Rabu, 17 Agustus 2016

Tsabat (Teguh Pendirian)




Imam Syahid Hasan Al-Banna menyebutkan bahwa orang yang tsabat adalah orang yang senantiasa
bekerja  dan  berjuang  di  jalan  dakwah  yang  panjang  sampai  ia  kembali  kepada  Allah  dengan
kemenangan, baik kemenangan dunia maupun mati syahid. (QS. Al-Ahzab: 23, Ali Imran: 200)
Sesungguhnya  jalan  dakwah  yang  kita  tempuh  adalah  jalan  yang  panjang  dan  ditaburi  dengan
halangan  dan  rintangan,  rayuan  dan  godaan.  Karena  itu,  dakwah  memerlukan  orang-orang  yangmemiliki  muwashafat  ‘aliyah,  yaitu  orang-orang  yang  ikhlas  dan  itqan  dalam  bekerja,  berjuang  dan berkorban. 2:177 Di  antara  tabiat  dakwah  kita  akan  selalu  berhadapan  dengan musuh  dakwah  di  setiap  zaman. Di masa  awal  dakwah,  Rasulullah  dan  sahabat  berhadapan  dengan  kafir Quraisy. Di  tengah  perjalanan dakwah pertama, Rasulullah saw. dan sahabat berhadapan dengan Yahudi dan kafir Arab dan di akhir perjalanan  dakwahnya  menghadapi  demikian  pula..  Para  sahabat  setelah  Rasulullah  saw.  juga menghadapi  musuh  dakwah.  Para  salafus  shalih  juga  menghadapi  tantangan  dan  rintangan  dalam menerapkan ajaran Islam.
Kita  bisa melihat  ketsabatan Rasulullah  saw.  ketika  beliau mendapat  tawaran menggiurkan  untuk
meninggalkan  dakwah  Islam,  tentunya  dengan  beberapa  imbalan.  Imbalan  kekuasaan  atau  kekayaan atau  wanita.  Tetapi  dengan  tegar  beliau  bahkan  berkata  sebagai  ungkapan  keyakinan  penuh  kepada Allah Taala.

Wallahi, ya ‘ammu  lau wadha’us syamsa fie yamini wal qamara fie yasari ‘ala an atruka hadzal amra maa taraktuhu hatta yazh-harahullahu au ahluka dunahu.”
Artinya:  “Demi Allah, wahai  pamanku,  seandainya mereka meletakkan matahari  di  kananku  dan
rembulan  di  kiriku  agar  aku meninggalkan  dakwah, niscaya  aku  tidak  akan meninggalkan  perkara  ini (dakwah Islam) sebelum Allah memenangkannya atau semuanya akan binasa.”

Di Madinah Rasulullah saw. menjalin perjanjian dengan Yahudi, tetapi ketika mereka beberapa kali
melanggar  perjanjian  tersebut,  Rasulullah  saw.  memerangi  mereka  dan  mengusir  mereka  dari  kota Madinah. Rasulullah saw. tidak berfikir untuk mengadakan perjanjian ulang atau negosiasi ulang dengan Yahudi  sebagaimana  yang  dilakukan  oleh  pemimpin  otoritas  Palestina  sekarang  yang  selalu  ditipu mentah-mentah  berulang  kali  dengan  perjanjian  perdamaian  dan  perundingan  damai  dengan  Zionis Yahudi, la’natullah ‘alaihim.  khalifah Abu Bakar Siddiq r.a. ketika banyak muslimin Arab di sekitar Madinah murtad dari Islam

1 menyatakan  perang  kepada  mereka. Menurut  ahli  tarikh,  tercatat  sekitar  1200  orang  pejuang  yang syahid dalam peperangan melawan orang-orang murtad. Tetapi kaum muslimin tidak menyesali apa yang mereka  lakukan, meskipun mengorbankan  nyawa  yang  tidak  sedikit  karena  telah  berhasil mencegah meluasnya  gejala  kemurtadan  ini.  Mereka  telah  menyuburkan  dakwah  ini  dengan  darah  syuhada  mereka.  Betapa  sikap  tsabat mereka  di  jalan  Islam  bukan  hanya menjadi  simpanan  amal  mereka  di akhirat, tetapi juga menjadi pelajaran dan contoh yang baik bagi umat Islam hingga akhir zaman. Kita dapat saksikan juga peristiwa yang menimpa umat Islam pada masa khalifah Al-Mu’tashim Billah, yaitu fitnah atau cobaan “khalqul qur-an”

2. Imam Ahmad bin Hambal tegar berdiri menghadapi cobaan
tersebut  dengan  tegas  mengatakan  bahwa  Alquran  adalah  kalamullah,  bukan  makhluk  sebagaimana                                            

1 Ada dua kemurtadan yang terjadi pada masa Abu Bakar Siddiq. Pertama murtad kamilah, keluar dari Islam. Kedua adalah murtad dari menunaikan
kewajiban membayar zakat yang pernah mereka keluarkan ketika Rasulullah saw. masih hidup. Kedua jenis kemurtadan ini wajib diperangi oleh
khalifah dan pemerintahan Islam.

2 Doktrin yang menyatakan bahwa Alquran adalah makhluk. Dengan fitnah ini banyak kaum muslimin terfitnah, artinya mereka mengikuti doktrin
yang sesat ini, karena doktrin ini bertentangan dengan akidah Islam yang benar bahwa Alquran adalah kalamullah.

2yang didoktrin oleh khalifah dan orang-orang yang berada di sekitar beliau, terutama Ibnu Abu Da-ud. Dengan tuduhan sesat dan menyesatkan kaum muslimin, Imam Ahmad bin Hambal menerima hukum penjara dan cambuk sebanyak 30 lebih (riwayat lain mengatakan 80 cambukan). Kalaulah bukan karena sikap  tsabat  Imam  Ahmad  bin  Hambal,  tentunya  banyak  umat  Islam  yang  sesat  dan  kafir  karena mengakui bahwa Alquran adalah makhluk. Ketsabatan beliau telah menyelamatkan sebagian umat Islam dari kesesatan akidah.

Demikian  juga  kita masih  bisa merasakan  tegarnya  sikap  Imam  Syahid Hasan Al-Banna,  Syahid
Sayyid Quthb dan para dai  lainnya yang menolak  segala bentuk kejahiliyahan dan kemungkaran yang dilakukan oleh pemerintah yang berkuasa.

Ikhwati fillah….
Sekarang  ini  dakwah  memasuki  era  di  mana  tantangan  dan  peluang  sama-sama  terbuka.
Kebersamaan kita dengan dakwah  juga membuat kita berada pada  tantangan dan peluang  yang  sama. Kita dituntut untuk tsabat dalam kondisi apapun, senang maupun susah, lapang maupun sempit. Karena di sisi Allah kita hanyalah seorang hamba yang dhaif pasti akan menemui-Nya.

Kita  hendaknya  tetap  berada  di  jalan-Nya  dengan  kesyukuran  ketika  mendapat  peluang  dan
kesempatan  dari  dakwah.  Tetap  di  jalan-Nya  dengan  kesabaran  ketika  menghadapi  rintangan  dan cobaan dalam perjuangan dan dakwah. (QS. Al Baqarah: 214)

Jangankan  diancam  dengan  kesusahan  dan  penderitaan,  ditawari  dengan  kemegahan  dan
kekuasaanpun,  tidak  membuat  Rasulullah  saw.  bergeming.  Hal  itu  karena  ketulusan  dan  keikhlasan

Rasulullah  saw.  dalam  berjuang  yang  tidak mengharap  kekuasaan,  jabatan,  kekayaan  dan kesenangan dunia. Kalaulah tujuan dakwah ini adalah kekuasaan, niscaya Rasulullah saw. sudah menerima tawaran kekuasaan dan jabatan dari kaum Quraisy. Kalaulah kita  berdakwah  ini  semata-mata hanya mengharapkan kekuasaan  dan  jabatan, maka  ruh dan  semangat  perjuangan  dakwah  ini  akan  sirna  ketika harapan  dan  cita-cita  kekuasaan  dan  jabatan  sudah  diraih. Motif  dakwah  yang  seperti  itu  tidak  akan mampu  bertahan  di  tiap  kondisi.  Ia mungkinbertahan dalam kondisi kesempitan, kesusahan dan penderitaan. Tetapi ketika mendapat peluang dan kesempatan, maka kerja dakwah akan ditinggalkan karena tujuan sudah diraih.
Betapa Umar  bin Abdul  Aziz  ketika  menjadi  khalifah  dapat  menjadi  suri  teladan,  Beliau  tidak
tergoda dengan gaya hidup para pejabat. Beliau bahkan mengadakan reformasi ke seluruh jajaran pejabat dengan memberantas KKN.

Ikhwah fillah!
Tsabat  tidak mengenal waktu dan tempat, di mana pun dan kapan pun kita berada kita harus tetap
mengusung  misi  dan  visi  dakwah,  menyelamatkan  umat  manusia  dengan  mengajak  mereka  kembali kepada ajaran-Nya. Karena  itu dakwah tidak dibatasi oleh usia seseorang atau oleh usia kita. Kita tidak dituntut untuk melihat  hasil  baiknya  ketika  kita  masih  hidup. Mungkin  anak  cucu  kita  yang  akan  mengecap  hasil perjuangan kita. Sikap tsabat dan keteguhan kita di  jalan-Nya dapat menjadi inspirasi ijabi (positif) bagi anak  cucu  kita. Kekeliruan  dan  kesalahan  kita  dalam  dakwah  ini  bisa menjadi  penyebab  tertundanya tegaknya khilafah Islamiyah di dunia ini.

Ketidakhadiran, dan ketakterlibatan kita dalam  setiap aksi yang dicanangkan dakwah bisa menjadi
penyebab  tertundanya  hasil  yang  sudah  ditargetkan. Marilah  kita  tingkatkan  kedekatan  kita  kepada dakwah ini dan bermujahadahlah untuk tsabat di jalan dakwah. Semoga Allah menjaga kita dan marilah kita syukuri nikmat ukhuwatul ‘amal di jalan-Nya dengan menyiapkan diri menjadi jundi, tentara dakwah di era apapun kita berada. Amien.

0 komentar:

Posting Komentar