. 2:177 Di antara tabiat dakwah kita akan selalu berhadapan dengan musuh dakwah di setiap zaman. Di masa awal dakwah, Rasulullah dan sahabat berhadapan dengan kafir Quraisy. Di tengah perjalanan dakwah pertama, Rasulullah saw. dan sahabat berhadapan dengan Yahudi dan kafir Arab dan di akhir perjalanan dakwahnya menghadapi demikian pula.. Para sahabat setelah Rasulullah saw. juga menghadapi musuh dakwah. Para salafus shalih juga menghadapi tantangan dan rintangan dalam menerapkan ajaran Islam.
Kita bisa melihat ketsabatan Rasulullah saw. ketika beliau mendapat tawaran menggiurkan untuk
meninggalkan dakwah Islam, tentunya dengan beberapa imbalan. Imbalan kekuasaan atau kekayaan atau wanita. Tetapi dengan tegar beliau bahkan berkata sebagai ungkapan keyakinan penuh kepada Allah Taala.
Wallahi, ya ‘ammu lau wadha’us syamsa fie yamini wal qamara fie yasari ‘ala an atruka hadzal amra maa taraktuhu hatta yazh-harahullahu au ahluka dunahu.”
Artinya: “Demi Allah, wahai pamanku, seandainya mereka meletakkan matahari di kananku dan
rembulan di kiriku agar aku meninggalkan dakwah, niscaya aku tidak akan meninggalkan perkara ini (dakwah Islam) sebelum Allah memenangkannya atau semuanya akan binasa.”
Di Madinah Rasulullah saw. menjalin perjanjian dengan Yahudi, tetapi ketika mereka beberapa kali
melanggar perjanjian tersebut, Rasulullah saw. memerangi mereka dan mengusir mereka dari kota Madinah. Rasulullah saw. tidak berfikir untuk mengadakan perjanjian ulang atau negosiasi ulang dengan Yahudi sebagaimana yang dilakukan oleh pemimpin otoritas Palestina sekarang yang selalu ditipu mentah-mentah berulang kali dengan perjanjian perdamaian dan perundingan damai dengan Zionis Yahudi, la’natullah ‘alaihim. khalifah Abu Bakar Siddiq r.a. ketika banyak muslimin Arab di sekitar Madinah murtad dari Islam
1 menyatakan perang kepada mereka. Menurut ahli tarikh, tercatat sekitar 1200 orang pejuang yang syahid dalam peperangan melawan orang-orang murtad. Tetapi kaum muslimin tidak menyesali apa yang mereka lakukan, meskipun mengorbankan nyawa yang tidak sedikit karena telah berhasil mencegah meluasnya gejala kemurtadan ini. Mereka telah menyuburkan dakwah ini dengan darah syuhada mereka. Betapa sikap tsabat mereka di jalan Islam bukan hanya menjadi simpanan amal mereka di akhirat, tetapi juga menjadi pelajaran dan contoh yang baik bagi umat Islam hingga akhir zaman. Kita dapat saksikan juga peristiwa yang menimpa umat Islam pada masa khalifah Al-Mu’tashim Billah, yaitu fitnah atau cobaan “khalqul qur-an”
2. Imam Ahmad bin Hambal tegar berdiri menghadapi cobaan
tersebut dengan tegas mengatakan bahwa Alquran adalah kalamullah, bukan makhluk sebagaimana
1 Ada dua kemurtadan yang terjadi pada masa Abu Bakar Siddiq. Pertama murtad kamilah, keluar dari Islam. Kedua adalah murtad dari menunaikan
kewajiban membayar zakat yang pernah mereka keluarkan ketika Rasulullah saw. masih hidup. Kedua jenis kemurtadan ini wajib diperangi oleh
khalifah dan pemerintahan Islam.
2 Doktrin yang menyatakan bahwa Alquran adalah makhluk. Dengan fitnah ini banyak kaum muslimin terfitnah, artinya mereka mengikuti doktrin
yang sesat ini, karena doktrin ini bertentangan dengan akidah Islam yang benar bahwa Alquran adalah kalamullah.
2yang didoktrin oleh khalifah dan orang-orang yang berada di sekitar beliau, terutama Ibnu Abu Da-ud. Dengan tuduhan sesat dan menyesatkan kaum muslimin, Imam Ahmad bin Hambal menerima hukum penjara dan cambuk sebanyak 30 lebih (riwayat lain mengatakan 80 cambukan). Kalaulah bukan karena sikap tsabat Imam Ahmad bin Hambal, tentunya banyak umat Islam yang sesat dan kafir karena mengakui bahwa Alquran adalah makhluk. Ketsabatan beliau telah menyelamatkan sebagian umat Islam dari kesesatan akidah.
Demikian juga kita masih bisa merasakan tegarnya sikap Imam Syahid Hasan Al-Banna, Syahid
Sayyid Quthb dan para dai lainnya yang menolak segala bentuk kejahiliyahan dan kemungkaran yang dilakukan oleh pemerintah yang berkuasa.
Ikhwati fillah….
Sekarang ini dakwah memasuki era di mana tantangan dan peluang sama-sama terbuka.
Kebersamaan kita dengan dakwah juga membuat kita berada pada tantangan dan peluang yang sama. Kita dituntut untuk tsabat dalam kondisi apapun, senang maupun susah, lapang maupun sempit. Karena di sisi Allah kita hanyalah seorang hamba yang dhaif pasti akan menemui-Nya.
Kita hendaknya tetap berada di jalan-Nya dengan kesyukuran ketika mendapat peluang dan
kesempatan dari dakwah. Tetap di jalan-Nya dengan kesabaran ketika menghadapi rintangan dan cobaan dalam perjuangan dan dakwah. (QS. Al Baqarah: 214)
Jangankan diancam dengan kesusahan dan penderitaan, ditawari dengan kemegahan dan
kekuasaanpun, tidak membuat Rasulullah saw. bergeming. Hal itu karena ketulusan dan keikhlasan
Rasulullah saw. dalam berjuang yang tidak mengharap kekuasaan, jabatan, kekayaan dan kesenangan dunia. Kalaulah tujuan dakwah ini adalah kekuasaan, niscaya Rasulullah saw. sudah menerima tawaran kekuasaan dan jabatan dari kaum Quraisy. Kalaulah kita berdakwah ini semata-mata hanya mengharapkan kekuasaan dan jabatan, maka ruh dan semangat perjuangan dakwah ini akan sirna ketika harapan dan cita-cita kekuasaan dan jabatan sudah diraih. Motif dakwah yang seperti itu tidak akan mampu bertahan di tiap kondisi. Ia mungkinbertahan dalam kondisi kesempitan, kesusahan dan penderitaan. Tetapi ketika mendapat peluang dan kesempatan, maka kerja dakwah akan ditinggalkan karena tujuan sudah diraih.
Betapa Umar bin Abdul Aziz ketika menjadi khalifah dapat menjadi suri teladan, Beliau tidak
tergoda dengan gaya hidup para pejabat. Beliau bahkan mengadakan reformasi ke seluruh jajaran pejabat dengan memberantas KKN.
Ikhwah fillah!
Tsabat tidak mengenal waktu dan tempat, di mana pun dan kapan pun kita berada kita harus tetap
mengusung misi dan visi dakwah, menyelamatkan umat manusia dengan mengajak mereka kembali kepada ajaran-Nya. Karena itu dakwah tidak dibatasi oleh usia seseorang atau oleh usia kita. Kita tidak dituntut untuk melihat hasil baiknya ketika kita masih hidup. Mungkin anak cucu kita yang akan mengecap hasil perjuangan kita. Sikap tsabat dan keteguhan kita di jalan-Nya dapat menjadi inspirasi ijabi (positif) bagi anak cucu kita. Kekeliruan dan kesalahan kita dalam dakwah ini bisa menjadi penyebab tertundanya tegaknya khilafah Islamiyah di dunia ini.
Ketidakhadiran, dan ketakterlibatan kita dalam setiap aksi yang dicanangkan dakwah bisa menjadi
penyebab tertundanya hasil yang sudah ditargetkan. Marilah kita tingkatkan kedekatan kita kepada dakwah ini dan bermujahadahlah untuk tsabat di jalan dakwah. Semoga Allah menjaga kita dan marilah kita syukuri nikmat ukhuwatul ‘amal di jalan-Nya dengan menyiapkan diri menjadi jundi, tentara dakwah di era apapun kita berada. Amien.
0 komentar:
Posting Komentar