Pertama,
masyarakat di negeri ini masih banyak yang sangat miskin dari sisi
ekonomi bahkan lebih celaka lagi banyak di antara mereka yang memiliki
mental yang sangat memprihatinkan yaitu selalu mengharapkan bantuan
padahal memiliki potensi untuk bangkit dari kemiskinannya. Ini terbukti
dari berbagai program yang digulirkan berujung pada kegagalan karena
bantuan yang diberikan selalu “dimusnahkan” ketika sudah diterima bukan
“digulirkan”.
Kedua, Pemerataan kesempatan mendapatkan
pendidikan bagi seluruh masyarakat tidak diimbangi dengan sistem
penyelenggaraan yang memadai sehingga menghasilkan proses dan hasil
pendidikan di sekolah yang bersifat formalitas, sekolah dimaknai sebagai
bagian yang harus dilewati pada usia tertentu selama waktu tertentu dan
harus selesai dengan “mengantongi” ijazah
dengan tanpa mempertimbangkan apa yang terbaik harus didapat dari
proses pendidikan di sekolah. Kondisi ini melahirkan generasi yang
“penuh dengan tanda tanya” yang apabila dibandingkan dengan bangsa lain,
rata-rata kualitas lulusan SMA di negeri ini mungkin setara dengan
lulusan “SD” di negara maju. ini sangat parah …. meskipun tidak semuanya
……. Belum lagi pendidikan belum melahirkan generasi yang bermoral baik,
terbukti …..
Ketiga, Masyarakat secara umum masih banyak yang
tidak memiliki budaya “do the best”, kompetitif, prosedural dan disiplin
terhadap tata etika dan aturan formal kehidupan bernegara di negeri ini
sehingga banyak melahirkan budaya kolusi serta kongkalingkong dengan
pejabat.
Keempat, Para pejabat yang memililki kewenangan banyak
yang menyalahgunakannya, tidak menganggap bahwa jabatan dan
kewenangannya sebagai amanat dan memaknai bahwa dirinya adalah pelayan
bagi masyarakat. Penyalahgunaan wewenang, Kolusi, Korupsi, Nepotisme
menghiasi keseharian pemerintahan negeri ini. Kini…… slogan good
governance dan excellent service hanya jadi slogan.
0 komentar:
Posting Komentar