Secara umum materi
ceramah Ramadhan berisi pesan cinta, kerja, dan harmoni. Hal ini bertujuan agar
masyarakat dapat mengembangkan rasa cinta sesama, bekerja untuk kemajuan diri
dan masyarakatnya, dan melakukan harmonisasi antara sesama masyarakat agar
terjadi kondisi yang kondusif untuk melakukan pembangunan.
#1 Keutamaan Saling Mencintai karena Allah
Tujuan:
Masyarakat tergerak
untuk saling mencintai dengan memaknai keutamaan saling mencintai
Uraian Singkat:
Bila seseorang
mencintai saudaranya karena Allah, maka dia akan:
1.
Mendapatkan manisnya Iman.
ثلاث من كن فيه وجد بهن حلاوة
الإيمان: أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما، وأن يحب المرء لا يحبه إلا
لله، وأن يكره أن يعود في الكفر بعد أن أنقذه الله منه، كما يكره أن يقذف في النار
(متفق عليه)
Tiga hal yang apabila ada pada diri seseorang akan mendapatkan manisnya
iman: (pertama) Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada selain keduanya;
(kedua) mencintai seseorang karena Allah; (ketiga) membenci kembali kepada
kekafiran setelah diselamatkan oleh Allah seperti dia membenci untuk
dilemparkan ke api neraka. (HR. Mutafaq ‘Alaihi)
2.
Mendapatkan naungan Allah di saat
tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.
إن الله تعال يقول يوم
القيامة: أين المتحابون بجلالي؟ اليوم أظلهم في ظلى يوم لا ظل إلا ظلي (رواه مسلم)
Sesungguhnya
Allah ta’ala berfirman pada hari Qiyamat: “Di manakah orang yang saling
mencintai karena Kebesaran-Ku? Di hari ini Aku menaungi mereka, hari yang tidak
ada naungan selain naungan-Ku.” (HR. Muslim)
3.
Mendapatkan mahabbatullah kecintaan
dari Allah swt
Kisah
Malaikat yang diutus oleh Allah untuk mengawasi:
Dari
Abu Hurairahra dari Nabi saw, bahwa seorang laki-laki mengunjungi saudaranya di
desa lain, lalu Allah menugaskan malaikat untuk mengawasi perjalanannya.
Ketika
Malaikat sampai kepadanya, ia bertanya, “mau ke mana kamu?” seseorang itu
menjawab, “aku mau ke saudaraku di suatu desa.” Malaikat bertanya lagi, “apakah
kamu punya sesuatu (hidangan, hadiah, atau sejenisnya) yang bisa saudaramu
nikmati?” Ia menjawab, “Tidak, selain karena aku cinta kepadanya karena Allah
ta’ala.” Malaikat mengenalkan dirinya, “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah
(yang memberi kabar) kepadamu bahwa Allah telah mencintaimu seperti kamu
mencintai saudaramu itu karena Allah.” (HR. Muslim)
#2 Bukti-bukti Cinta
Tujuan:
Masyarakat dapat
membuktikan cinta kepada sesama.
Uraian Singkat:
Seseorang akan saling mencintai antar sesama apabila :
1.
Memberi salam kepada sesama baik
yang dikenal maupun tidak.
أولا أدلكم على شيء إذا
فعلتموه تحاببتم؟ افشوا السلام بينكم (رواه مسلم)
Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang apabila kalian mengerjakannya maka saling mencintai? Yaitu sebarkanlah salam di antara kalian (HR. Muslim)
2.
Saling memberi hadiah
تهادوا تحابوا
Saling berbagi hadiahlah, niscaya kalian akan
saling mencintai
3.
Mengunjungi saudaranya
Kisah
Malaikat yang diutus Allah untuk mengawasi:
Dari
Abu Hurairahra dari Nabi saw, bahwa seorang laki-laki mengunjungi saudaranya di
desa lain, lalu Allah menugaskan malaikat untuk mengawasi perjalanannya.
Ketika
Malaikat sampai kepadanya, ia bertanya, “mau ke mana kamu?” seseorang itu
menjawab, “aku mau ke saudaraku di suatu desa.” Malaikat bertanya lagi, “apakah
kamu punya sesuatu (hidangan, hadiah, atau sejenisnya) yang bisa saudaramu
nikmati?” Ia menjawab, “Tidak, selain karena aku cinta kepadanya karena Allah
ta’ala.” Malaikat mengenalkan dirinya, “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah
(yang memberi kabar) kepadamu bahwa Allah telah mencintaimu seperti kamu
mencintai saudaramu itu karena Allah.” (HR. Muslim)
4.
Mendoakan kebaikan untuk
saudaranya
#3 Cinta dan Keadilan
Tujuan:
Masyarakat
mengaplikasikan cinta untuk menegakkan
keadilan dalam berbagai aspek kehidupan.
Uraian Singkat:
Cinta mendasari
banyak sikap positif lainnya di antaranya keadilan, sebagaimana yang Allah
sampaikan di dalam al-Quran.
يَاأَيُّهَاالَّذِينَ آمَنُوا
كُونُوا قَوَّامِين َلِلَّهِشُهَدَاء َبِالْقِسْطِ
وَلايَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ
لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوااللَّه َإِنّ َاللَّهَ خَبِير ٌبِمَاتَعْمَلُونَ (٨)
”Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan ". (QS. Al-Maidah: 8)
Pada ayat ini ada
beberapa point penting yang bisa kita ambil yaitu :
1.
Kebencian memungkinkan terjadinya
ketidakadilan.
2.
Hal ini juga mengisyaratkan bahwa
cinta akan menjadi tindakan keadilan.
#4 Cinta Pemimpin dan Rakyatnya
Tujuan:
Masyarakat
menyadari arti penting pemimpin yang mencitainya dan berupaya untuk memilikinya.
Uraian Singkat:
Secara umum Pemimpin
itu ada dua katagori : Pemimppin yang baik dan pemimpin yang buruk , Hal itu
ditegaskan oleh Rasulullah saw dalam
sebuah hadist :
“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka
mencintai kalian dan kalian mencintai mereka, mereka mendo’akan kalian dan
kalian mendoakan mereka. Dan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah mereka yang
membenci kalian dan kalian membenci mereka, mereka mengutuk kalian dan kalian mengutuk
mereka.” (HR. Muslim).
1.
Pemimpin yang terbaik adalah
pemimpin yang mencintai rakyat dan rakyatnya mencintainya.
Pemimpin seperti ini
pernah ditunjukkan oleh Khulafaur-Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Ustman, dan Ali)
yang kemudian terlihat lagi pada kepemimpinan Umar bin Abdul Azis. Untuk
pemimpin yang satu ini Malik bin Dinar berkisah tentang peran keberadaannya.
Ketika Umar bin Abdul Aziz diangkat sebagai Khalifah, para penggembala kambing
di puncak gunung berkata, “Siapakah khalifah shalih yang sedang memerintah
manusia saat ini?.”
Malik bin Dinar
berkata, “Mengapa kalian bertanya demikian?.”
Para penggembala itu
menjelaskan, “Bila pemerintahan dipegang oleh seorang khalifah yang shalih,
maka serigala dan singa tidak mengganggu kambing-kambing kami.”
Selain itu Musa bin
Ayyan mengisahkan, ‘Pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, demi Allah,
kami menggembalakan kambing bersama serigala di suatu tempat. Hingga suatu
malam serigala menyerang kambing kami. Dengan adanya peristiwa ini kami mengira
bahwa lelaki shalih yang menjadi khalifah telah wafat. Ternyata keesokan
harinya memang benar, kami mendengar kabar bahwa Khalifah Umar bin Abdul Aziz
telah wafat.” (hilyatul auliya’, Abu Nu’aim Al Ashbahani).
Dan Imam Ahmad dalam
kitab almusnad menyebutkan bahwa pada era Umar bin Abdul Aziz,
sebutir biji gandum besarnya seukuran bawang putih.
Umar bin Abdul ‘Aziz
memiliki pola kepemimpinan seperti itu karena ia belajar dari pemimpin yang
hebat seperti yang disebutkan oleh Hasan Zakaria Falyafil dalam bukunya “(‘tharaif
wa mawaqif min at tarikh al Islami )”
Ia menulis, setelah
didaulat menjadi khalifah bani Umayyah, Umar bin Abdul Aziz mengirim sepucuk
surat kepada Salim bin Abdullah bin Umar di Madinah, yang inti suratnya adalah,
“Kirimkanlah untukku
buku-buku yang mengulas perihal Umar bin Khattab, keputusan-keputusan yang
pernah diambilnya selama menjadi khalifah dan berisi lembaran-lembaran
sirahnya. Karena sesungguhnya aku ingin mengikuti jejaknya dan menapaki jalan
yang pernah dilaluinya.”
2.
Pemimpin yang terburuk adalah
pemimpin dzolim dalam memimpin yang di dalam hatinya tidak ada cinta kepada
rakyatnya sehingga dia berlaku sewenang wenang dan dia di hati rakyatnya pun
tidak tidak cinta kepadanya.
Model kepemimpinan seperti inilah dipertontonkan
oleh Fir’aun, Namrudz, dan sederet pemimpin lainnya yang setipe dengannya.
#5 Seni Mema’afkan
Tujuan:
Masyarakat dapat
memaafkan kesalahan orang lain dalam batas yang wajar.
Uraian Singkat:
Kemampuan memaafkan
orang lain atas kesalahan kepada kita adalah tindakan yang terpuji dan
memerdekakan kita. Sebaliknya ketidakmampuan untuk memaafkan orang lain merupakan
tindakan tercela dan membodohi kita, karena akhirnya akan menghukum diri kita
sendiri. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang memaafkan lebih bahagia dan
sehat daripada mereka yang menyimpan kebencian.
Kemampuan memaafkan
orang lain merupakan tanda orang yang bertakwa, seperti yang dipaparkan oleh
Allah swt:
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَن ِالنَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(١٣٤)
“ Yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan ”. (QS.
Ali Imran: 134)
Selain sifat
terpuji yang membawa nilai positif untuk
kepentingan sosial, memaafkan kesalahan orang lain juga akan memperlancar pergaulan antar sesama, dan
ternyata secara medis memaafkan orang lain juga akan memberikan banyak manfaat kesehatan,
antara lain:
1.
Meningkatkan respon imunitas.
2.
Menurunkan tekanan darah.
3.
Meningkatkan tidur yang
berkualitas.
4.
Mengurangi kecemasan dan depresi.
5.
Meningkatkan harga diri.
6.
Memberikan ketenangan pikiran.
#6 Cintanya Sang Nabi Tercinta
Tujuan:
Masyarakat
mencontoh Nabi Muhammad Saw dalam mengekspresikan rasa cinta pada sesama.
Uraian Singkat:
Nabi Muhammad Saw adalah
manusia yang memiliki cinta yang meluap, sehingga luapan cintanya itu
membanjiri orang-orang yang bergaul dengannya (baik yang teman maupun lawan).
Inilah sinopsis cintanya itu.
1.
Sejarah menceritakan bagaimana
sikap Rasulullah Saw ketika dilempari batu di kota Tha'if, beliau hanya berdo'a
untuk kebaikan penduduk kota tersebut di masa datang dan menolak tawaran
malaikat Jibril yang akan menghancurkan kota tersebut sebagai hukuman terhadap
penduduknya yang telah melempari beliau.
2.
Sejarah juga mencatat dengan tinta
emas bagaimana sikap Rasulullah Saw ketika saban hari dihina oleh seorang
pengemis buta, tetapi setiap hari itu pula Rasulullah Saw selalu menyuapinya
hingga beliau wafat. Atau bagaimana Rasulullah Saw menjadi orang yang datang
paling pertama untuk menjenguk seorang Yahudi yang tengah sakit, padahal si
Yahudi tersebut adalah orang yang paling membenci dan memusuhi beliau.
3.
"Pintu-pintu langit
telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar
menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan
Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan."Engkau tidak senang
mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku
bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah,
aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: Kuharamkan syurga bagi siapa
saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
#7 Berterima Kasih
Tujuan:
Masyarakat dapat
berterima kasih terhadap pemberian orang lain.
Uraian Singkat:
Di antara karakter
muslim yang harus melekat pada diri seseorang atau masyarakat muslim adalah
kepandaiannya berterima kasih. Karena, berterima kasih kepada orang lain sama
saja dengan berterima kasih kepada Allah, seperti yang disampaikan oleh
Rasulullah saw :
مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ
“ Barang siapa tidak berterima kasih kepada
manusia, dia tidak berterima kasih kepada Allah “.
(HR. Ahmad, di shahihkan oleh Al-Albani)
Hadist lainnya yang senada dengan hadits di atas, yang juga berderajat shahih adalah :
لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ
“ Tidak bersyukur
kepada Allah, siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia “. (HR. Abu
Daud, Tirmidzi dan Ahmad. Dishahihkan oleh Al-Albani)
Bentuk terima kasih
yang paling mudah adalah melalui ucapan “terima kasih”, “syukran”, dan
atau “jazakallahu khairan” artinya ( Semoga Allah membalasmu dengan yang
terbaik ) ini bentuk terima kasih yang
paling mudah. Ucapan “jazakallahu khairan” merupakan ucapan terpuji
seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw:
مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ فَقَالَ لِفَاعِلِهِ جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا
فَقَدْ أَبْلَغَ فِى الثَّنَاءِ
“Barangsiapa
diperlakukan baik oleh orang lain kemudian ia berkata kepadanya "jazaakallahkhairan"
(semoga Allah membalasmu dengan yang terbaik), maka ia telah memujinya dengan
setinggi-tingginya”. (HR. Tirmidzi, Al Albani berkata: "shahih")
Ada beberapa faedah
atau keuntungan yang akan diperoleh setelah seseorang berterima kasih adalah:
1.
Membuka penerimaan kita terhadap
apa yang kita tarik.
2.
Terima kasih akan mempererat
silaturahim yang menurut hadits akan melapangkan rezeki kita.
3.
Berterima kasih akan membuat hati
lebih enjoy dan lebih ceria yang akan memberikan motivasi tambahan dalam
kehidupan kita sehari-hari.
#8 Yusuf paling dicintai Ya’qub
Tujuan:
Masyarakat mengenal
syarat dicintai dan mencintai secara adil kepada sesama.
Uraian Singkat:
Mencintai memang
harusnya tidak bersyarat, artinya setiap orang berhak mendapatkan cinta dari
seseorang. Tetapi sebagai manusia biasa mungkin saja terjadi perilaku pembedaan
dalam mencintai. Hal ini, bisa kita lihat pada sekelumit kisah dari Nabi Yusuf
beserta ayah dan saudara-saudaranya.
Yusuf adalah anak
yang dimanjakan oleh ayahnya, lebih disayang dan dicintai dibandingkan dengan saudara-saudaranya
yang lain, terutama setelah ditinggalkan wafat ibu kandungnya Rahil semasa ia
masih berusia dua belas tahun.
Perlakuan yang
diskriminatif dari Nabi Ya'qub terhadap anak-anaknya telah menimbulkan rasa
iri-hati dan dengki di antara saudara-saudara Yusuf yang lain, yang merasakan
bahwa mereka dianak-tirikan oleh ayahnya yang tidak adil sesama anak,
memanjakan Yusuf lebih daripada yang lain.
Rasa jengkel mereka
terhadap kepada ayahnya dan iri-hati terhadap Yusuf membangkitkan rasa setia
kawan antara saudara-saudara Yusuf, persatuan dan rasa persaudaraan yang akrab
di antara mereka.
1.
Perilaku dan sikap yang membuat
orang cinta kepada diri kita adalah seperti yang ada dan terjadi pada Nabi
Yusuf.
2.
Ketika cinta mengalami pembedaan,
maka akan dialami oleh saudara-saudara Nabi Yusuf.
3.
Nantinya, Nabi Yusuf memaafkan
kesalahan saudara-saudaranya kepadanya karena kecintaan Nabi Yusuf—buah dari
pengalaman dicintai oleh ayahnya—kepada saudara-saudaranya itu
#9 Mendoakan Saudara Bukti Cinta
Tujuan:
Masyarakat
mendoakan kebaikan saudaranya sebagai bukti cinta kepada saudaranya itu.
Uraian Singkat:
Cinta dibuktikan
dengan perhatian kepada yang dicintainya. Sebagai sebuah perhatian, seseorang ingin
orang yang dicintainya itu bahagia tidak ingin melihat, mendengar yang
dicintainya bersedih. Segala cara biasanya akan dilakukan untuk membantu
mengubah sedihnya itu menjadi bahagia, salah satunya dengan berdoa, mengharap
kepada Allah agar saudaranya itu selalu ada dalam kebahagiaan. Lalu, bagaimana
caranya?
1.
Menyiapkan doa-doa yang baik buat
yang dicintainya, seperti Allahummanshur man nashraddin, Allahumma sallimna
wal muslimin, Allahummasyfi mardhahu syifaan ‘ajilan, dan doa-doa lainnya.
2.
Memanjatkan doa di saat orang yang
didoakannya tidak berada di hadapannya, supaya lebih cepat terkabul, seperti sabda Nabi Muhammad
Saw.
عَنْ أُمِّ
الدَّرْدَاءِ قَالَتْ: إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ
يَقُولُ: ” دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ
مُسْتَجَابَةٌ، عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ
بِخَيْرٍ، قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ “
“
Dari Ummu Darda’ dan Abu Darda’ Radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwasallam bersabda, “Doa seorang
muslim untuk saudaranya (muslim lainnya) yang tidak berada di hadapannya akan
dikabulkan oleh Allah. Di atas kepala orang muslim yang berdoa tersebut
terdapat seorang malaikat yang ditugasi menjaganya. Setiap kali orang muslim
itu mendoakan kebaikan bagi saudaranya, niscaya malaikat yang menjaganya
berkata, “Amin (semoga Allah mengabulkan) dan bagimu hal yang serupa.” (HR.
Muslim no. 2733, Abu Daud no. 1534, Ibnu Majah no. 2895 dan Ahmad no.
21708)
#10 Berkata Baik
Tujuan:
Masyarakat berkata
baik dan menghindari perkataan yang sia sia sebagai bukti cinta kepada sesama.
Uraian Singkat:
Cinta itu bukan
hanya kata kata gombal tetapi harus dibuktikan. Diantara bukti cinta adalah
berkata baik kepada yang dicintainya. Seperti yang disampaikan oleh Allah swt
dalam firman-Nya:
وَاخْفِضْ جَنَاحَك َلِلْمُؤْمِنِينَ (٨٨)
“Berendah hatilah kamu terhadap orang-orang yang beriman”. (QS.
Al-Hijr: 88)
Maksudnya adalah:
bersikap lunaklah terhadap mereka & perbaiki akhlakmu terhadap mereka
dengan mencintai, memuliakan, & mengasihi mereka. (Taisir Al-Karimir
Rahman, hal. 435)
Kerendahhatian
seseorang bisa terlihat dari perkataannya. Kalau seseorang berkata baik, maka bisa dijadikan barometer (miqyas)
bahwa orang itu punya kerendahan hati dan memiliki cinta di dalam dadanya.
Pentingnya berkata
baik, ditegaskan oleh beberapa firman Allah dan hadist nabi saw, antara lain:
1.
“Sekiranya engkau bersikap keras
lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (Ali
‘Imran: 159)
2.
‘Adi bin Hatim berkata, “Rasulullah saw
bersabda:
اِتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ، فَمَنْ لَـمْ
يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ
“Jagalah
kalian dari api neraka, walaupun degan bersedekah sepotong kurma. Namun siapa
yang tidak mendapatkan sesuatu yang bisa disedekahkannya maka hendaknya
(berucap) kata-kata yang baik.” (HR. Al-Bukhari no. 6023 & Muslim no. 2346)
3.
Dalam hadits yang lain, Nabi saw
bersabda:
وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ
“Kata-kata
yang baik adalah sedekah.” (HR. Al-Bukhari no. 2707 & Muslim no. 2332)
Rasulullah
saw juga pernah berpesan kepada sahabatnya Abu DzarAl-Ghifari radhiyallahu
anhu:
لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْـمَعْرُوْفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ
تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلِيْقٍ
“Jangan
sekali-kali engkau meremehkan perkara kebaikan walaupun hanya berwajah cerah dan
berseri seri ketika engkau bertemu dengan saudaramu.” (HR. Muslim no. 6633)
4.
“Siapa yang beriman kepada Allah
dan Hari Akhir, berkata baik atau diam.”
#11Bekerja dengan Hati yang Ikhlas
Tujuan:
Masyarakat memahami
makna ikhlas dan dapat bekerja dengan niat yang ikhlas
Uraian Singkat:
وَمَاأُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ (٥)
“Padahal mereka
tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus” (QS: Al
Bayyinah: 5)
1.
Pelajaran penting dari puasa Ramadhan adalah
ibadah yang dilakukan penuh keikhlasan, karena puasa adalah ibadah yang tak
nampak. Berbeda dengan ibadah lainnya yang biasa disaksikan oleh orang lain.
Hanya Allah dan pelaku puasa tersebut saja yang tahu.
2.
Makna ikhlas
secara bahasa adalah murni. Amal yang ikhlas artinya amal yang murni hanya untuk
Allah, tanpa ada campuran kepentingan yang akan mengurangi keikhlasannya, Atau
bahkan bisa dikatagorikan tidak ikhlas.
3.
Kaidah keikhlasan dalam ibadah dan bekerja ada
dua, yaitu : shihhatunniyyah (niatnya
benar karena Allah) & shihhatul amal
(amalnya benar sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya). Contoh: sholat shubuh
dengan niat yang ikhlas, tapi disengaja rakaatnya ditambah menjadi empat
rakaat, maka sholat tersebut ditolak karena tidak sesuai dengan tuntunan Allah
dan Rasul-Nya.
4.
Niat yang baik tidak bisa mengubah perbuatan
maksiat menjadi baik. Contoh: seseorang
mencuri dengan niat baik untuk memperoleh biaya menyekolahkan anak-anaknya.
Maka perbuatan tersebut tetap berdosa. Seseorang menggunakan riba untuk biaya
membangun masjid, ini juga berdosa. Hal itu ditegaskan oleh sebuah kaidah: Al ghayatu la tubarriru al wasilata
(tujuan yang baik itu tidak menghalalkan segala cara).
5.
Niat yang buruk bisa membuat amal yang baik menjadi
buruk. Dalam hadits diceritakan tentang peristiwa di akhirat :
a.
Seseorang yang diberi harta banyak, lalu
ditanyakan dikemanakan hartanya. Jawabnya : Diinfakkan dijalan Allah. Lalu
Allah menjawab: “Kamu berbohong, kamu lakukan itu karena dengan niat kamu ingin
disebut sebagai dermawan”
b.
Seseorang yang diberi keahlian mengajar Al
Qur’an, lalu ditanyakan untuk apa keahliannya tersebut, dijawabnya bahwa dia
telah mengajarkannya karena Allah. Lalu Allah menolaknya : “Kamu bohong, kamu
lakukan itu dengan niat agar dikatakan sebagai seorang qori’ atau seorang ‘alim.”
c.
Seseorang yang diberi kekuatan fisik dan
keberanian berperang, lalu ditanyakan Allah untuk apa nikmat tersebut. Jawabnya
bahwa dia telah gunakan nikmat tersebut untuk berperang dijalan allah. Allah
menolaknya dengan mengatakan; “Kamu bohong, kamu lakukan semua itu agar
dibilang pemberani”. Lalu Allah memerintahkan malaikat untuk menyeret mereka
yang tidak ikhlas tersebut ke dalam neraka. Na’udzubillah
min dzaalik.
Oleh karena itulah, Ikhlas itu bukan hanya
sekedar ucapan penghias bibir belaka, melainkan kerja-kerja /amal yang lahir
dari kemurnian iman kepada Allah SWT.
#12 Bekerja untuk Perbaikan Umat
Tujuan:
Masyarakat memahami tahapan yang kokoh
dalam melakukan pekerjaan untuk perbaikan kondisi umat.
Uraian Singkat:
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُم ْتَعْمَلُونَ (١٠٥)
“Dan
katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada ( Allah
) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberikan-Nya kepada
kamu apa yang kamu kerjakan".( QS AtTaubah; 105)
1.
Prioritas pertama dalam bekerja
adalah bekerja untuk memperbaiki diri sendiri, sehingga ia menjadi seseorang
yang selamat aqidahnya, benar ibadahnya, kokoh akhlaknya, luas wawasannya, kuat
fisiknya, mampu mencari penghidupan, melakukan mujahadah terhadap dirinya,
penuh perhatian akan waktunya, rapi urusannya dan bermanfaat bagi orang lain.
2.
Prioritas kedua dalam bekerja
adalah bekerja untuk membentuk keluarga muslim, yaitu dengan mengkondisikan
keluarga agar menghargai pola pikir Islami, memelihara etika Islami, mampu
memilih istri yang baik dan memposisikan istri sesuai hak dan kewajibannya,
mampu mendidik anak-anak dan pembantunya, serta membimbing mereka dengan
dasar-dasar islam.
3. Prioritas ketiga dalam bekerja adalah bekerja untuk membimbing
masyarakat. Yaitu dengan menyebarkan seruan kebaikan di tengah-tengah umat,
memperbaiki perilaku kerendahan dan kemungkaran ditengah masyarakat, mendukung
berbagai perilaku mulia yang ada di tengah mereka, melakukan amar ma’ruf,
bersegera melakukan kebaikan dan menggaet opini umum untuk mendukung pola pikir
Islami. Dan puncaknya adalah terus-menerus mewarnai masyarakat dengan kehidupan
yang Islami.
#13 Kerja VS Waktu
Tujuan:
Masyarakat memahami bahwa pekerjaan
yang harus dilakukan jauh lebih banyak dari waktu yang tersedia maka diperlukan
kemampuan yang baik dalam menata waktu dan kerja.
Uraian Singkat:
وَالْعَصْرِ (١)إِنّ َالإنْسَان َلَفِي خُسْرٍ (٢)إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣)
“Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali
mereka yang beriman, beramal shaleh serta nasehat menasehati dalam kebenaran
dan dalam kesabaran”. ( QS Al “Ashr : 1-3 )
1.
Orang yang beriman memandang kerja-kerja dan
kewajiban sebagai:
a.
Peluang terbesar untuk mendekatkan diri kepada
Allah.
b.
Peluang untuk meningkatkan kualitas diri.
c.
Tangga untuk memperoleh cinta Allah yang
dengan cinta itu akan terjaga dirinya.
d.
Menjauhkan diri dari tarikan dunia dan memfokuskan
diri pada sikap yang berdimensi ukhrawi.
2.
Allah SWT memberikan dan mendistribusikan
kerja kewajiban bagi manusia sesuai dengan kemampuan setiap orang, maka ini
senantiasa harus membuat kita optimis bahwa kerja dan beban yang kita terima
pastilah mampu kita kerjakan dengan sebaik-baiknya asalkan kita mau
mengeluarkan segenap kemampuan dirinya. Allah swt berfirman:
لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا (٢٨٦)
“ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kemampuan orang tersebut”. ( Q.S Al baqarah : 286 ).
3.
Tiga jenis kewajiban :
a. Kewajiban
kepada Allah : kerja berfungsi sebagai penguat hubungan antara kita dengan
Allah, sehingga setiap saat pertolongan Allah dapat diraih untuk mendapatkan
kesuksesan hidup dunia akhirat.
b. Kewajiban
kepada diri sendiri : kerja merupakan kebutuhan orang untuk mendapatkan kualitas
pribadi yang unggul, sehingga ia menjadi shaleh bagi dirinya baik secara
spiritual, intelektual, emosional dan fisik.
c. Kewajiban
kepada sesama : berfungsi untuk menata kehidupan yang harmoni dalam ikatan
masyarakat berbasis kebaikan bersama.
4.
Berpacu dan bersegera dalam melakukan kerja sebelum kesempatan
menghilang.
Hal itu ditegaskan oleh hadits Nabi yang
sangat masyhur : “Jagalah lima perkara
sebelum datang lima perkara lainnya : masa mudamu sebelum datang masa tuamu,
waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, waktu kayamu sebelum datang waktu
muskinmu, waktu senggangmu sebelum datang waktu sibukmu, dan waktu hidupmu
sebelum datang kematianmu “. (HR Baihaqi dan Hakim).
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ (٧)
“ Maka apabila
kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain”. (QS Al Insyirah : 7)
#14 Ethos Kerja Profesional
Tujuan:
Masyarakat memahami berbagai cara
pandang tentang kerja sehingga bisa bekerja lebih profesional dalam bidang dan
skill apapun yang ditekuninya.
Uraian Singkat:
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُم ْتَعْمَلُونَ (١٠٥)
“ Dan
katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan". (QS AtTaubah: 105)
Bekerja secara profesional bisa dilakukan
siapa saja dan dimana saja. Pekerja profesional adalah mereka yang melaksanakan
pekerjaannya dengan sepenuh hati disertai dengan ikhlas dan itqan untuk
menghasilkan yang terbaik bagi siapapun orang yang ada disekitarnya.
Profesionalisme tidak ditentukan oleh jenjang pendidikan formal, atau tinggi
rendahnya jabatan. Lalu bagaimana caranya agar seseorang bisa menjadi pekerja
profesional? Berikut ini adalah prinsip-prinsip kerja profesional yaitu:
1. Kerja
adalah Rahmat: Aku bekerja Tulus Penuh Kebersyukuran
Rahmat adalah pemberian Allah yang baik, Kerja
adalah rahmat berarti pengakuan bahwa Allah-lah yang memberi pekerjaan, karena
itu harus disyukuri dan direspon dengan rasa terimakasih kepada Allah. Karena
itu kita bekerja sebagai bentuk manifestasi rasa syukur kepada Allah yang telah
memberi rahmat setiap saat.
2. Kerja adalah Amanah: Aku Bekerja Benar Penuh Tanggung Jawab dan Integritas
Amanah adalah titipan Allah yang dipercayakan kepada
pekerja, kepada manusia. Sebagai penerima amanah, maka setiap pekerja
berkewajiban menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya. Pemberian titipan Allah,
berarti pekerja diberi kepercayaan oleh Allah, karena itu sebagai orang yang
dipercayai Allah, pekerja harus melaksanakan amanah dengan bertanggungjawab,
dengan integritas. karena itu kita bekerja dengan penuh tanggung jawab sebagai
respon terhadap titipan Allah yang Maha Rahman (Maha Pengasih).
3.
Kerja adalah
Panggilan Suci: Aku Bekerja Tuntas Penuh Integritas
Panggilan Suci berarti panggilan dari Yang Kuasa dan
sesuatu yang tidak bercela. Orang yang terpanggil seyogyanya mensyukuri
panggilan tersebut sebagai utusan Allah. Karena itu bekerja adalah menyampaikan
dan menyebarluaskan pesan dari Allah Yang Maha Kuasa. Maka pekerja dapat juga
dimaknai sebagai Messengger of God. Tugas suci sebagai pekerja adalah
menyebarluaskan kebenaran melalui pekerjaan.
4. Kerja adalah
Aktualisasi: Aku Bekerja Keras Penuh
Semangat
Aktualisasi adalah untuk mewujudkan keberadaan yang
sesungguhnya, secara tegasnya adalah untuk mewujudkan dan mengubah potensi
menjadi kompetensi yang bermuara pada hasil, output dan outcomes.
Karena itu bekerja adalah mengeksplorasi segala talenta, bakat dan untuk
menjadi produk yang bermanfaat. Untuk itu perlu usaha dan upaya yang
sungguh-sungguh supaya potensi, bakat dan talenta tidak terkubur daam diri
setiap pekerja, sebaliknya potensi dan bakat itu menjadi buah yang ranum yang
akan dinikmati oleh semua orang.
5.
Kerja adalah
Ibadah: Aku Bekerja Serius Penuh
Kecintaan dan Pengabdian
Melakukan ibadah tidak hanya di rumah rumah ibadah
atau di tempat-tempat khusus ibadah. Ibadah yang sangat kontekstual justru
dilakukan dalam pekerjaan. Dengan bekerja kita melakukan ibadah, sudah tentu
kerja yang ibadah adalah kerja yang dilakukan dengan tujuan memuliakan Allah
dan membantu sesama manusia. Karena itu setiap pekerja semestinya mewujudkan
pekerjaan dan tugasnya sebagai ibadah kepada Allah SWT. Bekerja dengan
totalitas pengabdian kepada Allah itulah ibadah yang sesungguhnya. Bekerja sebagai
ibadah dengan memuliakan Allah SWT sebagai hubungan vertikal, bekerja sebagai
ibadah dengan hubungan horizontal, adalah berbuat kebaikan dan kebajikan kepada
manusia.
6.
Kerja adalah Seni:
Aku Bekerja Cerdas Penuh Kreatifitas
Semua orang menyenangi keindahan, menyukai harmoni.
Keindahan dan harmoni adalah seni, maka kerja sesungguhnya juga adalah seni.
Bekerja adalah mengkesplorasi semua kreatifitas untuk menciptakan keindahan dan
harmoni. Meyakini, memahami dan melaksanakan kerja sebagai seni akan membuat
setiap pekerja melakukan kerja dengan sepenuh cinta. Ia mampu menghasilkan
produk-produk yang indah dan menawan. Karena itu bekerja adalah mengeksplorasi
semua kreativitas manusia menjadi sesuatu yang mempunyai cinta dan
keindahan.
7. Kerja adalah Kehormatan:
Aku Bekerja Tekun Penuh Keunggulan
Menerima hasil atau upah dari pekerjaan adalah
kehormatan, karena bekerja adalah penghargaan kepada kemampuan dan keunggulan
seseorang. Seseorang menerima pekerjaan adalah seseorang yang menerima
kehormatan. Orang yang menerima kehormatan harus menjaga kehormatan itu dengan
segala upaya yang bisa dilakukan. Jadi kalau anda ditugaskan untuk melakukan
sesuatu, itu artinya ada diberikan kehormatan untuk menyelesaikannya. Karena
itu bekerja haruslah dilakukan dengan segala ketekunan untuk encapai
keunggulan.
8.
Kerja adalah
Pelayanan: Aku Bekerja Paripurna Penuh Kerendahan
Hati
Melayani
adalah memberikan yang terbaik kepada pelanggan dan masyarakat, jadi seorang
yang bekerja melayani orang lain, melayani customer adalah memberikan kualitas
terbaik. Pekerja yang demikian adalah orang-rang yang mulia. Seorang Menteri
tugasnya adalah melayani, yang dilayani adalah masyarakat dan pihak lain yang
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Menteri melayani Gubernur, melayani Walikota,
melayani Bupati, supaya Gubernur, Bupati dan Walikota bisa melayani masyarakat
dengan baik. Bekerja adalah pelayanan. Karena itu setiap pekerja harus melayani
dengan sepenuh hati dengan kemuliaan hati. Setiap pekerja adalah orang mulia.
#15 Bekerja Adalah Ibadah
Tujuan:
Masyarakat memahami makna ibadah
dengan benar dan dapat mewarnai berbagai aktifitas kerjanya dengan nilai
ibadah.
Uraian Singkat:
وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّل ْإِلَيْه ِتَبْتِيلا (٨)
“ Dan sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah
kepada-Nya dengan penuh ketekunan”. (QS Al Muzzammil (73) : 8)
Kemudian
Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadits “Ada dosa yang tidak bisa dihapus dengan
sholat, zakat, puasa dan haji sekalipun tetapi hanya bisa dihapus dengan
kelelahan karena mencari nafkah penghidupan.” Nah, salah satu wasilah atau cara
mencari nafkah adalah dengan bekerja.
Namun
benarkah bekerja itu ibadah? Jawabannya Tergantung kepada niat masing masing
orang. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi agar kerja kita bernilai ibadah.
Pertama,
Niatkan bekerja sebagai wasilah taqarrub ilal lah ( mendekatkan
diri kepada Allah ). Karena ibadah dalam islam bukan hanya di tempat ibadah
atau saat menjalankan aktivitas ritual, akan tetapi Semua sendi kehidupan adalah
ibadah, termasuk bekerja.
Bahkan
hal yang kecil, contohnya masuk kamar mandi termasuk bagian dari ibadah,
membuang sampah pada tempatnya juga ibadah. Semua hal dimana kita menyertakan
Allah dalam aktifitas itu, dan tidak bertentangan dengan nilai nilai islam maka
akan berpeluang besar bernilai ibadah di
sisi Allah.
Kedua, cara yang dilakukan harus
benar. Niatnya benar tapi caranya keliru tak akan bernilai ibadah. Kita
sholat, niatnya benar karena Allah, tetapi sujudnya diganti dengan koprol,
walau kita ikhlas tak akan bernilai ibadah. Begitu juga dengan bekerja. Cara
bekerjanya harus benar, di tempat yang benar, tidak bertentangan dengan
ketentuan-Nya.
Jadi,
walau kita ikhlas karena Allah tetapi kita kalau bekerja di tempat yang
diharamkan atau memperoduksi barang dan jasa yang dilarang oleh Sang Pemberi
Rezeki maka lelah kita selama bekerja tak ada nilainya di sisi Allah dan bahkan
mendatangkan dosa. Kita hanya memperoleh penghasilan tetapi tidak memperoleh
ganjaran. Sungguh sungguh sangat merugi, bekerja mencari rezeki tetapi justru
menjauh dari Sang Ar razzaq (Pemberi
Rezeki).
Ketiga, kita harus enjoy, tulus
dan senang. Segala sesuatu yang dilakukan
dengan mengeluh dan penuh keterpaksaan tidak akan bernilai ibadah. Jadi bila
kita kerja, namun kita lebih sering terpaksa, mengeluh, bahkan terkadang
mencaci perusahaan tempat kita bekerja maka jangan berharap kita mendapat pahala.
Kita mungkin mendapat gaji yang utuh tetapi pahala dan keberkahan rezeki akan
menjauh dari kita.
Bagaimana
agar bekerjanya enjoy? Bekerjalah dengan passion kita, agar lelah,
keringat dan jerih payah kita mendapat balasan berlimpah di dunia (penghasilan,
penghargaan dll) dan juga bisa menjadi bekal untuk kehidupan setelah dunia
(akhirat). Itulah pentingnya kita menemukan passion dan bekerja sesuai
dengan passion. Karena dengan cara itu kita berpeluang besar mendapatkan
keuntungan di dunia dan tempat terhormat di kehidupan akhirat.
Ingatlah ketiga hal tersebut di atas:
niat yang ikhlas, cara kerja yang baik dan disertai enjoy agar kerja kita bernilai ibadah.
Sehingga, penghasilan berlimpah, pahala terus bertambah dan hidup semakin
berkah.
#16 Kerja dan Pengorbanan
Tujuan:
Masyarakat memahami bahwa kerja yang
berkualitas memerlukan sebuah pengorbanan (Tadhhiyah) , namun pengorbanan
tersebut tidak akan sia sia dan pasti akan
memperoleh ganjaran terbaik di mata manusia, terlebih dimata Allah SWT.
Uraian Singkat:
إِنّ اللَّهَ اشْتَرَى مِن
الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُم وَأَمْوَالَهُم ْبِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ
فِي سَبِيل
ِاللَّهِ
فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالإنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِه ِمِنَ اللَّه ِفَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِك َهُوَ الْفَوْز ُالْعَظِيمُ (١١١)
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari
orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.
Mereka berperang pada jalan Allah , lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu
telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan
Al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah ?
Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah
kemenangan yang besar”.(QS At Taubah (9): 111).
Sungguh banyak kisah dalam sejarah kehidupan manusia yang dapat menjadi
bukti dan contoh tentang pengorbanan, baik dalam kisah orang-orang terdahulu
sebelum Nabi Muhammad saw, maupun kisah pengorbanan beliau dan sahabatnya dalam
sirah, dan kisah-kisah perjuangan umat sesudahnya sampai saat ini.
Perhatikan kisah Nabi Nuh, 950 tahun waktunya dia korbankan untuk menyeru kaumnya untuk
berbakti dan beribadah kepada Allah, tapi tidak ada yang menghiraukan seruannya
kecuali sedikit, dan bahkan istri dan putranya sendiri tidak beriman kepadanya.
Perhatikan pula kisah pengorbanan sahabat mulia Mush’ab bin Umair. Ia
adalah seorang pemuda bangsawan Quraisy, gagah, ganteng, kaya dan terhormat,
namun beliau mengorbankan semua kehormatannya di masa jahiliyah menuju
kehormatan di masa Islam, walaupun harus berpisah dengan keluarganya. Bahkan
ibu yang sangat mencintainya mengancam akan bunuh diri apabila putranya tetap
memeluk agama Islam. Namun sang Mush’ab si pemuda ganteng dan parlente itu
tetap memilih Islam, sehingga menemukan syahadah (mati
syahid) di perang Uhud, saat
itu beliau hanya memakai sehelai baju, yang sekaligus menjadi kafannya, yang
apabila wajahnya ditutup maka kakinya tersingkap, dan apabila kakinya ditutup
maka wajahnya terbuka. Karena dengan pengorbanan itulah Mush’ab menggapai cinta
Allah dan menghuni taman-taman Syurga serta diiringi oleh 70 bidadari.
Itulah beberapa kisah pengorbanan tokoh-tokoh sejarah kemanusiaan. Dan
sejarah manusia yang masih akan berlangsung sampai hari kiamat, akan selalu
mencatat dan meminta para pelaku sejarah yang berani mengorbankan diri, harta,
waktu dan segala yang ia memiliki dalam rangka mempertahankan kebenaran.
Pengorbanan kerja kita saat ini adalah bekerja memperbanyak jumlah pelaku
kebaikan, sehingga pada gilirannya kebenaran akan menjadi jaya, dan sebaliknya
kebatilan akan runtuh. Walaupun dalam perjuangan itu banyak harta yang habis
serta jiwa yang gugur, tetapi sejarah kemanusiaan akan mencatatnya sebagai buah
bibir generasi-generasi mendatang, dan Allah akan memberinya kedudukan yang
mulia di sisi-Nya.
#17 Kerja Melayani Umat
Tujuan:
Masyarakat Masyarakat memahami makna
pelayanan prima dan mampu memberikan pelayanan prima dalam setiap kerjanya
Uraian Singkat:
وَابْتَغِ فِيمَا ءَاتَاك َاللَّه ُالدَّار َاْلآخِرَةَ وَلاَتَنْس َنَصِيبَكَ مِن َالدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْك َوَلاَتَبْغ ِالْفَسَاد َفِي اْلأَرْضِ
إِنّ َاللَّه
َلاَ يُحِب ُّالْمُفْسِدِينَ
“Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan(Q.S. Al Qashash, 28 : 77)
Karakteristik manusia yang kita layani :
1.
Ingin dimengerti
2.
Ingin diperhatikan – tak ingin dicuekin
3.
Tak ingin disalahkan
4.
Ingin dilayani dengan baik
5.
Ingin dihargai
6.
Ingin dianggap penting
7.
Ingin merasa nyaman
8.
Ingin selalu harapannya terpenuhi
Sikap kita dalam melayani masyarakat :
1.
Mengetahui siapa masyarakat yang menjadi kawan
bicara
2.
Berusaha dengan sungguh-sungguh memahami apa
keinginannya
3.
Mendengarkan dengan penuh perhatian
4.
Memperhatikan sikap tubuh yang bersahabat
5.
Menatap mata kawan bicara saat ia berbicara
6.
Memperhatikan ekspresi wajah yang optimis
7.
Memperhatikan sikap dan perilaku yang santun
8.
Menempatkan kepentingan kawan bicara pada
urutan nomor satu
9.
Memberikan pelayanan yang cepat, tepat dan
ramah
10.
Mudah dihubungi oleh
masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung
#18 Bekerja Secara Istiqomah
Tujuan:
Masyarakat Masyarakat memahami
pentingnya keistiqomahan atau konsistensi dalam bekerja untuk mencapai
tujuan-tujuan besar.
Uraian Singkat:
فَاسْتَقِم ْكَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَك َوَلاتَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (١١٢)
“Maka
tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan
(juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (QS Hud (11):112
إِنَّ الَّذِين َقَالُو ا رَبُّنَا اللَّه ثُمَّ
اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِم ُالْمَلائِكَةُ أَلاتَخَافُوا وَلاتَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (٣٠)
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Rabb kami ialah
Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun
kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan
janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga
yang telah dijanjikan Allah kepadamu"
Hadist dari Abu ‘Amarah Sufyan bin
Abdullah “Aku berkata: “Wahai Rasulullah katakanlah kepadaku satu perkataan dalam
Islam yg aku tidak akan bertanya kepada seorangpun selain engkau. Beliau
bersabda: “Katakanlah : “Aku beriman kepada Allah, kemudian beristiqomahlah
(jangan menyimpang).” (HR Muslim)
Makna Istiqomah
·
Abu Bakar As-Shiddiq ra
berkata bahwa istiqomah adalah kemurnian tauhid
·
Umar bin Khattab ra berkata:
“Istiqomah adalah komitmen terhadap perintah & larangan & tidak boleh
menipu sebagaimana tipuan musang”
·
Utsman bin Affan ra berkata:
“Istiqomah adalah mengikhlaskan amal kpd Allah swt”
·
Ali bin Abu Thalib ra berkata:
“Istiqomah adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban”
·
Al-Hasan berkata:
“Istiqomah adalah melakukan ketaatan & menjauhi kemaksitan”
·
Mujahid berkata:
“Istiqomah adalah komitmen terhadap syahadat tauhid sampai bertemu dengan Allah
swt”
·
Ibnu Taimiah berkata:
“Mereka beristiqomah dalam mencintai & beribadah kepadaNya tanpa melihat
kiri kanan”
Faktor-faktor yang melahirkan istiqomah
1. Ikhlas - (QS
98:5)
2. Beramal
dan melakukan optimalisasi kerja - (QS 22:78)
3. Sederhana
dalam tindakan, tidak melampaui batas - (QS 25:67)
4.
Bersandar pada faktor
kontemporari, melainkan pada sesuatu yg jelas
5. Mengikuti Sunnah
Rasulullah saw bersabda: “Siapa
diantara kalian yang masih hidup sesudahku maka dia pasti akan melihat
perbedaan yang keras, maka hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para
Khalifah Rasyidin (yang lurus), gigitlah ia dengan gigi taringmu.”(Abu Daud
dari Al-Irbadl bin Sariah)
#19 Bekerja Berjama’ah
Tujuan:
Masyarakat memahami pentingnya bekerja
secara berjama’ah serta memahami ciri-ciri bekerja secara berjama’ah.
Uraian Singkat:
إِن َّاللَّه َيُحِبُّ الَّذِين َيُقَاتِلُون َفِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ (٤)
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya
dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang
tersusun kokoh. (QS Ash Shaff (61): 4)
Hadits :
“Tangan Allah beserta jama’ah dan
siapa yang menyendiri, menyendiri pula dalam neraka.” (HR Tirmidzi)
“Hendaklah kamu tetap bersama jama’ah,
sebab serigala hanya akan memangsa kambing yang menyendiri” (HR Ahmad)
“Siapa yang menginginkan bagian tengah
dan bagian terbaik dari surga, hendaklah ia berpegang teguh dengan jama’ah (HR
Tirmidzi)
Atsar
dari Abdullah bin Mas’ud“: jama’ah
adalah tali Allah yang kuat yang Dia perintahkan untuk memegangnya. Dan apa
yang kalian tidak sukai dalam jama’ah dan ketaatan adalah lebih baik dari apa
yang kamu sukai dalam perpecahan.” Sedangkan Imam Ali ra mengatakan, “Kekeruhan
dalam jamaah lebih baik daripada kebeningan dalam kesendirian.”
1.
Islam menyerukan kepada pemeluknya untuk berjama’ah
dan menjauhi kesendirian. Realitas kehidupan menegaskan bahwa kerja yang
produktif adalah yang dilakukan secara kolektif. Kerja-kerja besar hanya akan
terwujud dengan tenaga yang besar.
2.
Kerja bersama merupakan gerakan bersama dimana
setiap orang menjalankan fungsinya masing-masing untuk mencapai tujuan bersama.
3.
Perumpamaan yang sangat cocok untuk kerja
bersama adalah seperti dalam kerja semua anggota tubuh kita, masing-masing
memiliki fungsinya dan masing-masing saling menguatkan untuk mencapai tujuan
bersama.
Spirit kerja kolektif juga bisa
dilihat dalam pelaksanaan sholat berjamaah, dimana imam sebagai pemimpin harus
memberikan keteladanan terbaik kepada jama’ahnya dan jamaah mengangkat imam
untuk ditaati, serta bersedia mengingatkan dengan cara yang benar saat imam
melakukan kekeliruan.
#20 Memelihara Kerja Dari Sifat Takabur
Tujuan:
Masyarakat Masyarakat memahami makna
dan bahaya dari takabur dan dapat menjaga kerja-kerjanya terjaga dari sifat
takabur.
Uraian Singkat:
وَلاتُصَعِّرْخَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاتَمْشِ فِي الأرْض ِمَرَحًا إِنَّ اللَّه َلايُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (١٨)
“Dan janganlah
memalingkan muka dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di
muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri.” (QS Lukman (31): 18)
Makna takabur atau kesombongan adalah
sesuai hadits Nabi : “Kesombongan adalah
menolak kebenaran dan melecehkan orang lain” (HR Muslim).
1.
Kesombongan terbagi dua, yaitu kesombongan dzhahir
dan kesombongan bathin. Kesombongan bathin adalah perangai dalam
jiwa. Ketika tidak menimbulkan sifat sombong dalam amal anggota badan maka
disebut kesombongan (kibr), namun
bila telah lahir menjadi amal perbuatan anggota badan maka disebut berlaku sombong (takabur)
2.
Pihak yang disombongi dan tingkatannya:
a. Sombong
kepada Allah, merupakan kesombongan yang paling keji. Penyebabnya adalah
kebodohan dan pembangkangan. Contohnya adalah namrud dan Fir’aun, perhatikan QS
Al Furqon (25):60.
وَإِذَاقِيلَ لَهُمُ اسْجُدُوا لِلرَّحْمَن ِقَالُوا وَمَاالرَّحْمَنُ أَنَسْجُد ُلِمَا تَأْمُرُنَا وَزَادَهُمْ نُفُورًا (٦٠)
“ Dan apabila dikatakan kepada mereka". Sujudlah kamu
sekalian kepada Yang Maha Penyayang", mereka menjawab: "Siapakah Yang
Maha Penyayang itu? Apakah kami akan sujud kepada Rabb Yang kamu perintahkan
kami (bersujud kepada-Nya)?", dan (perintah sujud itu) menambah mereka
jauh (dari iman). (QS Al furqon(25) ayat : 60).
b. Sombong
kepada para Rasul, merupakan keengganan jiwa untuk mematuhi para rasul hanya
karena mereka berupa manusia seperti diri mereka sendiri. Perhatikan QS 25:21
وَقَال َالَّذِين َلايَرْجُونَ لِقَاءَنَا لَوْلا أُنْزِلَ عَلَيْنَاالْمَلائِكَة ُأَوْنَرَى رَبَّنَا لَقَدِاسْتَكْبَرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ وَعَتَوْا عُتُوًّاكَبِيرًا
(٢١)
“Berkatalah orang-orang yang tidak menanti-nanti pertemuan(nya)
dengan Kami: "Mengapa tidak diturunkan kepada kita malaikat atau (mengapa)
kita (tidak) melihat Rabb kita?" Sesungguhnya mereka menganggap besar diri
mereka dan mereka benar-benar sangat melampaui batas (dalam melakukan)
kezaliman”.(QS Al furqon (25) : 21).
c. Kesombongan
kepada sesama hamba, yaitu dengan mengganggap diri lebih terhormat dan
melecehkan orang lain sehingga tidak mau patuh kepada mereka, meremehkan mereka
dan tidak mau duduk sejajar dengan mereka.
Diantara bentuk terapi dari
kesombongan adalah menumbuhkan rasa takut kepada Allah, (khasyyatullah) mendahulukan
handai taulan atas dirinya sendiri, menyantuni anak yatim serta memenuhi
undangan orang-orang miskin dan kerabat.
#21 Harmoni dengan Tetangga
Tujuan:
Masyarakat
membangun harmoni dengan tetangganya
Uraian Singkat:
Tetangga merupakan
orang yang paling dekat. Mereka hidup bersama dalam satu lingkungan yang sama
dengan kita. Harmoni dengan mereka bisa diwujudkan dengan:
1.
Berbuat baik kepada tetangga,
sebagaimana firman Allah swt:
وَاعْبُدُوااللَّهَ وَلاتُشْرِكُو
ابِهِ
شَيْئًاوَبِالْوَالِدَيْن ِإِحْسَانًاوَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِالْجُنُبِ وَالصَّاحِب ِبِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَامَلَكَتْ أَيْمَانُكُم ْإِنَّ اللَّهَ لايُحِبُّ مَنْ كَان َمُخْتَالا فَخُورًا
(٣٦)
“Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat,
Ibnu sabil[295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (QS. An-Nisa: 36)
2.
Mencintainya, seperti sabda Nabi
saw: “ Demi Dzat yang jiwaku berada di tangannya, tidaklah beriman seorang
hamba hingga dia mencintai tetangganya sebagaimana dia mencintai dirinya
sendiri”. (HR. Muslim)
3.
Memberi makan tetangga, seperti
sabda Nabi saw: “Bukanlah termasuk orang mukmin, yang dirinya kenyang sedangkan
tetangganya dalam keadaan lapar yang menimpa kedua sisi perutnya”. (HR.
Bukhari)
#22 Harmoni di Masjid
Tujuan:
Masyarakat
membangun harmoni dengan sesama jama’ah Masjid dan menjadikan masjid sebagai
titik tolak harmonisasi masyarakat.
Uraian Singkat:
Masjid tempat
berkumpul untuk melakukan kebaikan, sehingga akan sangat baik bila masjid
difungsikan sebagai tempat untuk melakukan harmonisasi masyarakat. Harmonisasi
yang dilakukan dan bertitik tolak dari masjid, bisa dilakukan dengan melakukan:
1.
Melakukan salat berjama’ah di
masjid, seperti sabda Nabi saw: “ Shalat berjama’ah adalah lebih penting dari
salat sendirian sebanyak 27 derajat (tingkatan)”.
2.
Melakukan Kajian dan pengajian di masjid,
sehingga memperoleh beberapa keutamaan:
a.
Mendapatkan pengayoman malaikat
b.
Mendapatkan ketenangan jiwa
c.
Mendapatkan cucuran rahmat
d.
Allah menyebutnya di hadapan para
malaikat
#23 Harmoni dengan Keluarga Besar
Tujuan:
Masyarakat
membangun harmoni pada keluarga besarnya.
Uraian Singkat:
Keluarga besar
merupakan kelompok lanjutan setelah keluarga inti terbentuk, sebagaimana yang
gambarkan oleh Allah swt pada surat an-Nisa: 1
يَاأَيُّهَاالنَّاس ُاتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم ْمِنْ نَفْس ٍوَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَارِجَالاكَثِيرًاوَنِسَاءً وَاتَّقُوااللَّهَ الَّذِيتَسَاءَلُونَ
بِهِ وَالأرْحَامَ إِن َّاللَّهَ كَان َعَلَيْكُمْ رَقِيبًا (١)
“Hai
sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya[263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. (QS. An-Nisa: 1)
Dari ayat ini
dijelaskan bahwa asal muasal manusia bermula dari dua manusia yaitu Adam dan
Hawa, terbentuklah kemudian keluarga besar yang terdiri dari laki-laki dan
perempuan. Dan Allah menyuguhkan konsep silaturahmi untuk menjaga harmoni
diantara anggota keluarga besar itu
Bentuk silaturahmi
yang mengharmoniskan diantaranya dengan :
1.
Ziyarah (Berziarah);
2.
Saling memberi hadiah;
3.
Memberi nafkah;
4.
Berlaku lemah-lembut ( Ar rifqu
)
5.
Bermuka manis / senyum ( Tabassum
)
6.
Bemuliakannya ( Al ikram ) dan
7.
Semua yang manusia itu
menganggapnya silaturahmi.
#24 Silaturahmi untuk Harmoni
Tujuan:
Masyarakat
mempererat tali silaturahmi dan memperkuatnya dengan berbagai etnis dan
kalangan sehingga tercipta harmoni.
Uraian Singkat:
Silaturahmi
merupakan konsep yang menyatu dengan ajaran Islam dan diperhatikan betul
pelaksanaannya, sehingga merupakan larangan besar bila memutuskan silaturahmi.
Silaturahmi sendiri memiliki keutamaan:
(1). Merupakan bagian
dari Konsekuensi Iman kepada Allah dan hari akhir dan merupakan Tanda sempurna
atau tidaknya iman seseorang.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam bersabda: “Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia menyambung hubungan
silaturahmi.” (HR. Al-Bukhari no. 5787)
(2). Mendapatkan Keberkahan
Umur dan Rizki.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam
bersabda: “Barangsiapa yang ingin diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya,
maka hendaklah ia menyambung hubungan silaturahim.” (HR. al-Bukhari no. 5986
dan Muslim no. 2557)
(3). Silaturahim
adalah Salah Satu Penyebab Utama Masuk Surga dan dijauhkan dari Neraka.
Dari Abu Ayyub Al-Anshari
radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya seorang laki-laki berkata, “Ya
Rasulullah, ceritakanlah kepadaku amalan yang dapat memasukkan aku ke dalam
Surga dan menjauhkan aku dari Neraka.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
”Engkau
menyembah Allah dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan menyambung tali silaturahmi.” (HR.
al-Bukhari no. 1396 dan Muslim no. 13)
(4). Silaturahim
juga merupakan amalan paling Utama dan amalan yang Paling dicintai Allah .
Seorang laki-laki
bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, “Ya Rasulullah,
amalan apa yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Beriman kepada
Allah.” Dia bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, “Kemudian menyambung
silaturahmi.” (Shahihat-Targibwaat-Tarhib no. 2522)
#25 Menerapkan Akhlak Sosial
Tujuan:
Masyarakat terbiasa
mempraktekkan akhlak sosial yang dianjurkan dalam Islam.
Uraian Singkat:
Islam adalah agama yang
mengajarkan pergaulan bukan sekedar agama ritual, sehingga mengatur juga etika
berinteraksi dengan sesama dalam berbagai golongan, seperti yang dipaparkan
oleh Allah swt:
يَاأَيُّهَاالَّذِينَ آمَنُوا لايَسْخَر ْقَوم ٌمِن ْقَوْم ٍعَسَى أَنْ يَكُونُواخَيْرًامِنْهُمْ وَلانِسَاءٌ مِن
ْنِسَاءٍعَسَى أَنْ يَكُنّ َخَيْرًامِنْهُنَّ وَلاتَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلاتَنَابَزُوابِالألْقَابِ بِئْسَ الاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَالإيمَانِ
وَمَن
ْلَم ْيَتُب ْفَأُولَئِك َهُمُ الظَّالِمُونَ (١١)”
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang
laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu
lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah
suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
sesudah iman[1410] dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah
orang-orang yang zalim. (QS. Al-Hujurat: 11)
Pada ayat ini, Allah memaparkan 3 akhlak sosial yang madzmumah
(tercela) yang harus dihindari dalam masyarakat yang menginginkan terbentuknya
sebuah harmoni:
1.
Menghindari perbuatan merendahkan
orang lain.
2.
Menghindari perbuatan mencela orang
lain.
3.
Menghindari pemberian gelar yang
mengandung ejekan.
Selanjutnya Allah berfirman:
يَاأَيُّهَاالَّذِين َآمَنُوا اجْتَنِبُواكَثِيرًامِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِ ّإِثْم ٌوَلاتَجَسَّسُواوَلايَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًاأَيُحِبّ ُأَحَدُكُم ْأَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيه ِمَيْتًافَكَرِهْتُمُوهُوَاتَّقُوااللَّهَ إِنّ َاللَّه َتَوَّابٌ رَحِيمٌ
(١٢)
Hai orang-orang yang
beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari
purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang. (QS. Al-Hujurat: 12)
Pada ayat lanjutan ini pula Allah memaparkan 3 akhlak sosial tambahan yang
tercela yang harus dihindari oleh
masyarakat supaya tercipta harmoni, yaitu:
1. Menghindari berburuk
sangka ( su’ud dzon)
2. Menghindari mencari-cari
keburukan orang lain (tajassus).
3. Menghindari
menggunjing (ghibah) satu sama lain, karena hal itu sama saja dengan
memakan bangkai saudaranya sendiri.
#26 Saling Tolong
Tujuan:
Masyarakat
mempraktekkan saling tolong ( Ta’awun ) untuk membangun kebaikan dan
mencegah dari segala keburukan.
Uraian Singkat:
Hidup bermasyarakat dan bernegara tidak mungkin
ditanggung dan dikerjakan hanya oleh seorang diri dan hanya oleh kelompok
tertentu, tetapi harus ada kerja sama diantara seluruh komponen yang ada.
Sebagaimana firman Allah:
وَتَعَاوَنُواعَلَى الْبِرِّوَالتَّقْوَى وَلاتَعَاوَنُواعَلَى الإثْم ِوَالْعُدْوَان ِوَاتَّقُوااللَّه َإِن َّاللَّه َشَدِيدُالْعِقَابِ
(٢)
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya”. ( QS.
Al-Maaidah:2)
Pesan Allah swt ini mengukuhkan 2 hal:
1. Saling tolong dalam
kebaikan dengan berbagai aspek proyek kebaikan seperti dalam bidang pendidikan,
ekonomi, sosial, budaya. Aktifitas saling menolong ini akan membuat pengerjaan
proyek kebaikan akan lebih ringan.
2. Saling cegah dari
berbagai keburukan diantaranya narkoba, pornografi, perzinahan, perjudian, dan
korupsi. Aktivitas saling mencegah keburukan membuat proses pencegahan menjadi
lebih ringan dan keburukan dapat diminimalkan.
Pesan Nabi saw untuk mempraktikkan saling tolong
menolong ternyata sampai pada urusan rumah tangga, seperti dalam sabdanya:
Dari Abu Sa’idal-Khudriy ra. berkata: Rasulullah saw. mengutus sepasukan
tentara ke Bani Lihyan yang termasuk suku Huzail, kemudian beliau bersabda:
“Hendaklah tiap dua orang dalam satu keluarga, yang satu keluar dan yang lain
menjaga keluarga-keluarga yang ditinggal, niscaya pahalanya terbagi antara
keduanya sama.” (HR Muslim)
#27 Memperbanyak Teman
Tujuan:
Masyarakat mempraktekkan
untuk memperbanyak teman pada pertemanan dan persahabatan yang mengantarkan
pada hal hal yang positif.
Uraian Singkat:
Teman itu sesuatu yang penting dalam kehidupan,
seperti yang disampaikan Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan oleh al-Kharaithi
dengan sanadnya dari Abu Hurairah ra:
المرء على دين خليله، فلينظر
أحدكم من يخالل
“Seseorang
itu mengikuti agama orang yang menjadi kawannya, oleh karena itu lihatlah siapa
orang yang menjadi kawan pendampingmu.”
Berikut orang-orang yang sebaiknya dijadikan teman:
1. Berteman dengan
teman yang baik
Hadis yang diriwayatkan oleh
al-Kharaithi dengan sanadnya dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu. bahwa
pada suatu hari Rasulullah Saw ditanya oleh seseorang, “Wahai Rasulullah,
siapakah teman kami yang paling baik?”
Beliau menjawab:
من
ذكركم الله برؤيته، وزاد في مثلكم منطقه، وذكركم بالأخرة عمله
“Orang
yang membuat kalian ingatkepada Allah jikamelihatnya, ucapannyamenambahteladan
kalian, danperbuatannyamengingatkan kalian kepadahariAkhir.”
2. Berteman dengan
orang yang berpengetahuan dan berpengalaman
جالسوا
الكبراء وسائلوا العلماء وخالطوا الأمراء
“Duduklah
bersama orang-orang tua, bertanyalah kepada para ulama, dan bergaulan dengan
penguasa (Hadits yang disebutkan oleh al-Haitsami dalam kitab Majma’uz-Zawaid
yang diriwayatkan dari Abu Hurairahr.a.)”
Akhlak berteman yang sebaiknya dijaga:
1. Menjaga kehormatan
teman.
المؤمن
أخوا المؤمن، حيث يغيب يحفظ من ورائه، ويكف عليه ضيعته، والمؤمن مرأة المؤمن
“Seorang mukmin adalah
saudara bagi mukmin yang lain, ketika ia tidak ada di dekatnya ia pun menjaga
kehormatannya dan menjaga barang-barangnya. Seorang mukmin adalah cermin bagi
mukmin yang lain.” (Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dengan sanadnya
dari Abdullah bin Hanthabr.a.)
2. Menghindari
perlakuan buruk.
لا
تدابروا ولاتباغضوا ولاتناجشوا وكونوا عباد الله إخوانا كما أمركم الله عزوجل
“Janganlah kalian saling
bermusuhan, saling membenci dan saling bersaing dalam menawar. Jadilah
hamba-hamba Allah yang bersaudara sebagaimana yang diperintahkan-Nya.” (Hadis
ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a.)
#28 Bergandengan dengan Dhuafa
Tujuan:
Masyarakat bersatu
padu dengan berbagai strata sosial dalam kehidupan mereka.
Uraian Singkat:
Orang sering menduga bahwa kekuatan itu hanya bila bergabung
orang-orang terpandang dari segi sosial dan ekonomi, sehingga mengenyampingkan
orang-orang yang lemah. Padahal tidak seperti itu.
1. Sejarah mencatat
Rasulullah bersama dengan orang-orang yang dhuafa selain dengan orang-orang
yang terpandang.
2. Allah swt
memerintahkan untuk selalu bersama orang dhuafa dengan penuh kesabaran
وَاصْبِرْنَفْسَك
َمَعَ الَّذِينَ
يَدْعُونَ
رَبَّهُم
ْبِالْغَدَاةِوَالْعَشِيِّ
يُرِيدُون
َوَجْهَهُ وَلاتَعْدُعَيْنَاكَ
عَنْهُم ْتُرِيدُزِينَةَالْحَيَاةِالدُّنْيَاوَلاتُطِعْ
مَن ْأَغْفَلْنَاقَلْبَه ُعَنْ ذِكْرِنَاوَاتَّبَع َهَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُه ُفُرُطًا (٢٨)
“Dan
bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi
dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu
berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah
kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami,
serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”. (QS.
Al-Kahf: 28)
3. Menyiapkan bantuan
ekonomi kepada orang orang yang membutuhkan, karena penyiapan ekonomi bagian integral dari ajaran Islam itu
sendiri. Hal itu ditegaskan Allah dalam firmanNya:
أَرَأَيْتَ
الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ (١)فَذَلِك َالَّذِي يَدُعّ ُالْيَتِيمَ (٢)وَلايَحُضّ
ُعَلَى طَعَام ِالْمِسْكِينِ (٣)
1. tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2. Itulah
orang yang menghardik anak yatim,
3. dan
tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin.
#29 Bersatu dalam Agenda
Tujuan:
Masyarakat mampu
mencari titik temu dalam perbedaan golongan.
Uraian Singkat:
Menyatukan umat Islam dalam sudut pandang pada hal-hal
yang cabang nampak sulit walaupun tidak bisa dikatakan tidak mungkin. Karena memang sangat memungkinkan adanya perbedaan pada
hal-hal yang cabang, dan masalah ijtihadiyah. Dan pada pada area ijtihad
inilah, kesalahan seorang mujtahid dalam
berijtihad tidak dianggap berdosa tetapi malah dapat satu pahala, apalagi kalau
sang Mujtahid tersebut benar dalam ijtihadnya maka baginya 2 pahala. Sehingga konteks
untuk menyatukan umat Islam bukan pada area-area fikih atau masalah ijtihadiyah
yang dapat ditolelir untuk berbeda, tetapi menyangkut pada point-point persamaan
antar gerakan islam untuk dijadikan agenda
bersama. Ada beberapa agenda umat dan bangsa yang bisa mesti digarap bersama,
diantaranya:
1. Pemberantasan
Kebodohan, karena kebodohan adalah induk dari segala penyakit yang menimpa umat
ini. Oleh karenanya Pemberantasan kebodohan mesti digarap bersama antar umat
islam dengan mengadakan berbagai macam
program seperti pengembangan proyek pengajaran, pendidikan, dan pelatihan dll.
2. Pengentasan
Kemiskinan, karena kemiskinan bisa jadi penyebab kekufuran. Pengentasan
kemiskinan haruslah serius untuk ditangani bersama seperti pemberdayaan ekonomi
umat, takaful dan optimalisasi zakat.
3. Pencegahan dan Pembatasan
segala bentuk Kemaksiatan, karena kemaksiatan yang dibiarkan merajalela akan
membuat pelakunya menjadi biasa
melakukannya tanpa merasa bersalah, dan dalam lama kelamaan perbuatan maksiat
yang dibiarkan tersebut akan dipandang baik. Oleh karenanya menjadi sebuah
keniscayaan bagi semjua gerakan islam untuk bersama sama mencegah dan membatasi
segala maksiat dengan Cara melakukan
kontrol sosial terhdadap semua prilaku yang menyimpang.
4. Menyemarakkan
berbagai macam proyek Kebaikan di masyarakat, karena kebaikan yang terprogram terpraktekkan
dengan baik akan menghapus keburukan. Diantara
Caranya adalah dengan menyelenggarakan dan menyemarakkan berbagai kegiatan kebaikan di masyarakat secara massif dan berkesinambungan.
#30 Toleransi
Tujuan:
Masyarakat
membangun toleransi yang proporsional demi terciptanya harmoni untuk seluruh
masyarakat.
Uraian Singkat:
Untuk membangun
harmoni di tengah masyarakat yang sangat plural yang terdiri dari berbagai
macam agama, suku, dan golongan, Islam mengajukan konsep toleransi proporsional
dan obyektif yang berlandaskan kepada
sumber Islam yang agung dan rahmatan lil alamin, sebagai berikut:
1. Toleransi (tasamuh) adalah sikap memberikan kemudahan, berlapang
dada, mendiamkan, dan menghargai orang atau keyakinan yang berbeda.
2. Islam merupakan agama yang menjadikan sikap toleransi sebagai bagian
yang terpenting, sikap ini lebih banyak teraplikasi dalam wilayah interaksi
sosial sebagaimana yang ditunjukkan dari sikap Rasulullah saw. terhadap non muslim
pada zaman beliau masih hidup.
3. Sikap toleransi dalam beragama adalah menghargai keyakinan agama lain
dengan tidak bersikap sinkretis yaitu dengan menyamakan keyakinan agama lain
dengan keyakinan Islam itu sendiri, menjalankan keyakinan dan ibadah masing-masing.
4. Sikap toleransi tidak dapat dipahami secara terpisah dari bingkai
syariat, sebab jika terjadi, maka akan menimbulkan kesalahpahaman makna yang
berakibat tercampurnya antara yang hak dan yang batil.
5. Ajaran toleransi merupakan suatu yang melekat dalam prinsip-prinsip
ajaran Islam sebagaimana terdapat pada iman, islam, dam ihsan.
6. Highlight toleransi yang dipraktekkan Rasulullah saw dan para sahabat:
Toleransi Umar ini lalu diabadikan dalam sebuah
piagam perdamaian yang dinamakan al-‘Uhda al-Umariyyah yang
mirip dengan Piagam Madinah. Di bawah kepemimpinan Umar hak dan kewajiban
mereka dijamin serta dilindungi. Tak heran jika kemudian sebagai “balas budi”, Sophorinus
juga menyatakan jaminannya, “Kami tidak akan mendirikan monastery, gereja,
atau tempat pertapaan baru di kota dan pinggiran kota kami;…Kami juga akan
menerima musafir Muslim ke rumah kami dan memberi mereka makan dan tempat
tinggal untuk tiga malam…Kami tidak akan mengucapkan ucapan selamat yang
digunakan Muslim; Kami tidak akan memasang salib … di jalan-jalan atau
pasar-pasar milik umat Islam.” Lihat al-Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk;
juga History of al-Thabari: The Caliphate of Umar
ibnal-Khathab,translation: YohananFiedmann, Albay, 1992, h. 191. Para sahabat
yang mulia lainnya banyak yang mengimplementasikan toleransi dalam
berbagai sisi kehidupan terutama bermasyarakat (mu’amalah) seperti jual
beli dan transaksi lainnya yang tidak bertentangan dengan syariat Islam. Sebut
saja Abdurrahman bin ‘Auf, seorang sahabat terkemuka, memulai usaha di
hari-hari pertamanya saat tiba di Madinah dengan berdagang di pasar Bani
Qainuqa’, milik Yahudi (ShahihBukhari, No. 3780). Ali bin Abu Thalib, menantu
Nabi saw., sebagian persiapan walimahnya ditangani oleh seorang dari Bani
Qainuqa’ (Shahih Muslim, No. 5242). Bahkan ternyata Rasulullah saw.
pernah menggadaikan baju perangnya dengan 30 sha’ gandum kepada seorang
Yahudi Bani Zhafar bernama Abu Syahm (Ibn Hajar al-Asqalany, Fathul Bari,
Jilid VII, h. 461. Wallahu a’lam bis shawab.
0 komentar:
Posting Komentar