Manusia muslim yang beristiqomah dan yang selalu berkomitmen dengan
nilai-nilai kebenaran Islam dalam seluruh aspek hidupnya akan merasakan
dampaknya yang positif dan buahnya yang lezat sepanjang hidupnya. Adapun
dampak dan buah istiqomah sebagai berikut;
a-Keberanian (Syaja’ah)
Muslim yang selalu istiqomah dalam hidupnya ia akan memiliki keberanian
yang luar biasa. Ia tidak akan gentar menghadapi segala rintangan
dakwah. Ia tidak akan pernah menjadi seorang pengecut dan pengkhianat
dalam hutan belantara perjuangan. Selain itu jugaberbeda dengan orang
yang di dalam hatinya ada penyakit nifaq yang senantiasa menimbulkan
kegamangan dalam melangkah dan kekuatiran serta ketakutan dalam
menghadapi rintangan-rintangan dakwah. Perhatikan firman Allah SWT dalam
surat Al-Maidah ayat 52 di bawah ini;
“Maka kamu akan melihat
orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik)
bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata, “Kami
takut akan mendapat bencana". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan
kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya.
Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka
rahasiakan dalam diri mereka.”
Dan kita bisa melihat kembali keberanian para sahabat dan para kader dakwah dalam hal ini;
-Ketika Rasulullah saw menawarkan pedang kepada para sahabat dalam
perang Uhud, seketika Abu Dujanah berkata, “Aku yang akan memenuhi
haknya, kemudian membawa pedang itu dan menebaskan ke kepala orang-orang
musyrik.” (HR Muslim)
-Pada saat seorang sahabat mendapat jawaban
dari Rasulullah saw bahwasanya ia masuk surga kalau mati terbunuh dalam
medan pertempuran, maka ia tidak pernah menyia-nyiakan waktunya lagi
seraya melempar kurma yang ada di genggamannya kemudian ia meluncur ke
medan pertempuran dan akhirnya mendapatkan apa yang diinginkan yaitu,
syahadah (mati syahid). (Muttafaqun Alaih)
-Rasulullah saw bersabda
kepada Ali bin Abu Thalib setelah ia menerima bendera Islam dalam
peperangan Khaibar sebagai berikut, “Jalanlah, jangan menoleh sehingga
Allah SWT memberikan kemenangan kepada kamu.” Lantas Ali berjalan,
kemudian berhenti sejenak dan tidak menoleh seraya bertanya dengan suara
yang keras; “Ya Rasulullah atas dasar apa aku memerangi manusia?”
Beliau bersabda, “Perangi mereka sampai bersaksi bahwasanya tiada Tuhan
selain Allah……” (HR Muslim)
Inilah gambaran keberanian
para sahabat yang lahir dari keistiqomahannya yang harus diteladani oleh
generasi-generasi penerus dalam menegakkan nilai-nilai kebenaran,
kebaikan dan keindahan Islam.
b-Ithmi’nan (ketenangan)
Keimanan seorang muslim yang telah sampai pada tangga kesempurnaan akan
melahirkan tsabat dan istiqomah dalam medan perjuangan. Tsabat dan
istiqomah sendiri akan melahirkan ketenangan, kedamaian dan kebahagian.
Meskipun ia melalui rintangan dakwah yang panjang, melewati jalan terjal
perjuangan dan menapak tilas lika-liku belantara hutan perjuangan.
Karena ia yakin bahwa inilah jalan yang pernah ditempuh oleh hamba-hamba
Allah yang agung yaitu para Nabi, Rasul, generasi terbaik setelahnya
dan generasi yang bertekad membawa obor estafet dakwahnya. Perhatikan
firman Allah di bawah ini;
“Dan berapa banyaknya nabi yang
berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang
bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka
di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepadamusuh).
Allah menyukai orang-orang yang sabar.”(QS 3:146)
“Orang-orang
yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman
(syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah
orang-orang yang mendapat petunjuk.”(QS 6:82)
“(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tenteram.” (QS 13:28)
c-Tafa’ul (optimis)
Keistiqomahan yang dimiliki seorang muslim juga melahirkan sikap
optimis. Ia jauh dari sikap pesimis dalam menjalani dan mengarungi
lautan kehidupan. Ia senantiasa tidak pernah merasa lelah dan gelisah
yang akhirnya melahirkan frustasi dalam menjalani kehidupannya.
Kefuturan yang mencoba mengusik jiwa, kegalauan yang ingin mencabik jiwa
mutmainnahnya dan kegelisahan yang menghantui benaknya akan terobati
dengan keyakinannya kepada kehendak dan putusan-putusan ilahiah. Hal ini
sebagaimana yang diisyaratkan oleh beberapa ayat di bawah ini;
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah
bagi Allah.(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan
berdukacita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan
terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah
tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS
57:22-23)
“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita
tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat
Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan
kaum yang kafir".(QS 12: 87)
Ibrahim berkata, “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat".(QS 15:56)
0 komentar:
Posting Komentar